Dosen Pengampu:
Drs. Amat Jaedun, M.Pd.
Disusun oleh:
Hasdi Nur Pratomo (18505241005)
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBARiii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Batas Masalah 3
D. Rumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 4
F. Spesifikasi Produk 4
G. Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 6
1. Media Pembelajaran 6
2. Modul 8
3. Kajian Tentang Gambar Teknik Dasar 16
4. Silabus Mata Pelajaran Gambar Teknik Dasar Kelas X Kompetensi
Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan 18
5. Metode Penelitian Four D (4D) 19
B. Penelitian yang Relevan 23
C. Kerangka Berpikir 24
D. Pertanyaan Peneliti 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan27
B. Prosedur Pengembangan 27
1. Define (Pendefisian) 28
2. Design (Perancangan) 29
3. Develop (Pengembangan) 31
4. Disseminate (Penyebarluasan) 32
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian 32
i
D. Teknik Pengumpulan Data 33
E. Instrumen Penelitian 34
F. Teknik Analisa Data 34
DAFTAR PUSTAKA 37
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kompetensi Dasar dan Materi Pokok Gambar Teknik Kelas X Semester
Ganjil. 19
Tabel 2. Pembobotan Skor Media Pembelajaran 35
Tabel 3. Kategori Skor Kelayakan 35
Tabel 4. Konversi Skor Skala Empat 36
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam menggambar teknik yang nantinya
menjadi bekal untuk diterapkan dan dikembangkan di dunia kerja.
Proses pembelajaran Gambar Teknik Dasar di SMK N 2 Wonosari
menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan praktik secara langsung.
Pembelajar berlangsung dengan cara pendidik menyampaikan materi dengan
menggunakan power point ataupun secara lisan. Di dalam power point
tersebut berisi contoh gambar dan juga tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Selanjutnya peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan
oleh pendidik sesuai dengan contoh yang sudah diberikan. Sehingga
pembelajaran yang berlangsung masih cenderung berpusat pada pendidik dan
peserta didik menjadi kurang aktif.
Perengkat pembelajaran merupakan hal yang sangat di perlukan pada
saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga sebaiknya perangkat
pembelajaran harus disiapkan oleh pendidik sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai. Salah satu perangkat pembelajaran yang harus disiapkan
adalah media. Media pembelajaran sangat penting bagi peserta didik dalam
proses pembelajaran di sekolah. Salah satu media pembelajaran yang bisa
menunjang kegiatan belajar peserta didik berupa modul. Modul dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang berguna untuk mendukung
pendidik menyampaikan materi kepada siswa. Dalam penyusunan modul
harus disesuaikan dengan silabus dan urutan materinya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peserta didik memerlukan media
pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran di kelas. Media menjadi
salah satu solusi untuk membantu pendidik menyampaikan materi Gambar
Teknik ke peserta didik. Di samping peserta didik dapat belajar secara
mandiri, media dapat merangsang peserta didik untuk lebih kreatif dan aktif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah yang terkait
pengembangan modul mata pelajaran Gambar Teknik Dasar pada siswa Kelas
X DPID di SMKN 2 Wonosari sebagai berikut:
2
1. Proses pembelajaran terpusat kepada pendidik, sehingga peserta didik
menjadi tidak aktif. Peserta didik hanya mendengarkan penyampaian
materi oleh pendidik dengan metode ceramah sebelum memberikan
contoh, dengan demikian peserta didik akan merasa jenuh dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
2. Peserta didik tidak memiliki modul sebagai media belajar untuk belajar
di kelas maupun luar jam pelajaran, sehingga peserta didik hanya
berfokus pada penyampaian materi oleh pendidik selama proses
pembelajaran saat di sekolah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
masalah yang muncul masih sangat luas, maka perlu dilakukan pembatasan
masalah. Penelitian ini dibatasi pada masalah kurangnya media pembelajaran
yang digunakan saat proses pembelajaran oleh peserta didik yang
menyebabkan peserta didik sulit untuk memahami materi pembelajaran.
Pemilihan pengembangan media pada penelitian ini adalah memilih media
cetak berbentuk modul, karena modul sebagai media belajar yang dapat
membantu proses belajar peserta didik di sekolah maupun luar sekolah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana proses pengembangan media pembelajaran modul mata
pelajaran Gambar Teknik Dasar untuk siswa kelas X kompetensi
keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK N 2
Wonosari?
2. Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran modul mata
pelajaran Gambar Teknik Dasar untuk siswa kelas X kompetensi
keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK N 2
Wonosari?
3
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan modul mata pelajaran Gambar Teknik Dasar kelas X
kompetensi keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di
SMK N 2 Wonosari.
2. Mengetahui kelayakan modul mata pelajaran Gambar Teknik Dasar kelas
X kompetensi keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di
SMK N 2 Wonosari.
F. Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa modul
pembelajaran cetak berupa modul. Modul pembelajaran Gambar Teknik
Dasar untuk Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan di SMKN 2 Wonosari. Spesifikasi modul yang
dikembangkan berupa media cetak dengan ukuran A5. Modul ini memuat
materi teoritis yang berisi tujuan pembelajaran, uraian materi, rangkuman,
dan tes formatif, pada setiap kegiatan pembelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif
diantaranya:
1. Bagi Siswa
Menambah media belajar, mempermudah pemahaman materi, membantu
belajar mandiri, dan meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran
Gambar Teknik
2. Bagi Peneliti
4
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan
kompetensi mata pelajaran Gambar Teknik dan sarana menerapkan ilmu
yang telah dipelajari di kampus
3. Bagi Guru
Meningkatkan variasi media pembelajaran teori, mempermudah
penyampaian materi dan mempermudah pengawasan proses belajar mata
pelajaran Gambar Teknik.
4. Bagi Sekolah
Meningkatkan variasi media pembelajaran teori, mempermudah
penyampaian materi dan mempermudah pengawasan proses belajar mata
pelajaran Gambar Teknik.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pada saat proses pembelajar diperlukannya sebuah media.
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, pengantar, atau perantara. Dalam proses pembelajaran media
seringkali diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau alat
elektronik yang berfungsi untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media merupakan
segala bentuk alat yang dipergunakan dalam proses penyaluran atau
penyampaian informasi (Ega Rima Wati, 2016: 2). Menurut Ega Rima
Wati (2016: 3) media merupakan sesuatu yang bersifat meyakinkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens
atau siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri siswa tersebut.
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Agung Prijo
Budjiono dan Wahyu Dwi Kurniawan (2012: 107) pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Sementara menurut Sugihartono dkk (2012: 80) mendefinisikan
pembelajaran merupakan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam
pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
6
membantu proses pembelajaran dimana pun dan kapan pun, serta
dapat mendorong atau merangsang perhatian, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan seseorang sehingga pada akhirnya dapat tercipta proses
belajar.
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Ega Rima Wati (2016: 5) jenis media pembelajaran
dibedakan berdasarkan fitur spesifik yaitu:
1) Media visual
2) Audio visual
3) Komputer
4) Microsoft power point
5) Internet
6) Multimedia
Berdasarkan Azhar Arsyad (2002) yang dikutip oleh Sukiman
(2012: 46) mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1) Media hasil teknologi cetak
2) Media hasil teknologi audio-visual
3) Media hasil teknologi berbasis komputer
4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer
c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran menurut Rayandra Asyhar (2012: 41)
sebagai berikut:
1) Dengan Media pembelajaran yang bervariasi dapat membantu
memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan
di kelas seperti buku, foto-foto, dll. Sehingga peserta didik akan
memiliki pilihan banyak sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik masing-masing.
2) Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang
konkret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan
karyawisata ke pabrik, industri dan sebagainya.
7
3) Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik akan
memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran.
4) Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan sebuah
tampilan materi sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat
serta mengambil perhatian peserta didik, sehingga peserta didik
bisa fokus mengikuti materi yang disajikan.
5) Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk
berfikir kritis menggunakan kemampuan imajinasinya, sehingga
dapat menimbulkan kreativitas dan karya-karya yang inovatif.
6) Media pembelajaran dapat meningkatkan efisien dalam proses
pembelajaran.
2. Modul
a. Pengertian Modul
Asyar (2012: 155), mengatakan bahwa modul adalah suatu
bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar
secara mandiri oleh siswa, karena itu modul dilengkapi dengan
petunjuk untuk belajar sendiri. Modul yang dikembangkan harus
mampu meningkatkan motivasi siswa dan efektif dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan dengan tingkat kompleksitasnya.
Menurut Yudhi Munandi (2013: 99) modul merupakan bahan ajar
yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan
bantuan seminimal mungkin dari orang lain.
Riyana dan Susilana (2008: 14), juga mengatakan bahwa modul
yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu
dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Majid
(2008: 176) menjelaskan bahwa modul adalah sebuah buku yang
ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa
atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tenteng segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan
sebelumnya.
8
Dari uraian tentang pengertian modul di atas dapat dipahami
bahwa modul merupakan suatu unit bahan belajar yang berbentuk
cetak dan disusun secara sistematis mengacu pada tujuan
pembelajaran serta dirancang untuk belajar mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru.
b. Karakteristik Modul
Karakteristik modul yang baik harus sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional (2008) yang dikutip oleh Asyar (2012: 155-156), sebagai
berikut:
1) Self instruction
Self instruction berarti modul dapat membelajarkan peserta
didik secara mandiri. Melalui modul peserta didik dapat
membelajarkan diri sendiri tanpa tergantung pihak lain. Untuk
dapat memenuhi karakter self instruction, maka dalam modul
harus:
a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas kedalam unit-unit
kecil/spesifik sehinga memudahkan belajar dengan tuntas.
c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran.
d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur
tingkat penguasaannya.
e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h) Terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan
penggunaan diklat melakukan self assessment.
9
i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya
mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi
j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya
mengetahui tingkat penguasaan materi dan tersedia informasi
tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.
2) Self contained
Self contained berarti modul berisi seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam modul secara utuh.
