Anda di halaman 1dari 7

POTENSI PANAS BUMI DAN PEMIKIRAN KONSERVASINYA

Oleh :
Danny  Z. Herman
Sub Direktorat Konservasi - DIM
 
SAR I
Keterbatasan sumber daya energi andalan fosil (minyak/gas bumi dan batubara) dan tenaga air telah membuka
mata kita untuk menemukan alternatif sumber daya energi lainnya dalam menunjang pengembangan energi listrik.
Sumber daya panas bumi dimungkinkan untuk menjadi energi alternatif pilihan mengingat : (a) Secara geo-tektonik
keberadaannya berkaitan erat dengan busur vulkanik/magmatik yang membentuk sebagian besar
kepulauan Indonesia; dan (b) sebagai sumber daya energi terbarukan dan ramah lingkungan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi energi panas bumi terbesar mencapai 25.875 MW
atau ±40% dari sumber energi panas bumi dunia, baru memanfaatkannya sebesar ±4% (860,00 MW) terutama
untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di wilayah-wilayah dengan perkembangan industri yang pesat
dimana kuantitas energi listrik yang memadai sangat dibutuhkan. Dengan makin meningkatnya kebutuhan akan
energi listrik baik bagi industri maupun rumah tangga serta telah diterbitkannya Undang-Undang Panas Bumi, maka
energi panas bumi diharapkan dapat menduduki urutan teratas diantara sumber daya energi terbarukan lainnya
(tenaga air/surya/angin, biomassa, gelombang air laut dan nuklir) yang layak untuk dikembangkan.
Walaupun energi panas bumi ini bersifat selalu terbarukan, eksploitasi terhadapnya perlu memperhatikan
upaya konservasi; agar energi yang dihasilkan dapat digunakan secara optimal tanpa mengabaikan penghematan
cadangan yang tersisa. Bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu sistem panas bumi memiliki beberapa parameter
pendukung (karakteristik, potensi, umur/lifetime, dan lain-lain), maka upaya konservasi terhadap sumber-sumber
panas bumi seyogyanya menjadi bagian dari sistem pengembangannya; dan yang paling penting bahwa strategi
perencanaannya dirancang dengan mempertimbangkan parameter tersebut.
 

Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan pembangunan industri di negara berkembang seperti Indonesia dimana energi
listrik dibutuhkan dalam jumlah kapasitas yang semakin meningkat, maka sumber-sumber pembangkit listrik
konvensional (minyak/gas bumi) tidak akan mencukupi pasokan yang diperlukan. Panas bumi adalah salah satu
alternatif dari jenis sumber daya energi terbarukan selain biomassa, tenaga air/angin/surya, gelombang air laut dan
nuklir; yang dimungkinkan menjadi pilihan utama sebagai pengganti sumber daya energi konvensional/tidak
terbarukan.
Kepulauan Indonesia yang dibentuk oleh dominan busur vulkanik-magmatik, merupakan negara dengan
potensi panas bumi terbesar di dunia sebesar ±40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW (DJGSM, 2004) atau
setara dengan 12,37 milyar barel minyak. Potensi tersebut tersebar terutama di P.Sumatera, P.Jawa, P.bali,
P.Sulawesi, Nusa Tenggara barat dan Nusa Tenggara Timur.
Dari potensi tersebut baru ±4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk pembangkit
listrik tenaga panas bumi (PLTP) di wilayah-wilayah dimana kebutuhan energi listrik dari sumber pembangkit
konvensional sudah tidak memadai lagi, diantaranya adalah :   2 MW di Sibayak (Sumatera Utara), 330 MW di
G.Salak, 110 MW di Wayang Windu, 125 MW di Darajat, 140 MW di Kamojang dan 60 MW di Dieng (P.Jawa);
dan 20 MW di Lahendong (Sulawesi Utara). Hasil inventarisasi oleh Pertamina pada tahun 2004 terhadap lokasi-
lokasi panas bumi menunjukkan bahwa terdapat 21 daerah prospek berkapasitas total energi 2.795 MW untuk
dikembangkan, yaitu sebagai berikut (Tabel 1 dan 2)
Tabel 1
Daerah-Daerah Prospek Berpotensi Panas Bumi 
Dengan Kapasitas Total Energi 1.205 MW Yang Telah Ada Pengembangnya*)
Kapasitas
Lokasi
(MW)
Sarulla 6 x 55
Sumatera Sibayak 3 x 40
Utara
Sumatera Lumut Bai 3 x 70
Selatan
•Patuha 2 x 55
•Kamojang 2 x 30
Jawa Barat •Gunung Salak 7 3 x 55
•Wayang Windu 2 2 x 110
•Cibuni 1 x 10
Jawa Tengah Dieng 2 2 x 60
Kapasitas Total 1.205
*)  Vincent T. Radja dkk., 2003; Koperasi Panas Bumi sebagai Pilar Kelistrikan Nasional, Proc. Of the 6th Indo.
