UAS Makalah KS BIOKIMIA I
UAS Makalah KS BIOKIMIA I
Departemen Kimia
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
Kata Pengantar
What in the world is not chemistry? Mungkin kalimat inilah yang paling tepat
digunakan untuk menggambarkan pentingnya ilmu kimia. Mulai dari tingkat penyusun
makhluk hidup yang paling sederhana, sampai pada berbagai hal kompleks yang terdapat
pada alam. Dengan memanfaatkan segala jenis bahan kimia, seharusnya manusia mampu
mengembangkan dan memodifikasi setiap jenis bahan kimia yang ada, mulai dari bahan
alam, hingga sintesis suatu zat kimia, untuk memastikan keberlangsungan hidup setiap
makhluk yang ada.
Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam matakuliah Kapita Selekta
Biokimia I yang diampu oleh Prof. Dr. Sumi Hudiyono PWS. Makalah ini merupakan review
yang didasarkan pada jurnal Production of Low-Dosage Lactose Milk Using Lactase
Immobilised in Hydrogel. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih mudah
memahami jurnal tersebut. Saran dan kritik kepada penulis dapat disampaikan melalaui
sabarsitio@gmail.com .
1.1 Enzim
Enzim adalah suatu makromolekul yang terdapat pada setiap makhluk hidup. Hampir
semua proses metabolisme pada tingkat seluler memerlukan enzim. Enzim berfungsi
sebagai katalis untuk mempercepat suatu reaksi kimia. Enzim telah diketahui dapat
mengatalisis lebih dari 5000 tipe reaksi biokimia. Kebanyakan enzim tersusun dari protein,
meskipun ada beberapa yang tersusun atas molekul RNA (ribozymes). Seperti katalis pada
umumnya, enzim mempercepat suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Bahkan,
beberapa enzim dapat merubah substrat menjadi produk jutaan kali lebih cepat. Salah satu
contohnya adalah orotidine 5’-phosphate decarboxylase, yang dapat membuat reaksi yang
seharusnya berjalan dalam jutaan tahun terjadi hanya beberapa milisekon.
Pada jurnal ini, akan dibahas enzim laktase (ß-galaktosidase, EC 3.2.1.23). Laktase
terdapat pada beberapa makhluk hidup, seperti E.coli ataupun manusia (usus halus). Enzim
laktase berperan penting untuk memecah laktosa pada susu. Laktase berperan sebagai
katalis untuk memecah disakarida laktosa menjadi monomer glukosa dan galaktosa dengan
reaksi sebagai berikut.
Pada beberapa kasus, ada beberapa orang yang pada usus halusnya tidak mampu
menghasilkan enzim ini, sehingga ketika meminum susu, laktosa yang ada tidak mampu
dipecah, dan dapat menyebabkan diare dan muntaber. Untuk itu, perlu penelitian lebih
lanjut untuk memecahkan masalah intoleransi laktosa ini.
Gambar 1. Sturktur Enzim Laktase
1.2 Hidrogel
Hidrogel adalah suatu material polimer jejaring tiga dimensional yang berfungsi
untuk menyerap air ataupun cairang biologis lainnya dengan sangat baik. Polimer hidrogel
biasanya disintesis dengan metode ikat-silang (crosslink). Hidrogel mampu menyerap air
karena strukturnya yang bersifat hidrofilik.
Salah satu contoh senyawa yang dapat digunakan sebagai hidrogel adalah kitosan.
Kitosan merupakan senyawa bahan alam turunan dari kitin. Kitosan banyak digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan polimer karena sifatnya yang mudah terurai oleh mikroba
(biodegradable) dan non-toksik. Umumnya, hidrogel berbasis kitosan disintesis dengan
menggunakan asam akrilat, senyawaan persulfat (contoh K2S2O8 ) sebagai inisiator, serta
N,N’-metilenbisakrilamida (N,N’-MBA) sebagai agen pengikat silang.
Pada beberapa studi sebelumnya, hidrogel kitosan telah banyak digunakan baik
sebagai controlled-release processes ataupun untuk imobilisasi enzim. Hidrogel ini juga
dapat digunakan untuk imobilisasi enzim laktase karena sifatnya yang biodegradable dan
non-toksik tersebut. Gaya intermolekul yang terjadi pada hidrogel dengan enzim laktase
memungkinkan proses imobilisasi enzim ini untuk keperluan pembuatan susu rendah
laktosa ataupun makanan bebas laktosa, karena enzim sulit berdifusi keluar dari jejaring
polimer. Bila gaya intermolekulnya dibuat agak lemah, maka hidrogel yang mengandung
laktase terimobilisasi ini dapat digunakan untuk pembuatan kapsul laktosa controlled-
release untuk individu dengan intoleransi laktosa.
