Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DAN MODEL KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dalam


Administrasi
Dosen Pengampu : Muhammad Fahmi Abdullah, S.Sos., MM

Disusun Oleh :

Ajat Sudrajat
4222180023

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BAGASASI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
A. Pengertian Kepemimpinan ................................................................................ 6
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan ............................................................. 8
C. Model Kepemimpinan Masa Lalu .................................................................. 10
D. Model-model kepemimpinan masa kini (sekarang)........................................ 13
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan ............................................................ 16
F. Kepemimpinan Kepala Sekolah...................................................................... 19
G. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah .......................................................... 21
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 24
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan yang merupakan suatu organisasi memerlukan tidak
hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya lembaga pendidikan yang lebih
banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan administratif
lainnya, tetapi juga memerlukan pimpinan yang mampu menciptakan sebuah visi dan
semua komponen individu yang terkait dengan lembaga pendidikan. Pemimpin
maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Berbeda dengan
organisasi lain, lembaga pendidikan merupakan bentuk organisasi moral yang berbeda
dengan bentuk organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi, kesuksesan lembaga
pendidikan, tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan pendidikan, tetapi juga oleh
tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga pendidikan itu sendiri.
Kepemimpinan pendidikan berkewajiban untuk mengkoordinasikan ketenagaan
pendidikan di lembaga pendidikan untuk menjamin teraplikasinya peraturan pada
lembaga pendidikan.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan orang lain
agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan
diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang
dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat
tergantung pada pimpinannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari kepemimpinan?
2. Apa pengertian dari kepemimpinan pendidikan ?
3. Mengapa diperlukannya kepemimpinan pendidikan dalam manajemen di
sekolah ?
4. Bagaimana model-model kepemimpinan pendidikan ?
5. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam pendidikan ?

4
6. Bagaimana fungsi kepemimpinan pendidikan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian kepemimpinan
2. Mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan
3. Mengetahui sebab diperlukannya manajemen pendidikan dalam manajemen di
sekolah
4. Mengetahui model-model kepemimpinan pendidikan
5. Mengetahui gaya kepemimpinan dalam pendidikan
6. Mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena sifat
dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan
ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentan
kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif. Kepemimpian melibatkan
hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi di antara orang-orang yang
menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan
tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara
etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang berarti
menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama
pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti
mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin berarti
orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Sedang kepemimpinan
menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya
Sebenarnya kepemimpinan merupakan cabang dari ilmu administrasi, khususnya ilmu
administrasi negara. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial,
dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Sedang inti dari administrasi
adalah manajemen.
Keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang
ingin diraih, bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Jadi kepemimpian
menduduki fungsi kardinal dan sentral dalam organisasi, manajemen maupun
administrasi. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai depenisi kepemimpinan.
Antara lain :
1. Menurut Seokarto Indrafachrudi kepemimpinan adalah kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menunutun, menggerakan dan jika perlu memaksa orang lain agar
ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu

6
yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
2. Menurut Nanang Fattah “Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan”.
3. Menurut Kartini Kartono “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian
satu atau beberapa tujuan”.
4. Menurut Soetopo Hendyat kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam
membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari
kelompok itu yaitu tujuan bersama.
Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan mempunyai menjadi 3 kata kunci,
yaitu
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept), artinya
kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka
jika tidak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih
dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena
dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin,
artinya seorang pemimpin harus melakukan
sesuatu;
c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil
tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi
pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang
terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran,
memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan

7
demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk
para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi
keberhasilan organisasi.
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua
sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi
dari beberapa pendapat diatas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam
lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan
mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin
di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua
di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di
kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah
dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan
pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-
individu yang dipimpin (ada relasi inter-personal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi
atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan
demikian, pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu kelompok atau satu organisasi.
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Banyak definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, tergantung pada perspektif yang digunakan.
Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer,

8
olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead
memberikan rumusan "Leadership is the activity influencing people to cooperate some
good which they come to find desirable". Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan. Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful
behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the
benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi
tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan
tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
Demikian juga, Slamet santosa mendefinisikan kepemimpinan sebagai "usaha untuk
mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan
kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah
disepakati". Menurut Ngalim Purwanto "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk
persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui
'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka
mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang
menjadi tujuan-tujuan organisasi”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa
implikasi, antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak
lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan
harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian,
tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua:
seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Sementara itu berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Th 2003, pendidikan
bermakna usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang dipeerlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Jadi kepemimpinan dalam pendidikan dapat dimaknai suatu kemampuan dan
kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan

9
menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Secara sederhana
kepemimpinan pendidikan dapat diartikan adalah pihak-pihak yang menentukan
tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-undang.