Geothermal Assec-Annual Meeting & Conference
 
Tabel 2
Daerah-Daerah Prospek Berpotensi Sumber Panas Bumi Dengan Kapasitas Total 1.590 MW Yang Belum
Ada Pengembangnya*)
Kapasitas
Lokasi
(MW)
Nangroe Aceh Pulau Weh 2 x 40
Darussalam
Begkulu •Ululais 3 x 55
•Rantau Dedap 3 x 70
Lampung •Ulubelu 3 x 55
•Lumut Balai 6 x 55
Jawa barat Karaha bodas 2 x 110
Jawa timur Argopuro 3 x 70
Gorontalo Kotamobagu 2 x 40
SulawesiUtara •Lahendong 2 2 x 20
•Tompaso 2 x 40
Maluku Ambon 2 x 25
Kapasitas Total 1.590
*)  Vincent T. Radja dkk., 2003; Koperasi Panas Bumi sebagai Pilar Kelistrikan Nasional, Proc. Of the 6th Indo.
Geothermal Assec-Annual Meeting & Conference
Eksploitasi terhadap sumber-sumber panas bumi akan berlangsung sejalan waktu, sepanjang kebutuhan akan
energi listrik mengalami peningkatan. Perkem-bangan pemanfaatan tersebut telah ditunjukkan oleh bertambahnya
kapasitas pemakaian energi listrik dari sumber panas bumi sebagai berikut : 32,25 MW pada tahun 1982; meningkat
142,42 MW pada tahun 1990; menjadi 587,5 MW pada tahun 1998 dan tercatat terus mengalami peningkatan hingga
mencapai 1.159 MW pada tahun 2000. Bahkan Rencana Umum Ketenagalistrikan (RUKN) mengasumsikan bahwa
hingga tahun 2006 energi panas bumi akan menduduki posisi ke 3 dalam rencana penambahan pembangkit listrik di
Indonesia, dengan target pembangunan PLTP berkapasitas terpasang 2,232 MW.
Paramater Penunjang Sistem Panas Bumi
(1) Karakteristik Sumber Panas Bumi
Langkah awal dalam rangka penyiapan konservasi energi panas bumi adalah studi sistem panas bumi itu
sendiri terutama melalui pemahaman terhadap karakteristik sumber panas bumi sebagai bagian penting dalam
sistem, diantaranya berkaitan dengan :
♦   Dapur magma sebagai sumber panas bumi
♦   Kondisi hidrologi
♦   Manifestasi panas bumi
♦   Reservoir
♦   Umur (lifetime) sumber panas bumi.
Dapur magma sebagai sumber panas bumi
Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah gunungapi mempunyai kaitan erat dengan
sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah satu karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur
magmanya di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).
Terutama di daerah-daerah yang terletak di jalur vulkanik-magmatik, ukuran dapur magma itu sendiri
berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisma. Dalam perjalanannya menuju permukaan, magma akan mengalami
proses diferensiasi dan berevolusi menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma
yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh bahan-bahan kerak bumi yang kaya
akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari kenampakan-kenampakan
fisik berupa ukuran kaldera, distribusi lubang kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi
gunungapi; atau melalui cara identifikasi dengan metoda geofisika (bayangan seismik atau anomali geofisika
lainnya.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan-batuan pembentuk kerak bumi;
makin besar ukuran dapur magma maka semakin besar pula sumber daya panasnya, dimana secara ekonomis
menjadi ukuran jumlah energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.
Kondisi Hidrologi
Pada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisma/magmatisma masih berjalan, dimana magma di bawah
permukaan berinteraksi dengan lokasi-lokasi bersiklus basah atau cukup persediaan air; akan terjadi pendinginan
magma dan proses hidrotermal untuk menciptakan lingkungan fasa uap-air  bersuhu/bertekanan tertentu, yang
memberikan peluang terjadinya sistem panas bumi aktif.
