Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

A Study on Unsafe Abortion Presented for Medicolegal


Examination

Disusun Oleh :

Lerryan Septa R. 1820221078


Erla Oktasilfia 1820221089
Wahyuni Setianingtias 1820221110
Hera Swasti Hapsari S. 1820221091

Pembimbing :
dr. Farah, Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO


PERIODE 18 JANUARI 2021 – 13 FEBRUARI 2021

JOURNAL READING
A Study on Unsafe Abortion Presented for Medicolegal Examination

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Departemen Forensik Rumah Sakit Bhayangkara TK.I Raden Said Sukanto

Diajukan kepada :

Pembimbing : dr. Farah, Sp.F

Disusun Oleh :

Lerryan Septa R. 1820221078


Erla Oktasilfia 1820221089
Wahyuni Setianingtias 1820221110
Hera Swasti Hapsari S. 1820221091

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO


PERIODE 18 JANUARI 2021 – 13 FEBRUARI 2021

LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING

“A Study on Unsafe Abortion Presented for Medicolegal Examination”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Departemen Forensik Rumah Sakit Bhayangkara TK.I Raden Said Sukanto

Disusun Oleh :

Lerryan Septa R. 1820221078


Erla Oktasilfia 1820221089
Wahyuni Setianingtias 1820221110
Hera Swasti Hapsari S. 1820221091

Mengesahkan :

Pembimbing

dr. Farah, Sp.F

Sebuah Studi Tentang Aborsi yang Tidak Aman untuk Pemeriksaan


Medikolegal
Abstrak
Pendahuluan : Aborsi yang tidak aman merupakan masalah kesehatan utama yang
menyebabkan kesehatan perempuan berisiko. Hal ini menjadi penyebab utama ketiga kematian
ibu di Sri Lanka selama satu dekade terakhir. Bukti kuat untuk administrasi peradilan dan dengan
demikian untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan kebijakan mengenai korban tersebut
merupakan tujuan yang diharapkan dari pemeriksaan medikolegal.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola aborsi yang tidak aman dalam
kasus yang dirujuk secara medis dan untuk menilai kekuatan dan keterbatasan pendapat
medikolegal dalam kasus seperti tersebut di atas.

Desain Studi : Studi deskriptif retrospektif dilakukan berdasarkan catatan pemeriksaan


medikolegal yang dilakukan oleh penulis, pada perempuan yang melakukan aborsi ilegal dalam 5
tahun terakhir.

Hasil : Dari 51 kasus yang ditinjau, gangguan secara mekanis adalah cara yang digunakan dalam
45% kasus. 68% perempuan masuk rumah sakit dengan pendarahan hebat. Kondisi saat masuk
rumah sakit sangat kritis yang membutuhkan intervensi medis untuk menyelamatkan nyawanya
terdapata pada 53% kasus. Persiapan untuk pemeriksaan medikolegal dilakukan setelah 3 hari
masuk rumah sakit di sebagian besar (59%) kasus, sedangkan di 47% kasus, ada gangguan
terapetik dalam 3 hari pemeriksaan medikolegal. Pada saat pemeriksaan medikolegal itu, bukti
gangguan awal tidak dapat teridentifikasi pada kebanyakn kasus (84%).

Kesimpulan : Pemberian bukti yang kuat untuk memberikan hasil hukum yang diharapkan

dalam kasus aborsi ilegal yaitu dibatasi. Otoritas peradilan dan penegakan hukum harus

menyadari keterbatasan ini dan mencari bukti yang kuat untuk menerapkan hukumannya.

Kata Kunci : aborsi yang tidak aman, administrasi peradilan, pendapat medikolegal, kekuatan,

batasan.
PENDAHULUAN

Aborsi dianggap sebagai masalah kesehatan dan sosial utama di Sri Lanka dan saat ini

dibahas secara ekstensif. Undang-undang tentang aborsi saat ini sangat ketat dan tidak

mengizinkan penghentian kehamilan kecuali jika diperlukan untuk menyelamatkan nyawa

perempuan. Akibatnya, meski ada batasan hukum, aborsi dilakukan di sejumlah besar, di tempat-

tempat tersembunyi kebanyakan oleh orang-orang yang tidak terlatih, dalam kondisi yang sangat

tidak higienis. Menurut statistik Menteri Kesehatan, 7% hingga 16% dari semua perujukan

perempuan ke rumah sakit pemerintahan dimungkinkan karena komplikasi dari aborsi kecil.

Dilaporkan bahwa sekitar 700 aborsi yang diinduksi dilakukan di Sri Lanka setiap harinya.

