HIPERTENSI
Pendekatan Klinis
Hipertensi 2259
Hipertensi Primer 2284
Hipertensi pada Penyakit
Ginjal Menahun 2294
Krisis Hipertensi 2300
Hematuria 2302
Proteinuria 2306
Klinis terbukti mennang ada penyakit kardiovaskular tekanan darah yang normal adalah sebagai berikut (tabel
atau ginjal 1) •.'•'•^
Bila faktor risiko tersebut tidak diintervensi (yaitu Beberapa pasien hanya meningkat tekanan sistoliknya
faktor risiko yang bisa dicegah dan diobati karena nnasih saja disebut isolated systolic hypertension (ISH), atau
mungkin reversibel), maka hipertensi akan berlanjut yang meningkat hanya tekanan diastoliknya saja disebut
menuju penyulit berupa kerusakan-kerusakan di organ isolated diastolic hypertension (IDH). Ada j u g a yang
sasaran yang terkait yang disebut target organ damage disebut white coat hypertension yaitu tekanan darah yang
(TOD). Pendekatan klinis pengobatan hipertensi harus meningkat waktu diperiksa di tempat praktek, sedangkan
meliputi pengendalian tekanan darah sampai kepada tekanan darah yang diukur sendiri {home blood pressure
normotensi, mengendalikan faktor-faktor risiko serta measurement/HBPM) ternyata selalu terukur normal.
mengobati semua TOD yang telah terkena.^ ^^"^^ White coat hypertension dianggap tidak aman.^ Hipertensi
Semua upaya tersebut tentu saja harus mengikuti persisten (sustained hypertension) adalah istilah tekanan
atau mengacu kepada guideline-guideUne yang telah ada darah yang meningkat (hipertensi), baik diukur di klinik
yang telah disepakati. maupun di luar klinik, termasuk di rumah, dan j u g a
selama menjalankan aktivitas harian yang biasa dilakukan.
Walaupun sama-sama meningkat, sering kali tekanan
darah di klinik lebih tinggi dari pada di luar klinik.^
DEFINISI
A d a p u n yang dimaksud hipertensi resisten iaIah
Semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan t e k a n a n d a r a h y a n g tidak m e n c a p a i target n o r m a l
berdasarkan bukti klinis {evidence based) atau berdasarkan meskipun sudah mendapat tiga kelas obat anti hipertensi
konsensus atau berdasarepidemiologi studi meta analisis. yang berbeda dan sudah dengan dosis optimal (salah
Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angka normal satunya harus diuretik).^
yang disepakati, maka risiko morbiditas dan mortalitas
kejadian kardiovaskular akan meningkat. Yang paling
penting iaIah tekanan darah harus persistens di atas atau EPIDEMIOLOGI
sama dengan 140/90 mmHg."
Persistensi peningkatan di atas 140/90 mmHg ini Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka
harus terbukti, sebab bisa saja peningkatan tekanan kejadian yang berbeda-beda, sebab ada faktor-faktor
darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan genetik, ras, regional, sosiobudaya yang juga menyangkut
peningkatan diurnal dari tekanan darah yang normal gaya hidup yang juga berbeda. Hipertensi akan makin
sesuai siklus sirkardian (pagi sampai siang tekanan darah meningkat bersama dengan bertambahnya umur^
meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi Hasil analisa The Third National Health and Nutrition
masih dalam batas variasi normal).'* Examination Survey (NHANES III) blood pressure data,
Menurut berbagai guideline, maka definisi-definisi hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori :^
t Volume Cairan
/
Asupan Faktor
Natrium Genetik
berlebih
Faktor Humoral
Vasokonstriktor
Volume darah ' Angiotensin II Vasodilator
Na+, Aldosterone Katekolamine Prostaglandin &
Kinins
Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat. katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya.
A k i b a t n y a terjadi e k s p a n s i v o l u m e intra v a s k u l a r , Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatakan
sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan denyut j a n t u n g {Heart Rate) lalu diikuti kenaikan CO
perjalanan waktu T P R j u g a akan meningkat, lalu secara atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat dan
berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akhirnya akan mengalami agregrasi platelet. Peningkatan
akibat autoregulasi. Bila TPR vasodilatasi tekanan darah nerotransmiter NE ini mempunyai efek negatif terhadap
akan menurun, sebaliknya bila TPR vasokonstriksi tekanan jantung, sebab di jantung ada reseptor a l , 6 1 , 62, yang
darah akan meningkat.^ akan memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertrofi
dan aritmia dengan akibat progresivitas dari hipertensi
Peran Kendali Saraf Autonom aterosklerosis.
Persarafan autonom ada dua m a c a m , yang pertama Karena pada dinding p e m b u l u h darah j u g a ada
iaIah sistem saraf simpatis, yang mana saraf ini yang reseptor a l , maka bila NE meningkat hal tersebut akan
akan menstimulasi saraf viseral (termasuk ginjal) melalui memicu vasokonstriksi (melalui reseptor a l ) sehingga
neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun hpertensi aterosklerosis juga makin progresif
dopamin.^'^° Pada ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada
Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat reseptor 61 dan a l yang akan memicu terjadinya retensi
stimulasi saraf simpatis. Regulasi simpatis dan parasimpatis natrium, mengaktivasi sistem RAA,memicu vasokonstriksi
berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh kesadaran pembuluh darah dengan akibat hipertensi aterosklerosis
otak, akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus juga makin progresif
sirkardian. Gambar 3 dan 4 dapat dipakai untuk mendalami
Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di pemahaman peran aktivitas NE saraf simpatis lebih lanjut.
jantung, ginjal, otak, serta dinding vaskular pembuluh Selanjutnya bila NE kadarnya tidak pernah normal
darah iaIah reseptor a l , a 2 , 61 dan 62. Belakangan maka s i n d r o m a hipertensi aterosklerosis j u g a akan
ditemukan reseptor 63 di aorta yang ternyata kalau berlanjut makin progresif menuju kerusakan organ target/
dihambat dengan beta bloker 61 selektif yang baru target organ damage (TOD).^^°
(nebivolol) maka akan memicu terjadinya vasodilatasi
melalui peningkatan nitrit oksida (NO).^^ Peran Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya (RAA)
genetik, stres kejiwaan, rokok, dan sebagainya, akan Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu
terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan refleks baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem
PENDEKATAN KLINIS HIPERTENSI 2263
Kadar katekolamin
T, T, t, t,
\ 1 /
Kerusakan Miokard
Hipertrofi Vasokonstriksi •*— Retensi Natrium
Aritmia
RAA akan dipicu mengikuti kaskade seperti yang tampak {angiotensin converting enzyme). Akhirnya angiotensin II ini
pada gambar di bawah ini, yang mana pada akhirnya renin akan bekerja pada reseptor-reseptor yang terkait dengan
akan disekresi, lalu angiotensin I (A I), angiotensin II (A II), tugas proses fisiologinya iaIah di reseptor A T I , AT2, AT3,
dan seterusnya sampai tekanan darah meningkat kembali. AT4. Gambar 6 dan 7 berikut akan lebih memperjelas
Begitulah secara fisiologis autoregulasi tekanan darah keterangan ini.^
terjadi melalui aktifasi dari sistem RAA (Gambar 5).^ Faktor risiko y a n g tidak d i k e l o l a a k a n m e m i c u
A d a p u n proses p e m b e n t u k a n renin dimulai dari sistem RAA. Tekanan darah makin meningkat, hipertensi
p e m b e n t u k a n a n g i o t e n s i n o g e n y a n g dibuat di hati. aterosklerosis makin progresif. Ternyata yang berperan
Selanjutnya a n g i o t e n s i n o g e n akan dirubah menjadi utama untuk memicu progresifitas iaIah angiotensin II,
angiotensin I oleh renin yang dihasilkan oleh makula bukti uji klinisnya sangat kuat. Setiap intervensi klinik
densa apparat juxta glomerulus ginjal. Lalu angiotensin pada tahap-tahap aterosklerosis kardiovaskular kontinum
I akan dirubah menjadi angiotensin II oleh enzim ACE ini terbukti selalu bisa menghambat progresifitas dan
2264 HIPERTENSI
1r
Stimulasi b e t a l -
adrenergik
Angiotensinogen Renin
J L
dibuat di hati disekresi ginjal
Angiotensin converting
Darah Renin enzyme (ACE)
Angiotensinogen
Renin
1
Angiotensin I
ACE
i Adrenal
Vaskular
Angiotensin II Miokard
Ginjal
SSP
Gambar 7. Peran angiotensin II pada reseptor ATI di organ-organ yang terkait, yang
akan bergilir rusak seperti efek domino
Remodelling
Dilatasi ventrikel/
Infark m i o k a r d disfungsi kognitif
d a n stroke
Gagal j a n t u n g kongestif/
Aterosklerosis, s t r o k e seTcunder
d a n hipertrofi V
v e n t r i k u k a r kiri Penyakit j a n t u n g
s t a d i u m akhir,
k e r u s a k a n otalc,
dan demensia
F a k t o r risiko:
Hipertensi, diabetes,'
obesitas, merokok, usia Kematian kardio/
Serebrovaskular
menurunkan risiko kejadian kardiovaskularJ^^^^'' akan kita sebut sebagai "the atherosclerotic syndrome" atau
Dengan memahami kaskade sistem RAA ini maka titik "the hypertension syndrome", sebab pada hipertensi sering
tangkap berbagai obat anti hipertensi bisa dengan mudah disertai gejala-gejala lain berupa resistensi insulin, obesitas,
dipahami (Gambar 9).'^ mikroalbuminuria, gangguan koagulasi, gangguan toleransi
glukosa, kerusakan membran transport, disfungsi endotel,
Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah dislipidemia, pembesaran ventrikel kiri, gangguan simpatis
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum, parasimpatis. Aterosklerosis ini akan berjalan progresif dan
penyakit yang berlanjut terus menerus sepanjang umur. berakhir dengan kejadian kardiovaskular^^^^
Paradigma yang baru tentang hipertensi dimulai dengan Bonetti et al berpendapat bahwa disfungsi endotel
disfungsi endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular, merupakan sindrom klinis yang bisa langsung berhubungan
vaskular biologi berubah, lalu berakhir dengan TOD.^^ d e n g a n dan dapat m e m p r e d i k s i p e n i n g k a t a n risiko
Mungkin hipertensi ini lebih cocok menjadi bagian kejadian kardiovaskular^^
dari salah satu gejala sebuah sindroma penyakit yang Progresivitas sindrom aterosklerotik ini dimulai
2266 HIPERTENSI
Reseptor (Pro)renin
DRI
t ) Prorenin Reniri
T
B-bloker
Angiotensinogen
ACE h ACE-I
ARB
AT^R AT,R
Gambar 9. Titik tangkap berbagai obat anti hipertensi yang bekerja di sistenn RAA
d e n g a n faktor risiko y a n g tidak dikelola, a k i b a t n y a iaIah Ox-LDL, ROS {radical oxygen species), homosistein,
hemodinannika tekanan darah makin berubah, hipertensi CRP serta masih ada lagi yang lain. ^®
makin meningkat serta vaskular biologi berubah, dinding Kesimpulannya faktor risiko yang banyak ini harus
p e m b u l u h darah makin menebal dan pasti berakhir dikelola agar aterosklerosis tidak progresif sehingga risiko
dengan kejadian kardiovaskular.^^ kejadian kardiovaskular bisa dicegah/diturunkan.
Dikenal ada faktor risiko tradisional dan non tradisional Faktor risiko y a n g paling d o m i n a n memegang
yang bila bergabung dengan faktor-faktor lokal atau yang peranan untuk progresivitas ternyata tetap dipegang oleh
lain serta faktor genetik maka vaskular biologi akan berubah angiotensin 11.^°^^ Bukti-bukti klinis sudah mencapai tingkat
menjadi makin tebal karena mengalami kerusakan berupa evidence A, bahwa bila peran angiotensin II dihambat oleh
lesi vaskular dan remodeUing, antara lain akibat: inflamasi, ACE-inhibitor{AC£-\) atau angiotensin receptor blocker {ARB),
vasokonstriksi, trombosis, ruptur plak/erosi.^^ risiko kejadian kardiovaskular dapat dicegah/diturunkan
Dikenal pula faktor risiko baru selain angiotensin II, secara meyakinkan.^^"" WHO 2003 menetapkan bahwa
Faktor tidak
Faktor Lokal
diketahui
f
I 1
Lesi vaskular Ruptur/erosi
Inflamasi Vasokonstriksi Trombosis
plak
dan remodelling
® ® ® ® 0
Gambar 10. Disfungsi endotel adalah risiko akibat semua faktor risiko
PENDEKATAN KLINIS HIPERTENSI 2267
faktor risiko yang paling banyak menyebabkan premature berupa faktor risiko. Tetapi bila faktor-faktor risiko ini tidak
death iaIah hipertensi (7,1 juta kematian).^ diobati maka akan memicu gangguan hemodinamik dan
Hipertensi sudah diakui sebagai penyebab utama gangguan vaskular biologi seperti yang nampak pada
aterosklerosis. Sedangkan aterosklerosis sendiri adalah gambar IZ.^^^e
penyebab tiga per empat semua kematian penyakit Dengan demikian maka konsep pengobatan hipertensi
kardiovaskular (PKV).^ menjadi seperti berikut
Secara skematis dapat dilihat pada gambar 10, yang 1. Pencegahan primer : mengobati semua faktor risiko
mana disfungsi endotel adalah merupakan risiko akibat yang reversibel.
adanya semua faktor risiko.^* 2. Pencegahan sekunder:
Penanda adanya disfungsi endotel dapat dilihat di mengobati kelainan non hemodinamik {beyond
retina mata dan dapatjuga dilihat di ginjal (glomerulus), blood pressure lowering) yaitu kelainan disfungsi
yaitu bilamana ditemukan mikroalbuminuria pada endotel dan disfungsi vaskular
pemeriksaan urin, dengan keterangan seperti gambar mengobati kelainan hemodinamik dengan obat
1 1 22,24.25,26,27 anti hipertensi sesuai guideline dengan mono-
Kesimpulannya hipertensi adalah hanya salah satu terapi m a u p u n kombinasi yang d i s e s u a i k a n
gejala dari sebuah sindroma yang akan lebih sesuai dengan compelling indications antara lain sebagai
bila disebut sebagai sindroma hipertensi aterosklerotik berikut:
(bukan merupakan penyakit tersendiri), kemudian akan penurunan tekanan darah sampai 140/90 mm
memicu pengerasan pembuluh darah sampai terjadi Hg pada semua penderita hipertensi yang
kerusakan target organ terkait. Awalnya memang hanya tidak berkomplikasi
penurunan tekanan darah sampai 130/80 mm
Hg pada penderita diabetes dan penyakit
Kerusakan Permeabilitas Dinding Endotel ginjal kronik (risiko tinggi)
penurunan tekanan darah sampai 125/75 mm
Hg pada penderita proteinuria > 1 g/hari
3. Pencegahan tersier : mengobati kerusakan target
organ
Faktor Risiko Kardiovaskular
Genetik etnis
Hipertensi ETIOLOGI
Merokok
Usia
Obesitas
Diabetes melitus
Hemodinamik Teka
Darah Berubah
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui
Hiperlipidemia
Hiperrurisemia
{meningkat )
(90%), bila ditemukan sebabnya disebut sekunder (10%)).
