Anda di halaman 1dari 9

PAPER

BERBAGAI SISTEM DALAM KEHIDUPAN YANG MEMPERBAHARUI PENDIDIKAN


ISLAM

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Yuyun Yuntarsih, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Alfiah tw

2. Fauzan

3. Nabila farah

4. Arman

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI PESANTREN DARUNNA’IM (STPDN) RANGKASBITUNG

2021/2022
BERBAGAI SISTEM DALAM KEHIDUPAN YANG
MEMPERBAHARUI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
Sebagai suatu sistem, pendidikan Islam berada di tengah berbagai sistem yang ada dalam kehidupan
manusia. Sistem tersebut mempengaruhi kualitas dan keberhasilan pendidikan Islam secara faktul tidak
bisa, dari sistem dalam kehidupan itu sendiri karena pendidikan itu merupakan sub dari sistem dari sistem
kehidupan manusia secara makro. Bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah sistem yang terintegrasi
dengan hampir semua sistem dalam kehidupan manusia yang melibatkan banyak unsur dan pihak yang
saling mempengarahui. Pengaruh sistem-sistem tesebut disebut selama ia mampu menunjang tercapainya
tujuan pendidikan dan sebaliknya, dikatakan negatif bila pengaruh tersebut justru menghambat
keberhasilan tujuan pendidikan tersebut.

Selanjutnya sistem pendidikan Islam, yang selama ini di identikkan dengan sistem pesantren dan
madrasah, dalam perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai sistem yang terdapat dalam kehidupan
baik sistem sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya.

Oleh karenanya makalah ini yang menjadi permasalahannya adalah berbagai sistem dalam kehidupan
yang mempengaruhi sistem pendidikan Islam, semoga tulisan yang singkat ini akan sedikit menambah
khazanah keilmuan tentang Ilmu Pendidikan Islam ditinjau dari judul tersebut.

B. Sistem Ekonomi
Secara ekonomi merupakan aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam
keluarga baik dalam keluarga rumah tangga rakyat (volkshuishouding). Masalah pokok ekonomi menurut
para pakar antara lain :

(1) jenis dan jasa yang diproduksi,

(2) sistem yang didistribusikan (untuk siapa barang dan jasa itu),

(3) efesiensi penggunaan,

(4) Inflasi, resesi,dan depresi, dan lain-lain.

Sistem ekonomi sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia karena menyangkut kebutuhnan
pokok manusia, yang meliputi sandang, pangan, papan serta kebutuhan lainnya. Sistem ekonomi
berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dan menjadi sebuah corak masyarakat
yang mengetahuinya.

Pendidikan dan ekonomi merupakan sistem yang mempunyai pengaruh timbal balik, saling
mengait dan menunjang karena disatu sisi instusi pendidikan mempu menghasilkan tenaga kerja dan
mampu membentuk manusia-manusia yang sanggup membangun masyarakat dan ekonomi Negara.
Sebaliknya ekonomi merupakan tulang punggung kehidupan bangsa yang menentukan maju dan
mundurnya. Lemah kuatnya, lamban-cepatnya suatu proses pembudayaan bangsa. yang merupakan fungsi
pendidikan.