3) Stand alone
Stand alone berarti modul dikembangkan tidak tergantung
dengan media lain atau tidak harus digunakan secara bersama-
sama dengan media pembelajaran lain untuk mempelajari dan
menggunakan modul tersebut.
4) Adaptive
Adaptive berarti modul hendaknya memiliki daya adaptif
yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan
adaptif jika modul dapat menyesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat digunakan siswa
secara fleksibel saat berada di sekolah maupun di rumah.
5) User friendly
User friendly berarti modul hendaknya bersahabat dengan
pemakainya. Setiap instruksi atau paparan informasi bersifat
membantu, serta menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
c. Elemen Mutu Modul
Elemen yang mensyaratkan agar modul pembelajaran mampu
meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunaannya. Menurut
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Dirjen Pendidikan Dasar
10
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional yang dikutip oleh
Widodo dan Jasmadi (2008: 52-54), adalah sebagai berikut:
1) Format
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam format modul adalah
sebagai berikut:
a) Penggunaan format kolom (tunggal atau multi) harus
proporsional dengan ukuran kertas yang digunakan.
b) Penggunaan format kertas secara horizontal atau vertikal harus
memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
c) Penggunaan tanda-tanda (icon) harus yang mudah ditangkap,
hal ini bertujuan untuk sesuatu yang dianggap penting. Tanda
icon dapat berupa cetak tebal, cetak miring, maupun berupa
gambar.
2) Organisasi
a) Menampilkan peta konsep yang mencakup materi yang akan
dibahas dalam modul.
b) Menyusun isi materi pembelajaran dengan urut dan yang dapat
memudahkan para siswa untuk memahami materi
pembelajaran.
c) Susun dan tempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi agar
informasi mudah dimengerti oleh para siswa.
d) Penyusunan antar bab, unit dan antar paragraph dengan
susunan dan alur yang mudah dipahami oleh para siswa.
e) Penyusunan antar judul, subjudul, dan uraian yang mudah
diikuti oleh para siswa.
3) Daya tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan pada beberapa bagian seperti
berikut.
a) Bagian sampul (cover) depan, dengan mengombinasikan
warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
11
b) Bagian isi modul dengan menempatkan gambar atau ilustrasi,
pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah, atau warna dari
teks.
c) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat
menarik.
12
menjadi bahan ajar yang memotivasi dan juga dapat menarik peserta
didik untuk belajar. Menurut Ika Lestari (2013: 84) pengembangan
modul merupakan pengembangan bahan ajar yang dirancang dan
disusun agar peserta didik dapat mempelajari secara mandiri tampa
bergantung pada kehadiran seorang guru, akan tetapi keberadaan
modul bukan berarti dapat menggantikan keberadaan guru sebagai
fasilitator.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengembangan modul
dan uraian yang berkaitan dengan pengembangan modul sebelumnya
dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan modul merupakan
suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana
dengan memanfaatkan teori dan kaidah ilmu pengetahuan untuk
menghasilkan sebuah modul yang dapat digunakan belajar oleh
peserta didik secara mandiri sehingga tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dapat tercapai.
f. Prosedur Penyusunan Modul
Widodo dan Jasmadi (2008: 45-49), menyebutkan beberapa
langkah-langkah kegiatan dalam penyusunan modul adalah sebagai
berikut:
1) Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan
menganalisis kompetensi yang terdapat pada garis-garis program
pembelajaran dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk
menentukan kebutuhan modul dalam mencapai suatu kompetensi
tersebut. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan di awal
kegiatan pengembangan modul. Dalam analisis kebutuhan dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau silabus.
b) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit
kompetensi atau bagian dari kompetensi utama.
13
c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang di persyaratan.
d) Menentukan judul modul yang akan disusun.
2) Penyusunan naskah/ draft modul
Penyusunan naskah merupakan kegiatan pemilihan,
penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran yaitu
mencakup judul media, judul bab, sub bab, materi pembelajaran
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang perlu
dikuasai oleh pembaca dan daftar pustaka. Draft disusun secara
sistematis dalam satu kesatuan sehingga dihasilkan suatu draft
modul yang siap diujikan kepada tim ahli untuk diminta saran dan
komentarnya tentang konten materi, pedagogik dan bahasa modul.
3) Uji coba
Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami modul dan mengetahui
efisiensi waktu belajar menggunakan modul pembelajaran yang
akan diproduksi.
4) Validasi
Validasi merupakan suatu proses dimana dilakukan
permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian
modul dengan kebutuhan. Dalam mendapatkan pengakuan
kesesuaian tersebut maka validasi perlu dilakukan dengan
melibatkan pihak yang ahli yang sesuai dengan bidang-bidang
yang terkait dengan modul. Validasi modul bertujuan untuk
memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul
dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak digunakan
dalam pembelajaran. Untuk melakukan validasi draft modul dapat
diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi
sesuai degan banyaknya validator yang terlibat.
b) Susun instrumen pendukung validasi.
14
c) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada
peserta validator.
d) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh validator.
e) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang
dijaring melalui instrumen validasi.
5) Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan
modul setelah memperoleh masukan dari validator yang
didapatkan dari hasil kegiatan uji coba dan validasi.