Demikian pentingnya peranan air dalam mempertahankan kelangsungan sistem panas bumi sehingga sangat
dipengaruhi oleh siklus hidrologi, yang diyakini dapat terjaga keseimbangannya apabila pasokan dari lingkungan
tidak terhenti. Keberadaan sumber-sumber air lainnya seperti air tanah, air connate, air laut/danau, es atau air hujan
akan sangat dibutuhkan sebagai pemasok kembali (recharge) air yang hilang mengingat kandungan air dalam
magma (juvenile) tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan dalam mempertahankan proses interaksi air – magma.
Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh bentang alam lingkungan dimana
terjadiya, dan berperan terutama dalam membentuk manifestasi-manifestasi permukaan yang dapat memberikan
petunjuk tentang keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan. Pada daerah berelief (topografi) rendah,
manifestasi-manifestasi panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH mendekati netral,
pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap mengandung H2S yang berpeluang menghasilkan fluida bersifat
asam; menandakan bahwa sumber fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan.
Sementara pada daerah dengan topografi tingi (vulkanik andesitik) dimana kenampakan manifestasi berupa fumarol
atau solfatara, menggambarkan bahwa sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam; yang memerlukan
waktu dan jarak panjang untuk mencapai permukaan.
Manifestasi panas bumi
Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi-manifestasi di permukaan, menandakan bahwa fluida
hidrotermal yang berasal dari reservoir telah keluar melalui bukaan-bukaan struktur atau satuan-satuan batuan
berpermeabilitas. Beberapa manifestasi menjadi penting untuk diketahui karena dapat digunakan sebagai indikator
dalam penentuan suhu reservoir panas bumi, diantaranya :
●  Mata air panas, dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari rembesan hingga menghasilkan air dan uap
panas yang dapat dimanfaatkan secara langsung (pemanas ruangan/rumah pertanian atau air mandi) atau
penggerak turbin listrik; dan yang paling penting adalah bahwa dengan menghitung/mengukur suhunya dapat
diperkirakan besaran keluaran energi panas (thermal energy output) dari reservoir di bawah permukaan.
● Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan kandungan cukup silika; diendapkan ketika
fluida yang jenuh silika amorf mengalami pendinginan dari 100o ke 50oC. Endapan ini dapat digunakan sebagai
indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175oC.
● Travertin, adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau permukaan; ketika air meteorik yang sedang
bersirkulasi sepanjang bukaan-bukaan struktur mengalami pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan
karbonat. Biasanya terbentuk sebagai timbunan/gundukan di sekitar mata air panas bersuhu sekitar 30o Â–
100oC, dapat digunakan sebagai indikator suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi kecil yang terlalu
lemah untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan secara langsung.
●    Kawah dan endapan hidrotermal. Kedua jenis manifestasi ini erat hubungannya dengan kegiatan erupsi
hidrotermal dan merupakan indikator kuat dari keberadaan reservoir hidrotermal aktif. Kawah dihasilkan oleh
erupsi berkekuatan supersonik karena tekanan uap panas yang berasal dari reservoir hidrotermal dalam
(kedalaman ±400 m, suhu 230oC) melampaui tekanan litostatik, ketika aliran uap tersebut terhambat oleh
lapisan batuan tidak permeabel (caprock). Sedangkan endapan hidrotermal(jatuhan) dihasilkan oleh erupsi
berkekuatan balistik dari reservoir hidrotermal dangkal (kedalaman ±200 m, suhu 195oC), ketika transmisi
tekanan uap panas melebihi tekanan litostatik karena tertutupnya bukaan-bukaan batuan yang dilaluinya.
Reservoir
Reservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang mempunyai cukup porositas dan
permeabilitas untuk meloloskan fluida (sumber energi panas bumi) yang terperangkap didalamnya; diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) yaitu :
●   Entalpi rendah, mempunyai batas suhu <125oC dengan rapat daya spekulatif 10 MW/km2 dan konversi energi
10%.
●   Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 – 225oC dengan rapat daya spekulatif 12,5 MW/km2 dan
konversi energi 10%.
●   Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15 MW/km2 dan konversi energi
15%.
(2) Potensi Panas Bumi
Potensi panas bumi Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu : sumber daya dan cadangan; yang
masing-masing dibagi lagi menjadi subkelas-subkelas.
Kriteria sumber daya terdiri dari :
●   Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif dimana luas reservoir dihitung dari data
geologi yang tersedia dan rapat dayanya berdasarkan asumsi.
