Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita semua tahu bahwa hadis merupaka landasan atau sumber hukum islam kedua
setelah Al-Qur’an. Dimana setelah Nabi Muhammad SAWwafat, terajdi banyak fitnah
terhadap para sahabat yang mengakibatkan lahir nya kelompok pengingkar as-sunnah.
Dengan demikian, antara hadis dan Al-Qur’an memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu
sama lain tidak bias dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.

Dalam kaitannya dalam masalah ini, Muhammad ajjaj Al-khatib mengatakan :

Al-qur’an dan as-sunnah merupakan dua sumber hukum syariat islam yang tepat,
sehingga umat islam tidak akan mampu memahami syariat islam, tanpa kembali kedua
sumber tersebut, mujtahid pun tidak diperbolehkmencakupkan dan hanya diri dengan salah
satu dari keduanya

B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian ingkar as-sunnah
b. Sejarah perkembangan ingkar as-sunnah
c. Argumentasi ingkar as-sunnah
d. Bantahan terehadap ingkar as-sunnah

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INGKAR AS-SUNNAH

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah rasul, baik sebagia
maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah.
Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya.1
Penyebutan ingkar as-sunnah tidak semata-mata berati penolakan total terhadap
sunnah. Penolakan terhadap sunnah pun sudah termasuk kategori ingkar as-sunnah,
termasuk di dalamnya penolakan yang berawal dari sebuah konsep berpikir yang janggal
atau metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lampau
maupun sekarang, sedangkan konsep tidak dikenal dan diakui oleh ulama hadis fiqh.
Ada 3 jenin kelompok ingkar as-sunnah, :
1. Kelompok yang menolak hadis Rasulullah Saw secara keseluruhan
2. Kelompok yang menolak hadis-hadis yang tak disebutkan dalam al-qur’an baik secara
tersurat maupun tersirat.
3. Kelompok yang hanya menerima hadis-hadis mutawwatir ( diriwiyatkan banyak orang
dari berbagai jenjang atau periodenya tak mumgkin mereka berdusta ) dan menolak
hadis-hadis Ahad ( tidak mencapai derajat mutawwatir ) walaupun sahih mereka
beralasan dengan ayat :
               

  


28. dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada
berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. ( Q.S AN-Najm : 28 ).

Mereka berhujjah dengan ayat itu tentu saja menurut penafsiran melalui penafsiran
model mereka sendiri.

1
Agus suryadi,Lc.M.ag & Drs.solaahudin,M.ag.ulumul hadis. Bandung. Cv pustaka setia. 2009, hal :207

2
B. SEJARAH PERKEMBANGAN INGKAR AS- SUNNAH
1. Ingkar as-sunnah klasik
Pada masa sahabat, seperti ditutrkan oleh Imam Al-Hasan Al-basri ( w. 110 H ), ada
sahabat yang kurang begitu memperhatikan kedudukan sunnah Nabi SAW., yaitu ketika
sahabat Nabi Saw. Imran bin hushain ( w. 52 H ) sedang mengerjaka hadis. Tiba-tiba, ada
seseorang meminta agar tidak usah mengerjakan hadis, tetapi cukup mengerjakan Al-
Qur’an saja. Jawab imran “ tahukah anda, seandainya anda dan kawan-kawan hanya
memakai Al-qur’an, apakah anda dapat menemukan dalam Al-Qur’an bahwa shlat zhuhur
itu empat raka’at, shalat ashar empat rakaat, shalat magrib tiga raka’at? Apa bila anda
hanya hanya memakai Al-qur”an bagaimana anda tahu tawaf (mengelilingi ka’bah) dan
Sa’I antara shafa dan Marwa itu tujuh kali.2
Mendengar jawaban itu, orang tersebut berkata “ anda telah menyadarkan
saya.mudah-mudah an allah selalu menyadarkan anda” akhirnya sebelum wafat, orang itu
menjadi ahli fiqh.
Agak nya gejalaa-gejala ingkar as-sunnah seperti diatas, masih merupakam silap-sikap
individual, bukan merupakan sikap kelompok atau mahzab, meskipun sejumlah mereka
dikemudian hari semakin bertambah. Suatu hal yang patut dicatat, bahwa gejala-gejala itu
tidak terdapat dinegri-negri islam secara keseluruhan, melainkan secara umum terdapat di
irak. Karena Imam bin hushain dan ayyub as sakhtiyani, tinggal dibashrah Irak. Demikia
pula orang-orang yang disebutkan iman syafi’I sebagai pengingkar sunnah juga tinggal di
bashrah. Karena itu pada masa itu, tampak nya di rak terdapat factor-faktor yang
menunjang timbulnya paham ingkar as-sunnah.
a. Khawarij dan sunnah
Dari sudut kebahasaan, kata khawarij merupakan bentuk jamak dari kata kharij, yang
berarti ‘ sesuatu yang keluar sementaa dari bentuk termenologis, khawaij adalah kelompok
atau golongan yang keluar dan tidak loyal kepada pemimpin yang sah. Dan yang
dimaksud dengan khawarij disini adalah golongan tertentu yang memisahkan dari dari
kepemimpinan Ali bin abu thalib r.a. ada sebuah sumber yang menuturkan bahwa hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat sebelum kejadian fitnah ( perang saudara antara
Ali bin Abu Thalib r.a dan Mu’awiyah r.a) diterima oleh kelompok khawarij. Demagn
alas an bahwa sebelum kejadian itu para sahabat dinilai sebagai orang-orang yang adil
( muslim yang sudah akil baligh tidak suka berbuat maksiat, dan selalu menjaga
martabatnya). Namun sesudah kejadian fitanh tesebut , kelompok khawarij menilai
2
Ibid, hal :208

