SKS : 1-2
Tim pengajar :
Ratih Putri Damayati, S.Gz, M.Si
Puspito Arum, S.Gz, M.Gizi
Miftahul Jannah, S.Gz, M.Gizi
dr.Arisanty Nur Setya R,M.Gizi
Uun Ratriantari, S.ST, M.Gizi
Tata Tertib
Syarat mengikuti ujian, kehadiran
mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
dan praktikum adalah 100%.
Mahasiswa boleh ijin jika berhalangan
(sakit atau halangan lainnya) dengan
menyerahkan surat ijin yang legal
sebanyak-banyaknya 3 kali untuk semua
sesi kuliah dan mengganti kegiatan
praktikum
Penilaian
Komponen Persentase
1. UTS 25%
2. UAS 25%
3. Praktikum , Tugas, Kehadiran, Sikap 50%
Jadwal
Pokok Bahasan Dosen
Pengantar & Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) – Assessment, Diagnosa RPD
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) – Intervensi, Monev RPD
Pengantar Dietetika-Standar Makanan RS, Jenis Diet, Perhitungan Kebutuhan MJ
Asuhan Gizi dan Dietetika pada BBLR dan Bayi Prematur UR
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak Gizi Buruk UR
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak Obesitas MJ
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak Autis RPD
UTS
Jadwal
Pokok Bahasan Dosen
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan penyakit diabetes MJ
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan penyakit ginjal PA
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan penyakit hati dan jantung bawaan PA
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan penyakit kanker PA
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan Gangguan Metabolisme Genetetik ANSR
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan penyakit HIV/AIDS ANSR
Asuhan Gizi dan Dietetika pada Anak dengan Alergi Makanan dan Gangguan ANSR
Gastrointestinal
UAS
Nutrition Care Process / Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT)
yaitu suatu proses terstandar sebagai
suatu metode pemecahan masalah yang
sistematis dalam menangani problem
gizi sehingga dapat memberikan asuhan
gizi yang aman, efektif dan berkualitas
tinggi
• PAGT dirancang untuk meningkatkan
konsistensi dan kuliatas asuhan gizi
bagi pasien/klien dan memberikan hasil
yang terprediksi.
• PAGT tidak dimaksud sebagai standar
asuhan gizi bagi tiap pasien/klien tetapi
merupakan standar proses untuk
memberikan asuhan.
• Terapi Gizi Medik (TGM) standar asuhan yaitu
menunjukkan pada “apa yang harus” dilakukan dan
merupakan komponen asuhan pada penyakit
tertentu.
• Proses Asuhan Gizi Terstandar proses
terstandar, lebih menunjukkan “bagaimana asuhan
(TGM) dilakukan” .
• PAGT menunjukkan secara akurat spektrum asuhan
gizi yang menekankan pada langkah-langkah
konsisten dan spesifik dari dietesien saat
memberikan TGM dan juga sebagai pedoman
dalam edukasi gizi dan tempat pelayanan asuhan
gizi lain yang bersifat preventif.
Nutrition Care Process
1. Assessment/ Pengkajian Gizi 2. Diagnosa Gizi
Metode untuk mengumpulkan Kegiatan mengidentifikasi & memberi
data, melakukan verifikasi nama masalah gizi yang aktual, dan
atau kondisi yang berisiko
data yang dibutuhkan menyebabkan masalah gizi yang
untuk yang nantinya akan merupakan tanggung jawab dietisien
berkaitan dengan untuk menanganinya secara mandiri.
diagnosisi gizi. Diagnosis gizi dinyatakan dengan
format PES (problem-etiologi-
sign/symptom).
Assessment Gizi
3. Intervensi Gizi 4. Monev
Tindakan terencana yang dirancang Terdiri dari kegiatan monitor,
untuk mengubah perilaku, mengukur dan evaluasi.
kondisi lingkungan terkait gizi Menggunakan indikator
atau aspek aspek kesehatan dari hasil yang dipilih sesuai
individu termasuk keluarga dan dengan kebutuhan pasien,
pengasuh, kelompok sasaran
tertentu atau masyarakat
diagnosis, tujuan dan
tertentu ke arah yang positif. kondisi penyakit
Terimakasih
PAGT-MONEV
Ratih Putri Damayati
Monitoring dan Evaluasi
◦ Monitoring Gizi : mengkaji ulang dan mengukur secara terjadwal indikator
asuhan gizi dari status gizi pasien/klien sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan,diagnosis gizi,intervensi dan outcome/keluaran asuhan gizi.
◦ Evaluasi Gizi : membandingkan secara sistematik data-data saat ini dengan
status sebelumnya, tujuan intervensi gizi, efektifitas asuhan gizi secara umum
dan rujukan standar
◦ Outcome asuhan gizi : hasil dari asuhan gizi yang secara langsung berkaitan
dengan diagnosis gizi dan tujuan intervensi yang direncanakan.