Menopause
Gaya hidup Biologi Dinding Penyebabnya antara lain
Hiperhomosisteinemia Vaskuler Berubah
Kerusakan dinding
vaskular
penyakit : penyakit ginjal kronik, sindroma cushing,
(Aterosklerosis)
koarktasi aorta, obstuctive sleep apnea, penyakit
paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer,
penyakit renovaskular, penyakit tiroid
Faktor
RA Risiko R/Area Uji Klinis R/f^ obat-obatan :
prednison, fludrokortison, triamsinolon
Gambar 12. Konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier pada amfetamin/anorektik: phendimetrazine,
hipertensi aterosklerosis, the disease cardiovascular continuum phentermine, sibutramine
2268 HIPERTENSI
o
(Dry vasocontriction ) (Wet vasocontriction)
Arterioles
o
Lebih tinggi Resistensi perifer Tinggi
Tinggi Aldosteron Rendah ke tinggi
Rendah Volume plasma Tinggi
Rendah Curah jantung Tinggi
Tinggi Hematokrit Rendah
Tinggi Urea Rendah
Tinggi Viskositas darah Rendah
Rendah Perfusi jaringan Tinggi
Ya Hipotensi postural Tidak
(+) Stroke
Sekuele vaskular (-)
(+) Serangan jantung (-)
(+) Kerusakan ginjal
(-)
(+) Ensefalopati retinopati (-)
Gambar 13. Perbedaan mekanisme tekanan darah tinggi menurut Laragh antara hipertensi muda
dan hipertensi tua
PRA Na*
V Hipertensi malgina V
A i Renovaskular unilateral 0
Tinggi Rendah
S Hipertensi esensial tiigh renin L
0 Feokromositoma U
K Hipertensi esensial medium-renin ^A
O Renovaskuler biilateral E
Sedang Normal
N Hiperaldosteronisme primer
S
T
R
Rendah 1 Tinggi
K
S
1
R/ A + B R/C + D
TD Normal = (PRA) X (Na* ? Volume)
UMUR
r " " 1
Muda Tua
RENIN
(<55) (>55)
Gambar 14. Spektrum volume pada penderita hipertensi muda dan hipertensi tua
withdrawal, methylphenidate, phencyclidine, ketamin, perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran TD
ergot-containing herbal products adalah:^^
1. Untuk mengukurTD terdapat 3jenis sphygmomano-
meter, yaitu manometer aneroid (kurang akurat bila
DIAGNOSIS digunakan berulang-ulang), manometer elektronik
(juga kurang akurat) dan manometer merkuri/air raksa
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai (ingat merkuri dapat mencemari lingkungan). Gunakan
keluhan. Hipertensi adalah the silent killer Penderita manset dengan ukuran inflatable bag; (karet yang ada
baru mempunyai keluhan setelah mengalami komplikasi di bagian dalam manset) yang sesuai, yaitu lebar±40%
di TOD. Secara sistematik anamnesa dapat dilaksanakan dari lingkar lengan (rata-rata pada orang dewasa 12-14
sebagai berikut cm) dan panjang + 60—80% lingkar lengan, sehingga
cukup panjang untuk melingkupi lengan.
Anamnesis 2. Pasang manset pada lengan atas d e n g a n pusat
Anamnesis meliputi inflatable bag di atas arteri brakhialis (pada sisi dalam
1. lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah lengan atas) dan sisi bawah manset + 2,5 cm di atas
2. indikasi adanya hipertensi sekunder fossa antecubiti.
keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal 3. Posisi lengan penderita sedikit fleksi pada siku, lengan
polikistik) harus disangga (dengan bantal, meja atau benda lain
adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, yang stabil), pastikan bahwa manset setinggi jantung.
hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan Cari arteri brakhialis, biasanya sedikit medial dari
obat/bahan lain tendon bisep.
episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, 4. Lakukan pemeriksaan palpasi tekanan darah sistolik
palpitasi (feokromositoma) (TDS) yaitu ibu jari atau jari-jari lain diletakkan di atas
episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme) arteri brakhialis, manset dipompa/ dikembangkan
3. faktor-faktor risiko sampai ± 30 mmHg di atas tingkat di mana pulsasi
riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada mulai tidak teraba, kemudian manset pelan-pelan
pasien atau keluarga pasien dikendurkan dan akan didapatkan TDS yaitu saat
riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga- pulsasi mulai teraba kembali.
nya 5. Selanjutnya stetoskop (bagian bell) diletakkan di atas
r i w a y a t d i a b e t e s m e l i t u s pada p a s i e n atau arteri brakhialis, manset dipompa kembali sampai
keluarganya ± 30 mmHg di atas harga palpasi TDS, kemudian
kebiasaan merokok manset dikendurkan pelan-pelan (kecepatan 2-3
pola makan mmHg/detik), tentukan TDS (mulai terdengar suara)
kegemukan, intensitas olah raga dan tekanan darah diastolik atau TDD (suara mulai
kepribadian menghilang).
4. gejala kerusakan organ 6. Pengukuran TD harus dilakukan pada lengan (arteri
otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan brakhialis) kanan dan kiri, setidaknya pernah dilakukan
penglihatan, transient ischemic attacks, defisit walaupun sekali saja. Normal antara kanan dan kiri
sensoris atau motoris terdapat perbedaan 5-10 mmHg. Bila ada perbedaan
jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak > 10-15 mmHg perlu dicurigai adanya kompresi atau
kaki, tidur dengan bantal tinggi (lebih dari 2 obstruksi arteri pada sisi yang TD-nya lebih rendah.
bantal) 7. Pada penderita yang mendapat obat antihipertensi
ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri, dan ada riwayat pingsan atau postural dizziness, atau
hipertensi yang disertai kulit pucat anemis pada penderita dengan dugaan hipovolemik, TD
arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio diukur pada posisi tidur, duduk, dan berdiri (kecuali
intermiten ada kontraindikasi). Normal dari posisi horisontal ke
5. pengobatan anti hipertensi sebelumnya posisi berdiri akan menyebabkan TDS sedikit menurun
6. faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan atau tidak berubah dan TDD sedikit meningkat. Bila
saat berdiri TDS turun 8i 20 mm Hg, apalagi disertai
Pemeriksaan Fisis adanya keluhan, menunjukkan adanya hipotensi
Pengukuran tekanan darah (TD) dilakukan pada penderita ortostatik (postural). TDD juga bisa turun. Penyebabnya
yang dalam keadaan nyaman dan relaks, dan dengan adalah obat, hipovolemia, terlalu lama tirah baring dan
tidak t e r t u t u p / t e r t e k a n pakaian. Beberapa hal yang gangguan sistem saraf autonom perifer
2270 HIPERTENSI
referensi. Sesuai dengan tujuan pencapaian target tekanan AHA 2007 untuk high risk hypertension harus lebih agresif
d a r a h , nnaka m a s i n g - m a s i n g guideline memberikan menurunkan tekanan darah (tabel 5)."°
rekomendasi (tabel 3).23,5,26,37 Tabel 5. Target rekomendasi tekanan darah menurut
Bila hipertensi tidak berkomplikasi {unconnplicated guideline AHA 2007 untuk high risk hypertension
hypertension) maka rata-rata semua guideline sepakat Selanjutnya pengobatan hipertensi menurut guideline
targetnya iaIah 140/90 mmHg. Akan tetapi bila hipertensi ESH-ESC 2007 harus berdasarkan stratifikasi faktor risiko
disertai diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronis target (Tabel 6), kemudian dihitung faktor-faktor risiko yang
tekanan darah harus kurang dari 130/80 mmHg. Sedang dimiliki.33
obat pilihan pertama menurut berbagai guideline seperti Istilah added risk, iaIah untuk mereka yang diindikasikan
pada tabel 4."'3"8" dengan high risk atau yang dengan indikasi yang memaksa
Kebanyakan dokter di Indonesia mengikuti guideline {compelling indications) misalnya pasien normo tensi tetapi
JNC 7 (Gambar 15).3 sudah menderita kelainan kardiovaskular atau penyakit
Sedangkan target tekanan darah menurut guideline ginjal kronik maka pasien termasuk very high added risk}^
Tabel 2. Rekomendasi Pengobatan Hipertensi yang Disesuaikan dengan Indikasi yang Memaksa {compelling indication)
Menurut WHO-ISH 2003, ESH-ESC 2007/2009, JNC 7 2003:
Indikasi WHO-ISH 2003 ESH-ESC 2007/2009 JNC 7 2003
Pasien usia lanjut dengan Diuretik, DPHCCB Diuretik, CA Diuretik tiazid saja atau dikombinasikan
hipertensi sistolik dengan salah satu dari kelas obat
berikut (ACEIs, ARBs, BBs, CAs)
Pasca infark miokardium ACEI, BB BB, ACEI, ARB BB, ACEI, Anti-aldosterone
Disfungsi ventrikel kiri ACEI ACEI ACEI, BB, diuretik
gagal jantung kongestif D i u r e t i k , B B Diuretik, BB, ACEI, ARB, Diuretik tiazid, BB, ACEI, ARB, Anti-
Spironolakton Anti -aldosterone aldosterone agents
pasca stroke ACEI+diuretik, diuretik Obat antihipertensi Diuretik tiazid,, ACEI
apapun
Penyakit ginjal ACEI, ARB ACEI, ARB ACEI, ARB
Hipertrofi ventrikel kiri ARB ACEI, CA, ARB ACEI, diuretik, ARB
Penyakit arteri perifer Tidak tersedia CA Kelas obat manapun dapat dipakai
untuk sebagian besar pasien
Aterosklerosis asimptomatik Tidak tersedia CA, ACEI Tidak tersedia
Takiaritmia/fibrilasi Tidak tersediaa BB BB
ESRD/proteinuria Tidak tersedia ACEI, ARB, loop diuretics Tidak tersedia
Mikroalbuminuria Tidak tersedia ACEI, ARB Tidak tersedia
Angina pektoris Tidak tersedia BB, CA BB, CA
Diabetes Tidak tersedia ACEI, ARB Diuretik thiazide, BB, ACEI, ARB, CA
DHPCCB = Dihydropyridine calcium channel-blockers; BB = b-Blockers; ACEI = Angiotensin
Converting enzyme inhibitors; ARB = Angiotensin receptor blockers; CA = Calcium antagonists;
Ml = Myocardial infarction
Tabel 3. Target Tekanan Darah yang Harus Dicapai dari Berbagai Guideline
Guidelines Hipertensi Tidak Berkomlikasi Diabetes Penyakit Ginjal Kronik
USA (JNC VII [2003]) <140/90 mmHg <130/80 mmHg < 130/80 mmHg
Eropa (ESH 2007) <140/90mmHg <130/80 mmHg < 130/80 mmHg
Atau lebih rendah
Cina (CSH 2005) <140/90 mmHg <130/80 mmHg < 130/80 mmHg
(TDS <. 150 mmHg untuk usia tua)
WHO-ISH 2003 TDS < 140 mmHg < 130/80 mmHg < 130/80 mmHg
BHS IV 2004 <140/85 mmhg <130/80 mmHg < 130/80 mmHg
2272 HIPERTENSI
Tabel 4. Pilihan Pertama Obat Anti Hipertensi, Menurut: JNC 7, ESH-ESC 2007, WHO-ISH 2003, BHS-NICE 2006, BHS-
NICE 2011
WHO-ISH BHS-NICE BHS-NICE
JNC 7 ESH-ESC 2007
2003 2006 2011
Thiazid Diuretik Salah satu Diuretik dosis rendah A/CD A atau C
(AAB,C,D)
2 obat kombinasi 2 obat kombinasi . . .
Sesuai indikasi yang Sesuai indikasi yang Sesuai indikasi yang Sesuai indikasi yang Sesuai indikasi yang
memaksa memaksa memaksa memaksa memaksa
JNC VII 2003, ESH-ESC 2007, WHO-ISH 2003, BHS-NICE 2006, BHS-NICE 2011
Hipertensi Hipertensi
Stadium 1 Stadium 2
Obat-obat untuk indikasi
(TD sistolik 140-159 atau (TD Sistolik > 160 atau yang berarti (lihat Tabel 12)
TD diastolik 90-99 mmHg) TD Diastolik > 100 mmHg). Mohon diperiksa lagi
diuretik tiazid diberikan untuk Kombinasi dua obat dipakai apa benar sesuai dengan tabel 12
sebagian besar .kasus untuk sebagian besar kasus Obat anti hipertensi lainnya
Penggunaan ACEI, ARB, BB, CCb, (biasanya diuretic tipe tiazid dan (diuretic, ACEI, ARB, BB, CCB)
dapat dipertimbangkan atau ACEI, atau ARB atau BB atau CCB bila perlu
diberikan dalam bentuk kombinasin
Selanjutnya ikuti algoritme pengobatan hipertensi hipertensi menurut BHS IV. Sebenarnya terapi ABCD ini
menurut guideline ESH-ESC 2007 yang mana merupakan mengikuti konsep Laragh yang mana bila pasien hipertensi
hasil revisi tahun 2003, iaIah bila hipertensi sudah termasuk usia muda, maka obatnya A (ACE-I dan ARB) dan BB
high atau very high CV risk maka dianjurkan pengobatan (beta bloker). Sedang pada hipertensi pasien tua {erderly
langsung dengan dua obat atau lebih (Gambar 16).^^ hypertension) obatnya iaIah CCB {calcium channel blocker)
Skema pada gambar 17 adalah strategi terapi ABCD dan D {diuretic)
Tabel 5. Target Rekomendasi Tekanan Darah Menurut Guideline AHA 2007 untuk high risk hypertension
Pencegahan umum untuk semua penderita < 140/90 mmHg
Penderita dengan diabetes, penyakit ginjal kronik, penyakit jantung koroner (infark miokard, angina stabil, < 130/80 mmHg
angina tidak stabil), penyakit vaskular aterosklerotik non koroner (stroke iskemik, TIA, PAD, aneurisma
aorta abdomen), skor risiko Framingham >. 10%
Penderita dengan gangguan ventrikel kiri (gagal jantung) < 120/80 mmHg
(AHA 2007)
Jim,
Penyakit kardiovaskular isiko tambahan nbahan
Risiko tamb, Riisiko t a m b a h a n Risiko tambahan Risiko tambahan
atau ginjal ngat tinggi sangat tin ngat tinggi sangat tinggi sangat tinggi
iRisiko umum "Risiko tambahan rendah Risiko tambahan sedang hiRisiko tambahan tinggi "Risiko tambahan sangat tinggi
Kombinasi dua sampai tiga obat <- —Monoterapi Kombinasi dua sampai
dengan dosis maksimal
dosis maksmal tiga obat dengan dosis maksimal
Gambar 16. Pengobatan hipertensi menurut guideline ESH-ESC 2007 (hasil revisi guideline 2003) : segera mulai pengobatan
kombinasi pada kelompok high and very high risk.
