Anda di halaman 1dari 6

A. Latar Belakang .. ........................................................ ...................................................

B. Masalah Rumusan ........................................................ ........................................................ 1


C. Tujuan ............................................................... ........................................................ ................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................. ........................................................ ........ 2

A. Pengertian landasan pengembangan kurikulum ................................... ................ 2

B. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum ......................... .................... 3

BAB III PENUTUP ............................. ........................................................ .................. 15

A. Kesimpulan........................................................ ........................................................ ..... 15


B. Saran ................................................................... ........................................................ ................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................ ........................................................ ............. 16

BAB

A.Latar   
Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup dalam semua kegiatan pendidikan, menentukan
proses dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan dalam kehidupan, dalam
penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan manusia. Penyusunan membutuhkan landasan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Jika landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah
, yang akan ambruk adalah manusia
Adapun beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, meliputi landasan filosofi, landasan landasan,
landasan sosial budaya, dan landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Biologi maka kami menyusun makalah ini. Dan ditambah lagi dengan fenomena
pergantian kurikulum pendidikan beberapa tahun ke belakang.

B.    
Masalah Rumusan
1.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum ?
2.      Macam-macam landasan pengembangan kurikulum ?

C.   
Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengembangan kurikulum.
2.      Untuk mengetahui macam-macam landasan pengembangan kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   
Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya
dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, tetapi juga memberikan pemahaman
tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap
pengembangan kurikulum pada jejang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus
dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, masalah mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta
bagaimana cara belajar siswa disebutkan suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus
berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai; dan menentukan tujuan eratnya masalah dengan sistem nilai dan
kebutuhan masyarakat. persoalan yang kemudian membawa kita pada masalah menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses
pengembangan yang kemudian kita namakan sebagai kurikulumas-asas atau landasan kurikulum.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi
pengambilan keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan yang harus dicapai
oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta
konten atau bahan ajar yang harus dimasukkan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat mendukung pencapai tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan dan
pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan landasan-landasan pendidikan yang mengembangkan kurikulum. Dengan
adanya landasan yang jelas, yang kemudian dikenal baik oleh para pengembang kurikulum, maka

diharapkan akan terjadi sinkronisasi antara apa yang diharapkan, direncanakan dengan apa yang secara nyata dilaksanakan
disekolah maupun dikelas.

Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seperti sebuah
gedung yang menjulang tinggi berdiri di atas fondasi yang rapuh? Ya, tentu saja bangunan itu tidak akan tahan lama. Oleh sebab itu,
sebelum sebuah gedung dibangun, terlebih dahulu disusun fondasi yang kokoh. Semakin kokoh fondasi sebuah gedung, maka akan
semakin kokoh pula gedung tersebut.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi
pengambilan keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan yang harus dicapai
oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta
konten atau bahan ajar yang harus dimasukkan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan sebagai rekomendasi dalam memilih
pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat membantu.

B.    
Macam-Macam Landasan Pengembangan Kurikulum
1.     
Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan sebuah interaksi antara pendidik dan peserta didik. Di dalam interaksi tersebut terlibat dalam interaksi
yang diinteraksikan serta bagaimana proses interaksi berlangsung. Apa yang menjadi tujuan pendidikan, siapa yang pendidik dan
peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana interkasi tersebut merupakan pernyataan yang membutuhkan jawaban yang
mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.

Secara filosofis (filsafat) berarti cinta atau kebijakan (love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti
dan bijak, harus tahu atau berpengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara sistematis, logistik, dan mendalam. Pemikiran
demikian dalam filsafat sering kali disebut sebagi pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya. secara. akademik, filsafat
upaya untuk menggambarkan dan menyatakan pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam

semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap sinopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam
pengalaman manusia. Suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu pengetahuan manusia, daerah cakupannya terbatas. Filsafat
mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusah melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan
mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.
Jadi, landasan filosofis sangat penting dalam pengembangan kurikulum dalam mendapatkan sebuah konsep atau rancangan yang
disusun secara sistematis, logistik, dan mendalam sehingga mampu menuangkan konsep yang lebih baik. Filsafat juga memberikan
landasan-landasan dasar bagi ilmu. Keduanya dapat memberikan bahan bagi manusia untuk membantu memecahkan berbagai
masalah di kehidupannya.

Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika (yang membahas segala yang ada di alam ini), episteminologi (yang membahas
kebenaran) dan aksiologi (yang membahas nilai.
Sebuah.      
Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat fundamental mengenai keberadaan
dan realitas yang menyertainya.
B.      
Epistemologi
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis
pengetahuan.
c.      
Sosiologi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.

Filsafat membahas segala permasalahan


yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini ynag disebut
filsafat pendidikan . walaupun dilihat sepintas, filsafat pendidikan ini hanya
merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosogis
untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan
filsafat pendidikan terdapat
hubungan yang sangat erat. Menurut donald burter,
filsafat memberikan arah dan

metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan


praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan
filosofis. Bahkan menurut john dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah
sama, sebagaimana juga pendidikan menurut Dewey sama
dengan kehidupan.

2.     
Landasan psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi
interaksi antar-individu manusia, yaitu antar peserta didik dengan pendidik dan
juga antar
peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Berkat
kemampuan-kemapuan
psikologis yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya mausia menjadi
lebih maju, lebih banyak
memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan
dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kondisi psikologis merupakan
karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam
berbagai bentuk prilaku
dalam interaksi dengan lingkungannya, prilaku tersebut
merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun
yang
tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kondisi psikologis setiap individu
berbeda, karena peerbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya,
juga karena
perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi pun
berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status
individu diantar
individu-individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi
pendidikan harus sesuai dengan kondisi
psikologis para peserta didik maupun
kondisi pendidiknya.
Peseta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para
pendidik adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. karakteristik individu pada tahap-tahap perkembangan, serta
pola-pola perkembangan individu menjadi kajian psikologi perkembangan
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi baik itu proses peniruan, pengingatan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahana masalah

masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagi kegiatan dengan dukungan berbagai alat
bantu pengajaran agar anak-anak belajar. Cara belajar mengajar yang membutuhkan studi sistematis dan mendalam. Studi
demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mengembangkan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Baik di dalam merumuskan tujuan, memilih, dan menyusun bahan belajar, memilih dan menerapkan metode
pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Sebuah.     
Perkembangan Psikologi
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoa
dengan sel telur sampai dewasa.
1)     
Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh studi meleui yang bersifat longitudinal, cross sectional,
psikoanalitik, sosiologik atau studi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu
melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat lahir sampai dewasa.
Metode cross sectional yang dilakukan oleh Arnold Gessel dengan cara mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai
tingkatan, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta perilaku mereka.
Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund freud. Studi ini lebih diarahkan untuk mempelajari perkembangan anak
pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak. Karena dapat mengganggu perkembangan pada masa
selanjutnya. Metode sosiologik yang digunakan oleh Robert Havighurst. Ia mempelajari perkembangan anak dari tugas-
tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan yang harus
dikuasai individu dalam setiap tahap perkembangan. Sedangkan metode

lainnya yaitu studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli psikologi perkembangan menarik beberapa
kesimpulan tentang pola-pola perkembangan anak.
2)     
Teori Perkembangan
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang pendekatan perkembangan individu , yaitu pendekatan pentahapan
(stage approach) atau perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan diferensial
(diferential approach) melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan yang dibedakan atas jenis kelamin, ras,
agama, status sosial ekonomi dan sebagainya. Pengelompokan individu ada kalanya juga didasarkan atas kesamaan
karakteristiknya. Ketiga, pendekatan isaftif (pendekatan isaftif) berusaha melihat karakteristik individu yang memiliki
sifat individu yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh individu lainnya.

