Adoc - Pub - Manajer Logistik Proyek
Adoc - Pub - Manajer Logistik Proyek
SKKNI
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penyiapan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu Jabatan
Kerja tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk
kepentingan penempatan ke luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat
mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
kompetensinya.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan suatu hal yang sangat
penting dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja
sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga kerja jasa konstruksi
disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku
pelaksana langsung dilapangan dan para ahli dari jabatan kerja yang bersangkutan. Kegiatan
Review SKKNI ini diawali dengan desk study, survei, wawancara dan workshop. Dari hasil
tersebut, yang masih dalam format DACUM, yang kemudian ditransformasi ke dalam format
RMCS, yang selanjutnya dibahas dalam pra konvensi yang melibatkan Tim Komite RSKKNI,
Tim Teknis, BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), LPJK (Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi), unsur Perguruan Tinggi, para Pakar dan Nara Sumber yang berkaitan
dengan Jabatan Kerja tersebut.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk jabatan kerja Manajer Logistik
Proyekinimerupakan review dari jabatan kerja yang sama, dan disusun berdasarkan format
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.21/MEN/X/2007
Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
Bakuan Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
acuan dalam peningkatan dan pengukuran tingkat kompetensi pada jabatan kerja Manajer
Logistik Proyek.
Diharapkan adanya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut dapat
meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan mutu hasil pekerjaan di lapangan. Di sisi lain
standar kompetensi kerja ini tetap masih memerlukan penyempurnaan sejalan dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri Jasa
Konstruksi, sehingga setiap masukan untuk penyempurnaan sangat diperlukan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini, kami ucapkan terima kasih.
(………...........................................)
NIP …………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pasal 3, Prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada kompetensi
kerja.
2. Pasal 4 ayat (1), Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar
Internasional dan/atau Standar Khusus.
Jadi apabila seseorang atau sekelompok orang telah mempunyai kompetensi kemudian
dikaitkan dengan tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensinya, maka akan
dapat menghasilkan atau mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan tertentu yang
seharusnya dapat terukur dengan indikator sebagai berikut: dalam kondisi tertentu,
mampu dan mau melakukan suatu pekerjaan, sesuai volume dan dimensi yang
ditentukan, dengan kualitas sesuai standar dan mutu/ spesifikasi, selesai dalam tempo
yang ditentukan.
Indikator ini penting untuk memastikan kualitas SDM secara jelas, lugas dan terukur,
serta untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan perhitungan biaya
pekerjaan yang dapat menentukan daya saing.
B. Tujuan
Selain tujuan tersebut diatas, tujuan lain dari penyusunan standar kompetensi ini adalah
untuk mendapatkan pengakuan kompetensi secara nasional bagi tenaga kerja
pemegang sertifikat kompetensi jabatan kerja ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan pengakuan tersebut adalah :
C. Pengertian
1. Kompetensi Kerja
Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Konsep SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SKKNI
adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian, sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah
mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat
apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan
sebagai acuan untuk :
Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka
seseorang mampu :
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETESI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung
Tercapainya Standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah
elemen-kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung
Ketercapaian unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana kriteria unjuk Kerja
Tersebut diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam
melaksanakan penilaian
KOMPETENSI KUNCI
Merupakan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki untuk mencapai
unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi
yang terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci
.
1. BIDANG KEAHLIAN
ATAU PEKERJAAN
2. UNIT-UNIT
KOMPETENSI
KUALIFIKASISI
KUALIFIKASISI
KOMPETENSI KUNCI
KUALIFIKASI
3. ELEMEN
KOMPETENSI
4. KRITERIA UNJUK
KERJA
5. BATASAN
VARIABEL
Batasan Variabel : Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk
kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan
memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi
perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan
mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk
peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan.
Keterangan :
Tingkat 1 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas rutin menurut cara yang telah
ditentukan, bersifat sederhana dan merupakan pengulangan, serta sewaktu-
waktu sering diperiksa perkembangannya. Unjuk kerja tingkat1 adalah
kemampuan yang dibutuhkan untuk menyebutkan pekerjaan sederhana
berulang-ulang secara efisien dan memuaskan berdasar pada kriteria atau
prosedur yang telah ditetapkan dengan kemampaun mandiri.
Untuk itu tingkat 1 ini harus mampu:
1). Melakukan proses yang sederhana dan telah ditentukan;
2) Menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
Tingkat 2 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit yang
ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap pekerjaannya sendiri
dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh atasan setelah pekerjaan
selesai. Maka unjuk kerja tingkat-2 merupakan tingkat kemampuan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan yang menentukan pilihan,
aplikasi dan integrasi dari sejumlah elemen atau data / informasi untuk
Tingkat 3 : Kemampuan untuk mengerjakan kegiatan rumit dan tidak rutin yang
dikerjakan sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain.