◦ Indikator asuhan gizi : penanda (marker) yang dapat diukur dan dievaluasi
untuk menentukan efektifitas asuhan gizi
Outcome Asuhan Gizi
◦ Pada pasien/klien rawat jalan dan masyarakat:
◦ outcome mungkin termasuk peningkatan pemahaman pasien/klien
terhadap kebutuhan makanan dan gizi serta kemampuan dan motivasi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
◦ Sedangkan di rumah sakit
◦ outcome dapat termasuk peningkatan pada parameter biokimia atau
pada pemahaman dasar preskripsi gizi.
Karakteristik Outcome
◦ 1. Menggambarkan hasil kinerja dietisien dan asuhan gizi secara independen
◦ 2. Dapat dihubungkan dengan tujuan intervensi gizi
◦ 3. Dapat diukur dengan instrumen dan sumber daya yang ada
◦ 4. Terjadi pada periode waktu yang sesuai
◦ 5. Bersifat logis dan secara biologis atau psikologis dapat menjadi batu
loncatan untuk outcome pelayanan kesehatan lain seperti kesehatan dan
penyakit, biaya dan outcome pasien/klien.
Alur
Monev
Dokumentasi
◦ Dokumentasi merupakan catatan proses yang sedang terjadi dimana hal ini
mendukung langkah pada proses PAGT
◦ Tujuan : Memberikan inforamsi yang menggambarkan perkembangan
pasien/klien, ketercapaian tujuan intervensi dan penyelesaian masalah pada
diagnosis gizi
◦ Prinsip:
Dokumentasi yang bermutu harus mencantumkan beberapa hal seperti :
a. Waktu dan tanggal
b. Indikator yang diukur, hasil, dan metode untuk pengukuran yang diperlukan
c. Kriteria sebagai pembanding indikator (contoh preskripsi gizi/tujuan intervensi
atau standar refensi)
d. Faktor-faktro yang mendukung atau menghambat perkembangan
e. Beberapa outcome positif atau negatif yang lainnya
f. Rencana asuhan gizi yang akan datang, monitoring gizi, serta tindak lanjut
(follow up) atau menghentikan (discharge) asuhan gizi
Dokumentasi pelaksanaan monitoring
dan evaluasi
Asuhan Gizi dan Dietetika pada
BBLR dan Bayi Prematur
Uun Ratriantari
Politeknik Negeri Jember
15 juta bayi prematur/ tahun
1 Blencowe H, Cousens S, Oestergaard M, Chou D, Moller AB, Narwal R, dkk. National, regional and worldwide estimates of preterm birth. Lancet. 2012;379:2162-72.
Dampak Negatif Bayi Berat
Badan Lahir Rendah
• Penurunan Kecerdasan
• Pertumbuhan terganggu
• Peningkatan morbiditas
• Peningkatan penyakit degeneratif
• Peningkatan mortalitas
Peran Nutrisi dalam Siklus Kehidupan
4th Report − The World Nutrition Situation: Nutrition throughout the Life Cycle, UN, 2000.
Bayi BBLR Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan Bayi yang lahir pada umur
lahir < 2500 gram gestasi < 37 minggu
Masalah yang sering dihadapi bayi prematur
01 02 03
Rentan terhadap Kebutuhan nutrisi Peningkatan
penyakit yang lebih tinggi Metabolisme
04 05 06 07
Metabolisme Organ tubuh Mudah menderita Cadangan nutrisi
tinggi belum berfungsi alergi dan intoleransi rendah
optimal makanan
New Ballard
Score
Pemantauan Tumbuh Kembang
Grafik
Fenton
• Grafik Fenton digunakan sampai usia gestasi 40 minggu, selanjutnya menggunakan grafik
WHO 2005.
• Apabila panjang badan pada usia gestasi belum mencapai 45 cm, maka dilanjutkan
menggunakan grafik Fenton.2
2 Konsensus Asuhan Nutrisi pada Bayi Prematur, IDAI, 2016
Grafik WHO 2005
Grafik Internasional Postnatal Growth
Target Pertumbuhan
Bayi Prematur
Contoh :
ASI Donor untuk bayi ASI Donor untuk bayi ASI Donor untuk bayi cukup
prematur prematur bulan
Sesuai Indikasi Sesuai Indikasi (Kolaborasi dengan Sp.Anak) Sesuai Indikasi (Kolaborasi dengan Sp.Anak)
(Kolaborasi dengan Sp.Anak) ASI + HMF (Human Milk Fortifier) ASI + HMF (Human Milk Fortifier)
ASI + HMF (Human Milk Fortifier) Susu Formula Enriched Susu Formula Enriched
Susu Formula Prematur Susu Formula High-dense
Susu Formula Prematur
HMF diberikan kepada bayi prematur setelah mendapatkan nutrisi enteral minimal 100 mL/kgBB/hari
• 90% komposisi tubuh janin adalah cairan yang
mengisi jaringan ekstraseluler.