●   Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar hasil survei regional geologi, geokimia
dan geofisika. Luas daerah prospek ditentukan berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan geologi,
sementara penentuan suhu berdasarkan geotermometer.
Kriteria cadangan terdiri dari :
● Terduga, dibuktikan oleh data pemboran landaian suhu dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir serta
parameter fisika batuan dan fluida dilakukan berdasarkan data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan dalam
bentuk model tentatif.
● Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir
didasarkan pada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida dan
suhu reservoir diperoleh dari pengukuran langsung dalam sumur.
● Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil mengeluarkan uap/air panas, dimana
estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci
terpadu. Parameter batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari data pengukuran langsung dalam
sumur dan atau laboratorium.
(3) Umur Kegiatan (lifetime) dan Metoda estimasi Potensi Panas Bumi
Walaupun sistem panas bumi menghasilkan sumber daya energi yang selalu terbarukan, tidak berarti akan
berumur tanpa batas; dengan demikian harus ada upaya untuk mengetahui umur (lifetime) kegiatan suatu sumber
panas bumi. Penggunaan metoda K/Ar dan Rb/Sr adalah salah satu teknik paling popular dikenal untuk penentuan
umur (age dating), yang diterapkan terhadap mineral-mineral hidrotermal tertentu dari inti (core) bor batuan-batuan
terubah hidrotermal, dapat dilakukan dengan cara :
a.      Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur dengan cara ini dilakukan melalui studi
banding umur relatif mineral-mineral ubahan tertentu hasil proses hidrotermal terhadap umur batuan reservoir.
b.      Analogi pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem fosil panas bumi, terutama yang
berkaitan dengan cebakan bijih hidrotermal. Dilakukan melalui studi tentang peran bukaan struktur dalam
proses hidrotermal dan pembentukan cebakan mineral, serta perbedaan episoda pengendapan mineral-mineral
ubahan/bijih, penutupan bukaan-bukaan struktur dan pembentukan kembali bukaan/rekahan.
Estimasi terhadap potensi panas bumi dilakukan dalam rangka penentuan kualitasnya, sehingga dapat diketahui
pemanfaatannya baik sebagai sumber energi listrik maupun pemakaian langsung dalam kaitannya dengan upaya
optimalisasi produksi energi panas bumi. Secara garis besar metoda estimasi dilakukan melalui perhitungan
volumetrik dan simulasi numerik.
Metoda estimasi volumetrik dibagi menjadi
Metoda perbandingan, yaitu menye-tarakan suatu daerah panas bumi baru yang belum diketahui potensinya
dengan lapangan yang diketahui berpotensi, dimana keduanya memiliki kemiripan kondisi geologi. Metoda ini
digunakan untuk menghitung potensi energi panas bumi dengan klasifikasi sumber daya spekulatif.
Model lumped parameter, didasarkan pada anggapan bahwa reservoir panas bumi berupa bentuk kotak
sehingga perhitungan volume = luas sebaran x ketebalan; dengan syarat bahwa : (a) kandungan energi panas dalam
bentuk fluida berada dalam batuan; dan (b) kandungan massa fluida terdapat dalam resrvoir. Metoda ini digunakan
untuk menghitung potensi energi panas bumi dengan kategori sumber daya hipotesis, cadangan terduga, mungkin
dan terbukti.
Metoda estimasi simulasi numerik :
Metoda ini terutama digunakan pada kondisi dimana pada suatu lapangan panas bumi telah tersedia beberapa
sumur eksplorasi dengan semburan fluida panas. Data sumur dibuat simulasi, yang selanjutnya digambar dalam
sistem kisi (grid) dan bentuk tiga dimensi. Dengan metoda ini dapat dihitung potensi cadangan terbukti dari suatu
reservoir, termasuk umur, optimasi produksi dan sistem distribusi panasnya.
Diskusi
Pembentukan suatu sistem panas bumi sangat ditentukan oleh beberapa penunjangnya yaitu letak dapur magma
sebagai sumber panas (heat source), umur (lifetime) kegiatan magmatisma, reservoir dan kondisi hidrologi. Begitu
kuatnya saling ketergantungan antara penunjang-penunjang tersebut sehingga tanpa keberadaan salah satu
daripadanya tidak mungkin tercipta sumber-sumber panas bumi.
Meskipun Indonesia dikenal memiliki potensi panas bumi yang menjanjikan dan selalu dalam keadaan
terbarukan, eksploitasi terhadap sumber-sumber yang tersedia harus dilakukan secara proporsional. Program
konservasi dapat dipertimbangkan menjadi bagian penting dari sistem pengembangan sumber panas bumi, dengan
tujuan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dengan penghematan potensi (cadangan) energi panas
bumi yang tersedia.