6) Produksi
Setelah disempurnakan, modul tersebut bisa diproduksi
untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau
didistribusikan kepada pengguna lain.
g. Bagian-Bagian Modul Pembelajaran
Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 59-61) bagian-bagian
dalam modul meliputi:
1) Halaman sampul
Pada sampul depan modul pembelajaran diharapkan
menjadi langkah pertama untuk menarik minat peserta didik
untuk mau menggunakan atau belajar secara mandiri.
2) Kata pengantar
Kata pengantar berisi tentang informasi peran dan
fungsi modul dalam proses pembelajaran.
3) Daftar isi
Daftar isi memuat kerangka (outline) modul dan
dilengkapi dengan nomer halamannya.
4) Glosarium
15
Glosarium memuat tentang penjelasan kata-kata atau istilah
asing yang terdapat pada modul beserta arti dari istilah
tersebut dan disusun menurut abjad.
5) Bagian pendahuluan
Bagian utama dari sebuah modul pembelajaran adalah
bab pendahuluan dan bab pembelajaran. Komponen-
komponen yang harus ada dalam bab pendahuluan meliputi
(1) deskripsi atau tinjauan modul; (2) prasyarat; (3) petunjuk
penggunaan untuk guru maupun siswa; (4) tujuan akhir; (5)
kompetensi.
6) Bagian pembelajaran
Pada penyusunan bab pembelajaran disusun
berdasarkan urutan bab per bab sebagaimana proses
pembelajaran di dalam kelas. Susunan dan urutan bab
disesuaikan dengan kegiatan pertemuan antara guru dengan
siswa. Bagian utama dari sebuah modul pembelajaran adalah
bab pendahuluan dan bab pembelajaran. Komponen-
komponen yang harus ada dalam bab pendahuluan meliputi
(1) deskripsi atau tinjauan modul; (2) prasyarat; (3) petunjuk
penggunaan untuk guru maupun siswa; (4) tujuan akhir; (5)
kompetensi.
7) Evaluasi
Teknik atau metode evaluasi harus disesuaikan
dengan ranah (dominan) yang dinilai, serta indikator
keberhasilan yang diacu. Evaluasi bisa berisi soal-soal untuk
mengukur penguasaan para siswa setelah mempelajari
keseluruhan isi modul pembelajaran. Evaluasi yang
dilakukan tidak hanya terpaku pada evaluasi di bidang
kognitif saja namun evaluasi juga bisa dilakukan untuk
menilai aspek psikomotorik dan sikap para siswa.
8) Daftar pustaka
16
Semua sumber-sumber referensi baik gambar maupun
tulisan yang digunakan sebagai acuan pada saat penulisan
modul pembelajaran harus dituliskan pada daftar pustaka.
17
Menurut Takeshi dan Sugiarto dalam buku menggambar mesin
(2013:2) tugas gambar digolongkan dalam tiga golongan, sebagai
berikut:
1) Penyampaian informasi
Gambar mempunyai tugas sebagai penerus maksud dari
perancang dengan tepat kepada seseorang yang bersangkutan,
kepada perencanaan proses, pembuatan, pemeriksaan, perakitan
dan sebagainya. Orang-orang yang berkaitan tidak hanya orang
dalam industri sendiri, tetapi juga orang-orang dalam industri sub
kontrak ataupun orang-orang asing dengan bahasa lain. Penafsiran
gambar diperlukan untuk penentuan secara objektif. Untuk itu
standar-standar sebagai tata bahasa teknik digunakan untuk
menyediakan ketentuan-ketentuan yang cukup.
2) Pengawetan, penyimpanan dan penggunaan keterangan
Gambar merupakan data teknis yang amat baik, dimana
teknologi dari suatu perusahaan dipadatkan dan dikumpulkan.
Oleh karena itu gambar bukan saja diawetkan untuk menyuplai
bagian-bagian produk untuk perbaikan ataupun untuk diperbaiki,
tetapi gambar-gambar diperlukan untuk disimpan dan dapat
digunakan sebagai bahan informasi untuk rencana-rencana baru
yang akan datang. Untuk itu diperlukan cara-cara penyimpanan,
kodifikasi nomor urut gambar dan sebagainya.
3) Cara-cara pemikiran dalam penyampaian informasi
Dalam perencanaan konsep abstrak yang terlintas dalam
pikiran diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses.
Kemudian gambar diteliti dan dievaluasi. Proses ini diulang-
ulang, sehingga didapatkan hasil gambar yang sempurna. Dengan
demikian menggambar tidak hanya melukis gambar tetapi
berfungsi juga sebagai peningkatan daya berfikir untuk
perencanaan.
18
4. Silabus Mata pelajaran Gambar Teknik Dasar Kelas X Kompetensi
Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
Dalam pembuatan modul ini disesuaikan dengan silabus yang ada
pada sekolah. Sehingga dalam menyusun materi sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai. Untuk silabus mata pelajaran gambar
teknik dasar kompetensi keahlian Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan kelas x yang akan dirangkum dalam Tabel 1.
