LAPORAN PENDAHULUAN
CRANIOTOMY
Di susun oleh :
RAVITMAN
(P 27220008-106)
TAHUN 2011
CRANIOTOMY
A. PENGERTIAN
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala)
dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan
pertumbuhan atau abnormalitas di dalam cranium, terdiri atas pengangkatan
dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada
struktur intracranial (Susan M, Tucker, Dkk. 1998).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh, jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan
tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam cavum cranii. Otak terdiri dari
tiga selaput otak (meningiens), antara lain:
1. Duramater (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat.
2. Arakhnoida (lapisan tengah)
Selaput tipis yang memisahkan duramater dengan piamater membentuk
sebuah balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh sistem syaraf sentral.
3. Piamater (lapisan dalam)
Selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak, piamater
berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat
disebut tuberkel.
2
D. PATOFISIOLOGIS
Pathway dan Masalah Keperawatan
Trauma Tumor
E.
Luka tembus, Cedera Cedera sekunder/
luka lecet primer/langsung tak langsung
F.
G.
Kerusakan jaringan Laserasi Kerusakan syaraf otak
kulit kepala
H.
Aliran darah ke otak menurun Reflek batuk
menurun
Risiko tinggi infeksi
Suplai nutrien ke otak menurun
(O2,glukosa)
Bersihan jalan nafas
Fraktur tulang tengkorak tidak efektif
Perubahan metabolisme aerob
menjadi anaerob
Oedema Jaringan
Vasodilatasi cerebral otak Energi berkurang Peningkatan
J.
asam laktat
Gangguan
perfusi serebral
Aliran darah ke otak
K.bertambah Depresi sistem
TIK meningkat Lemah,lesu pernapasan
8. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
TIK (Tekanan Intra Kranial).
9. GDA (Gas Darah Analisa)
Untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigen yang dapat
meningkatkan TIK (Tekanan Intra Kranial).
10. Ekoensephalografi
Untuk menentukan posisi stuktur otak dibagian garis tengah dan jarak dari
garis tengah ke dinding ventikuler atau dinding ventikuler ke – 3.
11. EMG (Elektromiografi)
Digunakan untuk menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskuler dan
miopatis.
Q. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan umum cedera kepala menurut Barbara, E (2000) sebagai
berikut :
a. Untuk kontusio dengan kehilangan kesadran kurang dari 20 menit
1) Biasanya tidak perlu dirawat di rumah sakit
2) Titah baring
3) Pemberian asetaminofen untuk sakit kepala.
b. Untuk kontusio, laserasi atau kehilangan kesadaran lebih dari 20 menit
1) Rawat inap
2) Tirah baring
3) Kraniotomi untuk mengeluarkan hematoma, khususnya bila
perdarahan berasal dari arteri.
4) Buat lubang untuk mengeluarkan hematoma epidural
5) Antiboitik untuk melindungi terhadap meningitis bila ada kebocoran
cerebrospinal (CCS) dan tutup dengan kapaa steril untuk mencegah
masuknya bakteri.
8
R. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien.
5. Mempersiapkan pasien pulang.
Perawatan pasca pembedahan :
1. Tindakan keperawatan post operasi
a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan
sampai drain tercabut.
d. Perawatan luka operasi secara steril.
2. Makanan
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan
makanan sesudah pembedahan. makanan yang dianjurkan pada pasien post
operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat
diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang
mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk
pencegahan infeksi.
pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral)
Biasanya makanan baru diberikan jika:
a. Perut tidak kembung
9
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data untuk evaluasi dan
mengidentifikasi status pasien (Nursalam, 2001).
1. Pengkajian primer
Survey primer dalam asuhan keperawatan gawat darurat (RSUD
Dr.Moewardi, 2008) adalah :
a. Airway
1) Bebas, ada obstruksi: parsial/total, penyebab obstruksi: darah,
lendir, lidah jatuh.
2) Normal, suara nafas karena obstruksi: snoring, gurling, growing,
stridor.
3) Kondisi utama sevikal/spine control: bebas, jelas, fraktur.