3
mayoritas sahabat SAW. sudah keluar dari islam. Akibatnya hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh oleh para sahabat sesudah kejadian ditolak kelompik khawarij.
b. Syi’ah dan sunnah
kata syi’ah berarti para pengikut atau para pendukung sementara menurut pengertian
terminologis, Syi’ah adalah gologna yang menganggap bin Abu Rhalin r.a ;ebih utama
dari pada khlifah sebelumnya ( Abu bakan, umar, dan Usman ) dan berpendapat bahwa
Ahl – bait ( keluarga Nabi SAW ) lebih berhak menjadi khalif dari opada orang lain.
Golongan Syi’an ini terdiri dari berbagai kelompok dan tiap-tiap keliompok dan tia
kelompok menilai kelompok lain yang sudah sudah keluar dari islam. Sementara
kelompok yang masih eksis hingga sekarang adalah itsna ‘asyaiah’. Kelompok ini
meneima hadis nabawi sebagai salah satu sumber syiat islam. Hanya saja ada perbedaan
mendasar antarakelompok syia’ah ini dengan golongan ahl As- sunnah ( golongan
mayoritas umat islam) yaitu dalam hal penetapan hadis.
c. Pembela sunnah
Pada masa klasik, Imam as-syafi’I telah memainkan peran nya dalam menundukan
kelompok pengingka sunnah. Sepeti telah disebutkan, dalam kitab nya Al –Ulum, beliau
menutukan pendebatannya dengan oang yang menolak hadis. Setelah melalui pendebatan
yang panjang, rasional, dan ilmiah pengingka tersebut akhirnya tunduk dan menerima
hadis.-
Begitulah paham ingkar as-sunnah pada masa klasik. Ia muncul pada masa sahabat,
kemudian berkembang paada abad ke II H, dan akhirnya lenyap pada peredaran pada akhir
abad ke III H. dan baru abad ke XIV, paham itu muncul kembali kepermukaan sebagai
akibat adanya kolonialisme yang melanda umat islam.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat tentang ingkar as-assunnah klasik, yaitu bahwa
ingkar as-sunnah klasik kebanyakan masih merupakan pendapat perseorangan dan han itu
muncul akibat ketidak tahuan mereka tentang fungsi dan kedudukan sunna dalam islam.
Karena itu , setelah diberitahu tentnag urgensi sunnah, mereka akhirnya menerimanya.
Sementara lokasi ingkar as-asunnah klasik berada di irak, khususnya Bashrah.
2. Ingkar as-sunnah masa kini
Muhammad Musatafa Azmi menuturkan Bahwa ingkar as-asunnah modern lahir
dikairo mesir pada masa Syeikh Muhammad Abduh ( 1266-1323 H/ 1849-1905 H).
dengan kata lain Syeikh Muhammad Abduh adalah orang pertama pertama kali melontar
kan ingkar as-asunnah pada masa modern. Pendapat azmi ini masih siberi catatan, apabila