19
Kompetensi Dasar Materi Pokok
3.6. Menerapkan prosedur membuat 1. Pengenalan jenis gambar
gambar proyeksi orthogonal (2D). proyeksi
4.6. Menggambar proyeksi orthogonal 2. Pengertian gambar
proyeksi
(2D).
3. Prosedur membuat
gambar proyeksi
20
2) Analisa karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus
mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan
bahan ajar, begitu juga peneliti yang akan membuat bahan ajar
harus mengenali karakteristik peserta didik terlebih dahulu. Hal
tersebut penting dikarenakan semua proses pembelajaran harus
menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik peserta
didik antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik
fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, pengalaman
belajar sebelumnya, dan sebagainya.
3) Analisis materi
Analisis materi dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan,
mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, serta
menyusunnya kembali secara sistematis.
4) Merumuskan tujuan
Tujuan pembelajaran hendaknya perlu dirumuskan terlebih
dahulu. Hal ini berguna bagi peneliti untuk membatasi agar tidak
menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang
menulis bahan ajar.
b. Desain (Perancangan)
Dalam tahap perancangan dilakukan pembuatan prototype
modul Gambar Teknik Dasar. Tahap untuk rancangan yang
dilakukan sebagai berikut:
1) Menentukan topik yang akan disajikan
Pemilihan topik pembahasan materi disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Dengan indikator,
agar materi tidak meluas dan lebih terarah.
2) Mengatur materi sesuai dengan urutan tujuan pembelajaran
21
Dalam menyusun materi disusun secara urut dari materi
yang mudah kemudian ke materi yang sulit. Urutan materi atau
topik pembahasan sebaiknya dapat disusun secara logis agar bisa
membantu peserta didik menyerap materi pelajaran yang
disajikan dengan mudah. Pada setiap materi diberikan tes
formatif atau tugas untuk peserta didik. Hal ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana materi yang telah diserap oleh peserta
didik.
3) Mempersiapkan rancangan/outline penulisan
Pembuatan draft dalam rancangan pembuatan modul merupakan
proses penyusunan materi pembelajaran dari suatu kompetensi
menjadi satu kesatuan yang terstruktur.
22
ahli. Saran-saran yang diberikan oleh validator ahli dapat digunakan
untuk memperbaiki rancangan produk yang telah disusun.
Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan
produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya, meskipun dalam
skala terbatas. Pada saat uji coba produk tersebut dilakukan
pengukuran respon, atau reaksi dari sasaran penerapan model. Data
hasil uji coba tersebut digunakan untuk memperbaiki produk. Setelah
produk diperbaiki, kemudian diujikan kembali sampai memperoleh
hasil yang efektif.
d. Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap ini dalam tiga kegiatan yaitu: validation
testing, packing, dan diffusion and adoption. Validation testing
merupakan tahap dimana produk yang sudah direvisi pada tahap
pengembangan tersebut kemudian diimplementasikan pada sasaran
(subjek) yang sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan
pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini untuk mengetahui
efektifitas produk yang dikembangkan. Kegiatan terakhir dari tahap
pengembangan adalah packing (pengemasan) dan diffusion and
adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan
oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan
dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran.
23
dilakukan oleh ahli materi dengan perolehan persentase sebesar 83,33%
dengan 4 indikator pada aspek kelayakan penyajian dengan skor yang tidak
maksimal yaitu: (1) Teknik penyajian; (2) Pendukung penyajian; (3)
Penyajian pembelajaran; dan (4) Kelengkapan penyajian. Hasil kelayakan
dari ahli media adalah terdapat 4 indikator yang persentasenya tidak
maksimal. Indikator pada aspek kelayakan kegrafikan yang tidak maksimal
yaitu: (1) Ukuran atau format buku; (2) Desain bagian isi; (3) Kualitas
cetakan; dan (4) Kualitas jilidan.
Very Hadi Kuncoro (2016) yang meneliti tentang “Pengembangan
Modul Sistem Bahan Bakar Bensin Karburator Pada Siswa Kelas XI Teknik
Kendaraan Ringan Di SMK Muhammadiyah 2 Tempel”. Hasil penelitian
diketahui bahwa proses Pengembangan Modul Sistem Bahan Bakar Bensin
Karburator berdasarkan tahap define (pendefinisian), design (perencanaan),
develop (pengembangan) dan disseminate (penyebarluasan). Hasil tingkat
kelayakan modul yang dilakukan oleh ahli materi dari industri memperoleh
tingkat kelayakan 3,27 atau 81,81% dengan kategori sangat layak. Hasil
tingkat kelayakan modul yang dilakukan oleh ahli bahasa memperoleh tingkat
kelayakan 3,38 atau 84,61% dengan kategori sangat layak. Hasil tingkat
kelayakan yang dilakukan oleh ahli metode instruksional memperoleh tingkat
kelayakan 35,525 atau 88,125% dengan kategori sangat layak. Hasil tingkat
kelayakan yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran memperoleh
tingkat kelayakan 36,94 atau 92,361% dengan kategori sangat layak. Hasil
respon penilaian dari peserta didik kelas XI TKR di SMK Muhammadiyah 2
Tempel sebesar 3,52 atau 88,02% dengan kategori sangat layak.
