Proposal Skripsi
I. PENDAHULUAN
sumber utama agama Islam, hendaknya menjadi salah satu bahasa yang dikuasai atau
paling tidak dimengerti oleh umat Islam. Untuk mempelajari sebuah bahasa yang
bukan bahasa ibu tentu membutuhkan suatu keterampilan agar dapat dikuasai dengan
baik. Arti penting bahasa Arab sebagai ilmu alat bagi ummat Islam untuk
memperdalam agamanya merupakan suatu kebutuhan primer yang tak boleh ditawar-
tawar. Maka setiap Muslim terlebih aktivis dakwah sudah semestinya memulai untuk
mempelajari Bahasa Arab dan berkutat dengan kitab-kitab kuning utamanya kitab-
Suatu ironi, apabila kaum muslimin hari ini lebih intens dengan bahasa-bahasa
asing lainnya dan mengabaikan lughatual-jannah (bahasa surga) dengan seribu satu
alasan. Lebih mengenaskan lagi, apabila sarjana dibidang bahasa Arab terus
bahasaArab sebagai bahasa al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik
deskripsi dan pemaparannya sangat detail dan dalam. Sehingga bukanlah suatu
kebetulan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang memiliki banyak
keistimewaan dan keunikan. Sebab sangat sulit kalau suatu pesan Ilahi untuk Nabi
bahasanya tidak memadai untuk merekam wahyu Ilahi yang mencakup segala yang
Sudah merupakan rahasia umum bahwasanya sekian banyak orang yang telah
belajar bahasa asing misalnya bahasa Arab mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi, tetapi hasilnya kalau diminta menerjemahkan “Apakah ini sebuah buku?”
Padahal materi ini adalah pelajaran kelas satu SMP/MTs yang umumnya telah
Salah satu bagian pembelajaran bahasa Arab yang cukup berpengaruh dalam
meningkatkan kemahiran berbahasa adalah nahwu. nahwu merupakan salah satu seni
di antara berbagai seni yang membutuhkan latihan dan bimbingan serta peningkatan
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Jayasakti, 1997), h.
441
2
Dalam proses kegiatan belajar bahasa Arab yang dilakukan peserta didik
memang tidaklah selalu berjalan dengan baik tanpa hambatan seperti yang
belajar nahwu itu sangat sulit dan ruwet bahkan terkadang mendebarkan sehingga
bahwa belajar nahwu itu mendebarkan. Misalnya di IAIN Parepare, ada indikasi
berbahasa Arab yang sederhana yang sesuai dengan kaidah nahwu. Indikasi tersebut
yang berbahasa Arab. Mahasiswa prodi PBA IAIN Parepare masih sangat kesulitan
dalam menentukan kaidah dan menganalisis kalimat dengan baik dan benar.
Prodi PBA IAIN Parepare telah banyak melakukan upaya dalam bentuk
Arab, baik dari pihak dosen maupun mahasiswa itu sendiri. Kegiatan tersebut antara
mahasiswa untuk tinggal di asrama selama satu tahun untuk mendalami ilmu bahasa
Arab, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut diadakan di luar
waktu-waktu kuliah terutama pada saat libur yang semestinya merupakan salah satu
Tentu saja hal demikian tidak dapat dibiarkan begitu saja, agar tidak
selamanya menghantui para peserta didik dalam belajar bahasa Arab khususnya
belajar nahwu. Dalam rangka pemecahan masalah kesulitan belajar maka kegiatan
4
Karena itu mencari penyebab utama dan sumber-sumber penyebab lainnya mutlak
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Institut Agama Islam Negeri Parepare”
1.2.3 Upaya apa yang dilakukan oleh mahasiswa dalam mengatasi kesulitan-
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan deskripsi tentang Analisis
Kesulitan Belajar nahwu Mahasiswa Prodi PBA IAIN Parepare yang secara khusus
yaitu:
1.3.1 Untuk memperoleh data yang akurat tentang proses pembelajaran mata kuliah
1.3.3 Untuk mengetahui berbagai upaya yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
1.4.1 Sebagai sumbangan pemikiran bagi tenaga pengajar bahasa Arab agar lebih
kelas.
1.4.2 Sebagai bahan informasi ilmiah bagi lembaga pendidikan yang ada.
II TINJAUAN PUSTAKA
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Kemudian fungsinya yaitu untuk
mengetahui persamaan (relevansi) dan perbedaan penelitian yang sudah ada dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian tentang analisis kesulitan
belajar bahasa Arab bukanlah penelitian yang pertama kali dilakukan. Beberapa
peneliti telah meneliti tentang hal ini. Namun dengan pendekatan, jenis, dan lokasi
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Nordi Sanra pada tahun 2013 yang
berbasis terapan, sedangkan materi pembelajaran dibuat sendiri oleh dosen dengan
perencanaan dan pelaksanaan. Metode yang sering digunakan oleh dosen adalah
metode ceramah, tanya jawab, praktek, dan games. Pemberian motivasi oleh dosen
dan mengevaluasi hasil belajar harian, tugas, UTS maupun UAS. Problematika
pembelajaran muhadatsah mahasiswa prodi PBA STAIN Parepare terdiri dari faktor
kurikulum, faktor peserta didik, faktor pendidik, faktor materi, faktor waktu, faktor
fasilitas dan faktor sosial (lingkungan). Di samping itu ada faktor psikologi peserta
didik, dan upaya-upaya untuk mengatasi problem tersebut dilakukan oleh beberapa
3
Nordi Sandra, Problematika Pembelajaran Muhadastah Mahasiswa Prodi PBA STAIN
Parepare (Skripsi Sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare, 2013), h. iv.