B.     
Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab, pada dasar kurikulum disusun untuk
membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku namun demikian
setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.
Menurut aliran belajar kognitif-wholistik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan sosial antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Dengan
demikian bahwa proses belajar sangat tergantung pada adanya faktor yang muncul dari diri atau lingkungan. Menurut aliran
behavioristik belajar, pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons.
Dengan demikian menurut
aliran behavioristik proses belajar sangat bergantung pada adanya rangsangan
atau stimulus
yang muncul dari luar diri

atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan.


Proses belajar dapat dipelajari dari kegiatan yang dapat dilihat. Pada
penilaian
kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap
individu, kegiatan mental itu memang tidak dapat dilihat
secara nyata akan
tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada dalam diri itulah yang
menggerakan seseorang mencapai
perubahan tingkah laku.

3.     
Landasan Organisasi
Kurikulum merupakan
rencana untuk kepentingan peserta didik, maka dari itu bahan atau isi pelajaran
harus dituangkan
dalam organisasi tertentu agar tujuan pendidikan dapat
tercapai (Nasution, 1995) organisasi atau desain kurikulum berkaitan
erat
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Jenis-jenis organisasi kurikulum yang dimaksud sebagaimana dikemukakan berikut


ini:
a.     
Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran
Organisasi kurikulum
jenis ini merupakan organisasi kurikulum yang paling tua, tetapi higga kini
masih menduduki
tempat yang paling dominan. Organisasi kurikulum yang subject
centered ini memanfaatkan berbagai disiplin ilmu yang telah
disusun secara
logis sistematis oleh para ahli dan ilmuan dalam cabang ilmu masing-masing.
Kurikulum ini bertujuan agar
peserta didik mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar
mereka
tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh
generasi-genarasi terdahulu.
Kurikulum berdasarkan
subjek atau mata pelajaran ini sangat populer dan mempunyai kedudukan yang
kokoh sekalipun
mengalami kritik-kritik yang tajam. Kurikulum ini bertahan
terus sebab mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh
kurikulum bentuk lain.
Kurikulum ini memang banyak mempunyai keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1)          Memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman
generasi lampau yang dapat digunakan untk menafsirkan
pengalaman seseorang.

2)      Mempunyai organisasi yang mudah sturkturnya, mudah


diubah, diperluas atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan
perkembangan baru
dalam ilmu pengetahuan.
3)          Mudah dievaluasi bila perlu dengan menggunakan tes
objektif yang dapat dinilai secara otomatis dengan komputer
sehingga memudahkan
penilaian ujian atau tes secara massal.
4)      Telah diterima baik dan mudah dipahami oleh guru,
orang tua, dan peserta didik.
5)          Mengandung logika tersendiri menurut disiplin
masing-masing memberikan pengetahuan secara sistematis dan karena
itu
memberikan metode yang logis dan efektif untuk menguasi bahan pelajaran.

Selain memiliki
keuntugan, organisasi kurikulum ini memiliki berbagai kelemahan, yang antara
lain dikemukakan
berikut ini:
1)          Terdapat kesenjangan antara pengalaman peserta didk
dan pengalaman umat manusia yang tersusun logis sistematis
sehingga timbul
bahaya verbalisme.
2)      Sering pengetahuan yang logis-sistematis itu tidak
fungsional dalam menghadapi masalah-masalah masyarakat dan tidak
sesuai dengan
minat, kebutuhan serta masalah-masalah peserta didik dalam hidupnya.
3)      Kurikulum ini memberikan pengetahuan lepas-lepas,
sering berupa fakta dan informasi yang perlu dihafal.

b.     
Kurikulum Gabungan
Pada
dasarnya merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah.
Agar pengetahuan peserta
didik tidak lepas maka diusahakan hubungan diantara
dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai kelompok
yang pada
hakikatnya mempunyai hubungan yang erat. Dalam menghubungkan mata pelajaran
yang satu dengan yang lain
dengan memelihara identitas mata pelajaran, ada pula
yang menyatupadukan mata pelajaran dengan menghilangkan
identitas mata
pelajaran sehingga menjadi bidang studi tertentu.(Nasution,1995).