Tiwan, dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta yang meneliti tentang “Penerapan Modul
Pembelajaran Bahan Teknik sebagai Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran
di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY”. Hasil penelitian diketahui
menggunakan pendekatan penelitian reserch and develpment (R&D). Hasil
menunjukkan bila modul Bahan Teknik Dasar cukup baik kelayakannya
berdasarkan rerata total 2,89 dari skala 4 dari Dosen Pengampu dan 3,04 dari
24
skala 4 oleh mahasiswa. Untuk daya tarik memperoleh 2,47 dari skala 4 oleh
dosen dan 2,64 dari skala 4 oleh mahasiswa. Isi materi memperoleh skor 3,1
dari skala 4.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik apabila materi atau ilmu yang disampaikan
pendidik dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Dalam proses
pembelajaran Gambar Teknik Dasar peserta didik diharapkan dapat
memahami materi yang dipelajari. Untuk itu peserta didik harus memiliki
kemandirian dalam belajar sehingga peserta didik dapat aktif, kreatif dan
mandiri saat proses pembelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya proses
pembelajaran masih cenderung berpusat kepada pendidik dan aktivitas siswa
juga cenderung rendah. Hal itu tentunya tidak sesuai dengan implementasi
Kurikulum 2013 karena di dalam Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam pembelajaran
Mata pelajaran Gambar Teknik di Kompetensi Keahlian Desain
Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMKN 2 Wonosari diberikan secara
teori dan praktik. Teori diberikan sebelum peserta didik melakukan praktik,
dengan maksud memberi pengetahuan kepada peserta didik mengenai materi
dan segala sesuatu yang harus disiapkan peserta didik sebelum praktik.
Kemudian pada saat praktik merupakan tindak lanjut setelah peserta didik
diberikan teori tentang materi yang dipelajari. Pada saat ini proses
pembelajaran teori masih berpusat pada pendidik, sehingga peserta didik
cenderung kurang aktif.
Pengembangan modul pembelajaran Gambar Teknik Dasar ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik, meningkatkan
aktivitas peserta didik di dalam kelas dan untuk mendorong kemandirian
peserta didik. Modul pembelajaran ini menyesuaikan dengan kompetensi dan
silabus yang digunakan pendidik serta kelayakannya sudah diukur oleh ahli
materi dan ahli media. Sehingga pada saat proses pengembangan modul ini
25
diperlukan revisi dari para ahli sampai modul siap untuk diaplikasikan kepada
peserta didik untuk pembelajaran.
Pengembangan modul Gambar Teknik Dasar dapat menjadi salah satu
solusi dalam pembelajaran di Kelas X Kompetensi Keahlian Desain
Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMKN 2 Wonosari. Berdasarkan
uraian tersebut dapat dibuat bagan kerangka berpikir pada gambar berikut:
Permasalahan:
1. Pembelajaran masih terpusat pada pendidik
2. Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
Revisi
Modul Gambar
Teknik Dasar
26
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan kerangka berpikir di atas, maka pertanyaan
penelitian yang diajukan adalah:
1. Bagaimana tahap perancangan dalam pengembangan modul mata
pelajaran Gambar Teknik Dasar untuk siswa kelas X kompetensi keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK N 2 Wonosari?
2. Bagaimana tahap pengembangan dalam pengembangan modul mata
pelajaran Gambar Teknik Dasar untuk siswa kelas X kompetensi keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK N 2 Wonosari?
3.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian pengembangan modul ini merupakan jenis penelitian
pengembangan atau Reseach and Development (R&D). Model
pengembangan dalam penelitian ini menggunakan 4D (Four D). Produk
dalam penelitian ini berupa modul Gambar Teknik untuk siswa kelas X
semester ganjil di SMK Negri 2 Wonosari.
B. Prosedur Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian inia adalah Four
D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Model ini terdiri dari empat
tahap, yaitu Define (pendefinisian), Design (perencanaan), Develop
(pengembangan), dan Disseminate (penyebarluasan). Dalam penggunaan
model ini pada penelitian yang dilakukan terdapat modifikasi diproses
Disseminate atau penyebarluasan hanya dilakukan pada jumlah yang terbatas
saja. Tahapan pengembangan modul model Four D menurut Thiagarajan yang
telah disesuaikan untuk pengembangan modul jika digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:
Four-D Model
Define (Pendefinisian)
1. Anilisis kurikulum
2. Analisis karakter peserta didik pada mata pelajaran Gambar
Teknik Dasar
3. Analisis materi pelajaran Gambar Teknik Dasar
4. Merumuskan tujuan pembelajara
28
A
Design (Perancangan)
1. Menentukan bahasan/topik yang akan disajikan
2. Mengatur materi sesuai dengan urutan pembelajar
3. Mempersiapkan rancangan/outline penulisan
4. Menulis materi modul Gambar Teknik Dasar
5. Pemberian gambar untuk materi
6. Desain modul Gambar Teknik Dasar
Develop (Pengembangan)
1. Penilaian ahli media dan ahli materi (expert appraisal)
2. Uji coba pengembangan (development testing)
Desseminate (Penyebarluasan)
1. Validation testing
2. Packaging
3. Diffusion and adoping
29
pada kompetensi manakah bahan ajar atau modul akan dikembangkan.