Menurut laporan UNESCO Tahun 1957 yang dikemukan oleh Pleh Page Hasan Langgulung
bahwa menurut kajian lapangan, semakin tersebar pendidikan di Negara maka semakin cepat
pertumbuhan perekonomian Negara, berkaitan dengan semakin meningkatnya pembelajaran yang
diberikan kepada pendidikan. hal ini menyangkut kebijakan pemerintah sebagi instuisi dan bertanggung
jawab terhadap tataran kehidupan masyarakat termasuk pendidikan. Semakin banyak alokasi dana yang
diperuntukan bagi pembinaan pendidikan maka semakin besar kemungkinan untuk pengembangan
pendidikan yang pada gilirannya menunjang keberhasilan pendidikan itu sendiri. Tentu saja hal tersebut
harus dibarengi dengan pengelolaan dana yang baik adanya pengelolaan atau menejemen yang baik, dan
sebesar papun tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Ketresediaan alat-alat pendidikan yang tergolong pada perangkat keras seperti gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan perlengkapan lainnya, maupun perangkat lunak seperti
pengelolaan kurikulum, metode mengajar, administrasi pendidikan tidak bisa terlepas dari pendanaan,
artinya tanpa dana pendidikan yang berkualitas sangat sulit dilaksanakan. Dari sejarah pendidikan Islam
pada zaman pertengahan yakni zaman kemajuan dalam Islam, dapat diketahui tidak adanya kesadaran
perlu biaya untuk membangun dan mengelola instuisi pendidikan yang bermutu. Dalam beberapa buku
sejarah pendidikan Islam dinyatakan bahwa perdana menteri Mizan al-Mulk telah mengeluarkan dana
yang sangat besar untuk membiayai pendidikan. Dana sebesar 600.000 dinar setiap tahun untuk
pembiyayaan pendidikan sekolah madrasah yang diasuh oleh nya dan dana sebanyak 60.000 dinar untuk
membiayayi madrasah Anizamiyah Bagdad saja. Bila dihitung dengan emas maka satu gram emas
harganya 4,025 gram emas, maka biaya madrasah Nizamiyah mencapai 240 kg emas setahun untuk
seluruh madrasah yang diasuhnya menghabiskan 2,4 ton emas dalam setahun. Ini adalah jumlah yang
sangat besar. Bagi ilmuan yang menulis karya ilmiah maka diberi imbalan sebesar berat timbangan buku
yang ditulisnya.

C. Sistem Politik
Sistem politik adalah pola hubungan dengan masyarakat yang dibentuk berdasarkan keoutusan-
keputusan yang sah dan dilaksanakan dalam masyarakat. Sistem politik dapat dibedakan dari sistem lain :
Pertama, daya jangkau yang universal, meliputi semua anggota, Kedua, control mutlak atas pemakain
kekerasan fisik, Ketiga, hak membuat keputusan-keputusan yang mengikat dan diterima secarah absah,
dan Emapat, keputusan bersifat otoritatif, artinya mengandung daya pengabsahan dan kerelaan yang besar
karena keemepat ciri khas tersebut adalah juga ciri khas Negara, maka sistem politik dipakai sebagai
kolektifitas hubungan dari suatu Negara.

Pengaruh politik terhadap pendidikan Islam adanya kebijakan pemerintah suatu Negara memberikan
perhatian dan dukungan, baik moral maupun materil, untuk terlaksanakannya pendidikan Islam. Keadaan
seperti ini akan memberi pengaruh yang sangat besar untuk keberhasilan pendidikan Islam. Apabila suatu
negara mengalami kegoncangan politiknya, atau dipimpin oleh orang yang anti terhadap Islam, maka
mustahil pendidikan Islam akan menjalankan perannya secara baik. Pendidikan yang bermutu juga akan
mempengaruhi perkembangan lajunya politik generasi yang berkulitas munculnya dari Negara yang
berkualitas, karena pendidikan yang berkulitas akan mempengaruhi peradaban suatu bangsa. Apabila hal
itu terjadi maka akan mempengaruhi sistem ekonomi yang baik.

Kalau dilihat perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut seirama
perkembangan politik di Indonesia.pada zaman kolonial belanda pendidikan tidak diberikan di sekolah,
hal ini dapat dimengerti karena pemerintahan Hindia Belanda mengembangkan pendidikan yang netral
agama (sekuler), walaupun sebenrnya belanda ingin sekali memasukan pendidikan agama keristen. Dalam
perkembangannya demi menjaga citranya dikalangan penduduk pribumi dan raja muslim yang berkuasa,
akhirnya belanda dapat menunjukan sikap netralnya. Selanjutnya, atas desakan tokoh-tokoh islam
akhirnya diberikan diluar jam pelajaran resmi dan guru agama tidak mendapat gaji dari pemerintahan.

Pada zaman jepang pendidikan Isam terlihat lebih baik, terutama setelah dibentuk lembaga
pendidikan agama setelah mendapat persetujuan dari kantor pusat Depertemen Agama dan guru mendapat
gaji dari pemerintahan setempat. Artinya pendidikan Islam sangat tergantung kepada kebutuhan
masyarakat setempat dan kesediaan pemerintah lokal menggaji . seringkali guru agama tidak
mendapatkan gaji tetapi ada juga yang mendapat gaji dari swadaya masyarakat setempat atau dipungut
dari gaji guru yang lain.