1)     
Macam macam cara
berkorelasi:

Antara dua matapelajaran diadakan hubungan secara insidental,yakni kalau


kebetulan ada kaitannya dengan mata
pelajaran lain.
2)         
Hubungan yang
lebih erat terdapat apabila suatu pokok atau masalah tertentu diperbincangkan
dalam berbagai mata
pelajaran.
3)     
Beberapa mata
pelajaran disatukan, difusikan dengan menghilangkan batas masing masing.
4)     
Kurikulum
terpadu (integrated curriculum)

Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (integrated curriculum) diantaranya adalah sebagai berikut:
a)     
Berdasarkan
filsafat pendidikan demokratis.
b)     
Berdasarkan
psikologis belajar Gestalt.
c)     
Berdasarkan
landasan sosiologis dan sosio-kultural.
d)    
Berdasarkan
kebutuhan perkembangan peserta didik.
e)     
Ditunjang oleh
semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
f)      
Sistem
pencapaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit atau tematik.
g)     
Peran guru sama
aktifnya dengan peran peserta didik.

4.     
Landasan Sosiologi
Salah satu fungsi sekolah erat
hubungannya dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah sejak mulanya didirikan oleh
masyarakat
untuk kepentingan masyarakat demi kelanjutan hidup, perkembangan,
dan kebahagiaan masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat
mendirikan sekolah
untuk kepentingan masyarakat agar hidup terus dan senantiasa meningkatan mutu
kehidupannya. Faktor itulah
yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum, disini juga harus dijaga keseimbangan antara kepentingan peserta
didik sebagai individu dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota
masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum
yang semata-mata
bersifat sosiety-centered.
Kurikulum sekolah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan harus senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi
masyarakat masa kini. Bahkan tuntutan dan kemungkinan yang bakal terjadi pada
masayarakat genenrasi yang

mendatang idealnya telah dipertimbangkan dalam


pengembangan kurikulum, karena masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang
berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan sosiologis dalam pengembangan
kurikulum, dalam konteks ini pengembang kurikulum 2004, pada dasarnya sebagai
upaya perubahan dalam menanggapi berbagai perkembangan dalam masyarakat, baik
masyarakat dunia maupun masyarakat lokal
yang saat ini berhadapan dengan
perubahan yang begitu cepat (Muhamad, 2004).
Pada dasarnya, kurikulum harus mampu mengembangkan
manusia sehingga mereka memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang
diperlukan
baik oleh dirinya sebgai suatu pribadi maupun oleh masyarakat, bangsa, dan
negara. Konsekuensinya, kurikulum
dikembangan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat landasan sosial dan budaya merupakan salah satu landasan yang
seharusnya menjadi kepedulian utama dalam proses pengembangan kurikulum.

5.     
Landasan Ilmu Dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni termasuk salah satu landasan pengembangan kurikulum. Bahkan
termasuk
landasan yang tidak kalah pentingnya dengan landasan-landasan yang
lainnya. Alasannya, pesatnya perkembangan iptek, secara
otomatis akan
mempengaruhi pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek kehidupan. Hal
ini sangat berpengaruh besar
terutama dalam dunia pendidikan dituntut untuk
mengadakan inovasi-inovasi dalam berbagai aspeknya, diantaranya fasilitas
pendidikan, personal pendidikan, pengelolanya, standar mutunya, termasuk dalam
kurikulumnya.
Pendidikan melalui pengembangan
kurikulum, harus mampu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis
pengetahuan dimana iptek sangat berperan sebagai penggerak utama
perubahan masyarakat. Oleh karena itu, menuntut
penyempurnaan-penyempurnaan
kurikulum secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan kemajuan ipteks.
Penyempurnaan
kurikulum dengan pertimbangan kemajuan ipteks tentunya meliputi
seluruh komponen kurikulum, baik dalam menentukan tujuan,
isi, pengalaman
belajar, dan evaluasinya. Yang tidak kalah pentingnya, penyempurnaan kurikulum

tersebut
tidak hanya dalam dimensi dokumen tetapi harus ditindaklanjuti dalam
implementasinya.