4
kesimpulan Abu Rayyah dalam kitabnya adhwa ala’ As-sunnah al – muhammadiyah itu
benar.
Abu Rayyah menuturkan bahwa Syeikh Muhammad Abduh berkata “ umat islam
pada masa serkarang tidak mempunyai imam ( pemimpin) selain Al-Qur’an, dan islam
yang benara adalah pada masa awal sebelum terjadinya fitnah ( perpecahan).” Beliau juga
berkata “ Umat islam sekrang tidak mungkin bangkit selama kitab-kitab ini ( maksudnya
kitab-kitab yang diajarkan di Al-Azhar dan sejenisnya) masih diajarkan. Umat islam tidak
akan maju tanpa adanya semngat yang mejiwai umat islam pada abad pertama, yaitu Al-
Qur’an. Semua hal selain Al-Qur’an akan menjadi kendala yang mengahalangi antara Al-
Qur’an dan ilmu serta amal.
Sementara itu ada ada suatu hal yang sudah konkret tentang Syeikh Muhammad
Abduh dalam kaitanya dengan hadis, yaitu menolak hadis ahad untuk dijaadikan dalil
dalam masalah akidah ( tauhid). Hadis ahad adalah hadis yang dalam setiap jenjang
periwayatannya ( thabaqah al- ruwat) hanya terdapat maksimal Sembilan orang
rawi.sebalik nya hadis mutawwatir adalah haadis yang dalam setiap jenjang perawatannya
terdapat minimal 10 orang rawi. ,menurut abduh, untuk masalah-masalah akidah hanya
dapat dipakai hadis-hadis mutawwatir.

C. ARGUMENTASI INGKAR AS-SUNNAH


1. Agama bersifat konkret dan pasti.
Al-Qur’an yang kita jadikan landsan itu bersifat pasti, seperti ditutrkan dalam ayat-
ayat berikut:
           
1. Alif laam miin[10].
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa[12], ( Q.s. al baqarah : 1-2).
        
        
31. apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang
benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.( Q.s. al-
faathir : 31 )

5
Sementara apabila agama islam itu bersumber dari hadis, ia tidak akan memiliki
kepastian sebab keberadaan hadis- khusus nya ahad- bersifat dhanni ( dugaan yang kuat ).,
dan tidak sampai peringkat pasti. Karena itu apabila agama islam berlandaskan hadis
disamping Al-Qur’an-islam akan bersifat ketidak pastian. Dan ini dikecam oleh allah
dalam firman-Nya,
             
    
28. dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada
berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. ( Q.S. An-najm {53}: 28)
Demikianlah, argument pertama ingkar as-sunnah , baik yang klasik maupun yang
modern, seperti diungkapkan oleh taufiq sidqi ( mesir ) dan jam’iyah Ahl Al-Qur’an
(Pakistan ).
2. Al-qur’an sudah lengkap
Dalam syariat islam tidak ada dalil lain, kecuali Al-qur’an. Allah Swt berfirman,
      
. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab ( Q.S Al-A-aam, : 38 )
Jika kita berpendapat Al-Qur’an masih memerlukan penjelasan, berarti kita
sekarang mendistakan Al-Qur’an dan kedudukan Al-qur’an yang membahas segala hal
secara tuntas. Padahal, ayat diatas membantah Al-Qur’an masih mengandung kekurangan.
Oleh kaarena itu, dalam syria’at Allah tidak mungkin mengambil pegangan lain, kecuali
Al-Qur’an. Argument ini dipakai Taufik Sidqi dan Abu Rayyah.3
3. Al-Qur’an tidak memerlukan penjelas
Al-Qur’an tidak memerlukan penjelas, justru sebaliknya Al-Qur’an merupakan
penjelas terhadap segala hal, Allah berfirman :
         
        
       
89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al

3
Ibid, hal:221

6
Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri. ( Q.s. An-nahl (16) : 89)
       
114. Padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan
terperinci. Q.s. Al- an’am (6) : 114)
Ayat-ayat ini dipakai dalil oleh para pengingkar sunnah, baik dulu maupun kini.
Mereka menganggap Al-Qur’an sudah cukup karena memberikan penjelasan
terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-orang yang menolak hadis secara
kesulurahan, seperti taufik sidqi dan Abu Rayyah.