10 – 20 mL/kg/hari
Fase Pascadiuresis
(sampai minggu kedua pascalahir)
• Pemberian energi pada hari pertama kelahiran harus memenuhi kebutuhan BMR 40 - 60 kkal/
kgBB/hari dan ditambahkan secara bertahap 25 – 30 kkal/kgBB/hari sampai dengan 90 –
100 kkal/kgBB/hari untuk mencegah katabolisme protein 1,5g/ kgBB/hari è BALANCE
NITROGEN POSITIF
Kecukupan Karbohidrat
• Bayi prematur lebih sering mengalami katabolisme terutama kehilangan nitrogen
• Glukosa yang diberikan melalui parenteral dan enteral sangat baik untuk proses
metabolisme dalam tubuh terutama otak dan jantung
• Karbohidrat yang diberikan dalam bentuk dekstrosa
• Pemakaian glukosa bayi prematur 2 kali lebih tinggi akibat imatur hemostasis glukosa
dibandingkan bayi cukup bulan
• Pemberian glukosa sebagai KH sederhana dengan TPN pada awal bayi lahir sampai 24 jam
pasca lahir dengan GIR (Glucose Infusion Rate) 6 – 8 mg/kgBB/menit dan ditambahkan
bertahap sampai dengan 12-13 mg/kg/menit. HATI – HATI HIPERGLIKEMIA
• Kadar gula darah normal 50 -120 mg/dL
Kecukupan Protein
Bayi dengan BB < 1000 gram = 4 – 4,5 gram/kgBB/hari
Bayi dengan BB ≥ 1000 gram = 3,5 – 4 gram/kgBB/hari
q Pemberian Lipid Intravena dimulai pada 24 jam pasca lahir dengan dosis 1 gram/kgBB/
hari dan dinaikkan bertahap sebanyak 0,5 – 1 gram/kgBB/hari sampai dengan 2,5 – 3,5
gram/kgBB/hari
q Sediaan lipid yang diberikan adalah campuran soy bean dan MCT atau campuran soy
bean, MCT, olive oli, fish oil
Kebutuhan Kalium :
Kebutuhan Na :
• Hasil Penelitian2
Hasil penelitian Elfarargy et al (2021) menunjukkan bahwa bayi prematur yang diberikan suplemen Zinc
(G1) memiliki resiko rendah menderita BPH (Bronchopulmonary Dysplasia)
1 Andersan DM. Nutrition for Prematur Infants. Dalam Samour PQ, Helm KK, Lang CE. Handbook of Pediatric Nitrition. Maryland: An Aspen Publication, 1999. h. 43-63
uman Milk Fortifier
Cara Pemberian Makan Pada Bayi Prematur
Monitoring
Frekuensi Target
Kecepatan penambahan
Setiap Hari 15 gram
BB (weight velocity)
² Panjang Badan merupakan indikator status gizi yang terbaik karena tidak terpengaruh
oleh jumlah cairan tubuh dan menggambarkan pertumbuhan jangka panjang
² Gagal Tumbuh (Weight Faltering) jika antropometri berada <P10 menurut usia gestasi
Kasus
By. KT
• Lahir tanggal 20 Juni 2021
• Jenis Kelamin Laki - Laki
• Usia Kehamilan Ibu 28 minggu, dengan Ibu menderita
Preeklampsia Berat dan perdarahan
• Berat Badan Lahir 1000 gram/ Panjang Badan 32 cm dan
Lingkar Kepala 23 cm
• Lama Rawat Inap di NICU 2,5 bulan
• Masalah selama perawatan : menggunakan ventilator
selama 2 minggu
• Berat badan saat ini 3500 gram/ Panjang Badan 53 cm
dan lingkar kepala 34 cm
• Bayi mengkonsumsi ASI, bayi nampak sehat
Tugas :
• Hitung Usia Koreksi
• Plot Tumbuh Kembangnya pada Grafik Pertumbuhan
Usia Koreksi :
= 14 - (40 – 28)
= 2 minggu
Asuhan Gizi dan
Dietetika pada Anak Gizi
Buruk
Uun Ratriantari
Masalah Gizi
berdasarkan daur
kehidupan
Nutrition challenges in the next decade, Food and nutrition Bulletin, 2003
Efek Jangka
Panjang dan
Pendek Malnutrisi
Nutrition challenges in the next decade, Food and nutrition Bulletin, 2003
Gizi Buruk
“keadaan gizi balita yang ditandai
oleh satu atau lebih tanda berikut:
edema, minimal pada kedua punggung
kaki;BB/PB atau BB/TB kurang dari - 3
SD; lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5
cm pada balita usia 6-59 bulan”
Pedoman Pencegahan dan Tata laksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes, 2019
Asuhan Gizi
1. Assessmen Gizi
• Antropometri
• Biokimia
• Fisik dan Klinis
• Dietary
Usia 0 – 5 tahun
menggunakan
WHO 2006
• BB/U, BB/TB, BB/PB, LILA/U atau
penurunan BB ≥ 5% è Gizi Kurang Akut
1. Darah
2. Urin
3. Feses
Riwayat Diet
Dehidrasi
• Beri Resomal per oral/ NGT 5 ml/kgBB/hari untuk 2 jam pertama. Beri Resomal 5 -10 ml/kgBB/
hari bergantian dengan F-75
• Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap buang
air besar, usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml setiap buang air besar.