Unjuk kerja tingkat-3 merupakan tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi dan merancang kembali proses, menetapkan dan
menggunakan prinsip-prinsip dalam rangka menentukan cara yang terbaik
dan tepat untuk menetapkan kriteria penilaian kualitas.
Untuk itu, pada tingkat 3 ini harus mampu.
1) Menentukan prinsip dasar dan proses
2) Mengevaluasi dan mengubah bentuk proses atau membentuk ulang
proses
3) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi dan/atau penilaian proses
Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi Pengarah
1. Dr. Ir. Andreas Suhono. M.Sc
Kementerian Pekerjaan
Umum
b. NARASUMBER
JABATAN
JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA
PANITIA/TIM
1. Ir. Nur Wachid Nara Sumber
2. Dr.Ir. Nusa Setiani T., MT Nara Sumber
3. Ir. Firdaus Jufri, MT Nara Sumber
d. TIM PENYUSUN
JABATAN
JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA
PANITIA/TIM
1. Ade Wahid, S.Pd Ketua
4. Ir.Suyata Anggota
5. Ir.Yungki Virwandi Anggota
e. PESERTA WORKSHOP
No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
1 H. Ir. Nur Wachid Praktisi / Intakindo
2 Dewi Naimah, ST PT.Adhimix precast
Indonesia
3 Tiwik Hermawati, ST PT.Adhimix Precast
Indonesia
4 Aldi P.Lubis, ST, MT PT.Thiess Contractors
Indonesia
5 Ir. Bambang Hari Setyono PT.Thiess Contractor
Indonesia
6 Hary Kurniawati, ST PT.Adhi Karya (Persero)
tbk
7 Welly Novianto, ST PT.Adhi Karya (Persero)
tbk
8 Dr. Ir. Nusa Setiani T, MT Lembaga Teknologi FTUI
9 Winoto Hadi, ST, MT Universitas Negeri
Jakarta
10 Ir. Halimah Tunafiah, MT Universitas YAI
g. PESERTA KONVENSI
No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
1 Ir.H.Nur Wachid Praktisi / Intakindo
2 Dr.Ir.Nusa Setiani Triastuti, MT Lembaga Takhnologi
FTUI
3 Imam Mahir, MT Universitas Negeri
Jakarta
4 Patria Yogaswara PT.Cipta Kreasindo
5 Drs.Sabar Setyoroso PT.Cipta Kreasindo
6 Prasetyo Wibowo Yunanto, Universitas Negeri
M.Eng Jakarta
7 Ani Hidiyah, M,ST Kementerian
Perhubungan
8 Drs.Doddy Rochadi Universitas N egeri
Jakarta
9 Aldi Parlindungan Lubis, ST,MT PT.Thiess Contractor
Indonesia
10 Ir.Hari Kurniawati, MT PT.Adhi Karya
11 Dr,Ir.Dwi Dinariana, MT UPI YAI
12 Henni, ST,MT Universitas Negeri
Jakarta
Dimensi kompetensi tersebut di atas dapat muncul dalam kegiatan yang berbeda dari
format standar, misalnya dapat berada dalam elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja,
dan batasan variabel.
Kodefikasi unit kompetensi dan kualifikasi pada SKKNI Jasa Konstruksi pada dokumen
ini, berdasar pada Permenakertrans No. 21 Tahun 2007.
Kodefikasi setiap unit kompetensi mengacu pada format kodefikasi SKKNI sebagai
berikut :
X X X • X X 0 0 • 0 0 0 • 0 0
(1) (2) (3) (4) (5)
SUB SEKTOR : Diisi dengan singkatan 2 huruf dari sub sektor. Jika tak ada
sub sektor, diisi dengan huruf OO. Untuk Sub Sektor
........................... disingkat ..............
VERSI UNIT
KOMPETENSI : Diisi dengan nomor urut versi menggunakan 2 digit angka,
mulai dari KOMPETENSI 01, 02, 03 dan seterusnya
Jabatan Kerja ini adalah jabatan yang terdapat di dalam struktur penugasan di dalam
organisasi di lingkungan kontraktor selaku penyedia jasa. Jika ditinjau secara
keseluruhan, di dalam penyelenggaraan proyek dikenal bentuk-bentuk organisasi garis
lurus, organisasi segitiga dan organisasi dengan menggunakan manajemen konstruksi
seperti tersebut dalam Bagan Organisasi tersebut di bawah :
Jabatan Kerja “Manajer Logistik Proyek” berada di dalam struktur organisasi Kontraktor
Utama. Bentuk dan susunan organisasi Kontraktor Utama disesuaikan dengan
kebutuhan, yaitu sesuai dengan skala proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
Jika ditinjau dari skala tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya, maka kita dapat
membagi tingkat keahlian jabatan kerja Manajer Logistik Proyekmenjadi 3 (tiga)
tingkatan, yaitu : Ahli Utama, Ahli Madya dan Ahli Muda.
