Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 21, Volume 10 Nomor 2, Des 2018, hal 8-11

Analisis Mikroskopis Paru-Paru Tikus Jantan (Rattus Norvegicus) yang Terpapar Asap
Rokok

Microscopic Analysis of The Lung in Male Rat (Rattus Norvegicus) Exposed to Cigarettes
Smoke

Adrien Jems Akiles Unitly1, Nastiti Kusumorini2, Srihadi Agungpriyono2, Aryani Sismin
Satyaningtijas2, Arief Boediono2
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura
2
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, IPB
e-mail: adebiologi@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan mikroskopis paru-paru tikus jantan
yang terpapar asap rokok. Penelitian ini menggunakan RAL faktorial dengan faktor lama
perlakuan dan waktu pengambilan. Pemaparan asap rokok dilakukan dengan menggunakan 10
batang rokok/ekor/hari selama 2,5 jam dalam smoking chamber. Dua puluh empat (24) ekor
tikus jantan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok N adalah kelompok yang tidak
diberi perlakuan, kelompok 20h adalah kelompok yang dipapar asap rokok selama 20 hari dan
diberhentikan pemaparan selama 20 hari, kelompok 40h adalah kelompok yang dipapar asap
rokok selama 40 hari dan diberhentikan pemaparan selama 40 hari dan kelompok 60h adalah
kelompok yang dipapar asap rokok selama 60 hari dan diberhentikan pemaparan selama 60 hari.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali, pertama setelah pemaparan dan kedua setelah
pemberhentian pemaparan asap rokok. Parameter yang diamati adalah analisis mikroskopis
paru-paru mencakup bobot basah paru-paru dan perubahan histopatologi paru-paru. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan bobot basah paru-paru, peningkatan partikel hitam pada
sitoplasma alveoli paru-paru yang diduga adalah tar pada perlakuan 40h dan 60h, dan
peningkatan sel-sel radang pada perlakuan 60h pada tikus jantan setelah pemaparan yang
perubahan tersebut tidak kembali ke kondisi normal setelah pemberhentian pemaparan.

Kata kunci : Asap rokok, paru-paru, sel radang

Abstract
This research aimed to study on the microscopic changes of lungs in male rat that
exposured to cigarette smoke. A factorial CRD with periode of treatment and sample collection
was applied in this study. An exposure of cigarette smoke was carried out at 10
cigarettes/rat/day for 2.5 hours in an smoking chamber. Group N is untreated animals. Group
20d is exposed animals with cigarette smoke for 20 days consectitively and released from the
cigarette smoke exposure for 20 days. Group 40d is exposed animals for 40 days and released
from the cigarette smoke for 40 days. Group 60d is exposed animals for 60 days similar as
above. Data collection was carried out twice : after exposure and after redeasing the cigarette
smoke exposure. The parameters of observation microscopic analysis of lungs included weight
wet of lung and change of lung histopathologic.The results show decreased weight wet of lung,
increased number of blackish particulate deposits in the cytoplasm of alveoli at 40d and 60d
considered as tar deposit, an increased activity of inflammatory cells of male rats after exposing
which were unable to recover after releasing of cigarette smoke exposure.

Keywords : cigarette smoke, inflammatory cells, lungs

8
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 21, Volume 10 Nomor 2, Des 2018, hal 8-11