2274 HIPERTENSI
Akan tetapi pada guideline BHS-NICE 2006 langkah Cardiac Outcomes Trial), maka pada guideline BHS-NICE
terapi ABCD tersebut diatas dirubah menjadi ACD dan pada 2011, BB dikeluarkan dari pilihan awal untuk pengobatan
tahun 2011 dirubah lagi menjadi AC sehingga langkah- hipertensi. Namun pada guideline CHEP 2011 BB dipakai
langkahnya menjadi seperti skema gambar 1 8 . " ^ " sebagai pilihan awal p e n g o b a t a n yaitu hanya pada
Mengacu kepada studi ASCOT {Anglo-Scandinavian penderita umur di bawah 60 tahun. BB juga tetap bisa
Langkah 4
Hipertensi Tambahkan: a-blocker atau spironolakton atau diuretik lain
resisten
Langkah 1 A ^
Langkah 2 Keterangan
A - Ace Inhibitor a t a u angiotensin II
receptor blocker (ARB)'*
C - Calcium - channel blacker ( C C B ) "
D - diuretik s e r u p a tiazid
Langkah 3 (A+C+D)
^ Hipertensi resisten ^
dipakai bila ada indikasi yang nnennaksa {compelling blood pressure lowering effect sehingga semua guideline
indication) misalnya penyakit j a n t u n g kongestif dan merekomendasikan menggunakan obat tersebut untuk
penyakit jantung koroner (Gambar 19).^^^''^ high risk patient CCB lebih bermanfaat untuk mencegah
Gambar 19. Pengobatan hipertensi menurut guideline stroke, disamping kemampuannya menurunkan tekanan
CHEP 2011 untuk hipertensi tanpa compelling indications, darah seperti anti hipertensi yang lain.^""
BB dapat dipakai sebagai pilihan pertama obat anti Guideline y a n g t e r b a r u y a n g s u d a h t e r s e d i a di
hipertensi pada penderita usia di bawah 60 tahun tahun 2011 dan sudah diterbitkan iaIah dari CHEP 2011
Sekali lagi pada guideline: WHO-ISH, ESH-ESC, JNC 7 {Canadian Hypertension Education Program) dan BHS-NICE
telah sepakat obat pilihan pertama adalah thiazide diuretik. 2011 {British Hypertension Society-National Institute for
Boleh diberikan secara monoterapi atau kombinasi dengan Health and Clinical Excellence). JNC 8 dikabarkan akan
obat anti hipertensi yang lain.^^" Tetapi tidak menolak terbit tahun depan {20^2).^•^^
opini untuk m e n g g u n a k a n obat anti hipertensi lain
sebagai monoterapi untuk pilihan pertama. Obat-obat Terapi Kombinasi
anti hipertensi yang sudah berbukti klinis iaIah ACE-I, ARB, ESH-ESC 2007 merekomendasi, dua obat dapat langsung
beta bloker, calcium channel blocker, diuretik. ESH-ESC diberikan sebagai terapi awal untuk yang diklasifikasikan
2009 memasukkan obat baru DRI {direct renin inhibitor) sebagai high atau very high cardiovascular risk. WHO dan
yaitu aliskiren untuk tekanan darah sistolik dan diastolik JNC 7 juga memberi rekomendasi yang sama terutama
sebagai monoterapi atau kombinasi dengan diuretik, untuk tambahan obat kedua pada hipertensi dengan
CCB, ACE-l/ARB.^^entang beta bloker, berdasarkan studi tekanan darah 20 mmHg di atas sistolik blood pressure
ASCOT {Anglo-Scandinavian Cardiac Outcomes Trial), LIFE, goal atau 10 mmHg di atas diastolik blood pressure goal
INVEST {The International Verapamil-Trandolapril Study), atau yang dengan compelling indications.^^^^ CHEP 2011
maka BHS/NICE menempatkan pada pilihan keempat, menganjurkan memberi satu tablet yang sudah berisi dua
tetapi guideline yang lain tetap merekomendasikan seperti obat {single pill) daripada masing-masing obat diberikan
yang tertulis di guideline karena terbukti bisa mencegah secara terpisah.^ W a l a u p u n s e m u a guideline sangat
kejadian kardiovaskular dan heart failure d\band\ng obat- merekomendasi pengobatan dengan cara kombinasi
obat anti hipertensi yang lain, terutama yang dengan recent tetapi hanya guideline ESH-ESC 2007 saja yang dengan
coronary event.ACE-I/ARB mempunyai proteksi tegas merekomendasi efek sinergistik obat-obat tersebut
yang lebih karena kemampuannya yang disebut beyond dengan tata laksana seperti gambar 2 0 . "
Terapi perubahan
gaya hidup
l<erja
Beta-
Tiazid ACEI ARB lama
blocker*
CCB
*BB tidak diindikasikan sebagao terapi lini pertama untuk usia 60 tahun
ACEI, ARB dan inhibitor renin langsung dikontraindikasikan pada kehamilan da perlu
diresepkan dengan hati-hati untuk wanita yang akan mengandung (CHEP 2011)
Gambar 19. Pengobatan hipertensi menurut guideline CHEP 2011 untuk hipertensi tanpa compelling indications, BB dapat dipakai
sebagai pilihan pertama obat anti hipertensi pada penderita usia di bawah 60 tahun
2276 HIPERTENSI
E S H - E S C 2 0 0 7 m e r e k o m e n d a s i pilihan d i u r e t i k
adalah indapamide, sebab merupakan diuretik yang unik Diuretik thiazid atau indapamide
karena mampu memberi natriuresis tanpa diuresis serta
dapat memberi proteksi vaskular seperti CCB. Kombinasi
berikutnya yang direkomendasi iaIah ACE inhibitor diwakili p- Blocker
perindopril dan CCB diwakili amiodipin sesuai dengan
hasil studi ASCOT dimana kombinasi ini mempunyai nilai
proteksi yang lebih baik."''^
Guideline ESH-ESC 2007 j u g a merekomendasikan
kombinasi yang baik iaIah ACE-I, CCB dan diuretik thiazid
(terutama indapamide) : lihat segitiga abu-abu (Gambar
21)33,34
PENCEGAHAN
Tabel 8 adalah ringkasan penatalaksanaan, serta Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu
langkah-langkah selanjutnya untuk mengobati pasien penyakit, juga bukan sakit hipertensi, tidak diindikasikan
hipertensi sesuai dengan stadium dan indikasi yang untuk d i o b a t i d e n g a n o b a t f a r m a s i , b u k a n t a r g e t
memaksa bila ada TOD. pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi
adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju
kejadian p e n y a k i t kardiovaskular. Di populasi U S A ,
KOMPLIKASI menurut NHANES 1999-2000, insiden pre hipertensi
sekitar 31%.«
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko PKV Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya
berlangsung secara terus menerus, konsisten dan akan menjadi hipertensi p e r m a n e n , s e h i n g g a pada
independen dari faktor-faktor risiko yang lain. Pada jangka populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya
lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran hidup {lifestyle modification) agar tidak menjadi progresif
target normo tensi pasti akan merusak organ-organ terkait ke TOD.^5
(TOD) pada Gambar 22.^
Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap Rekomendasi Gaya Hidup yang Harus Ditaati
menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia."*^ Risiko Menurut CHEP 2011
komplikasi ini bukan hanya tergantung kepada kenaikan Untuk mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan
tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga tergantung untuk menurunkan asupan garam sampai di bawah 1500
bertambahnya umur penderita (Gambar 23 dan 24).''° mg/hari. Diet yang sehat iaIah bilamana dalam makanan
PENDEKATAN KLINIS HIPERTENSI 2277
Tabel 7. Penggunaan Obat-Obat FarmakologI Anti Hipertensi Sesuai dengan Kelas, Dosis, Indikasi, dan Kontraindikasi
Total dosis harian
yang lazim*
Kelas Obat Contoh Indikasi Lain Kontraindikasi/peringatan
(Frekuensi dosis/
hari)
Diuretik
Tiazide Hidroklorotiazid 6.25-50 mg (1-2) Diabetes, dislipidemia.
Klortalidon 25-50 mg (1) hiperurisemia, gout.
Hipokalemia
Loop diuretics Furosemid 40-80 mg (2-3) GJK akibat disfungsi sistolik, Diabetes, dislipidemia,
Asam etakrinat 50-100 mg (2-3) gagal ginjal hiperurisemia, gout.
Hipokalemia
Antagonis Spironolakton 25-100 mg (1-2) GJK akibat disfungsi sistolik. Gagal ginjal, hiperkalemia
aldosteron Epierenon 50-100 mg (1-2) aldosteronisme primerl
Hennat Amiloride 5-10 mg (1-2) Gagal ginjal, hiperkalemia
Triamterene 50-100 mg (1-2)
Beta blockers
Kardioselektif Atenolol 25-100 mg (1) Angina, GJK akibat disfungsi Asma, PPOK, Blok jantung
Metoprolol 25-100 mg (1-2) sistolik, pasca infark d e r a j a t ke-2 a t a u k e - 3 .
Non-selektif Propranolol 40-160 mg (2) miokardium, sinus takikardia. sindrom sick-sinus
Propranolol LA 60-180 (1) takiaritmia ventrikular
Kombinasi alfa/ Labetalol 200-800 mg (2) ? Pasca infark miokardium.
beta GJK
Karvedilol 12.5-50 mg (2)
Alpha antagonists
Selektif Prazosin 2-20 mg (2-3) Protatisme
Doxazosin 1-16 mg (1)
Terazosin 1-10 mg (1-2)
Non-selektif Fenoksibenzamin 20-120 mg (2-3) Feokromositoma
Simpatolitik
Sentral Klonidine 0.1-0.6 mg (2)
Clonidine patch 0 . 1 - 0 . 3 mg ( 1 /
minggu)
Metildopa 250-1000 mg (2)
Reserpin 0.05-0.25 mg (1)
Guanfasin 0.5-2 mg (1)
ACE inhibitors Kaptopril 25-200 mg (2) Pasca Infark Miokardium, Gagal ginjal akut, stenosis
Lisinopril 10-40 mg (1) sindrom koroner, GJK, arteri ginjal bilateral,
Ramipril 2.5-20 mg (1-2) dengan fraksi ejeksi rendah. kehamilan, hiperkalemia
nefropati
antagonis Losartan 25-100 mg (1-2) GJK dengan fraksi ejeksi Gagal ginjal, stenosis arteri
Angiotensin II Valsartan 80-320 mg (1) rendah, nefropati, batuk ginjal bilateral, kehamilan.
Kandesartan 2-32 mg (1-2) yang disebabkan oleh ACE hiperkalemia
inhibitor
Inhibitors renin Aliskiren 150-300 mg (1) Nefropati diabetik Kehamilan
Antagonis kalsium
Dihidropiridin N i f e d i p i n ( k e r j a 30-60 mg (1)
lama)
Nondihidropiridin V e r a p a m i l (kerja 120-360 mg (1-2) Pasca Infark Miokardium, Blok j a n t u n g derajat ke-2
lama) takikardia supraventrikular, atau ke-3
D i l t i a z e m ( k e r j a 180-420 mg (1) angina
lama)
Direct vasodilators Hidralazin 25-100 mg (2) Penyakit arteri koroner berat
Minoxidil 2.5-80 mg (1-2)
Singkatan: ACE, angiotensin-converting enzyme; CHF, congestive heart failure; COPD, chronic obstructive pulmonary disease; Ml,
myocardial infarction. (Longo, 2011)
2278 HIPERTENSI
Hipertensi
Disfungsi
distolik
Pembuluh Pembuluh Aorta Pembuluh Pembuluh Pembuluh
darah koroner darah otak darah otak darah ginjal darah mata
Stroke
hemoragik j^gf^Qji^ig^Q^jg Retinopati
dan gagal ginjal
Iskemia dan
infark miokard
Gambar 23. Berawal dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap peningkatan 20/10 mm Hg
akan menambah risiko mortalitas penyakit jantung iskemik
Usia o 64 Usia
60-69 tahun 60-69 tahun
in
oc>
Usia re 32 Usia
50-59 tahun 50-59 tahun
1 ?
16
(0 c
|S «re 8
0?
S o
M
re
0
4
j£
w 2
1 -
I 1^ —|—I I - r —rn
120 140 160 180 70 80 90 100 110
Gambar 24. Berawal dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap peningkatan 20/10 mm Hg akan menambah risiko mortalitas stroke
2280 HIPERTENSI
i -e
r = 0.69 p < 0.05 50
5.3 6.6 \ 1 1 1
21.0
43.6
1 -81- Hipertensi yang TDS \ <120 <129/ <139 <159 <179 <209 >210 mmHg
tidak diobati
EE -10 - TDD \80 <84/ <90 <100 <110 <120 >120mmHg
i
-12 -
130/85 140/90 Gambar 26. Hubungan kenaikan tekanan darah dan risiko
-14 menjadi penyakit ginjal tahap akhir menurut MRFIT setelah
Bakris GL et al, Am J Kidney Dis 2000; 36: 646 diikuti selama 16 tahun
Gambar 25. Meta analisis (9 studi) hubungan kenaikan tekanan
darah dengan mundurnya laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR)
yang lebih agresif secara individuil atau pada kelompok diastolik 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas
yang disebut high risk hypertension (tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat.