Tatalaksana
• Formula F-75 diganti dengan F-100
• Pemberian Energi 100 – 150 kkal/kgBB/hari, Protein 2-3 kg/kgBB/hari
Tatalaksana
• Pemberian Energi 150 – 220 kkal/kgBB/hari, Protein 4-6 kg/kgBB/hari
• Anak diberikan RUTF (Ready To Use Formula) secara bertahap, namun apabila
anak tidak mau dapat digantikan dengan pemberian F-75
• Minimal > 80% F-100 yang diberikan dapat dihabiskan oleh anak
Fase Rehabilitasi
Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam menangani kasus gizi buruk telah disusun pedoman “Tatalaksana Anak Gizi Buruk” yang terdiri
dari 2 buku, yaitu: “Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I)” dan “Petunjuk Teknik Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II)” yang diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi tenaga kesehatan, dalam penanggulangan kasus gizi buruk di Indonesia.
Dalam Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dijelaskan tentang alur pelayanan dan tindakan kepada kasus gizi buruk secara berurutan yang merupakan rujukan
dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain “10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk”, dalam buku bagan ini juga diperkenalkan “5 Langkah Rencana Pengobatan Anak
Gizi Buruk”. Sedangkan dalam Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) menjelaskan lebih rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan
(asuhan medik) dan perawatan (asuhan keperawatan) serta terapi gizi medis (asuhan gizi).
Kedua buku tersebut disusun lebih praktis berupa prosedur pelayanan, sehingga diharapkan lebih mudah dipahami. Walalupun kedua buku tersebut di desain untuk
pembelajaran mandiri, namun untuk menerapkan tatalaksana anak gizi buruk secara baik dan benar dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan bagi dokter, perawat/bidan
dan nutrisionis.
Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknis Anak Gizi Buruk (Buku II) dicetak pertama kali pada tahun 2003, kemudian dicetak ulang pada
tahun 2005, 2006, 2007, 2009 dan cetak ulang kembali pada tahun 2011 setelah diadakan revisi. Pada cetakan ke 6 ini, Buku I dan Buku II dilengkapi dengan standar,
modul TOT Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Semoga buku ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain.
Jakarta, 2011
Direktur Bina Gizi
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK i
DA F TA R I S I
DAFTAR RENCANA
Rencana I : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Renjatan/Syok dan Muntah/Diare/Dehidrasi) .......................................................... 8-9
Rencana II : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi) .........................................................................10
Rencana III : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi) ...................................................................... 11
Rencana IV : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis) .............................................................................................................................. 12
Rencana V : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Penderita Gizi Buruk tidak menunjukkan
tanda bahaya atau tanda penting tertentu) ............................................................................................................................................................. 13
Pemberian Cairan dan Makanan untuk Tumbuh Kejar (Fase Transisi dan Rehabilitasi) ............................................................................................................. 14
Petunjuk Pemberian Antibiotika untuk Anak Gizi buruk ................................................................................................................................................................. 15
Dosis untuk Kemasan Khusus Antibiotika Berdasarkan Berat Badan Anak Gizi Buruk ........................................................................................................... 16
Stimulasi Sensorik dan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk ........................................................................................................................................ 17
Kriteria Pemulangan Anak Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap ....................................................................................................................................................... 18
Monitoring Tumbuh Kembang Anak ..................................................................................................................................................................................................... 19
D A F TA R TA B E L
Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk tanpa Edema ........................................................................................................................................... 23
Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk yang Edema Berat .................................................................................................................................. 24
Petunjuk Pemberian F-100 untuk Penderita Gizi Buruk .................................................................................................................................................................. 25
Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan Menurut Berat Badan dan Tinggi Badan / Panjang Badan (BB/TB-PB)........... 26-29
Daftar Istilah............................................................................................................................................................................................................................................... 30
Alur Pelayanan ........................................................................................................................................................................................................................................... 31
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK ii
ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK
Anak dengan satu atau lebih Anak dengan satu atau lebih Anak dengan satu atau ● Bila LILA > 11,5 cm <
tanda berikut : tanda berikut : lebih tanda berikut : 12,5 cm (untuk anak
● Terlihat Sangat Kurus ● Terlihat sangat kurus usia 6-59 bulan)
● Edema pada seluruh tubuh ● Edema minimal, pada ● Terlihat sangat kurus (BB/TB < -2 SD
● BB/PB atau BB/TB < -3 SD kedua punggung tangan / ● BB/PB atau BB/TB s.d -3 SD)
● LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia kaki < - 3SD
6-59 bulan) dan ● BB/PB atau BB/TB <-3SD ● LILA <11,5 cm (untuk ● tidak ada edema
salah satu atau lebih dari tanda- ● LILA <11,5 cm (untuk anak anak usia 6-59 bulan
tanda komplikasi medis berikut : usia 6-59 bulan dan dan
● anoreksia dan ● Nafsu makan baik
● pneumonia berat ● Nafsu makan baik ● Tanpa komplikasi medis ● nafsu makan baik
● anemia berat ● Tanpa komplikasi medis
● penurunan kesadaran
Gizi buruk
Gizi buruk Tanpa Komplikasi Gizi kurang
Dengan
Komplikasi
iii BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT/PUSKESMAS PERAWATAN
RAWAT INAP
Gizi Buruk Penerapan 10 langkah
ANAK
dengan dan 5 kondisi Tata-
Komplikasi laksana Anak Gizi
Datang Sendiri Buruk. P
Dirujuk U
- MTBS
- Non MTBS S
POSYANDU
K atau
Gizi Buruk
Rawat Jalan PULANG E Pemulihan
Tanpa Komplikasi S Gizi Berbasis
M Masyarakat
A
YANKES RAWAT INAP
S
RUJUKAN Obati Penyakit
Gizi Kurang Penambahan Energi
Periksa klinis Penyakit Berat
dan antropo- dan Protein 20-25 %
metri di atas AKG (Angka
Kecukupan Gizi) RUMAH
Berat Badan
dan Tinggi TANGGA
Badan
RAWAT JALAN
Obati Penyakit
Gizi Kurang Penambahan Energi
Penyakit Ringan dan Protein 20-25 %
di atas AKG (Angka
Kecukupan Gizi)
Catatan :
Alur ini dapat dipakai juga di Puskesmas tanpa perawatan pada
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit anak gizi buruk yang dirawat jalan, bilamana kondisi anak me-
mungkinkan.