7
Tahun 2014 analisis kesulitan belajar bahasa Arab kembali diteliti oleh Abdul
Latief dengan judul skripsi “Analisis Kesulitan belajar bahasa Arab (Kasus pada
Adapun hasil dari penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa, faktor-faktor kesulitan
belajar bahasa Arab yang dihadapi oleh mahasiswa semester IV Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Parepare antara lain faktor pendidik yaitu dosen
mata kuliah bahasa Arab dalam menggunakan metode, media, fasilitas, pengelolaan
waktu dan pendekatan. faktor peserta didik yang terdiri dari mahasiswa, latar
belakang pendidikan, tidak ada dasar dan kurangnya kosakata. Selain itu ada faktor
faktor sosial atau lingkungan dan yang terahir faktor psikologis dan fisiologis, adapun
upaya mengatasi kesulitan belajar bahasa Arab yang dihadapi oleh semester IV
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Parepare antara lain, pemberian
bimbingan belajar bahasa Arab, mengajak dan menarik minat mahasiswa untuk
mengulang-ulangi mata kuliah bahasa Arab yang telah diberikan oleh dosen bahasa
Arab dan membuat studi club atau kelompok belajar bahasa Arab.
Adapun persamaan dari penelitian ini dengan kedua penelitian yang relevan di
atas yakni pada fokus penelitian yang berupa analisis kesulitan belajar bahasa Arab
baik dari segi linguitik maupun non linguistik. Semua penelitian ini merupakan
4
Abdul Latief, Analisis Kesulitan belajar bahasa Arab (Kasus pada Mahasiswa Semester IV
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Parepare (Skripsi Sarjana; Jurusan Tarbiyah:
Parepare, 2014), h. x.
8
terletak pada materi pembahasan, seperti yang dilakukan oleh Nordin Sanra penelitian
akan dilakukan ini merupakan penelitian dari aspek pembelajaran bahasa Arab secara
umum, seperti yang pernah dilakukan oleh Abdul Latief, hanya yang membedakan
keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit, kesukaran, kesusahan”. Hal ini berarti
kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berarti suatu kondisi yang
dimana kesulitan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang
Kesulitan adalah situasi atau kondisi yang sulit, atau sesuatu yang merupakan
5
https://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/pengertian-kesulitan-belajar.html . (diakses 24 mei
2019)
6
http://artidanpengertian.blogspot.com/2016/02/pengertian-kesulitan.html. (diakses 24
mei 2019)
7
https://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/pengertian-kesulitan-belajar.html . (diakses 24 mei
2019)
9
Hakikat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukakan secara sadar dan
pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam
defenisi yang beragam. Sebagai contoh, Al-Khuli mengatakan bahwa, belajar adalah:
“terjadinya perilaku baru atau penguatan perilaku lama sebagai hasil pengalaman,
baik terjadi secara eksplisit maupun implisit”8 Skinner dan Barlow mengatakan
bahwa: “belajar itu merupakan suatu proses adaptasi yang bersifat progresif.”9 Mc
“perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam tingkah laku suatu
pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang
8
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. II: Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 29.
9
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 29.
10
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 29.
11
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 29-30.
10
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan peserta
didik mempunya pengalaman baru.13 Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan suatu proses internal yang
lainnya dengan kata lain belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah
pengalaman-pengalaman sebelumnya.14
jika para pelaku kegiatan pembelajaran baik dari guru atau peserta didik telah
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang perilaku bukan sudut pengamat. Para ahli
humanistik melihat adanya 2 (dua) bagian pada proses belajar yaitu proses
12
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, h. 29.
13
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke
Praktik, Edisi I (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 1.
14
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke
Praktik, h. 8.
11
Dari defenisi dan teori-teori belajar tersebut maka dapat diartikan bahwa
hakekat belajar adalah perubahan dan meningkatnya kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus. Perubahan
kegiatan belajar. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran ditentukan dari sebarapa besar
Masalah belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang
peserta didik yang dapat menghambat kelancaran proses belajar. Kondisi ini biasanya
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Nana Syaodih
bersumber dari pada diri peserta didik dan diluar dirinya atau lingkungannya.”16
Pada umumnya para pakar sependapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua
faktor: dari dalam diri peserta didik (internal) dan faktor dari luar peserta didik
(eksternal).17
15
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke
Praktik, h. 20.