Pada masa kemerdekaan, keadaan pendidikan semakin baik setelah dibentuknya Departemen
Agama sebagai hasil barganing (tawar menewar), politik umat Islam dihapuskannya piagam Jakarta.
Depertemen Agama mengusulkan tiga : memberikan pengajaran agama disekolah negeri dan partikular,
memberi pengetahuan umum di madrasah,dan mengadakan Pendidikan Guru Agama (PGA) dan
Pendidikan Hakim Agama Islam Negeri (PHIN). Dalam Undang-Undang Nasional No. 4 tahun 1950 Jo.
UUPN No.12 tahun 1954 juga ditetapkan bahwa disekolah-sekolah negeri diselenggrakan pelajaran
agama dengan catatan orang tua murid yang menetapkan keikutsertaan anaknya. Dengan demikian,
secara jujur posisi pendidikan agama relatif kuat atau paling tidak memiliki kekuatan hukum.

Dari sisi tersebut di atas, UU No. 4 tahun 1950 Jo UU No. 12 tahun 1954 ini simple tapi padat, tapi pada
sisi lain UU ini belum maksimal dalam merefleksikan keinginan umat Islam –yang mayoritas jumlah
penduduknya- dalam memasukkan pendidikan Islam. Sampai akhir decade 60-an pelaksanaan pendidikan
secara nasional masih bertumpu pada Undang-Undang No. 4 tahun 1950 jo. No. 12 tahun 1954 “tentang
dasar-dasarPendidikan dan Pengajaran di Sekolah”. seperti dapat dipahami dari namanya, Undang-
Undang tersebut pada pengaturan pendidikan di sekolah. Dalam kenyataan tidak memberi perhatian yang
cukup pada pendidikan di sekolah. Dalam kenyataannya tidak memberi perhatian yang cukup pada
pendid Dibawah ini akan dikemukakan isi dari pada Undang-Undang Nasional No. 4 tahun 1950 Jo.
UUPN No.12 tahun 1954 tentang pendidikan agama antara lain :
1. Undang-Undang ini tidak berlaku untuk pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah agama
dan pendidikan masyarakat”.

2. Mengenai Madrasah hanya diisyaratkan dalam pasal 10 ayat 2 sebagai berikut :

3. Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah
memenuhi kewajiban belajar”.

Undang-Undang tersebut ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 2 April 1950 oleh Presiden Republik
Indonesia, Soekarno dan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan S. Mangoensarkoro, kemudian
diundangkan pada tanggal 5 April 1950 oleh Menteri Kehakiman pada saat itu A.G. Pringgodigdo.
Selanjutnya Presiden Republik Indonesia menyatakan berlakunya Undang-Undang No. 4 tahun 1950 dari
Republik Indonesia terdahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh
Indonesia dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 12 tahun 1954 di Jakarta pada tanggal 12 Maret
1954 dan diundangkan pada tanggal 18 Maret 1954 yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan Muhamad Yamin serta Menteri Kehakiman Djody Gondokusumo.

Pendidikan agama memang benar-benar memiliki posisi yang kuat setelah orde baru yang
berhaluan anti komunis mengambil alih kekuatan. Kebijakan tentang pendidikan agama dilaksanakan
berdasarkan pokok kebijakan. Pertama, orde baru memang condrong kepada Islam, karena hanya
Islamlah yang benar-benar anti komunis. Diwajibkannya pendidikan agama semua jenjang dan jenis
pendidikan, merupakan rangkaian dari pemberantasan komunisme sampai keakar-akarnya. Kedua,
sebagai ucapan terimakasih kepada umat Islam yang telah berstau dengan ABRI telah menyelamatkan
ideologi Negara pancasila dan Negara kesatuan Republik Indonesia dari G.30 September PKI yang
hendak mengganti ideologi pancasila dengan komunisme, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara objektif sangat memerlukan pendidikan agama. Sebab
fungsi pemerintah disamping mengemban amanah yang bersifat politis juga mengemban amanah yang di
bidang edukatif termasuk di dalalmnya pendidikan agama Islam. Atas dasar itulah, pemerintah Orde Baru
melalui Golkar sebagai mesin penggeraknya (politiknya) senantiasa mengadakan control terhadap
pendidikan agama mulai dari kurikulumnya sampai pada pelaksanaannya terutama mengenai kulifikasi
gurunya. Dan bahkan lebih dari itu, Golkar semakin intensif dalam mengembangkan atau
mengkampanyekan Islam yang sesuai dengan persepsi dan haluan politiknya. Dengan demikian bahwa
sistem yang berlaku pada saat itu atau pada suatu Negara cukup besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan
sistem pendidikan Islam, baik terhadap kurikulum dan materi pelajaran dan pengadaan guru maupun
kebijakan lain yang menyangakut identitas sebuah lembaga pendidikan Islam.