Aborsi yang tidak aman merupakan penyebab utama ketiga kematian ibu di Sri Lanka

selama satu dekade terakhir. Komplikasi aborsi yang tidak aman tidak hanya terbatas pada

perdarahan dan menyebabkan syok bahkan kematian, tetapi juga ada banyak contoh di mana ibu

menjadi cacat permanen, efek lanjut dari infeksi saluran reproduksi termasuk penyakit radang

panggul, subfertilitas sekunder, dan kehamilan ektopik. Karena ilegalitas dan stigma yang

melekat padanya, sebagian besar aborsi yagn tidak aman tidak dilaporkan terutama bila tidak ada

komplikasi yang mematikan. Pemeriksaan medis forensik pada dugaan aborsi ilegal diharapkan

dapat mengidentifikasi sisa-sisa janin atau bukti kehamilan untuk menetapkan bukti yang

mengganggu kehamilan. Pendapat berbasis bukti yang seimbang dan masuk akal dari seorang

ahli forensik dapat memberikan kontribusi yang sangat besar pada sistem peradilan pidana.

Dalam penilaian forensik, aborsi dan etiologinya, aborsi akibat trauma hanya dapat ditentukan

setelah pengecualian dari semua penyebab nontraumatik lainnya. Pakar forensik tidak dapat

memberikan pendapat hanya berdasar pada latar belakang keadaan atau sejarah suatu kejadian.

Temuan harus sesuai dengan prinsip dasar patologi dan patofisiologi. Dalam kasus aborsi ilegal,
bukti gangguannya sangat minimal pada saat dipresentasikan ke ahli forensik karena berbagai

alasan. Hal ini dapat membatasi ahli dalam mengungkapkan pendapat yang solid.

TUJUAN

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola aborsi yang tidak aman yang disajikan untuk

pemeriksaan medikolegal dan untuk menilai kekuatan dan keterbatasan pendapat medikolegal

dalam kasus di atas.

DESAIN STUDI

Sebuah studi deskriptif retrospektif pada perempuan yang pernah dirujuk untuk pemeriksaan

medikolegal dan mengaku pernah aborsi yang diinduksi dilakukan berdasarkan catatan kasus

penulis selama 5 tahun terakhir. Informasi dikumpulkan secara proforma untuk memenuhi tujuan

penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan paket statistik SPSS.

HASIL
Dari 51 kasus yang ditinjau, mayoritas 30 perempuan (58%) dari kelompok usia 26
sampai 35 tahun (Tabel 1). Ada 4 perempuan (8%) pada kelompok usia kurang dari 20 tahun.
Terdapat 42 perempuan (82%) yang sudah menikah. Mayoritas, 16 perempuan (31%),
melakukan aborsi karena kegagalan kontrasepsi, padahal ada 11 aborsi (21%) karena
kemiskinan. Kehamilan sebelum menikah diidentifikasi sebagai penyebab penting ketiga
dilkukannya aborsi dengan resultan 9 kasus (18%). Ketuntasan keluarga merupakan alasan aborsi
pada 6 perempuan (12%), sedangkan terdapat 9 (18%) kasus karena alasan lain.
Terdapat 20 kasus (39%) dari aborsi diinduksi pada saat periode amenore 6 sampai 8
minggu, sedangkan 19 kasus (37%) terjadi pada periode amenore 8 sampai 16 minggu. 17 kasus
(33%) dari para perempuan pergi ke “pusat kesehatan” untuk melakukan aborsi di sana,
sedangkan ada 15 kasus (30%) yang pernah melakukan aborsi di rumah (Tabel 2).
Terdapat 23 kasus (45%) telah mengalami gangguan mekanis, sedangkan 22 kasus
(43%) juga telah menjalani penghentian secara medis dengan cara suntikan, obat oral, atau
dengan memasukkan alat pencegah kehamilan (Tabel 3).
Mayoritas, 29 kasus (57%), dari perempuan dirawat di rumah sakit 24 jam setelah
gangguan. 35 kasus (68%) datang dengan pendarahan hebat. 27 kasus (53%) membutuhkan
intervensi medis untuk menyelamatkan hidup. 28 kasus (58%) menunjukkan bukti aborsi saat
masuk. Dari 28 perempuan yang menunjukkan bukti aborsi, hanya 6 yang menunjukkan bukti
gangguan (Tabel 4).
24 kasus (47%) dari kelompok telah menjalani pemeriksaan medis yangn berhubungan
dengan hukum dalam waktu 3 hari setelah gangguan terapeutik. Pada waktu pemeriksaan
medikolegal, 44 kasus (86%) tidak memiliki bukti gangguan awal, sedangkan hanya 7 kasus saja
(14%) yang menunjukkan bukti gangguan awal. Rujukan untuk pemeriksaan medikolegal sudah
dilakukan 3 hari atau lebih setelah masuk dalam 30 (59%) kasus. Terdapat 7 remaja (33%)
dirujuk untuk pemeriksaan medikolegal kurang dari 3 hari setelah penerimaan. Ada 3 kasus
(18%) dari 17 perempuan pada kelompok ini dengan bukti gangguan, sedangkan terdapat 4 kasus
dari 30 kasus (13%) dengan bukti gangguan pada kelompok yang dirujuk 3 hari kemudian (Tabel
5). Tidak ada perbedaan signifikan dalam kehadiran bukti interferensi antara 2 kelompok (P =
0,544).
Bukti kehamilan baru-baru ini dapat ditemukan di semua 51 perempuan. Manajemen
rumah sakit termasuk evakuasi produk yang dipertahankan dari konsepsi (Evacuation of
Retained Products of Conception/ERPC) di mayoritas, 34 (66%), perempuan (Tabel 6).