16
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 162.
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 132.
12
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri meliputi dua aspek,
yakni; Aspek fisiologis (yang bersifat Jasmaniah) Aspek psikologis (yang bersifat
ruhaniah).18
Aspek Fisiologis adalah kondisi badan seseorang saat belajar yang tentunya
sangat mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. “Aspek Fisiologis dapat ditinjau dari
dua segi yaitu dari segi kondisi fisik peserta didik dan kondisi panca indera”19
Dalam kondisi jasmani peserta didik, dapat terjadi pada organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing, sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas
ranah cipta (cognitive) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
berbekas. Namun dalam kondisi panca Indera pada organ-organ khusus peserta didik,
seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat
pengetahuan.20
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta didik. Namun di antara faktor-
faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah
tingkat kecerdasan/intelegensi peserta didik, sikap peserta didik, bakat peserta didik,
18
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , h. 146-153
19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 107.
20
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 146-147.
13
Jadi orang yang memiliki intelegensi yang baik umumnya mudah memahami
pelajaran dan hasil belajarnya juga cenderung baik. Sebaliknya jika orang yang
Sikap merupakan tingkah laku yang mengalir dari dalam diri seseorang
sebagai respon alami dari sebuah tindakan. Dalam arti sempit sikap adalah
“pandangan atau kecenderungan mental”.22 Sikap itu dapat kita anggap suatu
Bakat adalah suatu modal awal yang sudah dimiliki oleh seorang peserta didik
atau kemampuan khusus dari satu atau berbagai bidang. Seperti bakat dalam bidang
Agama, Musik, Olahraga dan lain sebagainya. Bakat umumnya berasal dari faktor
keturunan dan keahlian dasar peserta didik itu sendiri. Bakat sering dibarengi oleh
faktor intelegensi agar hasilnya bisa lebih maksimal terutama dalam hal penguasaan
ranah psikomotorik.
Minat merupakan kemauan atau keinginan yang memicu adanya daya tarik
seseorang untuk melakukan sesuatu, yang bisa timbul dari dalam maupun dari luar
pribadi seseorang. Jadi minat yang besar akan menjadi modal yang besar untuk
21
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, h. 182-183.
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 120.
14
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam halnya proses pembelajaran, minat belajar
yang sangat besar dari peserta didik cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi,
sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
dari dalam dirinya untuk melakukan suatu perbuatan yang sebelumnya dianggap
sebagai sesuatu yang sulit untuk diraih. “Motivasi adalah daya penggerak/pendorong
untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri (faktor intrinsik)
karena adanya kesadaran dan bakat yang dimiliki, dan yang berasal dari luar (faktor
ekstrinsik) karena adanya dorongan dari lingkungan, misalnya dari orang tua,
Jika seorang peserta didik memiliki motivasi yang besar akan suatu mata pelajaran,
maka segala potensi yang dia miliki akan mudah untuk diaplikasikan dan hasilnya
akan lebih baik dibandingkan peserta didik yang kurang memiliki motivasi.
Seperti faktor internal peserta didik, faktor eksternal peserta didik juga terdiri
atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.24
Lingkungan sosial sekolah seperti para pendidik, para staf administrasi, dan
para pendidik yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
23
M. Dlyono, Psikologi Pendidikan, h. 56-57.
24
Muhibbin syah, Psikologi Belajar, h.154-155.
15
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
aktivitas belajar peserta didik. Paling tidak, peserta didik tersebut akan menemukan
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat
orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Faktor-faktor ini
proses yang melibatkan dua komponen utama dalam suatu kegiatan belajar mengajar,
16
yaitu pendidik dan pesrta didik. “Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan
oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar bagaimana belajar
atau cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. 26 Adapun menurut Oemar
Hamalik:
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi
meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan
terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya.27
Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk
memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh
individu, kelompok dan komunitas. Dalam hal ini perilaku diartikan sebagai sikap,
ide, nilai,keahlian dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa
individu, kelompok, atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.28
25
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h.
157
26
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-2. Cet.
Ke-9; (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 15
27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
28
Masitoh & Laksami Dewi, Strategi Pembelajaran, Cet. I; (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 7-8
17
Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Arab, seorang pendidik perlu
yang memiliki tujuan memberikan pengenalan dan pengalaman kepada peserta didik
mengenai berbagai aspek bahasa Arab. Tujuannya agar peserta didikdapat memliki
berbagai keterampilan berbahasa dan dapat menggunakan bahasa Arab sebagai alat
mengkaji dan memahami sumber pokok ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Di sisi lain pembelajaran bahasa Arab dapat memberikan pengaruh positif bagi
peserta didik, terutama bagi peserta didik yang sejak dini sudah menelaah bahasa
bertujuan sebagai alat dan tujuan. Keterampilan dalam bidang muthala’ah misalnya,
merupakan sarana bagi peserta didik untuk memperdalam dan memperluas ilmu-ilmu
maksimal dengan melibatkan beberapa unsur agar peserta didik yang diajar bahasa
29
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 33
18
Arab biasa melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain, setiap
Pada hakekatnya suatu keberhasilan tidak akan tercapai dengan baik tanpa ada
tercapainya suatu keterampilan berbahasa bagi peserta didik antara lain yaitu:
dan peran siswa tidak mungkin cara siswa aktif tidak terpengaruh dan
dikendalikan oleh guru, jadi peran guru masih besar dalam pembelajaran
bahasa.