Pendahuluan hewan diadaptasikan pada suasana kandang


selama 1 minggu. Dua puluh empat ekor
Asap rokok merupakan aerosol
tikus jantan dibagi dalam 4 kelompok,
heterogen dari pembakaran tembakau. Setiap
masing-masing 6 ekor yaitu N adalah
batang rokok mengandung berbagai bahan
kelompok yang tidak diberi perlakuan, 20h
kimia diantaranya adalah akreolin,
adalah kelompok yang dipapar asap rokok
karbonmonoksida, nikotin, amoniak, asam
selama 20 hari dan diberhentikan pemaparan
formiat, hidrogen sianida, nitrogen oksida,
selama 20 hari, 40h adalah kelompok yang
sianogen, phenol, aseton, methanol dan tar
dipapar asap rokok selama 40 hari dan
(Riveles et al. 2005). Kandungan kimia
diberhentikan pemaparan selama 40 hari,
tembakau yang sudah teridentifikasi
dan 60h adalah kelompok yang dipapar asap
jumlahnya mencapai 2.500 komponen,
rokok selama 60 hari dan diberhentikan
sedangkan dalam asap rokok telah
pemaparan selama 60 hari. Pemaparan asap
teridentifikasi sebanyak 4.800 macam
rokok dilaksanakan pada pagi hari. Selama
komponen kimia yang dapat membahayakan
penelitian data diambil 2 kali yaitu saat
kesehatan diantaranya tar, nikotin, gas CO,
setelah pemaparan asap rokok (T1) dan
dan NO. Asap rokok mengandung radikal
setelah pemberhentian perlakuan pemaparan
bebas dalam jumlah yang sangat tinggi,
asap rokok (T2). Pada waktu pengambilan
diperkirakan dalam satu kali hisapan rokok
data, 3 ekor tikus jantan pada masing-
terdapat 1.014 molekul radikal bebas (Baker
masing perlakuan dinekropsi untuk diamati
2006). Radikal bebas yang terdapat dalam
analisis mikroskopis paru-paru yaitu organ
asap rokok yang paling berbahaya adalah
paru-paru (pada bagian lobus
CO yang dapat menyebabkan rusaknya
diaphragmaticus dextra) diambil dan
membran sel. Asap rokok dapat
ditimbang untuk mengetahui bobot basah
menyebabkan perubahan struktural dalam
paru-paru, kemudian dibuat preparat
saluran pernapasan dan penurunan respon
histologi dengan pewarnaan histokimia
imun (Arcavi dan Benewitz 2004).
hematoksilin eosin (HE) mengikuti cara
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
Kiernan (1990).
perubahan mikroskopis paru-paru tikus
Penelitian ini menggunakan
jantan yang terpapar asap rokok.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
Metode Penelitian dengan faktor lama perlakuan dan waktu
Bahan yang digunakan dalam pengambilan. Hasil yang diperoleh dianalisis
penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan Analysis of Variance (ANOVA)
(Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley kemudian dilanjutkan Uji Duncan pada taraf
dewasa sebanyak 24 ekor, berumur 12 nyata α=0,05 menggunakan perangkat lunak
minggu dengan bobot badan 150 gram yang SAS.
diperoleh dari Animal Facility, Fakultas Hasil dan Pembahasan
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bobot Basah Paru-paru
Bogor. Bahan lain yang digunakan adalah
rokok kretek. Alat yang digunakan dalam Rataan bobot basah paru-paru tikus
penelitian ini adalah smoking chamber, setelah pemaparan asap rokok dan
mikrotom dan mikroskop. pemberhentian pemaparan disajikan pada
Tikus ditempatkan pada kandang Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan
kotak plastik yang ditutupi kawat ram bahwa terdapat interaksi antara lama
dengan sekam sebagai alas. Pakan berupa pemaparan asap rokok dengan lama
pelet (PT. Japfa Comfeed Indonesia) dan air pemberhentian pemaparan (P<0.05)
minum diberi ad libitum. Lingkungan terhadap bobot basah paru-paru. Lama
kandang dibuat agar tidak lembab, ventilasi pemaparan berpengaruh nyata (P<0.05)
yang cukup dengan penerangan selama 14 terhadap rataan bobot basah paru-paru.
jam dan gelap selama 10 jam. Masing- Semua kelompok yang dipapar asap rokok
masing tikus ditempatkan dalam kandang memberikan bobot paru-paru yang lebih
per kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan kecil bila dibandingkan dengan kelompok N.