riwayat keluarga dengan hipertensi, kelompok risiko tinggi, Hipertensi yang tidak diobati meningkatkan : 3 5 % semua
paparan lingkungan yang meningkatkan kemungkinan kematian kardiovaskular, 5 0 % kematian stroke, 2 5 %
hipertensi: obesitas, diit tinggi garam, alkohol, inaktifitas kematian PJK, 50% penyakit jantung kongestif 2 5 % semua
fisik).5° kematian prematur (mati muda), serta menjadi penyebab
Sebab penurunan tekanan diastolik sebesar 2 mmHg tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan
saja dari awal dapat m e n u r u n k a n risiko prevalensi penyebab gagal ginjal terminal.^'^^''°
hipertensi 17%, kejadian stroke 14%, penyakit jantung Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi
koroner 6%.^° akan diikuti penurunan insiden strok 3 5 % sampai 40%;
Menurutgw/de//ne CHEP 2011, bila kita bisa menggeser infark miokard 2 0 % sampai 2 5 % ; dan lebih dari 50%
kurva populasi hipertensi menjadi kurva populasi gagal jantung. Diperkirakan penderita dengan hipertensi
normotensi, maka risiko penurunan stroke, PKV akan stadium 1 (TDS, 140-159 mmHg dan/atau TDD, 90-99
nampak seperti gambar 27.^ mmHg) dengan faktor risiko kardiovaskular tambahan, bila
berhasil mencapai penurunan TDS sebesar 12 mmHg yang
dapat bertahan selama 10 tahun, maka akan mencegah
PROGNOSIS satu k e m a t i a n dari setiap 11 p e n d e r i t a y a n g telah
diobati. Namun, belum ada studi terhadap hasil terapi
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum pada penderita pre hipertensi (120-139/80-89 mmHg),
yang akan berlangsung seumur hidup sampai pasien meskipun diketahui bahwa dari studi TROPHY pemberian
meninggal akibat kerusakan target organ (TOD). Berawal terapi pada pre hipertensi dapat menurunkan terjadinya
dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap kenaikan sistolik/ hipertensi sesungguhnya, walaupun obat telah dihentikan
Gambar 27. Penurunan mortalitas di populasi setelah berhasil melaksanakan modifikasi gaya hidup
2282 HIPERTENSI
Remodeling vaskular: seiring dengan berjalannya (ARB)s. Kadar prorenin 100 kali lebih tinggi bila
waktu, disfungsi endotel, aktivasi neurohormonal, dibanding dengan kadar renin dalam plasma. Untuk
inflamasi vaskular dan meningkatnya tekanan melihat aktivitas SRAA secara klinis, dapat diukur
d a r a h a k a n m e n y e b a b k a n p e r u b a h a n pada kadar plasma renin activity (PRA) dan plasma renin
pembuluh darah/remodeling vaskular yang consentration {PRQ:^
makin memperberat hipertensi. Gambaran khas Pada beberapa penelitian hewan coba, AT II dapat
dari keadaan ini adalah menebalnya dinding menyebabkan hipertensi melalui aktivasi NADPH
media arteri, sehingga terjadi peningkatan ratio oxidase dalam sel T yang berada dalam sirkulasi, ginjal
antara media dan lumen, pada arteri besar dan dan otak. Ekspresi reseptor ATI dan NADPH oxidase
kecil. Sistim renin angiotensin aldosteron (SRAA) pada sel T memegang peranan yang penting pada
merupakan faktor yang dominan yang berperan terjadinya hipertensi pada tikus coba, dan mungkin
dalam remodeling ini. pada m a n u s i a . AT II akan mengaktivasi NADPH
5. Mekanisme hormonal: Aktivasi sistim renin angiotensin oxidase dan meningkatkan produksi ROS pada organ
aldosteron merupakan salah satu mekanisme penting, subfronical, kemudian memicu aktivasi saraf simpatis
yang ikut berperan pada retensi natrium oleh ginjal, ke lien dan kelenjar getah bening, sehingga terjadi sel T
disfungsi endotel, inflamasi dan remodeling pembuluh dalam sirkulasi. Bersamaan dengan itu, terjadi aktivasi
d a r a h , j u g a h i p e r t e n s i . Renin y a n g d i p r o d u k s i NADPH oxidase pada sel T oleh AT II, diikuti dengan
terutama oleh sel juxtaglomerulus yang ada diginjal, meningkatnya ekspresi kemokin pada permukaan sel
akan berikatan dengan angiotensinogen yang T. Sel T tersebut akan mengaktivasi NADPH oxidase di
diproduksi oleh hati, menghasilkan angiotensin (AT) I. vaskular dan ginjal, diikuti dengan meningkatnya ROS
Selanjutnya oleh angiotensin converting enzyme (ACE) ditingkat lokal. Sel T yang teraktivasi di perivascular
yang terutama banyak terdapat diparu juga dijantung fat akan menyebabkan vasokonstriksi dan remodeling
dan pembuluh darah (tissue ACE), AT I akan diubah vaskular Sel T yang teraktivasi pada perivascular fat
menjadi angiotensin (AT) II. Selain itu masih ada jalur juga akan menyebabkan disfungsi ginjal dan retensi
alternatif lain. Chymase suatu enzim protease serine natrium.^^^^^^ Beberapa faktor yang mempengaruhi
akan merubah AT I menjadi AT II. Interaksi antara pengendalian tekanan darah antara lain; curah jantung
AT II dan reseptor A T I akan mengaktivasi beberapa dan tahanan perifer (Gambar 1)
mekanisme ditingkat seluler yang ikut berperan dalam
terjadinya hipertensi dan percepatan kerusakan pada
organ target oleh karena hipertensi itu sendiri. Keadaan
DIAGNOSIS
lain yang dapat menyebabkan kerusakan target organ
antara lain meningkatnya produksi reactive oxygen
Evaluasi pada penderita hipertensi bertujuan untuk: 1)
species (ROS), inflamasi vaskular, remodeling jantung
menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko
dan produksi aldosteron. Selain itu, dari beberapa
kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit
penelitian terakhir makin banyak bukti bahwa AT II,
penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
aldosteron, aktivasi jalur renin dan prorenin dapat
pengobatan, 2) mencari penyebab kenaikan tekanan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang
darah, 3) menentukan ada tidaknya kerusakan target organ
sehat dan menyebabkan terjadinya hipertensi. Hasil
dan penyakit kardiovaskular.''^"
metabolis lain yang berasal dari AT I, seperti AT 1-7
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan
yang mempunyai efek proteksi terhadap pembuluh
anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit
darah masih dalam penelitian.
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta
Secara tradisional pada SRAA, prorenin merupakan pemeriksaan penunjang.
precursor renin yang sifatnya inaktif akan berubah Anamnesis meliputi:
lebih dahulu menjadi renin yang aktif, kemudian 1. lama m e n d e r i t a hipertensi d a n derajat t e k a n a n
secara enzimatik akan merubah angiotensinogen darah
menjadi AT I. Pada konsep yang baru, ditemukan 2. indikasi adanya hipertensi sekunder
reseptor pro(renin) yang bila terikat dengan prorenin keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal
dan renin akan mengakibatkan efek toksik langsung polikistik)
pada jantung dan ginjal. Proses ini berjalan secara adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih,
non-enzimatik. Proses terbentuknya reseptor hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan
pro(renin) terpisah dari terbentuknya reseptor AT II. obat/bahan lain
Karenannya kerja reseptor ini tidak dipengaruhi oleh episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan,
penghambat ACE dan angiotensin receptor blocker palpitasi (feokomositoma)
HIPERTENSI PRIMER
2287
Konstriksi vena
Brachialis dengan tekanan ringan diatas kulit. Pompa cuff menilai efikasi pengobatan selama 24 j a m
sampai tekanan diatas 20 mmHg dari menghilangnya nadi hipertensi sekunder
pada perabaan a. Radialis (gunakan suara Korotkoff fase I sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat anti
dan V untuk penentuan sistolik dan diastolik). Penurunan hipertensi
air raksa pada tabung sphygmomanometer sebaiknya tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan
2-3 mmHg/detik. Pengukuran dilakukan dua kali, dengan anti hipertensi
sela antara 1 sampai 5 menit, pengukuran tambahan gejala hipotensi yang berhubungan dengan
dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat pengobatan anti hipertensi
berbeda. Pengukuran dilakukan pada kedua lengan, dan
S e s e o r a n g d i k a t a k a n m e n d e r i t a h i p e r t e n s i bila
bila ada perbedaan antara 10/5 mmHg, maka dilakukan
pada pemeriksaan ABPM dengan mean >135/85 mmHg
pemeriksaan tambahan pada lengan dengan tekanan darah
sepanjang hari atau > 125/75 mmHg saat tidur
yang lebih t i n g g i . ' ' K o n f i r m a s i pengukuran pada lengan
kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika White coat hypertension: Pada kurang lebih 25% pasien
didapatkan kenaikan tekanan darah. Pengukuran denyut hipertensi, d i d a p a t k a n hasil yang lebih tinggi pada
jantung dengan menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat pemeriksaan dikamar periksa dokter atau di rumah sakit
duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah. Untuk bila dibanding dengan pengukuran di rumah, pada saat
penderita usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana bekerja atau dengan ABPM. Keadaan ini lebih sering ditemui
diperkirakan ada hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pada penderita usia lanjut. Konsekuensi klinis dari diagnosis
pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri. ini adalah meningkatnya risiko kejadian dan mortalitas
kardiovaskular, bila dibanding dengan normotensi dan
Home Blood Pressure Measurements non white-coat hypertension. Untuk menegakkan diagnosis
Pengukuran sendiri tekanan darah di rumah diindikasikan hipertensi diperlukan pemeriksaan ABPM.
untuk (1) mengevaluasi efek white coat hypertension, (2)
Pemeriksaan penunjang penderita hipertensi terdiri dari:
menilai hasil pengobatan obat anti hipertensi terhadap
tes darah rutin
kerusakan target o r g a n , (3) m e m p e r b a i k i sikap dan
glukosa darah (sebaiknya puasa)
kepatuhan pasien terhadap pengobatan dengan obat
kolesterol total serum
anti hipertensi. Pengukuran tekanan darah d i r u m a h
kolesterol LDL dan HDL serum
lebih rendah (12/7) dan mempunyai korelasi yang lebih
trigliserida serum (puasa)
baik dengan risiko yang akan terjadi bila dibandingkan
asam urat serum
dengan pengukuran diruang praktek dokter Beberapa
kreatinin serum
peneliti m e n y a t a k a n b a h w a p e n g u k u r a n di r u m a h
kalium serum
lebih m e w a k i l i k o n d i s i t e k a n a n d a r a h s e h a r i - h a r i .
hemoglobin dan hematokrit
Pengukuran tekanan darah di rumah j u g a diharapkan
urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)
meningkatkan keberhasilan pengendalian tekanan darah
elektrokardiogram
serta menurunkan biaya."^"
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan
Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM) tes lain seperti:
Data yang dihasilkan dari pengukuran tekanan darah ekokardiogram
dengan menggunakan ABPM selama aktifitas berlangsung USG karotis (dan femoral)
dan pada saat tidur, lebih erat hubungannya dengan C-reactive protein
kerusakan organ target, hipertrofi ventrikel dan kejadian m i k r o a l b u m i n u r i a atau p e r b a n d i n g a n a l b u m i n /
kardiovaskular, bila d i b a n d i n g d e n g a n p e n g u k u r a n kreatinin urin
tekanan darah di rumah atau di kamar praktek dokter proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif)
Ada beberapa situasi dimana penggunaan A B P M funduskopi (pada hipertensi berat)
dapat membantu antara lain:"^"
Evaluasi penderita hipertensi j u g a diperlukan untuk
h i p e r t e n s i y a n g borderline atau yang bersifat
menentukan adanya penyakit penyerta sistemik, yaitu:
episodik
aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
mengevaluasi hipertensi office atau white coot tanpa diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
kerusakan organ target fungsi ginjal ( d e n g a n p e m e r i k s a a n p r o t e i n u r i a ,
mencari adanya hipertensi nokturnal (dipping status) kreatinin serum, serta memperkirakan laju filtrasi
penentuan pemberian obat anti hipertensi pada usia glomerulus)
lanjut
adanya disfungsi saraf otonom Pada penderita hipertensi, beberapa pemeriksaan
HIPERTENSI PRIMER
2289
untuk nnenentukan adanya kerusakan organ target dapat kardiovaskular dan ginjal. Beberapa percobaan klinis
dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya menunjukkan penurunan insidens payahjantung kongestif
dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan infark miokard dan stroke sebesar > 50%, 20% dan 35%,
dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi dengan kontrol tekanan darah yang adekuat. Karenanya
adanya kerusakan organ target meliputi: JNC 7 dan guidelines yang lain merekomendasikan untuk
1. Jantung seluruh penderita hipertensi diharuskan tekanan darah
pemeriksaan fisis sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. Untuk
foto polos dada (untuk melihat pembesaran penderita diabetes mellitus (DM) dan penyakit ginjal
jantung kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi kronis, target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg."5,'i,2i
pulmoner) Oleh karena mekanisme terjadinya hipertensi primer
elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, disebabkan oleh interaksi berbagai faktor risiko yang
g a n g g u a n konduksi, aritmia, serta hipertrofi bersifat multifaktorial, maka sasaran pengobatan bersifat
ventrikel kiri) kombinasi antara modifikasi gaya hidup dan berbagai
ekokardiografi macam obat anti hipertensi. Selain pengobatan hipertensi,
2. Pembuluh darah pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi penyerta
pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga
pressure harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-
ultrasonografi (USG) karotis masing kondisi.''^^^^
fungsi endotel (masih dalam penelitian) P e n g o b a l a n h i p e r t e n s i terdiri dari p e n g o b a t a n
3. Otak nonfarmakologis dan farmakologis. Pengobatan
pemeriksaan neurologis nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua penderita
diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
cranial computed tomography (CT) scan atau mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta
magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien lainnya. ""'^^
dengan keluhan gangguan neural, kehilangan
memori atau gangguan kognitif) Pengobatan Nonfarmakologis/Modifikasi Gaya
4. Mata Hidup:
funduskopi J N C 7 merekomendasikan: Menurunkan berat badan
5. Pemeriksaan fungsi ginjal berlebih atau kegemukan, pembatasan asupan garam
pemeriksaan fungsi ginjal meliputi penentuan kurang atau sama dengan 100 meq/L/hari (2.4 g natrium
adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria atau 6 g natrium klorida), meningkatkan konsumsi buah
serta rasio albumin/kreatinin urin dan sayur, menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih dari
perkiraan laju filtrasi glomerulus, yang untuk 2 kali minum/hari, meningkatkan aktivitas fisik paling
pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan tidak berjalan 30 menit/hari selama 5 hari/minggu serta
dengan menggunakan modifikasi rumus dari menghentikan merokok, akan mengurangi risiko kejadian
Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National kardiovaskular
Kidney Foundation (NKF) Yaitu :
faktor, yaitu: macam obat anti hipertensi yang disebut dengan single pill
faktor sosio ekonomi combination, dan berguna untuk meningkatkan efisiensi,
profil faktor risiko kardiovaskular kepatuhan berobat dan menekan biaya pengeluaran untuk
ada tidaknya kerusakan organ target pembelian obat. ^2
ada tidaknya penyakit penyerta Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat
variasi individu dari respon pasien terhadap obat ditoleransi penderita (Gambar 2) adalah:"'^'^^'^'
antihipertensi diuretika dengan ACEI atau ARB
kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang CCB dengan BB
gunakan pasien untuk penyakit lain CCB dengan ACEI atau ARB
bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan CCB dengan diuretika
digunakan dalam menurunkan risiko kardiovaskular AB dengan BB
kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh p e d o m a n
penanganan hipertensi menyatakan bahwa keuntungan
pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan
darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat
antihipertensi yang d i g u n a k a n . Pengobatan dimulai
secara bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara
Angiotensin II
progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
receptor
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja
blocker
panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pemilihan pengobatan dengan
satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi Calcium
bergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya channel
komplikasi. Jika pengobatan dimulai dengan satu jenis blocker
obat dengan dosis rendah, dan bila tekanan darah belum Angiotensin
m e n c a p a i target, maka langkah selanjutnya a d a l a h converting
meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke enzyme
inhibitor
antihipertensi lain dengan dosis rendah.'''^°^^"
Efek samping pengobatan antihipertensi bisa dihindari Gambar 2. Kemungkinan kombinasi obat antihipertensi
dengan menggunakan dosis rendah, baiktunggal maupun
kombinasi. Hampir sebagian besar penderita memerlukan
kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target Pengobatan pada Kondisi Khusus
t e k a n a n d a r a h , tetapi p e n g o b a t a n kombinasi dapat Dari beberapa penelitian yang ada, pemberian obat
m e n i n g k a t k a n biaya p e n g o b a t a n dan m e n u r u n k a n anti hipertensi yang bersifat spesifik, akan memberikan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum k e u n t u n g a n pada kondisi t e r t e n t u . K a r e n a n y a J N C
bertambah. Akhir-akhir ini telah beredar berbagai macam 7 m e r e k o m e n d a s i k a n p e n g o b a t a n awal disesuaikan
obat anti hipertensi, yang merupakan kombinasi 2 atau 3 dengan pada kelompok dengan indikasi yang memaksa
HIPERTENSI PRIMER
2291
{Compelling Indication) dan keadaan khusus lainnya penderita dengan penurunan fungsi ventrikel kiri yang
{Special Situations)y°'''^''^^-^^ asimtomatik."'^^
Terdapat pula berbagai bukti yang menyatakan bahwa
Penyalcit jantung Icoroner: Target tekanan darah yang
kelas obat antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk
harus dicapai adalah < 140/90 mmHg. Pilihan utama pada
kelompok pasien tertentu. Dari beberapa penelitian yang
penderita hipertensi dengan angina yang stabil adalah
ada, menunjukkan bahwa hambatan pada SRAA dengan
BB. Pada penderita dengan sindroma koroner akut atau
ACEI, ARBs atau DRI memberikan perbaikan secara klinis
post infark miokard, segera harus diberikan ACEI, BB dan
pada penderita DM, payah j a n t u n g kongestif, stroke,
antagonis aldosteron. Rekomendasi tambahan adalah
penyakit ginjal kronis dan albuminuria. Sedang pemberian
pengobatan dislipidemia (target LDL < 100 mg/dl) dan
BB memperbaiki harapan hidup penderita dengan payah
antiplatelet, dengan aspirin atau dipiridamol."^^
j a n t u n g sistolik dan kecenderungan terjadinya infark
miokard. IHipertrofi ventrilcel Iciri: Rekomendasi untuk keadaan ini
adalah pemberian ARB disertai dengan intervensi lainnya
Indikasi yang memaksa meliputi:"^'^^
seperti penurunan berat badan, olah raga dan pembatasan
1. DM dan hipertensi
asupan garam. Target tekanan darah < 140/90 mmHg,
2. Payahjantung kongestif
diharapkan dapat meregresi hipertrofi ventrikel kiri."^^
3. Penyakit jantung koroner
4. Hipertrofi ventrikel kiri Stroke: Pada iskemia akut, berapa tekanan darah yang
5. Stroke optimal masih kontroversi. Penurunan yang mendadak
6. Penyakit ginjal kronis (PGK) dapat mengganggu fungsi neurologis. Diharapkan
7. Albuminuria/proteinuria tekanan darah 160/100 mmHg memberikan hasil yang
optimal. Pada keadaan stabil, pemberian ACEI dan diuretik
Keadaan khusus lainnya meliputi:
golongan thiazide dapat dipergunakan untuk mencapai
Populasi minoritas
target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk menghindari
Obesitas dan sindrom metabolik
terjadinya stroke kembali."^^
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer Penyakit ginjal kronis (PGK): Pemberian obat anti
Hipertensi pada usia lanjut hipertensi pada PGK adalah untuk mencegah progresifitas
Hipotensi postural penurunan fungsi ginjal dan kejadian kardiovaskular.