D. BANTAHAN TERHADAP INGKAR AS-SUNNAH


1. Bantahan terhadap argumen pertama
Alasan mereka bahwa sunnah itu dhanni ( dugaan kuat ) sedang kita diharuskan
mengikuti yang pasti ( yakin ), masalahnya tidak demikian. Sebab, Al-Qur’an sendiri
meski kebenran nya sudah diyakini sebagai kalamullah, tidak semua ayat memberikan
petunnjuk hukum yang pasti sebab banyak ayat pengeertiannya masih dhani ( dhanni
ad-dalalah ). Bahkan, orang orang memakai ayat seperti ini juga tidak dapat meyakinkan
bahwa pengertian pengertian it bersifat pasti (yakin). Dr\engan demikian, berarti ia juga
mengikuti pengertian ayat yang masih dugaan kuat (dhanni ad-dalalah) . adapun firman
Allah :
           
  
36. dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.
( Q.s yunus [10] : 36 ).
Yang dimaksdud dengan kebenaran ( al-haq ) disini adalah masalah yang sudah
tetap dan pasti. Jado, maksudnya ayat ini selengkapnya adalah bahwa dhanni tidak dapat
melawan kebenaran yang sudah tetap dengan pasti, sedangkan dalam hal menerima
haadis, masalahnya tidak demikian.
Untuk membantah orang-orang yang menolak hadis ahad, Abu al-Husain Al bashri
Al-Mu’tazili mengatakan “ dalam menerima hadis-hadis ahad, sebenarnya kita memakai
dalil-dalil pasti yang tidak memakai dhann yang bertentangan dengan haq, tetapi kita
mengikuti atau memakai dhann yang diperintahkan Allah.

7
2. Bantahan terhadap argument kedua dan ketiga
Kelompok pengingkar sunnah baik pada masany lalu maupun masa belakangan,
umumnya’ kekurangan waktu’ dalam mempelajari Al-Qur’an. Hal itu karena mereka
kebanyakan hanya memakai dalil ayat 89 surat An-nahl, yaitu :
        
  
89. (. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri. ( Q.s. An-nahl,[16]: 89)
Padahal dalam ayat 44 An-NAhl itu juga, Allah berfirman, :
       
  
44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,( Q.s An-nahl [16]:44 )
Apabila Allah sendiri menurunkan Al-Qur’an itu sudah membeban kepada nabinya
untuk menerangkan isi Al-Qur’an, dapatkah dibenarkan seorang muslim menolak
kterangan atau penjelasan tentang isi Al-Qur’an tersebut, dan memakai Al-Qur’an
seusuai pemahamannya sendiri seraya tidak mau memakai pejelasan yang berasal dari
nabi SAW. Allah SWT. Berfirman :
        
         
         
 
85.. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu
perbuat.(Q.s Al-bqarah [2] : 85)
Sedangakn argument mereka dengan ayat 38 surat Al-An’aam,:
       

8
. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab Al-Qur’an. ( al-an’am [6]:38)
Hal itu tidak pada tempat nya sebab Allah juga menyuruh kita untuk memakai apa
apa yb disampaikan oleh nabi SAW. sperti dalam firmanya:
         
7.. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. (Q.S Al-hasyr [33]:7)
Allah SWT juga berfirman :
         
          
    
36. dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.( Q.S. Al-
ahzab[33]:36).
Berdasarkan teks Al-qur’an, Rasullullah SAW. sajalah yang diberi tugas untuk
menjelaskan kandungan Al-qur’an, sedangkan kita diwajibjan untuk menerima dan
mematuhi penjelasan-penjelasan beliau, baik berupa perintah maupun larangan. Semua
ini bersumber dari Al-qur’an. Kita tidak dapat memasukan unsure lain kedalam Al-
qur’an sehingga masih dianggap memiliki kekurangan.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah rasul, baik
sebagia maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi
sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun
keseluruhannya. Dan bahkan sejarah berkembang nya imgkar as-sunnah yaitu imgkar as-
sunnah klasik dan ingkar as-sunnah modern serta ada bantahan-bantahan trhadap ingkar
as-sunnah.

B. SARAN.
Kami menyarankan kepada para anggota diskusi bahwa kami dari tim penyaji
dengan lapang dada menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya pembuatan makalah ini.
Dan kami menyampaikan kepada para kelompok lain agar bisa menyampaikan
makalah yang lebih bagus dari yang barusan kami sampaikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suryadi,Agus dan M.Solahudin, 2009, ulumul hadis, Bandung, CV Pustaka Setia.

11

Anda mungkin juga menyukai