Berikut ini adalah tipikal organisasi pelaksana proyek jika skala proyeknya cukup besar
sehingga memerlukan Manajer Logistik Proyek yang kualifikasinya adalah Ahli Madya,
sebagai berikut :
Tipikal organisasi di atas hanyalah sebuah contoh yang memberikan gambaran, bahwa
struktur organisasi yang sebenarnya harus disusun, akan tergantung dari kebutuhan
proyek. Jika skala proyeknya sangat besar, kurang lebih akan diperlukan adalah struktur
organisasi dengan Manajer Logistik Proyek yang kualifikasinya Ahli Utama, sedangkan
jika skala proyeknya sedang dengan kompleksitas dan spesifikasi barang sedang, maka
yang diperlukan adalah struktur organisasi dengan Manajer Logistik Proyek yang
kualifikasinya Ahli Muda. Tentu struktur organisasi proyek untuk skala pekerjaan sedang
dan kecil, akan lebih sederhana jika dibandingkan dengan dengan contoh tipikal di atas.
Untuk memperoleh sertifikat pada suatu jabatan kerja, seseorang yang memenuhi
persyaratan (minimal) harus mengikuti Uji Kompetensi yang diselenggarakan oleh suatu
institusi atau apapun namanya yang mempunyai kewenangan berdasarkan peraturan
perundang-undangan melakukan uji kompetensi terhadap peserta uji kompetensi.
Materi Uji Kompetensi akan mencakup seluruh unit kompetensi yang dipersyaratkan
untuk jabatan kerja dimaksud, dalam hal ini adalah Jabatan Kerja “Manajer Logistik
Proyek”. Score penilaian terhadap peserta uji kompetensi memerlukan penilaian yang
obyektif, namun secara umum faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam penilaian
untuk mendapatkan kualifikasi keahlian pada jabatan kerja ini :
Tatacara Evaluasi yang dapat menetapkan seseorang peserta ujian kompetensi dapat
menduduki Jabatan Kerja Manajer Logistik Proyek dengan kualifikasi Ahli Utama, Ahli
Madya atau Ahli Muda, sudah harus memperhitungkan bobot-bobot hasil ujian
kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerja yang perlu diatur
tersendiri (disiapkan terpisah) dalam “Pedoman Perhitungan Score dan Penetapan
Kualifikasi Keahlian Untuk Manajer Logistik Proyek”.
Berikut ini adalah batasan-batasan yang dijadikan dasar dalam menetapkan kualifikasi
keahlian pada jabatan kerja :
a. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Utama, namun karena kalkulasi total
score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal
maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli
Utama, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Utama.
Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli
Utama, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum
memiliki potensi sebagai Ahli Utama, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat
jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Utama. Jadi ia harus mengikuti ujian
kompetensi lagi sampai ia memiliki hasil ujian kompetensi yang memberikan
kesimpulan bahwa ia mempunyai potensi menuju ke Ahli Utama.
b. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Madya, namun karena kalkulasi total
score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal
maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli
Madya, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Madya.
Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli
Madya, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum
memiliki potensi sebagai Ahli Madya, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat
jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Madya. Jadi ia harus mengikuti ujian
c. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Muda, namun karena kalkulasi total
score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal
maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli
Muda, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Muda. Sebaliknya,
meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli Muda, akan
tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum memiliki potensi
sebagai Ahli Muda, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat jabatan kerja yang
kualifikasinya Ahli Muda. Jadi ia harus mengikuti ujian kompetensi lagi sampai ia
memiliki hasil ujian kompetensi yang memberikan kesimpulan bahwa ia mempunyai
potensi menuju ke Ahli Muda.
Ahli Utama
Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan
tingkat kesulitan tinggi dan sangat komplek, serta memiliki kemampuan menganalisa
pekerjaan logistik proyek sesuai metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan besar yang
memiliki kompleksitas tinggi.
Ahli Madya
Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan
tingkat kesulitan sedang dan komplek serta menguasai kontrak, spesifikasi, jadwal
pelaksanaan dan metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan menengah
dengan kompleksitas sedang..
Ahli Muda
Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan
tingkat kesulitan sedang dan cukup komplek serta menguasai kontrak, spesifikasi,
jadwal pelaksanaan dan metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan kecil,
dengan kompleksitas sederhana.