Secara harifah politik dapat diartikan sebagai usaha atau rekayasa yang diatur maka politik yang
diartkian merupakan dalam rangka mencapai tujuan. Dengan pengertian demikian ini. Politik dalam
bahasa Arabanya dikenal dengan asy-Siyasah berlaku pada semua aspek kehidupan, seperti pendidikn,
keluarga, ekonomi, budaya, kenegaraan, dan lain lain. Dalam perkembangan selanjutnya, politik sering
dikaitkan dengan masalah kekuasaan suatu pemerintah. Di dalamnya, dibahas tentang bagimana usaha-
usaha untuk mendaptkan kekuasaan, mengelola dan mempertahankannya agar supaya kekuasaan itu tetap
dapat dipertahankan. Pengertian politik, dalam arti kekuasaan atau kebijaksanaan yang berkaitan dengan
urusan pemerintahan tersebut, tampaknya yang paling menonjol dibandingkan dengan pengertian politik
lainnya.
Sesungguhnya hubungan antara pendidikan dengan politik bukanlah suatu hal yang baru, sejak
zaman plato dan Aries Toteles, para filosuf dan pemikir politik telah memberikan perhatian yang cukup
intens terhadap maslah ini, Kenyataan ini, misalnya, ditegaskan dengan ungkapan :” As Is The State, So
Is The School” ( sebagaimana Negara, seperti itu pula sekolah).

Signifikasi dan inplikasi politik dan pengembangan madrasah atau pendidikan Islam, pada
umumnya, bagi para pengausa muslim sudah jelas. Madrasah-madrasah terebut didirikan untuk
menunjang kepentingan-kepentingan politik-politik tertentu dari penguasa muslim, diantaranya untuk
memperkokoh citra pengausa sebagai ornag-orang yang mempunyai kesalehan mental, minat dan
kepedulian kepada kepentingan umat, dan ini lebih penting lagi sebagai pembeda antara ortodoksi dan
pembeda.

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting daam system social politik di setiap Negara,
baik Negara maju maupun Negara berkembang. Keduannya saling dilihat sebagai bagian-bagian yang
terpisah, yang satu dengan yang lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal keduannya bahu
membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu Negara. Lebih dari itu, keduannya
satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan
penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di Negara tersebut. Di dunia Islam, keterkaitan
antara pendidikan dan politik sudah jelas. Sejarah peradaban Islam banyak ditandai oleh kesungguhan
para ulama dan para umara dalam memperhatikan persoalaan pendidikan dalam upaya memperkuat posisi
social politik kelompok dan pengikutnya.

Disini dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah perkembangan Islam, Intuisi politik ikut mewarnai
corak pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan para penguasa dalam kegiatan pendidikan pada waktu
itu, tidak hanya sebatas dukungan moral kepada para peserta didik, melainkan juga dalam bidang
administrasi, keuangan, kurikulum.

D. Sistem Sosial Budaya


Pendidikan dengan pendekatan sosiologi dapat diartikan sebagai subuah studi yang
memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang
dihadapi. pendidikan dengan pendekatan sosiologi ini menarik dan penting untuk dikaji dan diketahui
karena. Beberapa alasan .

Pertama, konsep pendidikan. Selain didefinisikan melalui pendekatan individual sebagaimana aliran
nativisme, juga dapat diketahui melalui pendekatan masyarakat sebagaimana aliran behaviorisme.
Dengan kata lain masyarakat mempunyai nilai-nilai pendidikan yang ingin disalurkan dari generasi
kegenerasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan diibaratkan seperti bangunan rumah tampak
jelas warisan intelektual, seni, ekonomi, politik, agama dan lain-lain.