2.1. Eksperimental
Reagen
Ada beberapa reagen yang akan digunakan. Kitosan ( CS - derajat deasetilasi 92%
dari berat), asam akrilat (AAc), N,N’-metilenbisakrilamida (N,N’-MBA), reagen Bradford
dan Bovine serum albumin (BSA), semuanya dibeli dari Sigma-Aldrich. Enzim laktase dari
Kluyveromyces lactis ( EC 3.2.1.23 ) didapatkan dari Prozyn Brazil. Reagen lain yang
digunakan disesuaikan dengan standar analitik dan larutan disiapkan dengan air Milli-Q.
Sintesis Hidrogel
Hidrogel disintesis dengan melarutkan 0.3 gram kitosan dengan larutan asam asetat
2% sebanyak 30 mL. Kemudian ditambahkan dengan campuran 15 mL air Milli-Q, 0.5215
mmol kalium persulfat, 3.4 mL asam akrilat dan 0.15 gram N,N’-MBA. Setelah
pencampuran dihasilkan larutan yang akan diaduk selama 3 jam pada suhu 70 oC untuk
menyempurnakan pengikatan silang. Hidrogel akan terbentuk, lalu dicuci dengan air
Milli-Q selama 72 jam (air diganti setiap 8 jam). Setelah proses pencucian selesai,
hidrogel akan dikeringkan dengan proses liofilisasi (lyophilisation) pada suhu 60oC ± 1oC
selama 24 jam.
Imobilisasi Laktase
Gambar di bawah ini menjelaskan kapasitas imobilisasi (a) dan efisiensi imobilisasi
(b) enzim laktase yang ada pada hidrogel seiring dengan peningkatan waktu, baik pada
pH 4, pH 7, ataupun suhu ruang. Pada pH 4, nilai kapasitas dan efisiensi imobilisasi
cenderung lebih tinggi akibat struktur dan konformasi enzim laktase. Di bawah pH 4.8
(titik isoelektrik), muatan total laktase menjadi positif dan terjadi interaksi dengan gugus
anionik pada jejaring polimer akibat adanya gaya tolak elektrostatik, sehingga kapasitas
imobilisasi meningkat. Sedangkan pada pH lebih dari 4.8, muatan total laktase menjadi
negatif, sehingga kapasitas imobilisasi menurun.
Hidrolisis Laktase Standar
Gambar di bawah ini menunjukkan konsentrasi glukosa (a) dan aktifitas enzim (b)
beriringan dengan waktu, pada pH 4 dan pH 7. Konsentrasi glukosa akan meningkat
seiring bertambahnya waktu, baik pada pH 4 ataupun pH 7. Efisiensi hidrolisis dan
aktifitas pada pH 4 terlihat lebih kecil dibandingkan pada pH 7, karena terjadinya
denaturasi enzim akibat rendahnya derajat keasaman. Secara umum, hidrolisis laktase
lebih efisien terjadi pada suhu 37oC dan pada pH 7. pH 4 dipilih untuk ditinjau untuk
melihat hidrolisis laktase pada keadaan asam dan pH ini juga cukup sesuai dengan
sistem pencernaan manusia. Aktifitas enzim akan mengalami pengurangan seiring
bertambahnya waktu. Ini terjadi akibat enzim yang terlepas dari hidrogel akan langsung
terdeaktivasi karena adanya hidrolisis laktase. Akhirnya, laktase yang ada pada pori-pori
hidrogel juga terdeaktivasi saat terjadi hidrolisis laktosa, sehingga aktifitas enzim akan
berkurang.
Released Enzyme Fraction
Fraksi laktase yang dilepas dari hidrogel dipelajari baik pada pH 4 ataupun pH 7.
Fraksi enzim yang dilepas lebih besar pada pH 7 dibanding pada pH 4, akibat interaksi
intermolekuler yang lebih lemah pada proses imobilisasi. Imobilisasi pada pH 4 lebih
lemah dibanding pada titik isoelektrik (pH 4.8), sehingga terjadi gaya elektrostatik yang
lebih kuat antara gugus positif dari enzim dengan gugus negatif dari polimer. Gaya yang
kuat ini membuat enzim sulit terlepas dari hidrogel, sehingga fraksi yang terlepas juga
lebih lemah. Hal sebaliknya terjadi pada pH 7. Karena gaya elektrostatik yang terjadi
cukup lemah, enzim menjadi lebih mudah terlepas dari hidrogel, sehingga fraksi yang
dilepas menjadi lebih besar.
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa poin yang ada pada bab II, dapat disimpulkan beberapa hal.
Imobilisasi enzim laktase pada hidrogel berbasis kitosan merupakan hal yang baik dalam
mengatasi hidrolisis laktosa dan produksi laktosa dosis rendah dan makanan bebas laktosa
dengan harga murah dan hasil lebih baik dibandingkan dengan penggunaan laktase bebas
yang tidak diimobilisasi. Ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan, yakni
temperatur, pH , dan titik isoelektrik dari enzim laktase (pH 4.8). Hidrolisis laktosa akan
semakin efisien dengan adanya ion-ion logam seperti Na+ , Mg2+ dan Mn2+ yang berperan
sebagai kofaktor enzim.