9
Andrien Jems Akiles Unitly dkk: Analisis Mikroskopis Paru-Paru Tikus Jantan…..

Penurunan bobot basah paru-paru dalam nyata (P<0,05) terhadap rataan bobot basah
penelitian ini diduga karena terjadinya atropi paru-paru. Namun demikian, lamanya waktu
paru-paru akibat kematian sel yang pemberhentian pemaparan terhadap semua
diakibatkan oleh senyawa toksik asap rokok. kelompok yang dipapar tidak dapat
mengembalikan bobot basah paru-paru. Hal
Tabel 1. Rataan bobot basah paru-paru tikus ini menunjukkan bahwa pemberhentian
jantan setelah pemaparan asap pemaparan sesuai dengan waktu pemaparan
rokok dan setelah pemberhentian belum dapat mengembalikan kondisi paru-
perlakuan. paru ke keadaan semula.
Waktu Pengambilan
Perlakuan Rataan
T1 T2 Perubahan Histopatologis Paru-paru
N 2,35±0,01b 2,58±0,02a 2,46a
20h 2,09±0,01c 2,09±0,01c 2,10b
40h 1,96±0,02 d 2,02±0,01cd 1,99c Hasil penelitian menunjukkan bahwa
60h 1,63±0,06 e
1,66±0,10e 1,65d
pemaparan asap rokok menyebabkan
Rataan 2,01b 2,09a P<0,05 terjadinya perubahan struktur paru-paru
Keterangan: Data yang ditampilkan yaitu peningkatan partikel hitam yang
merupakan nilai rataan ± menempel pada dinding alveolus paru-paru
standar deviasi. Huruf yang tikus setelah dipapar asap rokok selama 40
berbeda pada baris yang sama hari dan 60 hari (Gambar 1).
atau kolom yang sama
menunjukkan beda nyata
(p<0,05). T1 = waktu setelah
pemaparan, T2 = waktu setelah
pemberhentian perlakuan, N =
kelompok yang tidak diberi
perlakuan, 20h = kelompok
yang dipapar asap rokok 10
batang/ekor/hari selama 20
hari, 40h = kelompok yang
dipapar asap rokok 10 Gambar 1. Fotomikrograf paru-paru setelah
batang/ekor/hari selama 40 pemaparan asap rokok
hari, dan 60h = kelompok yang menunjukkan peningkatan
dipapar asap rokok 10 partikel berwarna coklat tua atau
batang/ekor/hari selama 60 hitam ( ) pada 40h dan 60h. A
hari. (N=kelompok yang tidak diberi
perlakuan), B (20h=Pemaparan
Keadaan ini diduga karena senyawa asap rokok selama 20 hari ), C
toksik yang terkandung dalam asap rokok (40h=Pemaparan asap rokok
dapat menurunkan fungsi-fungsi sel pada selama 40 hari) dan D
tubuh termasuk sel-sel pada jaringan paru- (60h=Pemaparan asap rokok
paru. Pengaruh asap rokok pada saluran selama 60 hari). Bar = 10 µm.
pernapasan dapat menimbulkan: a) Pewarnaan HE.
perubahan histopatologi dan ultrastruktur
saluran napas, b) penyempitan saluran Partikel hitam ini diduga merupakan
napas, c) turunnya tegangan permukaan zat-zat toksik yang ikut bersama asap rokok.
alveolus, dan d) perubahan pada Droge (2002) melaporkan bahwa tar adalah
ultrastruktur pneumosit tipe I, tipe II dan sel sejenis cairan kental berwarna coklat tua
clara yang mengarah pada kematian sel atau hitam yang merupakan substansi
(Widodo, 2006). Kematian sel inilah yang hidrokarbon yang dapat menempel pada
diduga dapat menyebabkan penurunan bobot paru-paru. Hal inilah yang diduga terjadi
basah paru-paru. Lama waktu pada organ paru-paru setelah pemaparan
pemberhentian pemaparan berpengaruh asap rokok. Droge (2002) menambahkan