3) Keberhasilan belajar bahasa dimulai dengan belajar kosa kata dan tata
bahasa, baru kemudian membaca teks dengan konteks yang menarik dan
berguna.
secara terpadu.
Dalam proses pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab, tidak terlepas dari
adanya kesulitan yang dihadapi oleh para pendidik dan peserta didik. Banyak alasan
30
Jos Daniael Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Erlangga,1997), h. 32
19
mengapa orang-orang non Arab mempelajari bahasa Arab, seperti yang dikutip oleh
1) motivasi Agama terutama Islam karena bahasa kitab suci kaum muslimin
berbahasa Arab menjadikan bahasa Arab harus dipelajari sebagai alat untuk
memahami ajaran agama yang bersumber dari kitab suci Alqur’an; 2) Orang non
Arab akan merasa asing jika berkunjung ke jazirah Arabia yang biasanya
menggunakan percakapan bahasa Arab baik ‘amiyyah maupun fushha jika tidak
menguasai bahasa Arab; 3) banyak karya-karya para ulama klasik bahkan hingga
untuk menggali dan memahami hukum maupun ajaran-ajaran agama yang ada di
Secara garis besar, ada dua faktor yang dapat menghambat pembelajaran
1) Linguistik
Linguistik lazim diartikan sebagai ”ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
2) Non Linguistik
bahasa Arab. Terutama jika mayoritas suatu penduduk beragama Islam. Persoalan
31
Acep Hermawan, op.cit, h. 99
32
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Cet. I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 3
20
faktor linguistik dan non linguistik tersebut, ada beberapa faktor internal yang dapat
bersifat jasmania) dan aspek psikologis (yang bersifat rohania) seperti intelegensi,
minat, dan motivasi. Selain faktor internal tersebut, ada dua faktor yang dapat
Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh bahasa Arab di antara bahasa-bahasa yang
lain di dunia adalah karena bahasa Arab berfungsi sebagai bahasa al-Qur’andan as-
Sunnah serta kitab-kitab lainnya. Itulah sebabnya, di dalam kitab Mukhtarul Ahaditsi
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 132
34
Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Mukhtarul Ahaditsi An-nabawiyyati Wal Hikamul
Muhammadiyah, (Surabaya: Darul Ilmi), h. 7
21
klasik Islam yang menggunakan bahasa Arab sebagai media. Tidaklah berlebihan jika
ulama mengatakan “pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan kunci
menulis :
“فصار فهمه ال بد أن يعتمد علي املعارف اللغوية واملعارف الشرعية حيت يتمكن من...
ومن هن ا ك انت ش روط اإلجته اد كله ا.فهم النص والوص ول إيل معرف ة حكم اهلل من ه
36
" توفر املعارف اللغوية واملعارف الشرعية:تدور حول هذين األمرين ومها
Terjemahnya
“...Maka pemahaman terhadap wahyu mesti bersandar pada pengetahuan tentang
bahasa dan pengetahuan tentang syara’, sehingga memungkinkan untuk
memahami nash dan sampainya pada pengetahuan tentang hukum Allah.
Berdasarkan hal ini, maka syarat-syarat ijtihad berkisar pada dua perkara:
kemampuan di bidang bahasa dan bidang syara”.
Uraian di atas senada dengan apa yang ditulis oleh Ibrahim Muhammad Atha’
وال. ألن فهم الكتاب والسنة فرض, ومعرفتها فرض واجب,"أن تعلم العربية من الدين
37
."يفهم هذين إال بفهم اللغة العربية
Terjemahnya
Sesungguhnya belajar bahasa Arab itu bagian dari agama, dan memahaminya
adalah kewajiban, karena memahami al-Qur’an dan as-Sunnah adalah fardhu.
Keduanya tidak dapat dipahami dengan baik kecuali dengan memahami bahasa
Arab.
2.2.5 Kajian tentang nahwu
35
Ar-Rustami, Muhammad Abu, April 2012. “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”
Qiblati. Edisi 06 th. VII No.40;43
36
Taqiyuddin Al-Nabhani, al-Syakhsiyah al–Islamiyah, jilid 1 Cet. 6, (Beirut: Dar al-Ummah,
2003) h. 211.