Kompetensi yang nantinya akan diterapkan pada modul diambil dari
silabus mata pelajaran Gambar Teknik Dasar.
b. Analisis karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus
mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan
ajar, begitu juga peneliti yang akan membuat bahan ajar harus
mengenali karakteristik peserta didik terlebih dahulu. Hal tersebut
penting dikarenakan semua proses pembelajaran harus menyesuaikan
dengan karakteristik peserta didik. minat peserta didik dalam mencari
sumber referensi belajar masih rendah. Motivasi peserta didik dalam
membaca juga rendah sehingga peserta didik dalam melaksanakan
pembelajaran secara mandiri menjadi sulit. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan inovasi terhadap bahan ajar
sehingga peserta didik lebih termotivasi dalam membaca modul/buku
pelajaran sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri.
c. Analisis materi mata pelajaran Gambar Teknik Dasar
Analisis materi dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih
materi yang relevan, serta menyusunnya kembali secara sistematis.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran hendaknya perlu dirumuskan terlebih
dahulu. Hal ini berguna bagi peneliti untuk membatasi agar tidak
menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis
bahan ajar.
2. Design (Perancangan)
Dalam tahap perancangan dilakukan pembuatan prototype modul
Gambar Teknik Dasar. Tahap untuk rancangan yang dilakukan sebagai
berikut:
30
a. Menentukan bahasan/topik yang akan disajikan
Pemilihan topik pembahasan materi disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Dengan indikator, agar
materi tidak meluas dan lebih terarah. Indikatornya antara lain:
1) Menggunakan peralatan dan kelengkapan gambar teknik
berdasarkan fungsi dan cara penggunaan.
2) Terampil menggunakan garis-garis gambar teknik berdasarkan
bentuk, fungsi serta tebal garis.
3) Menyajikan simbol-simbol konstruksi.
4) Merancang huruf, angka dan etiket gambar teknik sesuai prosedur
dan aturan penerapan.
5) Menyajikan gambar proyeksi orthogonal dan merancang gambar
proyeksi orthogonal sesuai prosedur.
b. Mengatur materi sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dalam menyusun materi disusun secara urut dari materi yang
mudah kemudian ke materi yang sulit. Urutan materi atau topik
pembahasan sebaiknya dapat disusun secara logis agar bisa membantu
peserta didik menyerap materi pelajaran yang disajikan dengan
mudah. Pada setiap materi diberikan tes formatif atau tugas untuk
peserta didik. Hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana materi
yang telah diserap oleh peserta didik. Urutan materi gambar teknik
dasar semester ganjil adalah sebagai berikut:
1) Pengenalan dan penggunaan peralatan serta kelengkapan gambar
teknik
2) Pengenalan bentuk dan fungsi garis gambar
3) Pengenalan simbol-simbol konstruksi
4) Pengenalan aturan kelengkapan informasi gambar
5) Gambar proyeksi orthogonal
31
c. Mempersiapkan rancangan/outline penulisan
Pembuatan draft dalam rancangan pembuatan modul merupakan
proses penyusunan materi pembelajaran dari suatu kompetensi
menjadi satu kesatuan yang terstruktur.
d. Menulis materi modul Gambar Teknik Dasar
Penulisan materi disesuaikan dengan draft yang telah dibuat.
Dalam menulis materi ini mendeskripsikan tentang bab yang telah
ditentukan.
e. Pemberian gambar untuk materi yang disajikan
Pemberian gambar pada modul ini bertujuan untuk memperjelas
materi yang perlu diberikan gambar. Gambar didapat dari referensi
buku, internet, modul lain atau membuat sendiri.
f. Desain modul Gambar Teknik Dasar
Desain modul meliputi: desain sampul, desain isi modul, dan desain
layout modul. Modul didesain semenarik mungkin sehingga dapat
meningkatkan minat peserta didik untuk membacanya.
3. Develop (Pengembangan)
Dalam tahap pengembangan Thiagarajan membagi dalam dua kegiatan
yaitu: expert appraisal dan development testing. Tahap ini mempunyai
maksud untuk memperbaiki prototype produk dari perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun garis besar produk telah
dihasilkan pada tahap design, tahapan ini akan menentukan kelayakan
produk akhir.
a. Expert appraisal (penilaian ahli media dan ahli materi)
Expert appraisal merupakan teknik yang dilakukan untuk
memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk, yang
dilakukan oleh evaluator ahli. Modul akan divalidasi oleh dosen ahli
media dan dosen ahli materi. Saran-saran yang diberikan oleh para
ahli dapat digunakan untuk memperbaiki rancangan produk yang telah
disusun.
b. Developmental testing (uji coba pengembangan)
32
Uji coba pengembangan memiliki tujuan untuk mendapatkan
penilaian dan masukan dari peserta didik sebagai pengguna sumber
belajar tersebut terhadap produk modul pembelajaran yang telah
dibuat. Dalam penelitian pengembangan ini, peserta didik kelas X
Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
sebagai pengguna modul pembelajaran.