Mengacu kepada tujuan konservasi sumber-sumber panas bumi, yaitu untuk mengelolanya secara optimal serta
menjaga prospek kelangsungan peman-faatannya untuk jangka panjang; maka upaya penentuan potensi panas bumi
menjadi bagian penting dalam program konservasi. Realisasi upaya konservasi potensi panas bumi dapat diawali
dengan melakukan identifikasi terhadap :
(1)  Kualitas parameter-parameter penun-jangnya.
(a)  Sumber panas dan umur/waktu (lifetime) kegiatan
Besaran sumber daya panas ditentukan oleh ukuran dapur magma yang mendasarinya; dimana secara ekonomis
menjadi ukuran jumlah energi yang dihasilkan oleh suatu sistem panas bumi aktif. Dengan dasar pemikiran bahwa
magma sebagai sumber panas (heat source) mempunyai keterbatasan umur/waktu kegiatan, maka upaya konservasi
terhadap parameter ini dapat dilakukan melalui studi tentang dinamika pembentukan magma itu sendiri.
Susunan magma umumnya mengalami evolusi sejalan dengan waktu dan dapat dihasilkan melalui proses :
■   Peleburan suatu batuan sumber
■   Kristalisasi fraksional akibat pendinginan dan kehilangan volatile
■   Pencampuran beberapa jenis magma.
Salah satu yang dianggap signifikan untuk memahami dinamika dapur magma adalah melalui studi tentang
hubungannya dengan aspek-aspek kimia batuan vulkanik. Studi dimulai terhadap kasus-kasus gunungapi yang
menghasil-kan kaldera, dengan keterkaitan langsung volume produk yang dikeluarkan selama erupsi. Produk dari
suatu erupsi mungkin berupa aliran debu gunungapi yang menurut penelitian diperkirakan terdiri dari 10% volume
dapur magma yang mendasarinya (Smith dan Shaw; 1975, 1979). Konsep sederhana ini memberikan implikasi
kepada cara pencarian sumber panas bumi, dimana dengan penggunaan kendala umur erupsi (model pendinginan)
maka sisa panas di dalam/sekitar magma dapat diperkirakan. Lebih jauh lagi dengan konsep tersebut juga dapat
dilakukan identifikasi tentang : sumber magma berasal, bentuk, kedalaman dan lama kegiatannya (lifetime); dimana
semuanya merupakan komponen-komponen penting untuk evaluasi potensi panas bumi.
(b)  Kondisi hidrologi dalam sistem panas bumi
Suatu sistem panas bumi yang berpotensi bukan tanpa terbatas kegiatannya, dan sangat dipengaruhi salah
satunya oleh kondisi hidrologi dimana sistem dimaksud terbentuk. Dengan memelihara lingkungannya agar selalu
dalam kondisi cukup pasokan air, maka siklus hidrologi akan tetap berjalan dalam mendukung kelangsungan
interaksi air – magma.
Tanpa kesinambungan siklus hidrologi, tidak mungkin terjadi proses hidrotermal yang menghasilkan
lingkungan fasa uap – air bersuhu/bertekanan tertentu dalam membentuk suatu sistem panas bumi aktif. Pada
kenyataannya bahwa lokasi-lokasi bersiklus basah dan cukup persediaan air adalah daerah-daerah dengan topografi
rendah maupun tinggi, yang terpelihara keberadaan hutan atau floranya. Mengacu kepada prinsip konservasi, maka
pengembangan secara optimal sumber panas bumi berpotensi seyogyanya dilakukan tanpa mengabaikan keberadaan
hutan/flora sekitarnya sebagai wilayah penyimpan air; yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan kondisi
hidrologi dimana sistem panas bumi terbentuk.
(c) Potensi reservoir panas bumi
Beberapa proses alamiah yang berperan dalam stimulasi pembentukan rekahan pada batuan reservoir panas
bumi berpotensi diantaranya adalah : terobosan magma, pelepasan gas dari magma, hidrovulkanik dan sirkulasi
hidrotermal.
Terobosan magma yang kaya akan kandungan gas akan bergerak ke arah atas sepanjang rekahan, yang
kemudian membuka rekahan secara perlahan. Mekanisma propagasi rekahan ini berkaitan dengan
pengrusakan/pecahnya batuan yang disebabkan oleh proses pendidihan (boiling) di sepanjang rekahan ketika
tekanan fluida magmatik melampaui tekanan litostatik.