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 1
PENENTUAN STATUS GIZI ANAK
KLINIS ANTROPOMETRI
(BB/TB-PB) *)
2 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
JADWAL PENGOBATAN DAN PERAWATAN ANAK GIZI BURUK
5 Mengobati infeksi
*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 3
HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
4 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN
PADA ANAK GIZI BURUK
PERAWATAN LANJUTAN
PADA FASE STABILISASI (C)
PERAWATAN
PADA FASE TRANSISI (D)
PERAWATAN
PADA FASE REHABILITASI (E)
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
5
6
HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN
PADA ANAK GIZI BURUK
*) Catatan : Ingat setiap di temukan Renjatan (Syok) anak harus diberi Oksigen melalui kanul atau nasal kateter
1-2 L/menit.
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK
KONDISI : 1V KONDISI : V
Jika Ditemukan : Jika Tidak Ditemukan :
Letargis Renjatan (syok)
Letargis
Muntah / diare / Dehidrasi
Berikan cairan dan makanan menurut Berikan cairan dan makanan menurut
Rencana 1V pada halaman : 12 Rencana V pada halaman : 13
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 7
8
RENCANA 1
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
SEGERA : 1) Pasang oksigen 1-2L/menit 3) Berikan glukosa 10% intra vena(iv) bolus, dosis: 5 ml/kgBB
2) Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa bersamaan dengan
10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %) 4) ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT (Naso Gastric Tube)
Jam 1
Teruskan pemberian cairan RLG 5% diatas sebanyak 15 ml/ kg BB selama 1 jam, atau 5 tts/menit/kgBB/(infus tetes makro 20cc/menit)
Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama 1 jam (Tabel 1).
Jam II Jam II
Bila nadi menguat & frekuensi nafas turun, infus diteruskan denyut nadi tetap lemah dan frekuensinya
dengan cairan dan tetesan yang sama selama 1 jam. tetap tinggi serta pernafasan frekuensinya tetap
Bila rehidrasi belum selesai dan anak minta minum berikan tinggi.
ReSoMal sesuai kemampuan anak. Teruskan pemberian cairan intra vena dengan dosis
Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama diturunkan menjadi 1 tts makro/menit/kgBB (4
1 jam ke II (Tabel 1). ml /kgBB/jam). Bila tidak mampu melakukan
transfusi segera rujuk ke RS.
gagal jantung
Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal
* Anak < 2 th : 50 - 100 ml/setiap diare
* Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare Ukur dan catat denyut nadi dan frekuensi nafas setiap
Bila anak masih menetek beri ASI setelah F75 30 menit dengan menggunakan (Tabel 3A)
Bila diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, Berikan F75 tiap 3 jam (sisanya
diberikan lewat NGT)
Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75.
Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75 ubahlah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam,
Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75
RENCANA 1
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
(Lanjutan)
Waktu (contoh) 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
Pernafasan
Denyut Nadi
Produksi Urine : ada tidak
Frekuensi BAB
Frekuensi Muntah
Tanda Rehidrasi
Asupan ReSoMal (ml)
Asupan F-75 (ml)
Tabel 3. A : Monitoring Pemberian Transfusi Darah (Segar atau Packed Red Cells)
MONITORING Jam pertama Jam kedua Jam ketiga
Awal 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’
Waktu (contoh) 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00
Pernafasan
Denyut Nadi
Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN IV bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5)
Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana 1 sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14.
bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk.
Bila renjatan/ syok sudah teratasi, usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan
lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal. 45 --46
(sesuai dengan kondisi anak).
9
10
RENCANA 1I
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
Memburuk (Renjatan/Syok)
Membaik
Segera infus lihat RENCANA I
Tanpa pemberian bolus glukosa
10 jam berikutnya :
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 - 10 ml /kgBB / setiap pemberian (Tabel 4).
F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal. 23-24).
Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap I jam
Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam (Tabel 3.B).
* Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : 50-100 ml/setiap diare
* Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75
Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F-75, berikan F-75 tiap 3 jam
Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam,
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75
Waktu (contoh) 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00
Pernafasan
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
Denyut Nadi
Produksi Urine : ada tidak
Frekuensi BAB
Frekuensi Muntah
Tanda Rehidrasi
Asupan ReSoMal (ml)
Asupan F-75 (ml)
Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1 -5)
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14.
Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk.
Bila anak sudah sadar usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT,
atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan
kondisi anak)
RENCANA 1II
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
Segera berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (Oral/NGT)
2 jam I :
* Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml / kgBB setiap pemberian.
* Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit (Tabel 4).
Memburuk (Renjatan/Syok)
Membaik
Segera infus lihat RENCANA I
Tanpa pemberian bolus glukosa
10 jam berikutnya :
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 - 10 ml / kgBB / setiap pemberian.
F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal. 23-24).
Catat denyut nadi, frekuensi nafas (Tabel 4).
Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam
* Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : 50-100 ml/setiap diare
* Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75
Bila diare / muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 3 jam,
Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75 ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam,
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75
Waktu (contoh) 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
Pernafasan
Denyut Nadi
Produksi Urine : ada tidak
Frekuensi BAB
Frekuensi Muntah
Tanda Rehidrasi
Asupan ReSoMal (ml)
Asupan F-75 (ml)
Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1 -5)
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14.
Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk.
Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa
lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan kondisi anak)
11
12
RENCANA IV
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
Bila belum sadar (masih letargis) Bila sudah sadar (tidak letargis)
2 jam II :
Ulangi pemberian F-75 setiap 30 menit, I/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai
dengan berat badan (NGT) seperti langkah diatas.
Pikirkan penyebab lain.
Catat nadi, pernafasan kesadaran dan masukkan F-75 setiap 30 menit (Tabel 5)
10 jam berikutnya :
Lanjutkan F-75 dosis setiap 2 jam (oral/NGT)
Catat nadi, pernafasan dan kesadaran setiap 1 jam
Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75
Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75
Bila anak dapat menghabiskan F-75, ubahlah pemberian menjadi setiap 4 jam.
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75
Pernafasan
Denyut Nadi
Kesadaran : Letargis
tdk letargis
Asupan F-75 (ml)
Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75 dengan
atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24), bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1 -5)
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana IV sampai selesai, diteruskan pemberian cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.)
bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk.
Bila anak sudah sadar, usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat
NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 48. (sesuai dengan
kondisi anak)
RENCANA V
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
2 jam pertama :
Berikan F-75 setiap 30 menit, 1/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai berat badan ( Tabel
F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24)
Catat nadi, pernafasan, kesadaran dan asupan F-75 setiap 30 menit (Tabel 6)
10 jam berikutnya :
Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam (Tabel F-75 dengan/
tanpa edema pada Buku I hal. 23-24)
Catat nadi, frekuensi nafas dan asupan F75 (Tabel 6)
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75
Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75
Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian menjadi setiap 4 jam,
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75
Waktu (contoh) 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
Pernafasan
Denyut Nadi
Asupan F-75 (ml)
Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75
dengan atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24), bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1 -5)
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana V sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.)
bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau
dirujuk.
Usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa
lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 49. (sesuai dengan kondisi anak)
13
14
Pada hari ke 3, mulai diberikan F-100 dengan dosis sesuai BB dalam tabel F-
100 pada Buku I Hal. 25 Pada 4 jam berikutnya, dosisnya dinaikkan 10 ml, hingga
anak tidak mampu menghabiskan jumlah yang diberikan, dengan catatan tidak
melebihi dosis maksimal dalam tabel F-100.
FASE TRANSISI
Pada hari ke 4 diberikan F-100 setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB berkisar
antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh melampaui dosis
maksimal dalam tabel F-100. Pemberian F-100 dengan dosis seperti ini dipertahankan
sampai hari ke 7 - 14 (hari terakhir fase transisi) sesuai kondisi anak. Selanjutnya
memasuki fase rehabilitasi dengan menggunakan F-100 dan makanan padat
sesuai dengan BB anak.
Catatan : Kurangi pemberian F-100 bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1 -5)
Evaluasi setelah 1 jam, lanjutkan pemberian cairan makanan sampai selesai.
Usahakan pemberian F-100 secara Oral, Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal. 50
PETUNJUK PEMBERIAN ANTIBIOTIKA DOSIS PEMBERIAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN
BERAT BADAN
BERIKAN :
Tidak ada komplikasi Kotrimoksasol per oral *)
(25 mg sulfametoksasol + 5 mg
trimetoprim /kgBB)
Setiap 12 jam selama 5 hari
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 15
DOSIS ANTIBIOTIK BERDASARKAN BERAT BADAN
Catatan :
Sumber :
16 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
MEMBERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku karenanya harus diberikan :
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari (permainan ci luk ba, dll)
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya)
Sarankan :
Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak (lihat Buku II, lampiran 5, hal. 56)
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur :
Bulan 1 : 1x/minggu
Bulan II : 1x/2 minggu
Bulan III VI : 1x/bulan
Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 17
KRITERIA PEMULANGAN ANAK GIZI BURUK DARI RUANG RAWAT INAP
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam
kegiatan merawat anaknya. Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis.
Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
2) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu telah mendapat konseling gizi
5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
18 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
MONITORING PERTUMBUHAN ANAK
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 19
20 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISTILAH
22 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
TABEL PETUNJUK PEMBERIAN F-75
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
TANPA EDEMA*)
Volume F-75 / 1 kali makan (ml) **) Total 80% dari total
BB anak Setiap 2 jam setiap 3 jam setiap 4 jam sehari sehari
( kg ) (12 x makan) (8 x makan) (6 x makan) (130 ml/kg) (minimum)
2.0 20 30 45 260 210
2.2 25 35 50 286 230
2.4 25 40 55 312 250
2.6 30 45 55 338 265
2.8 30 45 60 364 290
3.0 35 50 65 390 310
3.2 35 55 70 416 335
3.4 35 55 75 442 355
3.6 40 60 80 468 375
3.8 40 60 85 494 395
4.0 45 65 90 520 415
4.2 45 70 90 546 435
4.4 50 70 95 572 460
4.6 50 75 100 598 480
4.8 55 80 105 624 500
5.0 55 80 110 650 520
5.2 55 85 115 676 540
5.4 60 90 120 702 560
5.6 60 90 125 728 580
5.8 65 95 130 754 605
6.0 65 100 130 780 625
6.2 70 100 135 806 645
6.4 70 105 140 832 665
6.6 75 110 145 858 685
6.8 75 110 150 884 705
7.0 75 115 155 910 730
7.2 80 120 160 936 750
7.4 80 120 160 962 770
BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
*) Volume untuk setiap kali makan dibulatkan dengan kelipatan 5 ml yang terdekat
25
26
BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN ANAK LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN USIA 0 - 24 BULAN
STANDAR WHO 2005
Anak Laki-Laki PB - TB Anak Perempuan
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD
1.9 2.0 2.2 2.4 45.0 2.5 2.3 2.1 1.9
1.9 2.1 2.3 2.5 45.5 2.5 2.3 2.1 2.0
2.0 2.2 2.4 2.6 46.0 2.6 2.4 2.2 2.0
2.1 2.3 2.5 2.7 46.5 2.7 2.5 2.3 2.1
2.1 2.3 2.5 2.8 47.0 2.8 2.6 2.4 2.2
2.2 2.4 2.6 2.9 47.5 2.9 2.6 2.4 2.2
2.3 2.5 2.7 2.9 48.0 3.0 2.7 2.5 2.3
2.3 2.6 2.8 3.0 48.5 3.1 2.8 2.6 2.4
2.4 2.6 2.9 3.1 49.0 3.2 2.9 2.6 2.4
Capillar y Refill : Pengisian kembali kapiler ujung kuku jari tangan setelah ditekan selama
2 detik (sampai pucat).
Larutan Gula Pasir10% : 5 gram gula pasir (1 sendok teh munjung) dalam 50 ml air.
Letargis : Kesadaran menurun, tidak tertarik dengan lingkungan, gejala seperti
mengantuk.
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
NGT : Naso Gastric Tube adalah pipa untuk memberikan asupan makanan melalui
sonde (hidung)
Renjatan : Syok, yaitu tangan dan kaki teraba dingin, nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur dan capillary refill lebih dari 3 detik.
RLG 5% : RLG 5%: Ringer Lactate dibuang 65 cc, masukan 65 cc larutan glukosa 40 %
atau Ringer Lactate dibuang 250 ml, masukan 250 ml larutan glukosa 10%
Rumatan : Maintenance = 4 ml/kgBB/jam.
Tatalaksana gizi : Prosedur atau mekanisme pelayanan gizi yang dilakukan guna mendukung
penyembuhan penyakit. Tatalaksana gizi meliputi : anamnesa diet, mengkaji
status gizi, menentukan rencana diet sesuai dengan diagnosa penyakit, dan
menyelenggarakan makanan.
Wasted : Tampak kurus, tidak ada lemak dan otot menyusut
PMT - P : Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
TFC : Therapeutic Feeding Centre / Pusat Pemulihan Gizi (PPG): lebih dilihat
dari fungsinya sebagai perawatan dan pengobatan anak gizi buruk di suatu
tempat/ruangan khusus baik di puskesmas/puskesmas perawatan/rumah sakit
dengan mengacu pada panduan penyelenggaraan TFC. Di TFC ini ibu dari anak
gizi buruk ikut serta merawat anaknya secara intensif.
CFC : Community Feeding Centre/Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat
(PGBM): dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa bila kekurangan gizi dapat
ditemukan secara dini dan ditangani secara tepat, tingkat keberhasilannya akan tinggi.
Tenaga pengelola CFC adalah bidan Poskesdes dan atau petugas kesehatan di Pustu.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh kader Posyandu dan dibina oleh Puskesmas.
Kepala Desa/Lurah sebagai penanggung jawab keberhasilan CFC.