Ibrahim Muhammad Atha’, al-Marja’u fi Tadriisi al-Lughag al-Arabiyyah, Cet. II; (Kairo:
37
Secara bahasa lafadz Nahwu memiliki enam makna yaitu menyengaja (al-
dan sebagian (al-ba’dhu).Sedangan secara istilah nahwu adalah ilmu tentang qaidah-
qaidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam arab, untuk mengetahui hukum
(hukumnya kalimat) kalimat arab yang tidak disusun dan keadaan kalimat ketika
ditarkib, atau ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari kaidah-kaidah arab, untuk
bahasa arab serta kaidah-kaidahnya dikala berupa kata lepas dan dilaka tersusun
dalam kalimat.39
Bahwa setiap usaha atau aktivitas harus mempunyai arah dan tujuan tertentu,
sebab tanpa tujuan sebagai sasaran yang hendak ditempuh tidak akan tercapai
sebagaimana yang diinginkan. Begitu pula dengan pengajaran Nahwu sebagai suatu
proses pembelajaran dan merupakan suatu usaha, maka tentunya juaga memiliki
tujuan tersendiri.
Tujuan utama dari mempelajari ilmu nahwu adalah agar kita memahami Al-
Qur‟an dan Al-hadits yang keduanya merupakan dasar agama Islam. Ilmu nahwu
bukan sasaran utama dalam proses pembelajaran, namun ilmu nahwu adalah salah
satu sarana untuk kita berbicara dan menulis dengan benar serta meluruskan dan
38
Ahmad Seri bin Punawan, Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran Bahasa Arab,
(Jurnal Hunafa, Vol. 7, No. 1, 2010), h. 48.
39
Hifni Bek Dayyas dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1998), h. 13
23
menjaga lidah kita dari kesalahan, juga membantu dalam memaparkan ajaran dengan
cermat, mahir dan lancar. Beberapa tujuan mempelajari ilmu nahwu adalah:
Arab dan Islam zaman dahulu berupaya untuk merumuskan ilmu nahwu.
pengamatan, berpikir logis dan teratur serta hal-hal lain yang dapat
secara kritis.
bahasa Arab dalam berbagai situasi kebahasaan. Karena itu, hasil yang
kehidupannya sehari-hari.
f. Qawa‟id dapat memberikan kontrol yang cermat kepada para pelajar saat
40
Ahmad Seri bin Punawan, Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran Bahasa Arab,
(Jurnal Hunafa, Vol. 7, No. 1, 2010), h. 50-51.
24
dahulu penulis akan membahas tentang metode. Dalam KBBI disebutkan bahwa
pengertian metode adalah “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Atau cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.”41
“Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani metodos. Kata ini
terdiri dari dua suku kata, yaitu: metha yang berarti melalui atau melewati dan
hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan atau cara yang dilalui
untuk mencapai tujuan.42
Maka dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa metode merupakan sesuatu yang
mesti dilalui dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan yang ingin dicapai. Adapun pengertian lain dari metode, Kartoredjo
mengemukakan bahwa metode adalah cara, teknik, rumus, dan sistem. Atau cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang disusun tercapai secara
optimal.44
bahwa metode adalah bentuk atau cara-cara yang digunakan dalam menyampaikan
41
Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat, (Cet. VII; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 910.
42
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 40.
43
Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer, (Cet, I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.
230.
44
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Cet, IX;
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 147.
25
suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematis dan terencana
serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai
disiplin ilmu.
pengertian metode pembelajaran nahwu adalah bentuk atau cara-cara yang digunakan
hal ini penulis meringkas metode yang digunakan dalam pembelajaran nahwu
menjadi lima metode yang dikutib dari فواد أبو الهيجاء. دdalam bukunya “أساليب و طرق
dan thariqatu al-musykilat, dan sekarang penulis akan menjelaskan setiap metode dari
metode-metode tersebut.
Metode ini kadang-kadang disebut kaidah dan kemudian contoh dan metode
tertua yang digunakan dalam pengajaran tata bahasa Arab. Terlepas dari
kemenetrian lain yang ditugaskan ke tahap pendidikan public di semua negara Arab,
negara-negara Arab.
26
setelah itu untuk memperjelas kaidah tersebut dan arti dari hal tersebut bahwa
perhatian penuh bergerak dari keseluruhan ke bagian.45 Di sinilah kaidah atau kaidah
umum berkembang, dimulai dengan tahun, kemudian bagian datang dan seluruh
bagian yang terlibat,dan kesimpulannya adalah dimulai dengan kaidah dan contoh
Metode ini didasarkan pada menghafal kaidah dari awal dan kemudian
berikan bukti dan contoh membuktikannya. Ini berarti bahwa didasarkan pada
penghafalan maka siswa diharuskan untuk menghafalkan kaidah terlebih dahulu dan
bahwa pikiran (perhatian penuh) dimulai dari keseluruhan ke bagian, dan apabila
siswa tidak memahami kaidah mulailah dengan memahami model, bukti, contoh, dan
detailnya.
Metode ini dimulai dari yang sulit hingga yang susah karena itu membunuh
semangat inovasi dan pemikiran siswa, juga tidak menggunakan metode diskusi yang
waktu dalam mengajar dan membebaskan guru dari diskusi karena pekerjaannya
otomatis dari awal.46 Metode deduktif ini berarti cara mengajar tata bahasa di sekolah
kepada siswa dan dan diikuti dengan memberi contoh dalam bentuk kalimat yang
45
Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Turuqu Talim Lugoh al-Arabiyah, nafsu al-marja’,h, 192.