Demensia Target tekanan darah yang optimal adalah < 130/80.
Hipertensi pada perempuan Obat anti hipertensi yang direkomendasikan adalah
Hipertensi pada anak dan dewasa muda ARB dan ACEI sebagai pilihan awal. Oleh karena dari
Hipertensi urgensi dan emergensi beberapa penelitian yang ada pada PGK diabetik dan non
diabetik, obat anti hipertensi tersebut dapat menghambat
DM dan hipertensi: Kombinasi faktor risiko DM dan progresivitas p e n u r u n a n fungsi ginjal. Kadar serum
hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular kreatinin yang meningkat 35% dari baseline, tidak serta
d a n p e n y a k i t g i n j a l k r o n i s s e c a r a b e r m a k n a , bila merta menghentikan pengobatan, oleh karena efek jangka
dibanding dengan hanya satu risiko saja. Pemberian obat panjang memberikan hasil yang menguntungkan. Bila
antihipertensi yang menghambat aktifitas SRAA, seperti kadar serum kreatinin meningkat melebihi 35%, perlu
ACEI, ARB dan DRI yang akan memberikan keuntungan, dilihat apakah ada obat tambahan (seperti; NSAID) yang
berupa penurunan progresifitas penyakit ginjal diabetik diberikan bersamaan dengan obat anti hipertensi tersebut
dan kejadian kardiovaskular, dan diindikasikan sebagai atau keadaan seperti hipertensi renovaskular dan status
pilihan pertama pada semua penderita DM. Dianjurkan volume tubuh yang berkurang."^^°^^
kombinasi dua atau tiga macam obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg, Albuminuria/proteinuria: Pada penderita hipertensi,
sesuai dengan rekomendasi yang a d a . " ^ ° " " albuminuria/proteinuria merupakan petanda dan faktor
risiko untuk progresifitas penyakit ginjal. Selain itu
Gagal jantung l<ongestif: Hipertensi merupakan faktor albuminuria/proteinuria juga merupakan petanda yang
risiko untuk tejadinya payah j a n t u n g sistolik maupun independen untuk risiko kejadian kardiovaskular Obat
diastolik. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan hasil antara, anti hipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah dan
sebelum terjadinya penyakit jantung hipertensi, yang mengurangi albuminuria dapat menghambat progresifitas
ditandai dengan kegagalan pada LV filling dan peningkatan penyakit ginjal dan perubahan dari mikroalbuminuria
kekakuan dinding ventrikel. Target tekanan darah yang menuju PGK. Penurunan >50% albuminuria dari baseline
harus dicapai adalah < 140/90 mmHg. Pemberian ACEI pada pengobatan selama 6 bulan, akan menurunkan risiko
dan BB akan memperbaiki tekanan darah dan prognosis terjadinya penyakit ginjal tahap akhir pada 72% penderita
2292 HIPERTENSI
dalam 5 tahun. Dari pedoman yang ada dan hasil dari 3. ketidakpatuhan pasien dalam p e n g g u n a a n obat
berbagai penelitian, untuk penderita hipertensi disertai antihipertensi
dengan albuminuria direkomendasikan obat anti hipertensi 4. ketidak patuhan pasien dalam memperbaiki pola
yang bekerja menghambat aktifitas SRAA, seperti ACEI, hidup
ARB dan DRI. Kombinasi kedua jenis obat yang bekerja asupan alkohol berlebih
pada SRAA tersebut dapat menurunkan albuminuria kenaikan berat badan berlebih
30-35%, bila dibanding dengan hanya satu macam jenis 5. kelebihan volume cairan tubuh
obat anti hipertensi tersebut.^^^°""'^" Golongan CCB non asupan garam berlebih
dihidropiridin seperti verapamil dan diltiazem juga dapat terapi diuretika tidak cukup
menurunkan proteinuria pada penderita penyakit ginjal penurunan fungsi ginjal berjalan progresif
dengan proteinuria, dan akan memberikan nilai lebih bila 6. adanya terapi lain
dikombinasikan dengan ACEI."^"^^^^'^" m a s i h m e n g g u n a k a n b a h a n / o b a t lain y a n g
meningkatkan tekanan darah
Tabel 2. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi a d a n y a obat lain y a n g m e m p e n g a r u h i atau
Tertentu berinteraksi dengan kerja obat antihipertensi
7. adanya penyebab hipertensi lain/sekunder
Indikasi yang Memaksa Pilihan Terapi Awal
Gagal jantung Thiaz, BB, ACEI, ARB, Aldo Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target
Ant tekanan darah) tidak tercapai, harus dipertimbangkan
Pasca Infark miokard BB, ACEI, Aldo Ant untuk m e l a k u k a n r u j u k a n ke d o k t e r s p e s i a l i s atau
Risiko penyakit pembuluh Thiaz, BB, ACEI, CCB subspesialis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain seperti
darah koroner diabetes melitus atau penyakit ginjal, baik American
Diabetes Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB Diabetes Association (ADA) maupun International
Penyakit ginjal kronis ACEI, ARB Society of Nephrology (ISN) dan NKF menganjurkan
Pencegahan stroke Thiaz, ACEI rujukan kepada seorang dokter yang ahli jika laju filtrasi
berulang glomerulus mencapai < 60 ml/men/1,73m^ atau jika ada
kesulitan dalam mengatasi hipertensi atau hiperkalemia,
serta rujukan kepada konsultan nefrologi jika laju filtrasi
PEMANTAUAN glomerulus mencapai < 30 ml/men/1,73m^ atau lebih
awal jika pasien berisiko mengalami penurunan fungsi
Penderita hipertensi yang telah mulai mendapat ginjal yang cepat atau diagnosis dan prognosis pasien
pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan diragukan.55^0^1,22
untuk pengaturan dosis obat sampai target tekanan Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama
darah tercapai. Setelah target tekanan darah tercapai dan hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan
stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti
tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun
tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan
yang berhubungan seperti diabetes, dan kebutuhan akan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien
pemeriksaan laboratorium.''^^'^"'^^'^^ yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada
ini harus disertai dengan pengawasan tekanan darah
pengobatan:
yang ketat. "^^^^
empati dokter akan meningkatkan kepercayaan,
motivasi dan kepatuhan pasien
dokter harus m e m p e r t i m b a n g k a n latar belakang
KOMPLIKASI
budaya kepercayaan pasien serta sikap pasien ter-
hadap pengobatan
Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya segala
pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah,
bentuk manifestasi klinik dari aterosklerosis. Hipertensi
target yang masih harus dicapai, rencana peng-obatan
dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kejadian
selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana
kardiovaskular dan kerusakan organ target, baik langsung
tersebut
maupun tidak langsung. Mortalitas meningkat dua kali
Penyebab hipertensi resisten: pada setiap kenaikan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg.
1. pengukuran tekanan darah yang tidak benar Pada keadaan dengan tekanan darah high-normal (130-
2. dosis belum memadai 139/85-89 mmHg), didapatkan peningkatan kejadian
HIPERTENSI PRIMER
2293
kardiovaskular 2.5 pada wanita dan 1.6 kali pada pria bila 7. W o r l d H e a l t h O r g a n i z a t i o n , I n t e r n a t i o n a l S o c i e t y of
Hypertension Writing Group. 2003 World Health Organization
dibanding dengan tekanan darah nornnal. Sedang risiko
- I n t e r n a t i o n a l S o c i e t y of h y p e r t e n s i o n S t a t e m e n t of
untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan darah sistolik Management of Hypertension. J Hypertension 2003;21:1983-
lebih erat kaitannya dengan insidens penyakit ginjal tahap 92.
akhir bila dibanding dengan tekanan darah diastolik, 8. Evidence - Based R e c o m m e n d a t i o n Task Force of t h e
Canadian Hypertension Education Program 2004. Canadian
terutama pada usia lebih dari 50 tahun. Tekanan darah
Hypertension Education Program Recommendation. January
yang meningkat dapat menyebabkan kerusakan pada 2004.
pembuluh darah dan parenkim ginjal."'^^^^ 9. Warnock DG, Textor SC. Core curriculum in nephrology:
Hypertension. A m J Kidney Dis 2004;44:369-375.
Berbagai kerusakan organ target tersebut antara
10. N a t i o n a l Kidney F o u n d a t i o n . K/DOQI clinical practice
lain: guidelines on hypertension and antihypertension agents
1. Pada j a n t u n g ; hipertrofi ventrikel kiri, angina atau in chronic kidney disease. Am J Kidney Dis 2004;43Lsuppl
infark miokard, dan gagal jantung kongestif. 1):S1-S290.
11. Kaplan NM. Primary Hypertension: Patogenesis. In: Kaplan's
2. Penyakit ginjal kronis dan p e n y a k i t ginjal t a h a p
Clinical Hypertension. Eds: Kaplan N M , Victor RG, Flynn JT.
akhir 10'*^ ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2010;
3. Retinopati p 42-107.
12. Guyenet PG. The sympathetic control of blood pressure. Nat
4. Pada otak; Stroke atau transient ischemic attack
Rev Neurosci 2006;7:335-346.
5. Penyakit arteri perifer 13. Guyton AC. Blood pressure control-special role of the kdneys
and body fluids. Science 1991;252:1813-1816.
Selain itu ada beberapa faktor risiko lain yang ikut
14. He J, MacGregor GA. Salt, blood pressure and cardiovascular
berperan untuk terjadinya kejadian Kardiovaskular, yang disease. Curr Opin Cardiol 2007;22:298-305.
j u g a perlu diperhitungkan dalam pengobatan hipertensi, 15. Munzel T , Sinning C , Post F, et aL Pathophysiology, diagnosis
and prognostic implications of endothelial dysfunction. A n n
antara lain:
Med 2008;40:180-196.
Hipertensi 16. Duprez D A . Role of the renin-angiotensin-aldosteron system
Merokok i n vascular remodeling and inflammation: a clinical review.
J Hypertension 2006;24:983-991.
Obesitas
17. S e a l y J E , G o r d o n R D , M a n t e r o F. P l a s m a r e n i n a n d
Aktivitas fisik yang kurang aldosterone measurements in l o w renin hypertension states.
Dislipidemia Trends Endocrinol Metab 2005;16:86-91.
Diabetes Mellitus 18. Kannel W B , Wilson P W F . Cardiovascular risk Factors and
hypertension. I n : Hypertension primer. Eds: Izzo J L , Sica D A ,
Mikroalbuminuria atau penyakit ginjal kronis
Black H R . 4"- ed. Dallas: Lippincott Williams & Wilkins,2008;p
Umur (pria > 55 tahun atau wanita > 65 tahun) 244-248.
Riwayat keluarga dengan penyakit Kardiovaskular yang 19. Riulope L M , Izzo JL. Renal risk. In: Hypertension primer. Eds:
Izzo J L , Sica D A , Black H R . 4"^ ed. Dallas: Lippincott Williams
prematur (pria < 55tahun atau wanita < 65 tahun)
& Wilkins,2008;p 261-264.
20. K a p l a n N M . Measurement of Blood Pressure. I n : Kaplan's
Clinical Hypertension. E d s : K a p l a n N M , Victor R G , F l y n n
JT. 10*^ e d . Philadelphia: Lippincott Williams and W i l k i n s ,
REFERENSI
2010; p 20-41.