4) Penggunaan otot bantu pernafasan
5) Sianosis : di sekitar mulut/mukosa, kuku
b. Breathing
1) Respirasi berapa kali per menit, regular/irregular
2) Gerakan otot pernafasan tambahan
3) Suara abnormal : wheezing, ronkhi, krekles, friction rub pleural.
4) Eupnea, bradipnoe, cheyne stokes, apnoe, takhipnoe
c. Sirkulasi
1) Tekanan darah.
2) Nadi.
3) Suhu.
4) Abnormalisasi warna kulit : pucat, kebiruan, eritema, ikterik,
kehilangan pigmen, merah.
5) Henti jantung : bradycardi, tachycardi.
6) Capilary refill: < 2 detik, > 2 detik.
12
3) Integritas EGO
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis).
Tanda: Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan inpulsif.
13
4) Eliminasi
Gejala: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5) Makanan/Cairan
Gejala: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda: Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan
(batuk, air liur keluar, disfagia).
6) Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar
kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas.
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotofobia. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi/tingkah laku dan memori). Perubahan pupil
(respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan pengindraan,
seperti: pengecapan, penciuman dan pendengaran.
Wajah tidak simetris. Genggaman lemah, tidak
seimbang. Reflek tendon dalam tidak ada atau lemah.
Apraksia, hemiparase, quadreplegia. Postur
(dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive
terhadap sentuhan dan gerakan. Kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh.
14
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat,
merintih.
8) Pernafasan
Tanda: Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak.
Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi).
9) Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit: Laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon
eye”, Tanda battle disekitar telinga (merupakan Tanda
adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari
telinga/hidung (CSS). Gangguan kognitif, gangguan
rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralisis. Demam, gangguan dalam regulasi
suhu tubuh.
10) Interaksi Sosial
Tanda: Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria, anomia.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan alkohol/obat lain
Pertimbangan rencana pemulangan: Membutuhkan
bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,
menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan,
tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, atau
penempatan fasilitas lainnya dirumah.
15
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan intracranial
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral
dan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan
menurunnya kesadaran.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.
5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau
meningkatnya tekanan intrakranial.
6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala, luka post op.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op, kondisi penyakit akibat
trauma kepala.
8. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
9. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas
berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial. Tujuan : Pola nafas
dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau
kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan dalam batas
normal.
Intervensi
a. Kaji Airway,
Breathing, Circulasi.
16
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan menurut Doenges (2000) adalah deskripsi
untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus
dilakukan. Tindakan keperawatan menjadi mandiri (dilakukan perawat) dan
kolaboratif (dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya). Independent:
menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman mengurangi kebisingan atau
aktivitas lingkungan dan membatasi jumlah pengunjung.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Doenges (2000) setelah asuhan
keperawatan diberikan pengkajian yang berkelanjutan respon pasien
terhadap terapi dan kemajuan mengarah pencapaian hasil yang diharapkan.
Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik dan control proses keperawatan
melalui mana status pernyataan diagnosis pasien secara individual dinilai
untuk diselesaikan, dilanjutkan atau memerlukan perbaikan.
Evaluasi dicantumkan pada catatan perkembangan. Catatan berisi data
dan topik masalah dengan informasi yang dicatat dalam format SOAP. S:
subjective adalah informasi yang didapat dari pasien, O: objective adalah
informasi yang didapat berdasarkan pengamatan, A: assessment
(pengkajian) adalah analisa masalah pasien, P: planning of action adalah
rencana tindakan yang akan diambil (Effendy, 1995).
20
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Volume 1, Jakarta : EGC
Brunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikel Bedah Volume 2, Jakarta : EGC
Carpenito LJ, 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi
6, Jakarata: EGC
Mansjoer A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Media
Aesculapis FKUI
Rosjidi, Cholik Harun dan Saiful Nurhidayat. 2009. Buku Ajar Perawatan Cedera
Kepala dan Stroke untuk Mahasiswa D III Keperawatan. Yogyakarta :
Ardana Media.
21