46
Fuad Abu al-haijai, Asalib wa Turuqu Tadris al-Lugah al-Arabiyah, (darulmanahij,al-
thab’atu al-stalist 2002), h. 120
27
metode Herbart, karna mengikuti lima langkah yang harus dilakukan dalam mengajar
mulanya metode ini masuk ke dunia Arab setelah adanya ajakan dari delegasi misi
pengajaran dari Eropa pada awal abad XX M., di mana gaya mengajar dalam metode
ini adalah kebalikan dari metode deduktif, karena metode ini didasarkan pada
penyajian contoh-contoh terlebih dahulu lalu contoh itu didiskusikan dengan para
kepada para pelajar. Metode ini dimulai dari yang khusus untuk mencapai kaidah
yang bersifat umum, sementara metode deduktif dari yang umum kepada yang
khusus.
Metode induktif adalah cara terbaik untuk mengajarkan kaidah karena paling
sesuai dengan mata pelajaran, itu berarti gagasan pembusukan makna tetapi untuk
untuk menjadi blok,massa ilmiyah yang terpadu. Metode induktif didasarkan pada
banyak contoh yang beragam yang beredar di sekitar makna tertentu dan dapat
menjadi karya sastra lengkap yang berhubungan dengan kehidupan siswa dan
menghasilkan contoh yang diperlukan dalam pelajaran, dalam revitalisasi siswa dan
membangkitkan pemikiran mereka dan terbatas pada perhatian mereka yang pergi
dari aturan logis dan organisasi intelektual, ini didasarkan pada studi dan pemeriksaan
bagian dan itu seperti pelajaran kaidah yang mendahulukan contoh. Jadi metode
Metode modifikasi adalah metode induktif itu sendiri tetapi tidak didasarkan
pada contoh yang mungkin tidak terkait dengan ide, tetapi lebih pada penyajian ide-
ide yang berhubungan dengan teks sastra. Metode ini lebih baik daripada metode
sebelumnya karena metode ini membutuhkan integrasi cabang bahasa dan topik
bahkan dapat berintegrasi dengan mata pelajaran yang lain terutama sejarah, al-quran
dan hadits.47 Metode yang dimodifikasi adalah salah satu metode tata bahasa dari segi
riwayat tekstur, dan telah menghasilkan penambahan pada metode sebelumnya yang
kami sebut metode modifikasi yaitu didasarkan pada pengajaran metode gramatikal
dalam metode yang bersambung tidak terputus, dan metode yang terkait dengan
sepotong bacaan dalam satu mata pelajaran atau teks-teks yang dibaca oleh siswa dan
karakteristiknya.48
pengajaran kaidah disini adalah melalui penyajian makna teks utuh yaitu melalui
metode bersambung, bukan contoh berat yang dikutip dari lembah yang berbeda, dan
demikian pengajaran kaidah menurut metode ini didasarkan pada penyajian teks di
mana ide atau gagasan yang ingin diketahui siswa, dan setelah siswa membaca teks
dan memahami maknanya, merujuk pada kalimat teks dan karakteristiknya kemudian
diikuti dengan menyusun kaidah dan menerapkannya. Tidak ada keraguan bahwa
47
Fuad Abu al-haijai, Asalib wa Turuqu Tadris al-Lugah al-Arabiyah, (darulmanahij,al-
thab’atu al-stalist 2002), h.121
48
Hasan Syaja’ah, Ta’lim Lugha al-Arabiyah baina Nazriyah wa Tathbiqi, (althab’atu al-
stalist, al-darul mishriah al-bananiyah, 1996), h. 212.
29
metode ini memberi guru kesempatan untuk mengajarkan kaidah melalui topik
membaca, literatur, sejarah dan ekspresi, bahwa kaidah disini dapat dipelajari di
bawah penggunaan bahasa dalam situasi alami. Melaliu metode ini kaidah
yang benar hingga menjadi “ratu linguistik” sebagaimana yang dikatakan Ibnu
Khaldun. Asal usul metode ini adalah perhatian pada struktur dan makna. 49Metode ini
dimulai dengan teks yang utuh dengan panduan dan membahas teks serta membahas
topik bacaan. Di mana siswa membaca teks dalam hati dan kemudian didiskusikan
oleh guru dan membahas kata-kata yang sulit dan kemudian siswa membaca bacaan
kaidah pelajaran lalu dirumuskan oleh guru dengan cara yang mudah dan
menuliskannya di papan tulis. Tidak ada keraguan bahwa metode ini memberi guru
kesempatan untuk mengajarkan kaidah melalui topik membaca, literatur , dan expresi.
Dan dengan metode ini kaidah digabungkan dengan struktur, expresi, penggunaan,
yang diminta, dan guru belajar dengan mereka yaitu didasarkan pada upaya siswa
49
Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughah al-Arabiyah, (Maktabah Talfalah, 1984) h. 280.