C. Model Kepemimpinan Masa Lalu


1. Model Watak Kepemimpinan
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti
tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti
misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara,
kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi, dan lain-lain (Bass 1960,
Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori factor pribadi yang
membedakan antara pemimpin dan pengikut yaitu kapasitas, prestasi, tanggung
jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang
menunjukkan bahwa factor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan
pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-
hasil studi yang lain.
Disamping itu watak pribadi bukanlah factor yang dominant dalam
menentukan keberhasilan kinerja managerial para pemimpin. Hingga tahun
1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk untuk mengindifikasi
watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari
studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik, watak
dengan efektifitas kepemimpinan, walupun positif tetapi signifikasinya sangat
rendah (Stogdill 1970).
Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa apabila kepemimpinan didasarkan
pada factor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin
mempunyai pengaruh yang tidak segnifikan. Kegagalan studi- studi tentang
kepemimpinan pada periode awal ini yang tidak berhasil meyakinkan adanya
hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan
membuat para peneliti untuk mencari factor-faktor lain (selain factor watak),
seperti misalnya factor situasi yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan
perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.

10
2. Model Kepemimpinan Situasional
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak
kepemimpinan dengan focus utama factor situasi sebagai variable penentu
kemampuan kepemimpinan.
Studi-studi kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik
situasi atau keadaan sebagai factor penentu utama yang membuat seorang
pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan
efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan
fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan
keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan watak pribadinya, menurut
pendekatan kepemimpinan situasional ini seseorang bisa dianggap sebagai
pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.
Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi
khusus yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.
Hoy dan Miskel (1987) menyatakan bahwa terdapat empat factor yang
mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat structural organisasi, iklim atau
lingkungan organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik
bawahan.
Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena
kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model
ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat
memprediksikan kecakapan kepemimpinan yang mana yang lebih efektif
dalam situasi tertentu
3. Model Pemimpin Yang Efektif
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang type-type
tingkah laku para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat
dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan
konsiderasi.

a. Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana


pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka
mencapai tujuan organisasi serta sejauh mana para pemimpin

11
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka, dimensi ini
dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.
b. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat
hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana
pemimpin memperhatikan kebutuhan social dan emosi bagi bawahan,
misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang
mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini
juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang
mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi.
Halpin (1966) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif
cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek diatas. Dia
berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata
kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur dan mempunyai
hubungan dan persahabatan yang sangat baik. Secara ringkas model
kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif
adalah pamimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia
sekaligus dalam organisasinya.
4. Model Kepemimpinan Kontingensi
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan
antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan fariabel-
fariabel situasional.
Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda
membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan
kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek
keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan watak atau tingkah laku
dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Fiedler (1967) beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas
kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan sesuai
situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang
mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiganya ini selanjutnya mempengaruhi
keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:
a. Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu sampai sejauh mana pemimpin

12
itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti petunjuk pemimpin.
b. Struktur tugas yaitu sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana tugas-tugas tersebut
dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
c. Kekuatan posisi, yaitu sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang
dimiliki oleh pemimpin, karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk
menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka
masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana
pemimpin menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan
penghargaan, promosi dan penurunan pangkat.
Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna
dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan
dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi
yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah
laku pemimpin dan variable situasional.

D. Model-model kepemimpinan masa kini (sekarang)


1. Model Kepemimpinan Transaksional.
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya.
Menurut Masi and Robert (2000), kepemimpinan transaksional digambarkan
sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara
pemimpin dan bawahannya (Contingen Riward), intervensi yang dilakukan
oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan untuk
mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi antara
pemimpin dan bawahannya bersifat pro aktiv.
Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan
kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu
secara pro aktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk menentukan
apa yang saat ini dibutuhkan bawahannya.
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip
utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengaitkan kebutuhan individu
pada apa yang diinginkan pemimpin untuk dicapai dengan apa penghargaan