21. Yogiantoro M. Hipertensi Essential. Dalam: B u k u Ajar I l m u
1. Lawes C M , Hoorn SV, Rodgers A. Global burden of blood-
Penyakit D a l a m . E d s : Sudoyo A W , Setiyohadi B, A l w i I,
pressure-related disease, 2001. Lancet 2008;371:1513-1518.
Simadibrata M , Setiati S. edisi V . Jakarta: IntemaPublishing,
2. L i m S S , G a z i a n o TA, G a k i d o u E, et a l . P r e v e n t i o n of
2010;pl079-1083.
cardiovascular disease in high-risk individuals in low-income
22. Izzo J L , Sica D A . Antihypertensive drugs: Pharmacologic
and middle-income countries; Health effects and costs. Lancet
principles and dosing effects I n : Hypertension primer. E d s ;
2007:370:20542064.
Izzo J L , Sica D A , Black H R . 4'" ed. Dallas: Lippincott Williams
3. Cooper RS, Bamidele T. Geographic patterns of hypertension:
& Wilkins,2008;p 2432-434.
Global perspective. In: Hypertension Primer Eds: Izzo JL,
23. Parving H H , Persson F, L e w i s JB, et al. A l i s k i r e n combined
Sica DA, Black MR. 4'^ e d . Dallas: Lippincott Williams &
w i t h w i t h losartan i n type 2 Diabetes and nephropathy. N
Wilkins,2008;p 239-240.
E n g J Med 2008;358:2433-2446.
4. Hard PD, Bakris GL. Primary (Essential) hypertension. In: Current
24. K r o n e W , H a n e f e l d M , M e y e r H - F , et a l . C o m p a r a t i v e
diagnosis and treatment. Nephrology and hypertension. Eds:
efficacy a n d safety of A l i s k i r e n and Irbesartan i n patients
Lerma EV, Berns JS, Nissenson AR. New York: Mc Rraw Hill,
w i t h h y p e r t e n s i o n a n d metabolic s y n d r o m e . J H u m a n
2009; p 353-358.
Hypertension 2010:1-10.
5. C h o b a n i a n AV, Bakris GL, Black HR, et a l . T h e Seventh
25. Mancia G , Laurent S, Rosei E A , et al.Reappraisal of European
Report of the Joint National Committee on the Detection,
Guidelines on hypertension management: a European Society
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7).
of H y p e r t e n s i o n T a s k Force d o c u m e n t . B l o o d P r e s s u r e
JAMA 2003:289:2560.
2009:18;308-347.
6. European Society of Hypertension - European Society of
Cardiology Guidelines Committee. 2003 European Society of
Hypertension - European Society of Cardiology Guidelines
for the management of Arterial Hypertension. J Hypertension
2003;21:1011-1053.
296
HIPERTENSI PADA PENYAKIT GINJAL MENAHUN
M. Rachmat Soelaeman
2294
HIPERTENSI PADA PENYAKIT GINJAL MENAHUN 2295
hipertensi yang berlangsung lanna serta makin berat akan Pada penderita diabetes melitus selain hipertensi,
menyebabkan nefroslerosis. faktor yang berpengaruh terjadinya nefropati diabetik
Peranan keseimbangan positif natrium dalam tubuh banyak faktor lain, yaitu lama diabetes, kontrol diabetes
sangat dominan pada patogenesis hipertensi tetapi bukan kurang baik, merokok, obesitas, dan hiperlipidemia.^"^
faktor tunggal dalam patogenesis hipertensi pada penyakit
ginjal menahun.^"^
KLASIFIKASI PENYAKIT GINJAL MENAHUN
Tabel 1 Faktor Penyebab Hipertensi pada Penyakit K/DOQI membagi penyakit ginjal menahun menjadi 5
Ginjal Menahun tingkatan :
Faktor Mekanisme
Gangguan ekskresi natrium peningkatan volume
ektraselular PENGELOLAAN
Aktivitas rennin- angiotensin vasokontriksi
Peningkatan simpatis Salah satu usaha untuk mengurangi progresivitas penyakit
Aktivitas simpatis vasokontriksi langsung ginjal menahun adalah mengendalikan tekanan darah dan
Pelepasan rennin kapan akan konsultasi kepada yang lebih kompeten.^
Keseimbangan Vasokontriksi Pengelolaan penderita ini dibagi 2 bagian :
prostaglandin-kinin 1. Mengendalikan tekanan darah
Vasokontriksi 2. Menilai kelainan ginjal dan mengurangi progresivitas"^
Endotelin Gangguan ginjal Untuk mengendalikan tekanan darah dikenal 2 macam
Hilangnya vasodilator pengobatan hipertensi: nonfarmalogi dengan dan obat
NO berkurang farmakologi.
Tidak ada faktor Risiko rata-rata . Risiko rata-rata Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
risiko lain
1-2 Faktor Risiko rendah Risiko rendah Risiko sedang Risiko sedang Risiko sanqat tinggi
risiko
2 3 Faktor risiko Risiko sedang Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko sangat tinggi
atau kerusakan
organ target
atua DM
Pada penyakit ginjal stadium 4-5 dapat diberikan dikenal sebagai vasokontriktor yang kuat. Sampai saat
diuretik loop untuk menghilangkan kelebihan berat badan ini belum ada penelitian yang menilai efek penghambat
sehingga berat badan ideal. Meskipun tidak terdapat renin tehadap pasien dialisis dengan hipertensi. Penelitian
edema tetapi kelebihan ekstraselular dan volume darah terbaru yang dilakukan Siddiqi dan kawan-kawan
sekitar 10-30 % menunjukkan bahwa penghambat renin (aliskiren) dapat
menurunkan aktivitas simpatis dan tekanan darah pada
Penghambat E n z i m Converting Angiotensin pasien GGK stadium akhir (gagal ginjal terminal)
(ACEI)
Banyak dipakai pada hipertensi dengan penyakit ginjal Penghambat B-adrenergik
menahun untuk melindungi kardiorenal. Obat ini kurang Penghambat B-adrenergik merupakan obat pilihan pertama
behasil pada pengobatan hipertensi dengan kelebihan disamping golongan penghambat SRAA pada pasien
volume darah tetapi bila disertai diuretik akan memberikan penyakit ginjal menahun dengan penyakit kardiovaskular.
hasil yang lebih baik. Penelitian lainnya yang dilakukan secara observasional
Sebagian besar ACEI secara eksklusif diekskresi melalui menunjukkan bahwa penggunaan penghambat
ginjal pada berbagai tingkat gangguan filtrasi dan ada 6-adrenergik dapat menurunkan risiko kematian akibat
sekresi pada tubuli. ACEI yang diekskresi melalui dua jalur kardiovaskular dan pada pasien tanpa riwayat gagal
terutama fisinopril dan trandopril. Ada juga beberapa ACEI jantung, penggunaan obat dapat menurunkan kejadian
bertahan lama konsentrasi tinggi dalam darah sehingga gagal jantung, kematian akibat penyakit kardiovaskular
akan mempengaruhi tekanan darah, ekskresi protein dan dan kematian karena berbagai sebab. Metoprolol terutama
metabolisme kalium. di metabolisme di hepar hanya sebagian diekskresi melalui
ginjal, sedangkan atenolol sebagian besar diekskresi
Penghambat Reseptor Angiotensin (ARB) melalui ginjal. Oleh karena itu penggunaan atenolol
Seperti halnya penghambat ACE beberapa penelitian dosisnya harus disesuaikan dengan kondisi ginjalnya,
menunjukkan penurunan tekanan darah antara 14-30 sedangkan metoprolol tidak perlu adjusted dose. Secara
mmHg. ARB tidak menyebabkan batuk dan hiperkalemia. keseluruhan penghambat 13-adrenergik dapat ditolerir
Hal ini menyebabkan golongan ARB merupakan pilihan dengan baik pada pasien penyakit ginjal menahun.
obat yang cukup efektif untuk melakukan kontrol terhadap
hipertensi pada pasien penyakit ginjal menahun Kombinasi Penghambat a dan B Adrenerglk
Pengunaan kombinasi a dan 13 adrenergik untuk pasien
Penghambat Renin penyakit ginjal menahun mulai meningkat oleh karena
Aliskiren merupakan satu-satunya obat penghambat dianggap cukup efektif terutama untuk pasien dengan
renin langsung sampai saat ini. Obat ini dapat mencegah kardiomiopati dilatasi dan menurunkan biaya obat. Satu
aktivasi angiotensinogen menjadi angiotensin I, sehingga penelitian kecil membandingkan carvedilol dengan placebo
dapat menghambat pembentukan angiotensin II yang menunjukkan bahwa kelompok carvedilol menurunkan
2298 HIPERTENSI
tekanan darah sistolik 11 mnnHg dibandingkan kelompok CCB non-dihidroperidin seperti diltiazem dan verapamil
placebo. Efek samping berupa hipotensi, bradikardia dan yang bersifat kardioselektif harus hati-hati bila digunakan
bronkospasme terjadi 20 % pada kelompok carvedilol dan bersama-sama dengan penghambat B-adrenergik karena
12% pada kelompok plasebo. Secara teori kombinasi a dapat menimbulkan risiko bradikardia dan defek konduksi
dan B-adrenergik seperti carvedilol dan labetolol bukan elektrik otot jantung lebih besar
merupakan B-adrenergik yang kardiak selektif sehingga
dapat menimbulkan efek samping fasting hyperkalemia P e n g h a m b a t S i s t e m Saraf S i m p a t i f S e c a r a Sentral
seperti propanolol dan nadolol, oleh karena itu penggunaan Obat golongan penghambat sistem saraf simpatis secara
ke dua obat ini harus disertai dengan pantauan yang ketat sentral seperti : metildopa, klonidin, guanabenz dan
akan efek samping tersebut. Pemberian carvedilol selama guanfacine j a r a n g digunakan sebagai antihipertensi
12 bulan dapat menurunkan volume ventrikel kiri dan karena efek samping yang cukup banyak. Efek samping
memperbaiki fungsi ventrikel kiri.^^ golongan obat ini diantaranya : mulut kering, disfungsi
ereksi, rasa lemah dan rebound hypertension. Obat
Calcium Channel Blocker (CCB): golongan ini yang masih digunakan sampai sampai ini
Pemberian CCB pada pasien penyakit ginjal menahun adalah klonidin, terutama untuk pasien dengan hipertensi
dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah secara yang sulit dikendalikan dengan obat-obat lainnya Sebagian
efektif Golongan CCB dihidroperidin seperti amiodipin, nefrologis menganjurkan pemakaian patch klonidin untuk
felodipin dan nicardipin sangat selektif menghambat lebih praktis dibandingkan pemakaian oral, akan tetapi
calcium channel otot polos vaskular, sehingga sangat klonidin patch sulit untuk dipertahankan posisinya pada
efektif menurunkan resistensi vaskular sistemik. Pengunaan pasien dengan aktivitas tinggi dan saat mandi.
Tabel 7. Rekomendasi Mengenai Kapan Waktunya Konsultasi Untuk Penyakit Ginjal Menahun
Indikasi Spesialis
Evaluasi dan pengelolaan penyakit ginjal menahun Spesialis Ginjal
LFG <30 mL/min/1.73m2 Spesialis Ginjal
Rasio albumin-kreatinin (urine sewaktu) > 500-1000 mg/g Spesialis Ginjal
Progresivitas risiko penyakit ginjal menahun Spesialis Ginjal
LFG berkurang >30% dgn 4 bulan dengan durasi 4 bulan tanpa penjelasan Spesialis Ginjal
Hiperkalemi >5.5 mEq/L Spesialis Ginjal
Hipertensi resisten Spesialis Ginjal
Kesulitan mengelola komplikasi dan obat Spesialis Ginjal
Gejala kardiovaskular menahun yang rumit dan berat Spesialis Ginjal
Umur <18 tahun , Spesialis Ginjal
Disalin dari K/DOQI, 2007
HIPERTENSI PADA PENYAKIT GINJAL MENAHUN
2299
Pengobatan Hipertensi pada Nefropati Non- REFERENSI
diabetik Proteinuri
1. K a p l a n N M , Kaplan's clinical hypertension 10'^ ed. Lippincot
Bukti penelitian dari penelitian nnultisenter klinik bahwa
W i l l i a m & W i l k i n s ; 2006 :103-109.
penurunan tekanan darah mengurangi Progresivitas 2. K / D O Q I Clinical practice guidelines on hypertension and
penyakit ginjal, Penelitian MDRD menunjukkan bahwa antihypertensive agents i n chronic kidney disease National
pemberian ACEI menurunkan pula proteinuria. Hasil K i d n e y foundation
3. T e d l a F M et a l . H y p e r t e n s i o n i n c h r o n i c k i n e y disease
pemberian ACEI dan ARB hampir sama untuk mengurangi
: n a v i g a t i n g the evidence. Int J H y p e r t e n s . 2 0 1 1 , 2011 :
proteinuria dan m e n g u r a n g i Progresivitas penyakit 1322405
ginjal. 4. Ryoo J H e t a l : Relation between chronic kidney disease and
risk of coronary heart diseasein Korea men. JKorean Med
Sci, 2011;26: 753-758
Pengobatan Hipertensi Nefropati Nonproteinuri 5. V a s a v a d a N and A g a r w a l R .Role excess v o l u m e in the
Berdasarkan penelitian pada kondisi ini pun mengatur pathophysiology of hypertension in chronic kidney disease.
tekanan darah sangat diperlukan untuk mengurangi K i d Intem.2003. 64,1772
6. Weir M. T h e role of combination antihypertensive therapy in
perburukan fungsi ginjal. the prevenvention and treatment of chronic kidney disease.
A m J . Hypertens. 2005,18, lOOS _ 105S
Pengobatan kombinasi 7. Saweirs W M . What are the best treatments for early chronic
kidney disease ? .Nephro D i a T r a n s p . 2007,suppl 9.ix31-
Kombinasi ACEI dengan ARB merupakan kombinasi yang ix38
terbaik, berdasarkan penelitian multisenter (ONTARGET, 8. Sica D A . Pharmacologic issues in treating hypertension in
AVOID) C K D ,J.Nation K i d n e y Dis,2011,18: 42-47
9. L e v i n N W , Kotanko P, Eckardt K U , Kasiske B L , Chazot C ,
Cheung A K , et al. Blood pressure in chronic kidney disease
Pencegahan stage 5D-report from a K i d n e y Disease : I m p r o v i n g Global
Tujuan p e n g o b a t a n hipertensi pada penyakit ginjal Outcomes controversies conference. K i d n e y Int 2010; 77
menahun adalah memperlambat atau mengurangi :273-284.
10. Zoccali C. Arterial pressure component and cardiovascular
Progresivitas penyakit ginjal sehingga memperlambat risk in end stage renal disease. Nephrol Dial Transplant 2003;
terjadinya gagal ginjal terminal. 18 :249-252.