Kedua. Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia. Ia adalah salah satu bentuk tindakan
social yang memungkinkan terjadinya suatu interaksi melalui suatu jaringan hubungan-hubungan
kemanusiaan. Dalam kaitannya dengan pendidikan islam maka hal ini tidak dapat dipisahkan karena
bagaimanpun juga sistem sosial dalam kemasyarakat sangat erat hubungannya dengan pendidikan islam.
Ketiga. Di kalangan aliran progresivisme, sebagaimana yang banyak diterapkan saat ini, dinyatakan
bahwa setiap anak didik memeiliki kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan kelebihan manusia
dibandingan dengan makhuluk lain. Dengan potensi yang bersifat kreatif dan dinamis tersebut, anak didik
mempunyai bekal untuk mengehadapi dan memcahkan problem-problemnya.

Sistem budaya merupakan rangkain hubungan komponen-komponen budaya sebagai ungkapan


perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sebagai mahluk berbudaya. Namun demikian, dalam
mekanisme budaya tersebut, tidak terpisahkan dari hubungan antara manusia sebagai mahluk sosial yang
menghubungkan antara individu, antara indivdu kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok
manusia liannya. Di sini terbentuk suatu tatanan yang kita konsepkan sebagai sistem sosial. Sistem ini
berbentuk, sebagai akibat hubungan sosial antara komponen-komponen sosial individu, kelompok dalam
bentuk tindakan dan prilaku pendukungnya. Hal ini dijadikan sebagai salah satu pertimbangan oleh para
para pengambil kebijakan, perancang dan praktisi pendidikan. Visi, misi dan arah tujuan, kurikulum,
kualitas lulusan, pengelolaan sarana dan prasarana, keuangan, lingkungan dan evalusai pendidikan yang
dirancang dan dilaksanakan harus memperhatikan factor kebudayaan sebagaimana dijelaskan di atas.

Pendidikan dengan pendekatan kebudayaan dapat dirumuskan antara lain menjadikan pendidikan
sebagai perantara yang kuat dan berwibawa dalam memelihara, melestarikan, dan mengembangkan
kebudayaan Indonesia. Sedangkan misi pendidikan yang berbasis kebudayaan antara lain :

1. Mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan Indonesia kedalam perencanaan, pelaksanaan, dan


pengembangan pendidikan islam.

2. Menjadikan pendidikn sebagai wahana bagi masyarakat nilai-nilai budaya kepada generasi muda.

3. Mengupayakan terhindarnya peserta didik dari pengaruh budaya global yang negatif

4. Mendorong tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang mendorong lahirnya etos kerja
yang tinggi.

Adapun tujuan pendidikan yang berbasis kebudayaan adalah melahirkan peserta didik yang
memiliki karakter yang merupakan keseluruhan dinamika rasional antar pribadi dengan berbagai macam
dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya agar pribadi itu semakin dapat mengahayati
kebebasaanya sehingga ia mampu bertaggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi
dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. (pendidikan karater bertujuan membentuk insan yang
berkeutamaan).

Sistem sosial pada dasarnya tidak lain adalah merupakan sistem tindakan-tindakan. Ia terbentuk
dari integrasi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang secara
kebetulan,melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan standar penilaian yang disepakati oleh para
pengikutnya yakni anggota masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian tersebut
adalah yang sesungguhnya membentuk struktur sosial.[22] Dalam sistem budaya inilah manusia belajar,
berkreasi, berinovasi, berilmu, dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut dengan kehidupan berbudaya.
Dalam perkembangan masyarakat terdapat tiga tipe masyarakat yaitu : masyarakat tardisional, masyarkat
fedoal berkembang, dan masyarkat modern. Tipe masyarakat trdisional adalah masyarakat dengan
kelompok-kelompok tradisional dari dunia luar dan jumlahnya relative sedikit. Pola hidup mereka masih
sangat sederhana dan statis kehidupan mereka bergantung kepada alam.
Tipe ideal masyarakat feodal masyarkat yang memiliki stara kehidupan lebih rendah-mereka
terdiri dari masyarakat petani yang tinggal di pinggiran pedesan, dan menggunakan teknologi rendah,
ditambah dengan beberapa tenaga trampil, di samping masyarkat yang tinggal berbasis di kota terdiri dari
birokrat, ulama, sarjana, tuan tanah, dan perjurit, dengan kombinasi yang bervariasi. Masyarakat feodal
juga ditandai dengan instuisi administrasi, keagamaan dan pendidikan yang sudah jauh dikembangkan,
yang digunakan oleh kelas yang berkuasa untuk mengabdikan posisinya di struktur masyarakat.
Bagaimanpun, keadaan aman yang penting antara masyarakat fedoal dan tradisional. Keduanya adalah
masyarakat yang statis dan lugu, dan ditandai dengan tingkat keharamonisan yang tinggi.