6.     
Landasan Historis
Landasan historis berkaitan dengan
formula program-program sekolah pada waktu lampau yang masih hidup sampai
sekarang
atau yang pengaruhnya masih berat pada kurikulum saat ini (Johnson,
1968). Kurikulum yang dikembangkan saat ini harus
mempertimbangkan apa yang
telah dilakukan dan apa yang telah dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu
pula selanjutnya,
perlu mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang waktu
mengembangkan kurikulum di masa depan. Umumnya, pengembangan
kurikulum yang
dalam proses perbaikan, tentu tidak akan mulai dari nol tapi berdasarkan hasil
evaluasi kurikulum sebelumnya.
Dengan demikian hasil evaluasi terhadap
komponen-komponen kurikulum sebelumnya menjadi dasar pertimbangan yang berharga
dan pengaruh terhadap upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang
akan datang.

7.     
Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau landasan hukum
pengembangan kurikulum pada umumnya adalah Undang-Undang dan
Peraturan-
peraturan Pemerintah yang saat ini sedang berlangsung. Berikut ini
dikemukakan beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
yang melandasi
kurikulum di Indonesia :
a.      
Undang-Undang
Dasar tahun 1945 dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
tercantum tujuan nasional
yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pasal 31
UUD NRI
tahun 1945 menyatakan bahwa setiap (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
(2) pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur dalam Undang-Undang; (3) setiap warga
negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (4) pemerintah
mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka mencerdasakna kehidupan bangsa
yang diatur dalam
undang-undang.
b.     
Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada
Bab II pasal 2 menyatakan
bahwa “pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD NKRI 1945 Pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan nasional
berfungsi
mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman.
c.           
Undang-Undang RI
No. 23 tahun 2000 tentang perlindungan anak, pada ketentuan umum, didkemukakan
bahwa (1) anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan; (2) perlindungan anak segala
kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
berpartisifasi secara
optimal sesuai dengan harakat martabat kemanusiaan, serat
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
d.         
Undang-Undang No
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru dan dosen mempunyai
fungsi, peran,
dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangun nasional
dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal 20 dikemukakan
bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, guru berkewajiban : (a) merencanakan pembelajaran,
melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu serta menilai evaluasi hasil
pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan
potensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Teknologi, dan seni;
(c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik
tertentu, atau
latar belakaang keluarga dan status ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
(d) menjunjung tinggi
Peraturan Perundang-Undangan, hukum, dan kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika; (e) memelihara dan memupuk
persatuan dan
kesatuan bangsa.
e.           
Peraturan Pemerintahan
Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Bab
II Pasal 2
dikemukakan bahwa

(1) lingkungan
standar pendidikan meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kompetensi lulusan; (d) standar
pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar
sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h)
standar penilaian pendidikan. Pasal 3 mengemukakan bahwa standar nasional
pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaaan, dan pengawasan
pendidikan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Pasal 4
satndar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat.

BAB III

PENUTUP

A.   
Kesimpulan
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem
pendidikan, sebab dalam kurikulum
bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang
harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah
proses penyusunan rencana tentang
isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara
mempelajarinya.
Namun
demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara
belajar siswa bukanlah suatu
proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau
muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin
dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem
nilai dan kebutuhan masyarakat. Macam-macam
landasan pengembangan kurikulum
adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan organisasi, landasan
sosialisasi,
landasan ilmu dan pengetahuan, landasan teori, dan landasan
yuridis.

B.    
Saran
Demikian makalah ini
dalam mata kuliah Kurikulum Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Sumianto, M.Pd
yang tentunya
masih jauh dari kesempurnaan. Saya  sadar bahwa makalah
ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu saya
mengharapkan
kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan
pemakalah semoga makalah ini
dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

DAFTAR
PUSTAKA

Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya.

Lely, Halimah. (2010). Pengembangan Kurikulum. Bandung : RIZQI


Press.

Sanjaya, Wina. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :


Prenada Media Group.

Sukmadinata, Nana. (2008). Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Diposting oleh
Rabiatul Wahyuni

POST A COMMENT

Anda mungkin juga menyukai