11. Lacson E Jr, L a z a r u s J M . T h e association between blood
pressure and mortality in end stage renal disease not different
Prognosis
from the general population?. Semin Dial Transplant 2007;
Tergantung dari pengenalan awal penyakit hipertensi dan 2 0 : 510-517. (abstract)
penyakit ginjal menahun, makin awal pengobatan makin 12. Singapuri M S , Lea JP. Management of hypertension in end
baik prognosisnya stage renal disease patients. J C O M 2010; 17 : 87-94.
13.
14. * M.Rachmat Soelaeman : Staf d i v i s i Ginjal - Hipertensi
Departemen I.Penyakit D a l a m
KESIMPULAN 15. Fakultas Kedokteran Univesitas Padjadjaran - R S H a s a n
Sadikin Bandung
2300
KRISIS HIPERTENSI
2301
Tabel 1. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat
Tekanan darah Funduskopi Status Neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
>220/140 mmHg perdarahan sakit kepala, kacau denyut jelas uremia mual, muntah
eksudat edema gangguan kesadaran, membesar dekompensasi proteinuria
papilla kejang, lateralisasi oliguria
Tabel 4.
Kelompok Biasa Mendesak Darurat
T e k a n a n >180/110 >180/110 >220/140
darah
Gejala tidak ada, kadang-kadang sakit sakit kepala hebat. sesak napas, nyeri dada, kacau,
kepala gelisah sesak napas gangguan kesadaran
Pem Fisik organ target taa gangguan organ target ensefalofati, edema paru,
gangguan fungsi ginjal, CVA,
iskemia jantung
Pengobatan awasi 1-3 jam mulai/teruskan awasi 3-6 jam, obat oral berjangka kerja pasang jalur intravena, periksa
obat oral, naikkan dosis pendek laboratorium standar, terapi
obat intravena
Rencana periksa ulang dalam 3 hari Periksa ulang dalam 24 jam rawat ruangan/ICU
2302
HEMATURIA 2303
Bila ditemukan 1 atau lebih dari: (-) Ada riwayat sebagai berikut:
Hematuria mikroskopik + proteinuria** Merokok
Eritrosit dismorfik, silinder eritrosit Pekerjaan yang berhubungan dengan
Peningkatan kreatinin serum dari normal bahan kimia (amin aromatik)
Riwayat gross hematuria
Evaluasi urologi
Tabel 2. Interpretasi Proteinuria dan Hematuria atau Sedimen Urin yang Abnormal sebagai Marker/Tanda dari Penyakit
Ginjal Kronis
Rasio^
Sel Sendimen Sel Sedimen protein Gangguan ginjal terkait
Sel-sel Sedimen Sedimen
darah sel darah darah sel Darah Lemak* total
tubular selular granular
merah merah* putih putih dengan
kreatinin
Glomerulonefritis
P r o l i f e r a t i f a t a u nefritis
herediter
G a n g g u a n ginjal berkista,
neoplasma ginjal atau
lesi saluran kemih selain
g a n g g u a n ginjal
Dapat m u n c u l di s e m u a
tipe gangguan ginjal,
namun paling sering
pada nekrosis tubular
akut (bentuk gangguan
ginjal y a n g paling u m u m
menyebabkan gagal
ginjal)
G a b g g u a n ginjal diabetik
> 1.000
dan gangguan glomerular
mg/g
noninflamasi
Gangguan glomerular
200- noninflamasi, gangguan
1.000 glomerular noninflamsi,
mg/g a t a u g a n g g u a n pada ateri
ukuran sedang
i
Pemeriksaan IVU (urografi intravenous) Pemeriksaan IVU (urografi intravenous)
i
I Sitologi Sistoskopi
Positif Negatif
Negatif Positif
^
Terapi
Positif Negatif Terapi
atipikal Urinalisis, tekanan darah, sitologi ulang
Dipikirkan
pada 6, 12, 24, 36 bulan
Sistoskopi - • Negatif
Negatif 3 tahun Hematuria menetap 1
"Gross" hematuria, sitolofi,
Proteinuria, hipertensi, abnormal, iritasi kandung kemih
perdarahan dari glomerulus non infeksi
Evaluasi penyakit ginjal primer
i
Biopsi, masih
Biopsi ginjal
kontroversi
PENDAHULUAN plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang
muncul di dalam urin. Ini disebabkan 2 faktor utama yang
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia berperan yaitu:
yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 1. Filtrasi glomerulus
j a m atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m^. Dalam 2. Reabsorbsi protein tubulus
keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah
tertentu masih dianggap fungsional. Ada kepustakaan
yang menuliskan bahwa protein urin masih dianggap PATOFISIOLOGI PROTEINURIA
fisiologis jika jumlahnya kurang dari 150 mg/hari pada
dewasa (pada anak-anak 140 mg/m^), tetapi ada j u g a Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari
yang menuliskan, jumlahnya tidak boleh lebih dari 200 ke-4 jalan di bawah ini:
mg/hari. 1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin p e n i n g k a t a n filtrasi dari protein plasma normal
rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala terutama albumin.
awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang 2. Kegagalan t u b u l u s m e r e a b s o r b s i sejumlah kecil
serius. Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa protein yang normal difiltrasi.
adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya 3. Filtrasi g l o m e r u l u s dari sirkulasi a b n o r m a l . Low
bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit Molecular Weight Protein (LMWP) dalam j u m l a h
ginjal yang tidak progresif Lagipula protein dikeluarkan melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
urin dalam j u m l a h yang bervariasi sedikit dan secara 4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang dan sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respons
serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, untuk inflamasi.
dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin
penyebab/ penyakit dasarnya. Adapun prevalensi tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat
proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara normal
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.
selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
B i a s a n y a p r o t e i n u r i a baru d i k a t a k a n patologis t r a n s p o r t a s i a l b u m i n , g l o b u l i n dan protein d e n g a n
bila kadarnya di atas 200 mg/hari pada beberapa kali berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding
p e m e r i k s a a n dalam waktu y a n g b e r b e d a . Ada y a n g glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).
menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya Protein yang lebih kecil (<20 kDal) secara bebas disaring
hanya sedikit di atas nilai normal. Dikatakan proteinuria tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada
masif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari
dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. protein total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari; sisa
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm
protein yang cukup besar atau beberapa gram protein Horsfall, Imunoglobulin A dan Urokinase) atau sejumlah
2306
PROTEINURIA 2307
kecil (3-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon palsu proteinuria masif). Proteinuria fisiologis dapat pula
peptida. terjadi pada masa remaja dan j u g a pada pasien yang
Dalam keadaan normal glomerulus endotel lordotik (ortostatik proteinuria).
membentuk barieryang menghalangi sel maupun partikel
lain menembus dindingnya. Membran basalis glomerulus
menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot PROTEINURIA PATOLOGIS
processes dari e p i t e l / p o d o s i t a k a n memungkinkan
lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan
saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik,
glikoprotein yang kaya akan glutamat, aspartat, dan asam penyakit ginjal obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obat
silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis. Muatan analgesik dan kelainan kongenital kista dan sebagainya,
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian,
albumin. Beberapa penyakit glomerulus seperti penyakit proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal
minimal change menyebabkan bersatunya foot processes dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal. Baik
glomerulus sehingga terjadi kehilangan albumin selektif. pada penyakit ginjal diabetes maupun penyakit ginjal
Fusi foot processes meningkatkan tekanan sepanjang non diabetes, sejak dahulu protenuria dianggap sebagai
membran basalis kapiler yang berakibatterbentuknya pori faktor prognostik yang bermakna dan paling akurat. Risiko
yang lebih besar sehingga terjadi proteinuria non selektif morbiditas dan mortalitas kardiovaskularjuga meningkat
atau proteinuria bermakna. secara bermakna dengan adanya proteinuria. Di dalam
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika kepustakaan, banyak definisi diberikan untuk menyatakan
produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang berapa j u m l a h protein s e b e n a r n y a dalam urin yang
melebihi kapasitas reabsorsi tubulus. Ini biasanya sering dianggap patologis. Ada kepustakaan yang menyatakan,
dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel protein di dalam urin tidak boleh melebihi 150 mg/24
dan l i m f o m a ) y a n g d i h u b u n g k a n d e n g a n p r o d u k s i j a m , tetapi ada pula yang menyebutkan protein urin di
monoklonal imunoglobulin rantai pendek. Diskrasia sel bawah 200 mg/hari.
plasma (mieloma multipel) dapat dihubungkan dengan Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif,
sejumlah besar ekskresi rantai pendek di urin, yang tidak terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein di dalam
dapat dideteksi dengan pemeriksaan dipstik. Rantai urin yang mengandung lebih dari 3 gram/24 jam pada
pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh dewasa atau 40 mg/m^/jam pada anak-anak, biasanya
glomerulus dan direabsorbsi kapasitasnya pada tubulus berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran
proksimal. Bila ekskresi protein urin total melebihi 3,5 gram glomerulus. Sering pula dikatakan bila protein di dalam
sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, urin melebihi 3,5 gram/24 j a m .
hiperlipidemia, dan edema (sindrom nefrotik). Ekskresi Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang
yang melebihi 3,5 gram dapat timbul tanpa gambaran atau pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan
gejala lain dari sindrom nefrotik pada beberapa penyakit retinopati, dan penyakit-glomerulus. Terdapat 3 jenis
ginjal yang lain. proteinuria patologis: 1). Proteinuria glomerulus, misalnya:
mikroalbuminuria, proteinuria klinis; 2). Proteinuria tubular;
3). Overflow proteinuria.
PROTEINURIA FISIOLOGIS
kegagalan selularitas yang berubah. Pada penyakit ginjal pada pasien DM dan hipertensi esensial dan beberapa
yang lain sebagaimana GN proliferatif dan nefropati penyakit glomerulonefritis (misal, glomerulonefritis
m e m b r a n o s a , terjadi defek pada ukuran; 2 ) . Faktor- proliferatif mesangial difus). Mikroalbuminuria
faktor hemodinamik seperti peningkatan tekanan kapiler merupakan marker (pertanda) untuk proteinuria klinis yang
glomerulus/fraksi filtrasi mungkin j u g a menyebabkan disertai penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi glomerulus)
proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat dan p e n y a k i t k a r d i o v a s k u l a r s i s t e m i k . A l b u m i n u r i a
tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik tidak hanya pertanda risiko penyakit kardiovaskular
dinding kapiler glomerulus. Mekanisme ini mungkin dan penyakit ginjal, tetapi juga berguna sebagai target
terdapat pada proteinuria ringan, transien yang kadang- keberhasilan pengobatan. Monitor albuminuria sebaiknya
kadang terlihat pada pasien hipertensi dan gagal jantung dilakukan dalam praktek sehari-hari pada pasien dengan
kongestif. Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan risiko penyakit kardiovaskular dan ginjal. Albumin dapat
semi kuantitatif misalnya: dengan uji Esbach dan Biuret. menjadi target untuk memperoleh proteksi/perlindungan
Proteinuria klinis dapat ditemukan > Ig/hari. kardiovaskular dan d i h a r a p k a n p e d o m a n n y a dibuat
untuk membantu dokter dalam memutuskan bagaimana
mengukur albumin urin, berapa angka normalnya, kadar
PROTEINURIA TUBULAR abnormalnya, dan berapa kadar terendah yang harus
dicapai. Peningkatan ekskresi albumin urin dapat menjadi
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang prediktor kerusakan fungsi ginjal pada populasi umum.
rendah antara 100-150 mg perhari, terdiri atas (3-2 Albuminuria dapat dipakai sebagai "alat yang berharga"
m i k r o g l o b u l i n d e n g a n berat molekul 14000 d a l t o n . untuk menentukan risiko perkembangan lebih lanjut
Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular gagal ginjal, tanpa dipengaruhi faktor-faktor risiko lain
adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom kardiovaskular Peranan albuminuria pada diagnosis awal
Fankoni, pielonefritis kronis, dan akibat cangkok ginjal. dan pencegahan penyakit ginjal dan kardiovaskular sangat
penting ditinjau dari sudut demografi dan epidemiologi di
negara sedang berkembang. Pada pasien diabetes melitus
OVERFLOW PROTEINURIA tipe-l dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan
mikroalbuminuria sangat penting.
Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan
dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein dengan risiko penyakit kardiovaskular adalah karena
berat molekul rendah (kurang dari 40000 dalton) berupa disfungsi endotel yang luas. Belum jelas apakah
Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat dideteksi mikroalbuminuria secara spesifik berhubungan dengan
dengan pemeriksaan dipstik/yang umumnya mendeteksi kegagalan sintesis nitrit oksid pada individu dengan atau
albumin/pemeriksaan rutin biasa, tetapi harus pemeriksaan tanpa diabetes melitus tipe-ll.
khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jones. Beberapa penelitian telah m e m b u k t i k a n adanya
Penyakit lain yang sering menimbulkan protein Bence Jones hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada
adalah amiloidosis dan makroglobulinemia. Protein berat sel endotel yang berhubungan antara mikroalbuminuria
molekul rendah/rantai ringan ini dihasilkan dari kelainan dengan risiko penyakit kardiovaskular
yang disaring oleh glomerulus dan kemampuan reabsorbsi
tubulus proksimal. Presipitat asam sulfosalisilat tidaklah
terdeteksi dengan dipstik, hanya memperkirakan rantai PROTEINURIA TERISOLASI
terang (protein Bence Jones) dan rantai pendek yang
secara tipikal dalam bentuk presipitat, karena protein Proteinuria terisolasi adalah sejumlah protein y a n g
Bence Jones mengendap pada suhu 45° dan larut kembali ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang
pada suhu 95-100°. Gagal ginjal dari kelainan ini timbul tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit
melalui berbagai mekanisme obstruksi tubulus (nefropati sistemik. Proteinuria ini hampir selalu ditemukan secara
silinder) dan deposit rantai pendek. kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya
s e m e n t a r a , yang mungkin saja timbul karena posisi
lordotik tubuh pasien. Biasanya sedimen urin normal.
MIKROALBUMINURIA Dengan pemeriksaan pencitraan ginjal tidak ditemukan
gangguan abnormal ginjal atau saluran kemih dan tidak
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30 mg/ ada riwayat gangguan ginjal sebelumnya. Biasanya total
hari. Bila albumin di urin 30-300 mg/hari atau 30-350 ekskresi protein urin kurang dari 2 g/hari. Data insidens
mg/hari disebut mikroalbuminuria. Biasanya terdapat dan prevalensi terisolasi isolated proteinuria ini pada grup
PROTEINURIA
2309
usia berapa dan populasi yang mana, belum ada.Yang setelah beberapa tahun. Kadang-kadang, walaupun jarang,
jelas pada berbagai populasi prevalensinya bervariasi terdapat insufisiensi ginjal progresif dan risiko untuk
antara 0,6-10,7%. gagal ginjal terminal tidak lebih besar daripada populasi
Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2 kategori: 1). umum. Keadaan ini biasanya tidak berbahaya pada pasien
Jinak, termasuk yang fungsional, idiopatik, transien/tidak lebih muda dari 30 tahun, sedangkan pada pasien yang
menetap, ortostatik, dan intermiten; 2). Yang lebih serius lebih tua, lebih jarang, biasanya harus dimonitor tekanan
lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan timbul darahnya, gambaran urinalisis, dan fungsi ginjalnya.
secara persisten.