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Penyebarluasan modul ini dilakukan dengan sosialisasi modul
kepada guru mata pelajaran dalam jumlah terbatas. Penyebarluasan ini
bertujuan agar media yang dikembangkan dapat mempunyai manfaat bagi
peserta didik sebagai sumber belajar. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan
yaitu: final packaging serta diffusion and adoption.
Final packaging adalah tahapan pengemasan modul sebelum
disebarluaskan untuk lingkungan lokal satu sekolah saja. Selanjutnya
tahap diffusion and adoption merupakan langkah setelah modul dikemas
kemudian diberikan ke peserta didik agar dapat dipahami dan digunakan
sebagai sumber belajar.
Modul Gambar Teknik didistribusikan dan diaplikasikan dalam
lingkup satu sekolah khususnya untuk peserta didik Kompetensi Keahlian
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan. Modul yang sudah siap akan
diberikan kepada guru yang kemudian didistribusikan pada siswa Kelas X
Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan SMK
N 2 Wonosari.
33
2. Objek
Objek dari penelitian ini adalah modul Gambar Teknik Dasar untuk
siswa Kelas X Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan semester
ganjil di SMK N 2 Wonosari.
34
Jumlah ahli yang dibutuhkan untuk melakukan validasi instrumen
dalam angket adalah dua orang. Ahli terdiri dari ahli materi dan ahli
media. Untuk ahli materi berasal dari dosen ahli Gambar Teknik,
sedangkan untuk ahli media dari dosen ahli media. Ahli diminta untuk
memberikan pendapat tentang instrumen kelayakan modul dalam angket
yang telah disusun.
3. Interview/wawancara tidak struktur
Menurut Sugiyono (2015: 197) wawancara tidak struktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2006: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Pada penelitian instrumen penelitian yang digunakan berupa angket tertutup,
yaitu angket yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban. Angket ini
diajukan kepada ahli materi dan media serta peserta didik sebagai
respondennya.
Skala yang digunakan adalah Skala Likert dengan empat jawaban
alternatif yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Pemberian skor dengan urutan dari sangat setuju, setuju, kurang setuju dan
tidak setuju yaitu 4, 3, 2 dan 1. Karena dari perolehan data instrumen ini
untuk mencari data yang jelas untuk layak atau tidaknya modul.
35
Tabel 2. Pembobotan Skor Media Pembelajaran
Kategori Skor
Sangat Layak 4
Layak 3
Kurang Layak 2
Tidak Layak 1
36
Untuk analisis siswa data yang terkumpul dihitung menggunakan
rata-rata skor yang diperoleh dengan rumus jumlah total skor/jumlah
responden.
Jumlah total skor
Skor rata-rata (X) =
Jumlah responden
Hasil akhir dari rumus ini adalah persentase setelah di konversi
skor skala empat. Mengkonversi skor yang diperoleh dari lembar
penilaian angket menjadi nilai dengan skala empat konversi skor yang
digunakan mengacu pada tabel yang Nana Sudjana (2016) sajikan berikut:
Tabel 4. Konversi Skor Skala Empat
Kategori Rerata Skor Jawaban
Sangat Layak X ≥ Mi + 1,5 Sdi
Layak Mi + 1,5 Sdi ≥ X > Mi
Kurang Layak Mi ≥ X > Mi – 1,5 Sdi
Tidak Layak X ≤ Mi – 1,5 Sdi
Keterangan:
Mi : rata-rata ideal
Sdi : simpangan baku ideal
X : skor rata-rata
Skor maksimal ideal : ∑butir kriteria x skor tertinggi
Skor minimum ideal : ∑butir kriteria x skor terendah
Rata-rata hasil penilaian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan
dikonversi kembali menjadi data kualitatif menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Menghitung rata-rata ideal (Mi)
Mi = ½ x (jumlah skor maksimal + jumlah skor minimal)
b. Menghitung simpangan baku ideal (Sdi)
Sdi = ⅙ x (jumlah skor maksimal - jumlah skor minimal)
37
DAFTAR PUSTAKA
Agung Prijo Budijono & Wahyu Dwi Kurniawan. (2012). Penerapan Modul
Berbasis Komputer Interaktif Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan
Hasil Pembelajaran Pada Mata Kuliah Pneumatik dan Hidraulik. Jurnal
Pendidikan dan Teknologi Kejuruan (Nomor 2 Voume 21, Okteber 2012).
Hlm. 107.
Azhar Arsyad. (2015). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ega Rima Wati. (2016). Ragam Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena
G. Takeshi Sato & N. Sugiarto Hartanto. (2008). Menggambar Mesin Menurut
Standar ISO. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Hartanto, S & Takeshi, S.G. (2005). Menggambar Mesin Menurut Standar ISO.
Jakarta: PT Prandya Paramita
Riyana, C & Susilana, R. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: UPI
Made Wena. (2013). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka
Insan Madani.
Rayandra Asyhar. (2012). Kreatif Pengembangan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi Jakarta.
Widodo,C.S & Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
kompetensi. Malang: PT Elex Media Komputindo
Yudhi Munadi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Referensi
38