Tipe ideal masyarakat modern memang sangat berbeda mereka bercirikan legalitarisme dan
tingkat mobilitas yang tinggi itisusi-intisusinya sangat berbeda secara khusus dan rasional, tatanan
ekonomi, politik dan sosialnya terus menerus mengalami perubahan, dan kriteria menetukan status.

Bagaimanapun, perbedaan utama antara tipe masyarakat itu adalah sifat dinamis dari masyarkat
modern jika dibandingkan dengan karakter masyarakat berkembang dan relait statis. Disisi lain sistem
modern memiliki keluwesan dan kemampuan beradaptasi untuk mengatasi perubahan yang demikian
cepat dan mendasar di semua sektor masyarakat.[23]Dari ketiga karakter sistem sosial budaya tersebut
diatas dapat dipahami bagaimanapun berkembang pesatnya suatu zaman, tipe-tipe masyarakat seperti
yang telah disebutkan diatas tatap eksis baik masyarakat tradisional berkembang maupun modern. Tipe
tersebut cendrung kepada pola pikir dan bertindak yang akan berimplikasi terhadap sistem pendidikan
Islam.

Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia kita dapat melihat betapa besar pengaruh
sosial budaya terhadap pendidikan Islam. Pada masa dahulu pesantren banyak dipengaruhi oleh
masyarakat tradisional yang identik dengan pola pemikiran tradisionalnya juga beranggapan bahwa yang
dikatakan pendidikan Islam itu adalah belajar membaca al-Qur’an dan ilmu agama semata masyarakat
perkotaan yang identik dengan pola pikir modern cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah umum.
Seiring dengan perkembangan zaman, orientasinya telah berubah. Masyarkat berkembang pada saat
sekarang tidak hanya membutuhkan pendidikan agama dalam makna sempit, akan tetapi pendidikan
agama yang kompetitif. Hal ini ditandai dengan munculnya pesantren terpadu atau modern yang tidak
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu Sains dan teknologi.

Sebaliknya, masyarakt modern tidak hanya membutuhkan pendidikan sains dan teknologi, tetapi
juga membutuhkan pendidikan keimanan, ibadah dan akhlak karena semakin intensnya terjadi
kemosrotan akhlak dikalangan anak-anak mereka karena pengaruh arus eraglobalisasi, hal ini ditandai
dengan munculnya lembaga pendidikan umum yang bersifat plus seperti SD Plus, SMP, SMA UIN yang
mengintegrasikan antara pengajaran sains dan teknologi dengan nilai-nilai ke Islaman secara
komprehensif.

E. Kesimpulan
Dengan demikian, alhamdulillah kita telah sedikit banyak membahas akan sistem pendididkan
Islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan nasional dari segi jalur, jenjang, sekaligus jenis
pendidikan. Belum lagi kita telah mengetahui kedudukan dan peran pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan nasional dengan berikut pembagiannya. Serta tidak lupa yang terakhir berbagai sistem
kehidupan yang mempengaruhi sistem pendidiakn Islam dengan tiga pembagiannya (sistem ekonomi,
politik, sosial dan budaya), walau tidak menutup kemungkinan masih ada faktor kehidupan yang lain
dapat ikut berperan dalam mempengaruhi sistem pendidikan Islam.

Dilihat perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mengalam pasang surut seirama


perkembangan politik di Indonesia. Pada zaman colonial belanda pendidikan tidak diberikan di sekolah,
hal ini dapt dimengerti karena pemerintahan Hindia Belanda mengembangkan pendidikan yang netral
agama (sekuler), walaupun sebenrnya belanda ingin sekali memasukan pendidikan agama keristen.Sistem
pemerintahan dari pemerintahan, segala urusan dan tindakan, kebijakan siasat dan lain sebagainya,
mengenai pemerintahan atau terhadap Negara lain; kebijakan dalam menghadapi atau mengatasi masalah
lain.

Anda mungkin juga menyukai