DISKUSI

Tujuan dari pemeriksaan medikolegal adalah untuk membantu pengadilan dalam

administrasi peradilan. Dalam kasus aborsi ilegal menempatkan hidup perempjuan dalam risiko,

diharapkan dari ahli medis forensik untuk menetapkan semua bukti yang tersedia pada gangguan

kehamilan untuk mendakwa dan menghukum responden. Aksi legal mengenai aborsi umumnya

ditujukan untuk mencegah aborsi, menargetkan pusat aborsi atau mereka yang pernah melakukan
aborsi mandiri. Namun, untuk mengungkapkan pendapat yang tidak bias, sangatlah penting

untuk memiliki pemahaman yang tepat tentang pola aborsi serta untuk memahami kekuatan dan

keterbatasan pemeriksaan medikolegal.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa mayoritas perempuan yang belum pernah

melakukan aborsi sudah menikah dan berusia antara 26 tahun dan 35 tahun. Hal ini dijelaskan

dengan baik ketika penulis menganalisis alasan aborsi, di mana sebagian besar alasannya adalah

kegagalan kontrasepsi, sedangkan kemiskinan menempati urutan kedua. Dalam sebuah studi

yang dilakukan oleh WHO tentang aborsi yang tidak aman dan terkait kematian, ada mayoritas

(27%) antara usia kelompok usia 25 sampai 29 tahun, sedangkan ada 22% dalam kelompok usia

dari 30 hingga 34 tahun di negara-negara Asia. 39% dari aborsi telah diinduksi pada amenore 6

sampai 8 minggu. Sebuah "pelayanan medis" atau rumah adalah tempat yang dipilih untuk

induksi sebagian besar menunjukkan risiko untuk kehidupan. Hal ini menjelaskan situasi tragis

yang terkait dengan kemiskinan perempuan. Diketahui bahwa meskipun undang-undang kaku,

perempuan dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi menemukan sedikit atau tidak

adanya kesulitan dalam menjalani aborsi secara global. Aborsi yang tidak aman adalah suatu

masalah perempuan miskin. Namun, meski ada undang-undang, banyak perempuan di Sri Lanka

dapat memiliki akses penghentian melalui klinik di sektor swasta yang tersebar luas di pulau itu.

Sampel yang diteliti hanya mewakili mereka yang kurang mampu, perempuan yang

telah melakukan aborsi tidak aman dan membutuhkan perawatan di rumah sakit karena

komplikasinya. Kira-kira 10% sampai 13% kematian ibu yang terjadi di Sri Lanka diakibatkan

oleh ketidakamanan aborsi, dan masih banyak lagi yang mengalami beberapa bentuk komplikasi

medis setelah aborsi.


Gangguan mekanis menyumbang 45% dari aborsi, sedangkan ada 43% berdasarkan

pada penghentian medis. Metode yang paling umum digunakan di klinik aborsi untuk

penghentian kehamilan dini adalah hisap atau pengaturan menstruasi.

Secara global, pelaku aborsi menghindar dari terminasi mekanis, dan penghentian

medis menjadi semakin populer tidak seperti masa lalu. Namun, karena sampel mewakili hanya

perempuan dengan komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, banyak dari

penghentian medis mungkin tidak disertakan pada penelitian ini Dalam penelitian berbasis

rumah sakit di Sri Lanka, ada 92% kasus individu yang telah menjalani intervensi mekanis.