50
Fuad Abu al-haijai, Asalib wa Turuqu Tadris al-Lugah al-Arabiyah, (darulmanahij,al-
thab’atu al-stalist 2002), h. 122.
30
ditugaskan untuk mengumpulkan metode, teks, dan bukti yang membahas kaidah-
kaidah tata bahasa seperti fa’il, jar wa al-majrur, an-nawasikh, adwatu asy-syarti,
dan al-istifham yang mereka baca di kelas atau di luar kelas dan yang mereka baca di
buku-buku sekolah, buku-buku yang lain dan surat kabar.dan kemudian memilih
dan kemudian mengukur dengan lebih banyak latihannya.51 Metode ini digunakan
oleh guru dalam pengajaran bahasa arab sehingga murid dapat menjalankan
aktivitasnya.
mana guru mengambil teks dan topik untuk menunjukkan masalah yang berputar di
sekitar fenomena atau seputar kaidah tata bahasa dan kemudian menarik perhatian
siswa pada fakta bahwa fenomena ini akan menjadi subjek studi tata bahasa, dan
masalah yang menjadi perhatian para siswa pada awalnya untuk mengangkat masalah
tata bahasa. Di sini guru menarik perhatian siswa bahwa masalah tata bahasa ini
bahasa ini dikumpulkan dari tulisan siswa dalam bentuk buklet ungkapan.53
51
Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughah al-Arabiyah, (Maktabah Talfalah, 1984) h. 281.
52
Fuad Abu al-haijai, Asalib wa Turuqu Tadris al-Lugah al-Arabiyah, (darulmanahij,al-
thab’atu al-stalist 2002), h. 123.
53
Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughah al-Arabiyah, (Maktabah Talfalah, 1984) h. 282
31
Metode ini guru harus memiliki bahan pengajaran untuk didiskusikan atau
suatu hal penting, pemecahan masalah adalah cara mengajar dan berfikir bersama di
menghambat jalannya proses tersebut, baik itu berhubungan dengan peserta didik atau
adalah berasal dari faktor yang biasanya ada pada diri individu itu sendiri dan faktor
kreativitas peserta didik atau mahasiswa, melalui berbagai interaksi dan pengalaman
belajar. Namun pelaksanaanya sering kali tidak disadari bahwa masih banyak hal
Salah satu cabang pembelajaran bahasa Arab yang sering menemui kesulitan
dalam pembelajaran adalah nahwu. Hal ini wajar karena nahwu merupakan salah satu
seni yang membutuhkan latihan hingga mahir dan peningkatan serta bimbingan,
pembelajaran:
54
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003) h. 106
32
intelektual.
2) Banyak aspek i’rab yang berbeda dan defenisi yang berganda dan
individu.
seperti membaca.55
sebagai berikut:
2.3.1 Kesulitan
menimbulkan masalah; hal yang belum dapat dipecahkan. Permasalahan yang tejadi
2.3.2 Belajar
55
Faishal husain, Al-Mursyidul al-Fata’ litadrisi al-Lughah al-Arabiyah, (Darul ast-Staqafah,
1998), h. 217.
33
belajar adalah perubahan dan meningkatnya kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus. Perubahan yang
2.3.3 Nahwu
arab serta kaidah-kaidahnya dikala berupa kata lepas dan dikala tersusun dalam
kalimat.
masalah.56 Adapun dalam sub bab ini penulis mencoba menggambarkan kerangka
Dosen Mahasiswa
Nahwu
Kesulitan Belajar
56
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, “Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah”, Parepare. 2013. h. 33.
34
penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu data yang diperoleh
berupa kata-kata, gambar, perilaku, tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau
angka statistik melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya
Penelitian kualitatif ini dipilih sesuai dengan maksud yang ingin dicapai yaitu
mendeskripsikan dan melihat Kesulitan Belajar Nahwu Mahasiswa Prodi PBA IAIN
Parepare.
Adapun lokasi penelitian ini adalah prodi PBA dan objek penelitiannya
adalah mata kuliah Nahwu, dosen yang bersangkutan dan mahasiswa prodi PBA
57
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 20.
58
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,Cet. XVII; (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2002), h. 6
59
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 43
35
IAIN Parepare. Sedangkan pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih
2 bulan.
Ada dua maksud yang ingin dicapai oleh peneliti dalam menetapkan fokus
penelitian. “pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi, dan yang kedua, bahwa
penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria keluar masuknya suatu
Untuk membatasi lingkup penelitian dan data yang akan dikumpulkan dalam
penelitian ini maka penulis memfokuskan penelitian pada proses pembelajaran bahasa
Berdasarkan jenisnya, data dapat dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data
sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden atau objek yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang
sumber data. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah “subyek
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 94.
61
Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Cet. 1; (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.
