Anda di halaman 1dari 8

COLONIALISM,

POSTCOLONIALISM, ISLAM
AND EDUCATION
Charlene Tan
Policy and Leadership Studies, National Institute of Education, Nanyang Technological University,
Singapore, Singapore.
e-mail: charlene.tan@nie.edu.sg
Kolonialisme, Postkolonialisme, Islam dan
Pendidikan Islam
Kolonisasi Barat membawa “pergeseran revolusioner” dalam arti
“gerhana total kehidupan militer, politik dan intelektual Muslim"
Di antara perubahan besar yang diperkenalkan oleh pemerintah
kolonial ke wilayah Muslim adalah hukum sekuler dan pendidikan tipe
Barat. Pertama, pemerintah kolonial memberlakukanhukum sekuler
yang didukung oleh aparatur negara asing, cara penyelenggaraan
dan lembaga kemasyarakatan.
Perubahan besar kedua dan terkait adalah pengenalan "modern"
pendidikan tipe Barat.
Mendasari pendidikan tipe Barat adalahmodernisasi,ditafsirkan oleh
banyak Muslim selama dan setelah penjajahan tidak hanya berarti
pendidikan modern, teknologi, dan industri, tetapi juga gaya hidup
Barat. Penting untuk diklarifikasi bahwa istilah “modernisasi” dan
“modernitas” tidak serta merta dipandang secara merendahkan oleh
umat Islam.
Muslim percaya bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan dan
diterima oleh manusia dalam dua kategori utama: ilmu-ilmu rasional
atau ilmu-ilmu intelektual, dan ilmu-ilmu tradisional atau
pengetahuan yang terungkap.
Dalam bidang pendidikan, Daun, Arjmand, dan Walford merangkum
perkembangan pendidikan negara-negara Muslim pasca kolonialisme:
ke dalam sistem pendidikan 'dinasionalisasi' . Yaitu dalam hal :
Kurikulum dan struktur sistem ditentukan oleh negara.
Bahasa nasional diperkenalkan jika bukan bahasa pengantar di
sekolah-sekolah kolonial.
Materi keislaman yg dimasukkan dalam kurikulum pendidikan
negara.
Tanggapan Umat Islam

Ruthven (2006) mengidentifikasi menjadi 4 tanggapan umum yaitu :


Kuno, Neo-tradisionalis, reformis, dan modernis.
Perdebatan mata pelajaran akademik dengan mata pelajaran agama
di dalam kurikulum pendidikan Islam.
Tradisionalis menolak segala upaya memperkenalkan mata pelajaran
akademik "modern" ke sekolah-sekolah Islam.
Reformis percaya bahwa madrasah harus "dimodernisasi" melalui
mata pelajaran akademik dalam kerangka islam.
Komunitas Muslim sudah ada di Singapura sejak
abad keempat belas. C ontoh : Singapura
Langkah-langkah pemerintahan dalam membatasi
peran Islam dalam bernegara dan bermasyarakat.
1. Diperkenalkannya hukum sekuler, aparatur negara
modern, administrasi, dan institusi sosial sedangkan
Islam dikesampingkan dan diturunkan ke ranah privat.
2. Pengenalan pendidikan model barat.
Inggris mulai mendirikan sekolah-sekolah menengah
Melayu pada awal abad ke-19.
Umat Islam menolak kebijakan pendidikan periode
kolonial.
Muslim melayu lebih memilih alternatif lain yaitu
bersekolah di madrasah.
Setelah singapura merdeka, pemerintah mengganti
sekolah vernekular menjadi sekolah negeri
Umat muslim pasca-kolonial mengadopsi respon
reformis.
Sampai sekarang umat Islam Singapura masih
terbagi dalam pandangan mereka tentang
pendidikan Islam yaitu antara madrasah yang
mendukung reformis dan madrasah yang tegas
dalam memenuhi visi misi pada pembentukan siswa
menjadi ulama Islam.
Kesimpulan :
Di era pascakolonial, penting bagi dunia (terutama Barat), untuk melampaui
kerangka sekularis dan modernis yang berlaku selama masa kolonial.
sekuler "yang menginformasikan bahwa pandangan dunia sekuler Barat
kita, telah menjadi hambatan besar bagi pemahaman dan analisis kita
tentang politik Islam" dan "Islam secara umum telah dianggap di Barat (dan
di antara banyak Muslim yang berpikiran sekuler) sebagai fenomena statis
secara doktrinal dan sosiokultural, yang menyebabkan antimodern dan
retrogresif. Mengingat banyaknya kekuatan yang berusaha untuk
mempengaruhi pendidikan Islam, maka kunci keberhasilannya adalah
bagaimana lembaga pendidikan Islam tersebut dalam mengatasi tuntutan
dan perubahan di dunia pascakolonial.

Anda mungkin juga menyukai