Terdapat adanya bukti kehamilan baru-baru ini di semua kasus (100%). Sebanyak 57%

perempuan telah dirawat di rumah sakit dalam 24 jam kejadian, dan 68% dari total kelompok

mengalami kejadian pendarahan berat, dengan 53% membutuhkan intervensi medis segera untuk

menyelamatkan kehidupan. Evakuasi Produk yang Ditahan telah dilakukan di 66% kasus,

menunjukkan bahwa aborsi tidak tuntas.

Komplikasi yang paling umum dari aborsi yang diinduksi adalah aborsi tidak lengkap,

perdarahan, sepsis, dan cedera intra-abdomen Adanya perdarahan adalah indikator yang sangat

baik untuk diminta bahwa ada bukti aborsi pada saat masuk rumah sakit. Dulu terungkap pada

penelitian bahwa 58% menunjukkan bukti aborsi pada saat masuk. Namun, hal ini tidak

menunjukkan bahwa kejadian aborsi adalah akibat dari adanya gangguan. Semua komplikasi

kecuali cedera intra-abdominal dapat terjadi akibat aborsi spontan juga.

Rujukan untuk dilakukan pemeriksaan medikolegal dilakukan 3 hari atau lebih setelah

masuk terdapat dalam 59% kasus. Hanya 14% kasus yang menunjukkan bukti gangguan pada

saat pemeriksaan medikolegal. Bukti forensik gangguan kehamilan termasuk trauma terlokalisasi

baik di serviks, vagina, atau organ intra-abdominal; adanya benda asing; dan adanya obat

abortifacient secara lokal atau sistemik. Tanda-tanda ini mungkin tidak ada di kebanyak korban.
Demikian pula intervensi terapeutik untuk menghilangkan retensi produk dapat menciptakan

artefak yang menyebabkan salah tafsir. Jadi, bahkan jika ada bukti aborsi, hal tersebut sangat

sulit dan harus berhati-hati dalam pemberian pendapat atas bukti gangguan. Tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam kelompok tersebut dirujuk 3 hari kemudian dan dalam 3 hari ketika bukti

interferensi dipertimbangkan. Hal ini lebih jauh menekankan batasan atau kesulitan yang terkait

dengan pembentukan opini berbasis bukti yang kuat di kasus dugaan aborsi.

BATASAN
Kelompok studi tidak mewakili gambaran sebenarnya dari insiden aborsi karena banyak kasus
tidak dilaporkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Karena peraturan yang ketat, aborsi yang tidak aman menjadi masalah kesehatan yang utama

terutama di kalangan mereka yang kurang mampu. Membentuk opini berbasis bukti yang kuat

untuk membuktikan atau menyanggah tuduhan ahli forensik adalah terbatas. Hal ini

menyebabkan kurangnya tingkat dakwaan dan hukuman dalam dugaan aborsi dan bersama-sama

dengan peraturan yang ketat menghasilkan peningkatan lebih lanjut dari pusat aborsi tidak aman.

Penting bagi pembuat kebijakan, otoritas penegakan hukum, dan peradilan untuk mengetahui

batasan ini untuk mempertimbangkan setiap perubahan pada undang-undang kita atau untuk

meningkatkan perawatan fasilitas kesehatan dalam pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan

dan untuk mencari bukti kuat yang menguatkan untuk menerapkan hukuman untuk

menyelamatkan kehidupan para ibu yang kurang mampu ini.


CRITICAL APPRAISAL
No. Judul & Pengarang +/+

1. Jumlah kata dalam judul < 12 kata +(10 kata)

2. Deskripsi judul +

3. Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4. Korespodensi penulis +

5. Tempat dan waktu penelitian dalam judul -

No. Abstrak +

1. Abstrak 1 paragraf +

2. Secara keseluruhan informative +

3. Tanpa singkatan selain yang baku +

-
4. Kurang dari 250 kata
(258 kata)

No. Pendahuluan +

- (3
1. Terdiri dari 2 bagian
paragraf)

2. Paragraf pertama mengemukakan alasan -

3. Paragraf kedua menyatakan hipotesis/tujuan penelitian -

4. Didukung oleh penelitian relevan -

5. Kurang dari 1 halaman +

No. Bahan & Metode Penelitian +/-

1. Jenis dan rancangan penelitian +

2. Waktu dan tempat penelitian -

3. Populasi sumber -

4. Teknik sampling -

5. Kriteria inklusi -

6. Kriteria eksklusi -

7. Perkiraan dan perhitungan besar sampel -

8. Perincian cara penelitian -

9. Uji statistic -

10. Program komputer +

11. Persetujuan subjektif +

Anda mungkin juga menyukai