30 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
ALUR PELAYANAN
Keterangan :
Surveilans sosial, kesehatan, pangan dan gizi
Alur pelayanan Anak Gizi Buruk memperlihatkan suatu
KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS PELAYANAN sistim yang saling terkait, dimana penanganan Anak
SEKTOR KESEHATAN
Gizi Buruk melibatkan keluarga, masyarakat dan lintas
Sehat, BB Naik (N) sektor serta pelayanan kesehatan.
SELURUH Keluarga :
KELUARGA Seluruh keluarga bertanggung jawab untuk mewujud-
1. Penyuluhan/Konseling Gizi POSYANDU kan keluarga sadar gizi
Intervensi
a.ASI eksklusif dan MP-ASI
jangka
b.Gizi seimbang Penimbangan Masyarakat dan lintas sektor :
menengah/
c. Pola asuh ibu dan anak balita (D) BGM, Gizi buruk, sakit Semua anak balita diharapkan rutin datang dan mengikuti
panjang
2. Pemantauan pertumbuhan Konseling
anak Semua Suplementasi gizi kegiatan posyandu serta diberikan KMS (Kartu Menuju
3. Penggunaan garam Balita Pelayanan kesehatan BB Tidak Sehat).
beryodium Punya dasar naik (T), Anak perlu dirujuk ke puskesmas bila ditemukan :
Intervensi KMS Puskesmas
4. Pemanfaatan pekarangan Gizi
jangka arah garis pertumbuhan anak pada KMS adalah T
5. Peningkatan daya beli kurang
pendek TFC (berat badan tidak naik atau naik tetapi tidak sesuai
darurat KELUARGA MISKIN dengan garis baku pada KMS selama 2 kali
Rumah Sakit
6. Bantuan pangan darurat: penimbangan berturut- turut )
a. PMT balita, ibu hamil
Bawah Garis Merah (BGM)
b. Raskin
Anak sakit
CFC/ PGBM Bila menderita gizi kurang, anak dapat diberikan PMT
PMT Pemulihan dan konseling di PGBM.
Sehat, BB Naik (N) Konseling
Pelayanan kesehatan :
Bila ditemukan anak menderita gizi buruk, anak perlu
Sembuh perlu mendapat perawatan di Puskesmas, Pusat Pemulihan
PMT
Gizi (TFC) atau Rumah Sakit dan anak dirawat sesuai
dengan tatalaksana anak gizi buruk, setelah perawatan
dan anak dinyatakan sembuh, anak dikembalikan ke ke-
Sembuh, tidak perlu
PMT luarga dan disarankan untuk kontrol secara teratur ke
Puskesmas dan bila anak pulang dari perawatan dengan
kondisi gizi kurang disarankan ke CFC dan diberikan
Surveilans sosial, kesehatan, pangan dan gizi PMT serta konseling.
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 31
Perkembangan kondisi anak penderita gizi buruk selama perawatan
di panti pemulihan gizi (NTT)
Masuk Panti Pemulihan Gizi (sebelum perawatan) Anak perempuan umur 11 bulan
Tanggal Berat Tinggi Z-SCORE MUAC %
Alamat : Desa Kamanasa,
(kg) (cm) (SD) (cm) Kecamatan Malaka Tengah (Betun)
Kabupaten Belu
28-Jan-04 3.6 61.5 -3/-4 8.0 60.0
Departemen Kesehatan :
1. DR. Dr. Anie Kurniawan, M.Sc, SpGK
2. DR. Minarto, MPS
3. Ir. Sunarko, M.Sc
4. Rita Kemalawati, MCN
5. Ir. Martini, MCN 5. Dr. M. Nazir, SpA(K)
6. Ir. Eman Sumarna, M.Sc
7. Dr. Rinni Yudhi Pratiwi, MPET
8. Dr. Susi Suwarti, SpA
9. Dr. Afriana Nurhalina
10. Dr. Minerva Theodora
DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
*
Asuhan Gizi
Anak Obesitas
MIFTAHUL JANNAH
Definisi
Median TB A B TB Aktual
– Anak laki-laki berumur 10 tahun
dengan BB 25 kg dan TB 130 cm.
Berapa kebutuhan energi?
BB Ideal
D C BB Aktual
– CARA MENGHITUNG:
– Lihat table CDC 2-20 tahun
– Plot BB actual 25 kg (ttik A) dan TB actual 130 cm (titik B)
– Dari titik B Tarik garis ke median TB, didapatkan titik C
– Dari titik C Tarik garis vertical ke grafik BB sampai memotong median BB, didapatkan BB ideal 27 kg utk Tb actual
130 cm
– Bila garis terus ditarik sampai memotong garis usia maka didapatkan titik E yaitu USIA TINGGI (=8,5 tahun)
– Status gizi anak berdasarkan BB/TB adalah (BBA/BBI) x 100% = 25/27 x 100% = 93% (gizi baik)
– Kebutuhan energi = BBI x AKG sesuai USIA TINGGI = 27 x (1650/27) = 27 x 61,11 = 1649,97
Diagnosis
BMR x FA x FS
Pemberian diet diberikan secara bertahap sesuai kemampuan anak dan tingkat obesitas