13
yang diinginkan oleh bawahannya memungkinkan adanya peningkatan
motivasi bawahan. Steers (1996).
2. Model Kepemimpinan Transformasional
Teori ini mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang individukan dan yang memiliki
charisma. Dengan kata lain pemimpin transformasional adalah pemimpin yang
mampu memperhatikan keprihatinan dan kebutuhan pengembangan diri
pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk
mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pemimpin transaksional cenderung
memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
Untuk memotifasi agar bawahan melekukan tanggung jawab mereka, para
pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada system pemberian
penghargaan dan hukuman pada bawahannya.
Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pamimpin transformasional
merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai peran sentral dan
strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin
transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi
masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada
tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

14
Yamarino dan Bass (1990), pemimpin trasformasional harus mampu
membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi
kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa
kepemimpinantransformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya
sebagai “The Four I’s”:
a. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
b. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi
bawahan (Motivasi-inspirasi)
c. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).
d. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang
mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan
dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan
akan pengembangan karir (konsederasi individu).
Banyak peneliti dan praktisi managemen yang sepakat bahwa model
kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang
terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky
1996).
Hasil survey Parry (2000) yang dilakukan di New Zealand, menunjukkan tidak
ada pertentangan dengan penemuan-penemuan sebelumnya tentang efektifitas
kepemimpinan transformasional. Disamping itu Parry juga berpendapat bahwa
kepemimpinan transformasional dapat dilatihkan, pendapat ini didasarkan pada
temuan-temuannya yaitu keberhasilan pelatihan kepemimpinan
transformasional yang dilakukan di New Zealand sebagai berikut:

a. Berhasil meningkatkan kemampuan pelaksanaan kepemimpinan


transformasional lebih dari 11% (dilihat dari peningkatan hasil usahanya)
setelah dua hingga tiga bulan dilatih.
b. Berhasil meningkatkan kegiatan kerja bawahan sebesar 11% setelah dua

15
hingga tiga bulan dilatih.
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan
yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan
tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini.
Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara
bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk
turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka ada tiga tipe pokok
kepemimpinan yaitu: tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.
1. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau “policy” dasar
ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan
kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa
mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya
tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib
dan tidak boleh dibantah.
2. Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi
hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka
meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis,
maka barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang
dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima

16
atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan
menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan
selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.
3. Tipe demokratis (demokratic style of leadership)
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan
seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah
yang bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-
guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari
500 hasil research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan
baik maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik
pula. (R.Tjung Wiraputra, 1976 hl 37).
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan
yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:
a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan
memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota
kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan
dan tanggungjawab.
Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat
bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan
bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk
pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong
bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan. Dalam
kepemimpinannya peimpin sekolah berusaha supaya bawahannya kelak dapat
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Syarat Seorang Pemimpin dalam
Suatu Organisasi
Untuk menjadi seorang pemimpin maka harus ada syarat – syarat khusus.
Sehingga seseorang yang akan menjadi pemimpin adalah seseorang yang benar

17
– benar pantas dan dapat melakukan tanggung jawab nya secara eoptimal dan
efisien.
Terdapat 3 hal penting dalam kosep kepemimpinan atara lain:
1. Kekuasaan
Kekuasaan adalah otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memberikan pengaruh serta menggerakkan bawahan atau
pengikutnya berbuat sesuatu pada rangka penyelesaian
tugas tertentu terkait dengan organisasi.
2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan anugerah atau takdir Tuhan. Kemampuan ini
merupakan sebuah keunggulan dan kelebihan. Sehingga dengan kewibawaan
seorang pemimpin mampu menyuruh bawahannya atau pengikutnya untuk
mengikuti semua yang dikatakannya dan mematuhinya.
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara
teknis maupun sosial yang dimiliki seorang pemimpin melebihi dari anggota
biasa.
Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee mengatakan pemimpin
harus mempunyai kelebihan sebagai persyaatan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan
menilai.
2. Prestasi, gelar kerjasama, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tanggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tingi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan benar
M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak
harus memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti
gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari;
b. Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai
otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat
menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya,