P r o t e i n u r i a O r t o s t a t i k (Postural)
Pada s e m u a pasien d e n g a n ekskresi protein masif,
PROTEINURIA TERISOLASI JINAK proteinuria meningkat pada posisi tegak dibandingkan
posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein
Proteinuria Fungsional tampaknya tidak mempunyai kepentingan diagnostik
dan prognostik Dengan perkataan lain, pertimbangan
Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat
prognostik yang bermakna dapat dilakukan pada situasi
pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena berbagai
proteinuria yang ditemukan hanya ketika pasien dengan
penyakit. Biasanya berhubungan dengan demam tinggi,
posisi tegak dan hilang pada waktu pasien berbaring. Ini
latihan sternosus, terpapar dengan dingin/kedinginan,
merujuk pada posisi tegak/ortostatik proteinuria. Ekskresi
stres emosi, gagal jantung kongestif, sindrom obstruksi
protein per hari hampir selalu di bawah 2 gram (walaupun
sleep apnea, dan penyakit akut lainnya. Sebagai contoh:
lebih dari 2 gram kadang-kadang dilaporkan). Proteinuria
ekskresi protein meningkat 2-3 kali setelah latihan sternosus
o r t o s t a t i k s e r i n g pada usia d e w a s a m u d a , d e n g a n
tetapi hilang kembali setelah istirahat. Sebenarnya, kunci
prevalensi secara umum 2-5%, jarang terdapat pada usia
keadaan ini proteinuria tidak tampak dengan segera.
di atas usia 30 tahun. Walaupun dapat timbul selama
Proteinuria tersebut adalah jenis/tipe glomerulus yang
fase penyembuhan dari berbagai penyakit glomerulus,
diyakini disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal
kurang lebih 9 0 % dewasa muda dengan proteinuria
yang meningkatkan filtrasi glomerulus protein plasma.
ortostatik menunjukkan kondisi yang baik. Pada 8 0 %
Penyakit ginjal yang progresif tidak timbul pada pasien
kasus, kondisi transien disebut proteinuria ortostatik
ini.
t r a n s i e n . Hasil biopsi pada pasien ini m e n u n j u k k a n
perubahan lesi minimal glomerulus dan tidak adanya
Proteinuria Transien Idiopatik
deposit imunoglobulin. Kondisi ini mempunyai prognosis
Merupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-
sangat bagus sebagai proteinuria transien non ortostatik
anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh proteinuria
dan tekanan darah yang masih normal. Pada 20% pasien,
yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat
proteinuria ortostatik dikatakan menetap dan berproduksi
tetapi hilang kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan
kembali, akan tetapi follow up studi lebih dari 20 tahun
kembali. Pasien tidak mempunyai gejala, proteinuria selalu
menunjukkan proteinuria hilang secara perlahan-lahan
ditemukan secara insidentil pada penapisan urin rutin,
pada kebanyakan kasus. Kurang lebih 15% kasus, hilang
atau selama pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja dan
selama 5 tahun, pada 50% kasus hilang 10 tahun dan lebih
pemeriksaan rutin dari asuransi yang biasanya merupakan
dari 80% hilang dalam 20 tahun. Walaupun proteinuria
fenomena fisiologis pada orang muda. Sebenarnya, jika
menetap secara persisten untuk 20 tahun, insufisiensi
contoh urin diperiksa cukup sering, banyak orang sehat
ginjal tidak dapat diobservasi dan tekanan darah tidak
muda kadang-kadang akan menimbulkan hasil proteinuria
ditemukan lebih tinggi daripada populasi umum.
kualitatif positif Proteinuria tidak dihubungkan dengan
keadaan yang buruk sehingga tidak diperlukan evaluasi Studi kecil m e l a p o r k a n tidak a d a n y a bukti dari
lebih lanjut. insufisiensi ginjal atau proteinuria 40 tahun setelah
d i a g n o s i s dari proteinuria ortostatik y a n g p e r t a m a
Proteinuria Intermiten dibuat. Evaluasi secara rinci tidak m e m p u n y a i bukti
Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien nyata ditemukannya penyakit ginjal dan biopsi ginjal
yang tidak m e m p u n y a i bukti penyebab proteinuria. menunjukkan hasil histologi yang normal, penebalan
Berbagai studi menunjukkan variasi luas dari bentuk dinding kapiler yang minimal sampai dengan moderat
abnormalitas ginjal yang berhubungan dengan keadaan atau h i p e r s e l u l a r m e s a n g i a l f o k a l . Hasil m i k r o s k o p
ini. Pada beberapa kasus dengan berbagai lesi minor elektron menunjukkan tingkat perubahan segmental dan
pada glomerulus/ interstitium, tidak ditemukan kelainan fokal dengan matriks mesangial yang meningkat dan
pada biopsi ginjal. Prognosis pada kebanyakan pasien penggabungan foot process dan pewarnaan imunodifusi
adalah baik dan proteinuria kadang-kadang menghilang untuk komplemen dan imunoglobulin memberikan hasil
2310 SIMTOMATOLOGI
yang bervariasi. Patofisiologi proteinuria ortostatik tidaklah dengan imaging ginjal yang cukup untuk
diketahui. Diduga bahwa pengumpulan darah pada lengan menyingkirkan obstruksi ginjal atau abnormalitas
dapat menyebabkan perubahan hemodinamik glomerulus anatomi ginjal dan penyakit ginjal polikistik. Juga
yang mempengaruhi filtrasi protein. Walaupun biasanya pada pasien >45 tahun, pemeriksaan elektroforesis
prognosis proteinuria ortostatik baik, persisten (non urin diperlukan untuk menyingkirkan multipel
ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir orang. mieloma. Jika semua hasil negatif periksa ulang
Kemaknaannya tidaklah dekat dan mungkin tidaklah pasien tiap 6 bulan.
penting. Namun, bila proteinuria masih menetap, maka 2. Jika p r o t e i n u r i a lebih dari 3 g r a m / 2 4 j a m ,
pada pasien secara teratur (tiap 1-2 tahun), dilakukan lanjutkan ke-l A.
monitor t e k a n a n darah dan p e m e r i k s a a n urin. Jika
proteinuria berubah ke bentuk yang persisten, evaluasi C a r a M e n g u k u r P r o t e i n di D a l a m U r i n
ginjal sangat diperlukan dan biopsi harus dilakukan untuk Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat
menyingkirkan penyakit ginjal serius. ini sangat bervariasi dan b e r m a k n a . Metode dipstik
mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil
positif palsu bila pH >7.0 dan bila urin sangat pekat atau
PROTEINURIA TERISOLASI YANG MENETAP/ terkontaminasi darah. Urin yang sangat encer menutupi
PERSISTEN proteinuria pada p e m e r i k s a a n dipstik. Pemeriksaan
dipstik urin standar mendeteksi albumin melalui reaksi
Anamnesis secara lengkap (termasuk riwayat penyakit kolorimeter antara albumin dan tetrabromopenol biru
dahulu dan riwayat penyakit keluarga) dan pemeriksaan yang menghasilkan gambaran hijau yang bergradasi
fisik yang teliti untuk mencari penyakit ginjal/penyakit sesuai konsentrasi albumin dalam sampelnya. Tes ini tidak
sistemik yang menjadi penyebabnya. sensitif pada protein yang non albumin. Sedangkan tes
a. Jika ditemukan tanda-tanda/gejala, lakukan positif biasanya merefleksikan proteinuria glomerulus.
pemeriksaan darah, pencitraan, dan atau biopsi ginjal Pada proteinuria dari tubulus atau overflow tidak akan
untuk mencari kausa. terdiagnosis jika tidak urin 24 j a m yang dikumpulkan.
b. Jika tidak ditemukan bukti, ulangi tes kualitatif untuk Biasanya untuk pemeriksaan ini lebih cocok menggunakan
proteinuria dua/tiga kali, tes asam salisilat. (Jika proteinuria yang tidak mengandung
1. Jika tidak ada proteinuria dalam spesimen urin albumin dalam jumlah cukup banyak tes dipstik akan
berarti kondisi ini hanya transien atau fungsional. menjadi negatif palsu). Hal ini terutama sangat penting
Nilai kembali dan tidak perlu melakukan tesulang. untuk menentukan protein Bence Jones pada urin pasien
2. Jika proteinuria ditemukan tiap saat, periksa dengan multipel mieloma. Tes untuk mengukur konsentrasi
Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin dan klirens urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan
kreatinin, ukur ekskresi protein urin 24 j a m , USG asam sulfosalisilat atau asam triklorasetat. Sekarang ini,
ginjal dan tes protein ortostatik/postural. dipstik yang sangat sensitif tersedia di pasaran dengan
kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari)
Jika fungsi ginjal/ hasil USG tidak normal, kembali
dan merupakan petanda awal dari penyakit glomerulus
ke la.
yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus pada
Jika fungsi ginjal dan hasil USG normal dan proteinuria
nefropati diabetik dini. Keuntungan tes protein dengan
adalah tipe postural, tidak diperlukan tes berikutnya.
dipstik (dipstic urinalisis) adalah tidak mahal dan sudah
Follow up pasien tiap 1-2 tahun, kecuali:
tersedia d i m a n a p u n , dapat dipakai untuk diagnostik
a. P r o t e i n u r i a m e n j a d i p e r s i s t e n : ikuti p e d o m a n /
awal mengetahui adanya resiko penurunan fungsi ginjal
penuntun proteinuria (IV B)
yang cepat. Walaupun tidak semua tes dipstik dapat
b. Proteinuria membaik atau menjadi intermiten: ikuti
mengidentifikasi penurunan fungsi ginjal yang cepat. Pada
follow up berikutnya.
tingkat populasi pemeriksaan dipstik ini lebih cocok untuk
Jika fungsi ginjal dan USG normal dan proteinuria
skrining dalam jumlah besar
non postural, ulang pemeriksaan protein urin 24jam 2-3x
untuk menyingkirkan proteinuria intermiten. Nilai/ pembacaan proteinuria pada urin dipstik mulai
a. Jika proteinuria intermiten. Pasien dewasa muda umur dari angka +1 sampai +4 yang merefleksikan/setara
kurang dari 30 tahun, harus d\-follow up tiap 1 -2 tahun dengan peningkatan progresi konsentrasi albumin urin
dan pasien dewasa yang berusia lebih tua (>30 tahun) dalam satuan mg/dL:
d\-follow up tiap 6 bulan.
Protein urin dipstik: Konsentrasi albumin urin
b. Jika proteinuria persisten, evaluasi lebih lanjut ter-
Negatif
gantung pada tingkat proteinuria.
Trace (antara 15-30 mg/dL)
1. Jika proteinuria <3 gram/24jam, perlu dikonfirmasi
• +1 (antara 30-100 mg/dL)
PROTEINURIA
2311
+2 (antara 100-300 mg/dL) protein diatas 150 mg/hari, bahkan hal tersebut j u g a
+3 (antara 300-1000 mg/dL) terdapat pada pasien dengan atau tanpa diabetes yang
• +4 (lebih dari 1000 mg/dL) mempunyai risiko kardiovaskuler
Tes asam sulfosalisilat mendeteksi semua protein
Tes protein urin dipstik sering menghasilkan positif
didalam urin, merupakan kebalikan dari tes dipstik urin
palsu pada penggunaan agen radiokontras iodinat. Oleh
yang hanya mendeteksi albumin. Penggunaan tes asam
karena itu tes dipstik ini paling tidak 24 j a m setelah
sulfosalisilat t e r u t a m a ditujukan untuk pasien y a n g
pemeriksaan kontras. Pemeriksaan dipstik urin spesifik
mengalami gagal ginjal akut, urinalisis yang benigna,
kuat tetapi tidak s a n g a t sensitif untuk m e n d e t e k s i
dan apabila dengan tes pemeriksaan dipstik urin negatif
proteinuria mild/ ringan. Tes tersebut positif hanya bila
atau trace, dengan catatan tidak ada penyakit ginjal
eksresi protein melebihi 300-500 mg/hari. Pada diabetik
mieloma. Apabila tes asam sulfosalisilat positif dimana
nefropati, mikroalbuminuria biasanya dideteksi jika eksresi
Poteinuria
(deteksi dengan dipstick)
1 .
Tidak ada Ada
I I
Proteinuria Tes fungsi ginjal:
transien/ USG dan eksresi protein
fungsional postural
Proteinuria Proteinuria
ortostatik/postural non ortostatik
i
Tes lain (-) Ulang urin
follow up tiap 1-2 tahun kuantitatif 2-3 kali
r
Mikroalbuminia Silinder eritrosit/
sel-sel darah merah (+) Bagan hematuria
pada urinalisis
Elektroforesis
protein urin
Keterangan gambar:
Pendekatan pasien dengan proteinuria. Pemeriksaan proteinuria sering diawali dengan pemeriksaan dipstik yang positif pada pemeriksaan
urinalisis rutin. Dipstik konvensional mendeteksi mayoritas albumin dan tidak dapat mendeteksi kadar albumin urin antara 30 300 mg/hari.
Pemeriksaan lebih pasti dari proteinuria sebaiknya memeriksa protein urin 24 j a m atau rasio protein pagi/kreatinin (mg/g).
Bentuk proteinuria pada elektroforesis protein urin dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari glomerulus, tubular, atau abnormal tergantung
asal protein urin.
Protein glomerulus disebabkan oleh permeabilitas glomerulus yang abnormal. Proteinuria tubular seperti Tamm-Horsfall secara normal dihasilkan
tubulus ginjal. Protein sirkulasi yang abnormal seperti rantai ringan/pendek kappa/lambda telah siap disaring karena ukurannya yang kecil.
FSGS : Fokal Segmental Glomerulosklerosis; M P G N : M e m b r a n o proliferatif Glomerulonefritis
PROTEINURJA
2313
tetapi tes dipstik negatif biasanya menunjukkan adanya predicts de novo development of renal function impairment
i n the general population. K i d n e y Int. 2004:66:(suppI.92):S18-
protein bukan albumin didalam urin, protein tersebut yang
S21.
paling sering adalah rantai ringan imunoglobulin. Seperti W a r n o c k D G . I n c l u s i o n of a l b u m i n as a target i n t h e r a p y
halnya tes urin dipstik, tes asam sulfosalisilat j u g a dapat guidelines: guidelines for chronic kidney disease. Kidney Int.
menghasilkan positif palsu misalnya pada penggunaan 2004:66:(suppl.92): S121-S3.
REFERENSI