Pada beberapa titik, pembebasan gas dari magma dimungkinkan memicu terbentuknya hidrofracture ke arah
dekat permukaan yang miskin akan lapisan akifer. Dengan meningkatnya keberadaan rekahan, batuan akifer
mengalami perubahan dan memberikan peluang air bercampur dengan magma untuk menghasilkan erupsi-erupsi
freatomag-matik yang kering. Erupsi secara bertahap menjadi lebih basah karena mendapat pasokan air akibat
menigkatnya jumlah rekahan pada akifer.
Dalam beberapa tahap terobosan magma dmungkinkan terhenti karena mengalami pendinginan oleh air akifer.
Secara bersamaan sirkulasi hidrotermal berkembang dengan baik dan fluida dari akifer secara berkesinambungan
men-transfer panas yang berasal dari terobosan magma di bawah gunungapi.
Proses dan mekanisma diatas menunjukkan bahwa pembentukan suatu reservoir panas bumi yang berpotensi
sabgat dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ;
■   Umur dan ukuran terobosan subvulkanik
■   Tersedianya cukup akuifer
■   Porositas dan permeabilitas batuan-batuan dasar
■   Rekahan-rekahan batuan dasar
■   Lingkungan tektonik dan kedudukan dari sistem rekahan terdahulu
■   Kandungan lempung dan tingkat ubahan hidrotermal dari batuan induk.
Maka upaya konservasi terhadap potensi reservoir panas bumi akan sangat tergantung kepada hasil penelitian
dan identifikasi faktor-faktor pengendali tersebut.
(2)  Kendala-kendala yang mungkin terjadi pada tahap produksi
Sumber panas bumi dalam suatu reservoir masih dalam bentuk fluida hidrotermal ketika dieksploitasi untuk
keperluan pembangkit listrik. Kemudian fluida diubah dengan menggunakan alat separator menjadi uap
bertekanan/bersuhu tertentu dan dialirkan melalui pipa untuk menggerakkan turbin penghasil energi listrik.
Saluran pipa adalah salah satu fasilitas penting untuk transport uap menuju turbin, yang dapat mengalami
kendala atau kerusakan selama menjalankan fungsinya. Penyebab terjadinya kendala/kerusakan tersebut diantaranya
adalah : kesalahan rancangan/desain, masalah konstruksi, pengoperasian yang tidak tepat, suhu uap dan
pengendapan (scaling) bahan-bahan kimiawi tertentu (silika, kalsit atau belerang); dimana semuanya akan
berdampak kepada menurunnya daya tahan pipa tersebut. Dua faktor terakhir masing-masing dapat menimbulkan
penipisan/korosi dan penyempitan pada pipa penyalur fluida. Apabila terjadi kendala pada jalur pipa utama
transportasi dan tidak ditangani secara proporsional, maka akan menyebabkan penurunan produktifitas eksploitasi;
bahkan kemung-kinan kehilangan secara signifikan nilai ekonomis dengan akibat penutupan operasional suatu
perusahaan pembangkit listrik.

Pustaka Terpakai
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, 2004; Berita DJGSM : Pengembangan Energi Panas Bumi,
Tanggal 7 Januari 2004.
Herman, Danny Z.; 2003. Makalah : Studi Sistem Panas Bumi Aktif Dalam Rangka Penyiapan Konservasi Energi
Panas Bumi; Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, DJGSM-DESDM, 13 hal.
Indonesian Geothermal Association; 2003. A Silver Year of Indonesian Geothermal Development – A Lesson
Learn, Proceeding of The 6th Indonesian Geothermal Association Annual Meeting and Confrence; 16-18
june 2003 Bandung, Indonesia; 297 pages.
Smith, R.L. and Shaw, H.R.; 1975. Igneous-related geothermal system, in : D.E.White (Ed.), Assesment of
geothermal resources of the United States-1975; U.S.Geol.Surv.Circ.726, pp.58-83.
---------------, 1979. Igneous-related geothermal system, in : L.J.P.Muffler (Ed.), Assesment of geothermal resources
of the United States-1978; U.S.Geol.Surv.Circ.790, pp. 12-17.
Wohletz, K. and Heiken, G.; 1992. Volcanology and Geothermal Energy, University of California Press, Berkeley-
Los Angeles-Oxford; 432 pages.

Anda mungkin juga menyukai