18
sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi;
c. Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut
menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan
emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin
harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin
harus mempunyai keseimbangan emosi.
Seorang pemimpin khususnya di bidang kependidikan dikatakan berhasil
apabila memenuhi kriteria keberhasilan lembaga pendidikan sebagai berikut:
1. Input, yaitu tingkat ketersediaan dan pendayagunaan masukan instrumental dan
lingkungan.
2. Proses, yaitu tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran.
3. Output, yaitu tingkat pencapaian lembaga dan hasil belajar.
4. Outcome, yaitu dampak langsung dan tidak langsung.
F. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Kepribadian.
kepribadian yang kuat akan membentuk karakter diri menjadi tegas, cerdas dan
ikhlas dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Karakter
diri akan mengembangkan pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat,
murah hati, dan memiliki kepekaan sosial.
2. Memahami tujuan. Dengan memahami tujuan pendidikan dengan baik, kepala
sekolah akan selalu berjalan sesuai rel-rel hukum yang benar dalam mencapai
tujuan sekolah. Dengan pemahaman yang baik kepala sekolah tidak akan
menghalalkan segala cara, semua akan berjalan sesuai aturan yang berlaku.
3. Memiliki Pengetahuan yang Luas, dengan memiliki akar pengetahuan yang
luas, seorang kepala sekolah akan senantiasa menerima kritik dan saran sebagai
tolok ukur dan pijakan dalam bertindak dan menentukan kebijakan terutama
kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Dan kepala sekolah
akan selalu menjadi manusia pembelajar.

4. Memiliki Kompetensi Profesional, keterampilan profesional yang terkait


dengan tugasnya sebagai Kepala Sekolah, yaitu :

19
a. Keterampilan teknis, yaitu melaksanakan fungsi manajemen sekolah dengan
benar meliputi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan kontrol
terhadap seluruh aspek kegiatan persekolahan dan mampu memberdayakan
seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah, baik sumberdaya bergerak
maupun sumberdaya tidak bergerak.
b. Hubungan kamanusian, yaitu menyadari diri sebagai pribadi yang memiliki
kekurangan sehingga senantiasa bekerja sama dengan orang lain,
memotivasi, mendorong guru dan staf untuk maju, dan memberikan
pengayoman kepada semua pihak.
5. Memiliki Keterampilan konseptual, seorang kepala sekolah harus memiliki
ketrampilan konseptual sehingga dapat dengan benar mengembangkan konsep
pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan
mencari jalan pemecahannya dengan tepat tanpa mengakibatkan gejolak
apapun.
Dalam mengembangkan sekolah perlu dipahami dan dilaksanakan prinsip-
prinsip kepemimpinan secara umum yang berlaku, yaitu :
1. Konstruktif, artinya Kepala Sekolah harus mendorong dan membina
setiap staf untuk berkembang.
2. Kreatif, artinya Kepala Sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara
baru dalam melaksanakan tugas.
3. Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait
dalam setiap kegiatan di sekolah.
4. Kooperatif, artinya mementingakan kerja sama dengan staf dan pihak lain
yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.
5. Delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf sesuai
dengan tugas / jabatan serta kemampuan mereka.
6. Integratif, artinya selalu mengitegrasikan semua kegiatan sehingga
dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah.
7. Rasional dan Objektif, artinya dalam melaksnakan tugas atau bertindak
selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.
8. Pragmatis dalam menetapkan kebijakan atau target. Kepala Sekolah
harus mendasarkan pada kondisi nyata sumber daya yang dimiliki sekolah.

20
9. Keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, Kepala Sekolah dapat
menjadi contoh yang baik.
10. Adaptabel dan Fleksibel, artinya Kepala Sekolah harus dapat beradaptasi
dalam menghadapi situasi dan paradigma baru serta menciptakan situasi
kerja yang kondusif.
Dewasa ini sangat banyak Model atau Gaya Kepemimpinan yang dapat
diterapkan oleh para pimpinan atau lembaga dalam lembaga yang dipimpinnya.
Kepala Sekolah dapat memilih dan menerapkan model atau gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan situasi maupun kondisi staf yang dipimpinnya. Diantara model dan
gaya kepemimpinan tersebut adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Delegatif : dalam gaya kepemimpinan ini kepala sekolah
lebih banyak memberikan dukungan dan mendelegasikan tugas dan wewenang
kepada staf sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh staf tersebut.
Sehingga staf yang memiliki kemampuan baik akan termotivasi dan akan
bekerja yang baik.
2. Gaya Kepemimpinan Partisifatif : Kepala Sekolah berpartisipasi aktif dalam
mendorong staf untuk menggunakan kemampuannya secara optimal, jika
mengahadapi staf yang memilki kamapuan kerja baik tetapi motivasi kerjanya
kurang.
3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif : Kepala Sekolah banyak memberikan
bimbingan sehingga kemampuan staf secara bertahap meningkat, jika
menghadapi staf yang memilki kerja yang kurang baik tetapi memilki motivasi
kerja baik.
4. Gaya Kepemimpinan Instruktif : Kepala Sekolah lebih banyak memberi
petunjuk yang spesifik dan secara ketat mengawasi staf dalam mengerjakan
tugasnya.

G. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah


Dalam model Kepemimpinan modern, kepemimpinan Kepala Sekolah ada
tujuh fungsi pokok yang sering kita sebut dengan akronim EMASLIM, yaitu : Kepala
Sekolah sebagai :
1. Educator

21
2. Managjer
3. Administrator,
4. Supervisor,
5. Leader,
6. Inovator,
7. Motivator.

1. Kepala Sekolah sebagai Educator


Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah. Dan kepala sekolah sebagai guru (edukator) tidak dapat lepas dari
tugas utamanya yaitu mendidik. Dalam hal ini sebagai kepala sekolah, yang
dididik bukan hanya siswa, akan tetapi seluruh staf dan seluruh warga sekolah
yang dipimpin.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya harus
melakukannya dengan prinsip-prinsip manajemen yang benar dengan
menjalankan fungsi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
kontrol. Fungsi-fungsi tersebut harus dijalankan pada seluruh aspek kegiatan
yang ada di sekolah.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator


Sebagai administrator, berarti kepala sekolah harus menjalankan seluruh
kegiatan administrasi sekolah, dan bertanggung jawab atas terlaksananya
seluruh kegiatan administrasi di sekolah.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah harus melakukan supervisi pada seluruh
kegiatan yang ada di sekolah, dan melakukan kontrol agar seluruh kegiatan
berjalan pada rel kebijakan yang telah ditetapkan.
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
Sebagai leader atau pemimpin, kepala sekolah harus menjalankan fungsi
kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah sebagai
leader harus menetapkan garis-garis besar kebijakan, program dan kegiatan-
kegiatan operasional, dan kepala sekolah bertanggung jawab atas terlaksananya

22
seluruh kebijakan tersebut.
6. Kepala Sekolah sebagai Inovator
Sebagai inovator, kepala sekolah harus senantiasa mencari jalan pembaruan
agar sekolah senantiasa berkembang mengikuti perkembangan iptek. Kepala
Sekolah harus menjadi agen pembaharuan.
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus senantiasa memberikan motivasi dan
dorongan kepada semua pihak untuk maju, berkembang sesuai dengan
keinginan individu, dan berkembang guna memajukan institusi/lembaga.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam makalah ini yaitu :
1. Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara
etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan “me” menjadi “memimpin”
yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain
yang sama pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan
melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri.
2. Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful
behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for
the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut
definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok
untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi.

3. Kepemimpinan dalam pendidikan dapat dimaknai suatu kemampuan dan


kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Secara
sederhana kepemimpinan pendidikan dapat diartikan adalah pihak-pihak yang
menentukan tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-
undang.
4. Model kepemimpinan masa lalu, yaitu :
a. Model Watak Kepemimpinan
b. Model Kepemimpinan Situasional
c. Model Pemimpin Yang Efektif
5. Model Kepemimpinan Masa Kini, yaitu :
a. Model Kepemimpinan Transaksional.
b. Model Kepemimpinan Transformasional

24
6. Tipe-tipe kepemimpinan dalam pendidikan, yaitu :
a. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
b. Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
c. Tipe demokratis (demokratic style of leadership)

25
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. 2012. http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/11/konsep-


dasar-kepemimpinan-pendidikan/. Di akses pada tanggal 3 Mei 2014. Pada
pukul 13:30 wib

Ristanti. 2012. http://dijenotes.blogspot.com/2012/06/makalah-kepemimpinan-


pendidikan.html. Di akses pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul 15:00 wib.

Riswanto. 2011. http://gurupinilih.blogspot.com/2008/05/model-kepemimpinan-


pendidikan.html. Di akses pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul 15:30 wib.

Siswoyo, rudi. 2010. http://rudisiswoyo89.blogspot.com/. Di akses pada tanggal 3 Mei


2014. Pada pukul 13:00 wib

Yatik. 2010. http://yatik-kepemimpinandalampendidikan.blogspot.com/. Di akses


pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul 14:00 wib.

26

Anda mungkin juga menyukai