10
Andrien Jems Akiles Unitly dkk: Analisis Mikroskopis Paru-Paru Tikus Jantan…..

bahwa tar merupakan suatu zat karsinogen peningkatan kandungan malondialdehid


yang dapat menimbulkan kanker pada pada paru-paru (Guyton 1997).
saluran pernapasan dan paru-paru yang
Simpulan
terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase
gas. Pada fase tar merupakan pembentuk Pemaparan asap rokok selama 20 hari,
radikal bebas seperti quinon, semiquinon 40 hari dan 60 hari pada tikus jantan dapat
dan hydroquinon dalam bentuk matriks menyebabkan penurunan bobot basah paru-
polimer. Pada fase gas mengandung nitrit paru.
oxida dan nitrit peroksida yang dapat Adanya peningkatan partikel hitam
mengubah oksigen menjadi radikal bebas yang menempel pada dinding alveolus paru-
superoksida dan selanjutnya menjadi radikal paru 40h dan 60h, dan peningkatan radang
bebas hidroksil yang sangat merusak. pada alveoli paru-paru pada 60h pada tikus
Hasil pengamatan juga jantan setelah pemaparan yang perubahan
memperlihatkan peningkatan sel radang dan tersebut tidak kembali ke kondisi normal
terjadi pembesaran pada alveoli pada setelah pemberhentian pemaparan.
perlakuan 60h (Gambar 2). Pneumonia Daftar Pustaka
adalah peradangan pada jaringan alveoli
paru-paru. Alveoli bertanggung jawab Ahmad S, White CW, Chang LY, Schneider
terhadap pertukaran O2 dan CO2 pada proses BK, Allen CB. 2001. Glutamine
pernafasan. Ahmad et al. (2001) protects mitochondrial structure and
menemukan bahwa paparan radikal bebas function in oxygen toxicity. Am J
menyebabkanterjadinya gangguan pada Physiol Lung Cell Mol Physiol.
mitokondria paru, jantung, dan otak. 280:779-91.
Arcavi L and Benewitz NL. 2004. Cigarette
smoking and infection. Arch Intern
Med. 164:2206-2216.
Baker RR. 2006. Smoke generation inside a
burning cigarette : Modifying
combustion to develop cigarettes that
Gambar 2. Fotomikrograf paru-paru setelah may be less hazardous to health.
pemaparan asap rokok Progress in Energy and Combustion
menunjukan peningkatan sel-sel Science. 32: 373–385
radang pada alveoli paru-paru Droge W. 2002. Free radical in the
(1) dan terjadi pembesaran physiological control of cell function.
alveoli (2) pada perlakuan 60h. Physiol Rev. 82: 47-95.
A (N= kelompok yang tidak Guyton AC. 1997. Fisiologi manusia dan
diberi perlakuan), B mekanisme penyakit. Alih Bahasa: Dr.
(60h=Pemaparan asap rokok Petrus Adrianto. Jakarta: EGC
selama 60 hari). Bar = 5 µm. Penerbit Buku Kedokteran.
Pewarnaan HE. Kiernan JA. 1990. Histological and
histochemical method: Theory and
Gangguan pernapasan atau perubahan practice. 2nd edition. Pergamon Press.
pada epitel saluran napas akibat asap rokok p 170 – 197.
dapat berupa: a) hilangnya silia, b) hipertrofi Riveles K, Roza R, Talbot P. 2005. Phenol,
kelenjar lendir dan peningkatan jumlah sel quinolines, indoles, benzene, and 2-
goblet, c) penurunan lapisan epitel cyclopenten-I-ones are oviductal
bronkiolus, dan d) penurunan kandungan toxicants in cigarette smoke. Toxicol
glutation peroksidase (GSH) jaringan paru. Sci. 17:267-272.
Asap rokok juga dapat menyebabkan Widodo E. 2006. Pajanan asap rokok pada
terjadinya peningkatan jumlah sel makrofag tikus sebagai model untuk manusia
dan perubahan ketebalan jaringan kolagen [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian
pada alveolus, proliferasi sel fibroblast dan Bogor.

11

Anda mungkin juga menyukai