57
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h. 107
36
Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh dari dosen mata kuliah
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang sudah diolah
dalam bentuk naskah tertulis atau dokumen. Data ini merupakan data yang diperoleh
dari lembaga berupa sejarah singkat, jumlah mahasiswa, visi dan misi, keadaan
Sumber data adalah dari mana data itu diperoleh dan dikumpulkan. Sumber
data juga bisa diartikan “objek dari penelitian yang dimaksud”. 63 Adapun yang
menjadi objek atau sasaran dalam penelitian ini adalah dosen mata kuliah Nahwu dan
nahwu pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Pare-pare, maka penulis
instrumen yang satu dengan yang lainnya saling menguatkan agar data yang diperoleh
Adapun teknik dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
63
M. Subana Sudrajat, Dasar-dasar penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.115
37
mengukur tingkah laku individu, ataupun proses terjadinya sesuatu yang dapat
diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan dan non partisipan yaitu
pembelajaran nahwu pada prodi PBA dan untuk mengetahui kondisi fisik sarana dan
prasarana dari objek penelitian, maka penulis menggunakan metode observasi secara
langsung di prodi PBA IAIN Parepare guna mengamati dan mencatat secara
3.5.2 Wawancara
Teknik pengumpulan data ini disertai pedoman wawancara baik yang terstruktur,
check-list, atau yang tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat
garis-garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai
dosen mata kuliah nahwu dan mahasiswa prodi PBA IAIN Parepare untuk
64
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Cet IV; (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 62
38
Analisis data dalam penelitian ini dipisahkan antara data terkait (relevan) dan
data yang kurang terkait atau sama sekali tidak ada kaitannya.65 Analisis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan atau observasi dan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memelilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka analisis data yang diterapkan
adalah kualitatif. Analisis tersebut menggunakan analisis data model Miles dan
Huberman.67
Pegumpulan data
Peyajian Data
Reduksi Data
65
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Cet. IV; Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), h. 105
66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet.
XXIII; Bandung: Alfabeta, 2016), h. 335.
67
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
247.
39
Kesimpulan Verifikasi
Miles dan Hubermen dalam Sugiono dan Tabroni mengatakan bahwa reduksi
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan. Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilh hal-hal yang pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 68 Adapun
dihimpun dari lapangan, yaitu mengenai kesultan belajar nahwu prodi pendidikan
bahasa Arab IAIN Parepare. Kegiatan yang dilakukan dalam reduksi data ini yaitu,
mengumpulkan data dan informasi dari catatan hasil wawancara dan observasi, serta
mencari hal-hal yang dianggap penting dari setiap aspek temuan penelitian.
Miles dan Hubermen dalam Sugiono dan Tabroni mengatakan bahwa yang
dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan
68
Imam Suprayono dan Tabroni, Metode Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 194.
40
data dalam hal ini adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh.
Kegiatan pada tahapan ini yaitu, membuat rangkuman secara deskriptif dan
dengan fokus penelitian. Jika dianggap belum memadai maka perlu dilakukan
dan penarikan kesimpulan adalah upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
kredibel.71
Tahap ini peneliti membuat suatu kesimpulan dari data yang yang sudah
dokumentasi dan membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari
69
Imam Suprayono dan Tabroni, Metode Penelitian Sosial Agama, h. 194.
70
Harun Rasyid, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan Agama, h. 71.
71
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 99.
41
akan tetapi data yang diperoleh belum lengkap dan belum mendalam maka peneliti
data yang pernah ditemui maupun sumber data yang baru. Melalui perpanjangan
pengamatan diharapkan sumber data lebih terbuka, sehingga data akan memberikan
informasi tanpa ada dirahasiakan. Hal tersebut peneliti lakukan sebagai bentuk
pengecekan kembali data yang telah diperoleh sebelumnya pada sumber data bahwa
pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti
ingin menggali data sampai pada tingkat makna, makna berarti data di balik yang
tampak. Keluasan berarti, banyak sedikitnya informasi yang diperoleh. Dalam hal ini
dan berkesinambugan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan peristiwa aka
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
42
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca
3.7.3 Triangulasi
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberpa sumber. Sumber data yang
yang berbeda, dan mana spesifik dari sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, tujuannya agar
informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulis laporan sesuai dengan apa
atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
72
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods) (Cet.
X; Bandung: Penerbit Alfabeta, 2018), h. 370.
73
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 127-129.
43
kepada sumber data yang bersangkutan atau orang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya yang
berbeda-beda.74
oleh waktu. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
datanya.75
DAFTAR PUSTAKA
74
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h .274.
75
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 105.
44
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif dari
Teori ke Praktik. Edisi I. Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Seri bin Punawan,Ahmad. 2010. Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran
Bahasa Arab. Jurnal Hunafa. Vol. 7, No. 1.
Bek Dayyas dkk,Hifni. 1998. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum
Press.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Abdul qodir ahmad, Muhammad. Turuqu Talim Lugoh al-Arabiyah. nafsu al-
marja’.
Joko Subagyo, P. 2004. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Cet IV;
Jakarta: Rineka Cipta.
Suprayono, Imam dan Tabroni. 2001 Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Cet. X; Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.