4. Persyaratan Jabatan
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel:
PANDUAN PENILAIAN
2. Kondisi pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan
jika diperlukan dapat dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat
kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah:
2.1 Tes tertulis;
2.2 Tes lisan (Wawancara)
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terkait dengan jabatan kerjanya
5.2 Ketelitian dalam melakukan pengendalian lingkungan dan situasi kerja, dengan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan aman dengan meminimalkan
terjadinya kecelakaan kerja
5.3 Kecermatan dalam mengelola dan memantau lingkungan di lokasi pekerjaan serta
menjaga mutu lingkungan secara konsisten
KOMPETENSI KUNCI
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 1
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Kompetensi ini diterapkan sebagai landasan dalam melakukan komunikasi, baik
dalam menerima informasi dari atasan maupun menyampaikannya kepada para
pihak yang terkait dengan prosedur pekerjaan.
1.2 Kompetensi ini diterapkan kepada Manajer Logistik Proyek agar mampu bekerja
sama dengan pihak terkait.
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan prosedur penilaian:
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi
dan jika diperlukan dapat dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
5. Aspek kritis
5.1 Kekompakkan dalam berkoordinasi/berkomunikasi dan sikap kerja yang
profesional dengan tim kerja dan pihak-pihak terkait
5.2 Ketelitian mengidentifikasi ruang lingkup pekerjaan, spesifikasi teknis dan metoda
estimasi biaya jalan
5.3 Kekompakkan melakukan kerja sama, baik sesama tim kerja maupun dengan
pihak terkait lainnya
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan prosedur penilaian:
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi
dan jika diperlukan dapat dilaksanakan dalam situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah :
2.1 Tes Tertulis
2.2 Tes Lisan (Wawancara).
5. Aspek Kritis
KOMPETENSI KUNCI
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan
dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Seluruh pelaku pekejaan logistik yang ada di bawah kendali Manajer Logistik
Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan keterampilan untuk bidang tugas
masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJK.
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan Penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
5. Aspek Kritis
5.1 Ketelitian dalam mengidentifikasi kebutuhan logistik proyek
5.2 Kecermatan dalam memahami jadwal pelaksanaan konstruksi
5.3 Kecermatan dalam menganalisa saling ketergantungan antar kegiatan dalam
proyek konstruksi.
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan
dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Seluruh pelaku pekejaan logistik yang ada di bawah kendali Manajer Logistik
Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan keterampilan untuk bidang tugas
masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJK.
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi
dan jika diperlukan dapat dilaksanakan dalam situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah :
2.1 Tes Tertulis
2.2 Tes Lisan (Wawancara)
5. Aspek Kritis
5.1 Ketelitian dalam mengidentifikasi kebutuhan logistik proyek.
5.2 Kecermatan dalam memahami jadwal pelaksanaan konstruksi.
5.3 Kemampuan dalam menganalisa saling ketergantungan antar kegiatan dalam
proyek konstruksi.
KOMPETENSI KUNCI
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan
dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Seluruh pelaku pekejaan logistik yang ada di bawah kendali Manajer Logistik
Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan keterampilan untuk bidang tugas
masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJK.
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan Penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
2. Kondisi Pengujian
5. Aspek Kritis
5.1 Ketelitian dalam menentukan tata letak penyimpanan barang.
5.2 Kecermatan dalam mengelola penempatan dan penyimpanan barang.
5.3 Ketelitian dalam menganalisis barang yang disimpan dan didistribusikan.
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan Penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi
dan jika diperlukan dapat dilaksanakan dalam situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah :
1. Tes Tertulis
2. Tes Lisan (Wawancara) dan atau
5. Aspek Kritis
5.1 Ketelitian dalam mengevaluasi kinerja pemasok.
5.2 Ketelitian dalam mengevaluasi proses penerimaan dan penyimpanan barang
5.3 Ketelitian dalam mengevaluasi pendistribusian barang
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan
dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Seluruh pelaku pekejaan logistik yang ada di bawah kendali Manajer Logistik
Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan keterampilan untuk bidang
tugas masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJK
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
1.1 Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi
dan jika diperlukan dapat dilaksanakan dalam situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah :
2.1 Tes Tertulis
2.2 Tes Lisan (Wawancara).
5. Aspek Kritis
5.1 Ketelitian dalam menyusun secara terstruktur dan terintegrasi setiap dokumen
yang diperlukan.
5.2 Kearifan dan kebijaksanaan dalam menyusun laporan
KOMPETENSI KUNCI
7. Memecahkan masalah 2
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ....................................... 2011
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA