Identitas nasional, biasanya berdasarkan budaya bersama, agama, sejarah,
bahasa, atau etnisitas. "Nation creates national identity", bangsa menciptakan identitas nasional, hal tersebut yang membuat masyarakat memiliki perasaan memiliki terhadap sebuah bangsa (n.n, 2016). Sementara Billig dalam bukunya, Banal Nationalism, menyatakan sebuah identitas dapat ditemukan dari kebiasaan kehidupan sosial termasuk pemikiran dan penggunaan bahasa. Ia juga menyatakan, memiliki identitas nasional juga melibatkan kondisi fisik, legal, sosial, emosial, dalam sebuah tanah air (Billig, 1995, h.8). Di sisi lain, Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, menjawab kritikan terhadap slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" dengan argumen bahwa identitas bangsa Indonesia, adalah Pancasila. Adanya globalisasi, yang ditandai dengan kemajuan di bidang telekomunikasi dan transportasi, akan memudahkan mobilitas penduduk yang berpotensi mengubah struktur demografi masyarakat sebuah negara, identitas bangsa, dan konsep nasionalisme. Globalisasi juga memberikan ancaman hilangnya jati diri bangsa Indonesia Bakry (2011: 101) mengatakan bahwa kebudayaan daerah merupakan kerangka dasar yang saling berintegrasi menuju kesatuan kebudayaan nasional.Dan kebudayaan nasional tersebut merupakan “identitas nasional dan menjadi kebanggan bangsa.Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan terintegrasinya (penyatuan) kebudayaan daerah, hal ini dimungkinkan dapat mempertahankan serta memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia. Dalam upaya mewujudkan penyatuan budaya ini, pemerintah tentunya membutuhkan wadahnya. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007, secara rinci fungi perpustakaan yang berorientasi pada warisan budaya adalah sebagai berikut: a. Akuisisi, pelestarian, dan perekaman bibliografis atas materi yang muncul dari atau tentang negara sendiri. b. Akses dokumen baik langsung atau jarak jauh pada akumulasi koleksi. c. Jasa referensi atau informasi, termasuk penyusunan petunjuk koleksi warisan budaya nasional. d. Pelaksanaan pelatihan kerja bagi pustakawan setempat. e. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terkait dengan koleksi, sistem dan sebagainya. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perpustakaan nasional memiliki tanggung jawab dalam melakukan akuisisi, melestarikan, memberikan akses, memberikan informasi dan petunjuk terhadap warisan budaya nasional. Tetapi ditengah gencarnya kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, tentunya banyak tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan nasional dalam upayanya memperkenalkan, memberikan akses, memberikan informasi terkait dengan warisan budaya Indonesia ke generasi berikutnya.Faktor-faktor hambatan tersebut dapat berasal dari dalam (internal) atau pun dari luar (eksternal). Faktor dari dalam (internal) dimungkinkan karena keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki, sumber dana, ide pengembangan,dsb. Sedangkan hambatan dari luar (eksternal) dimungkin dapat terjadi karena kurang tertariknya generasi saat ini dengan warisan budaya Indonesia, pengaruh perkembangan teknologi, juga kesadaran orangtua/ generasi pendahulu untuk menurunkan warisan budaya/ kearifan lokal nya ke generasi berikutnya. Nilai-nilai Pancasila harus menjadi prinsip pemersatu bangsa. Keragaman harus menjadi alat harmonisasi bangsa, menjadi dasar bagi identitas kolektif yang melahirkan nasionalisme kultural, dan bukan sekadar nasionalisme politis.
Pihak yg dapat membantu :
Identitas nasional merupakan jati diri bangsa, oleh sebab itu sebagai generasi penerus bangsa yang baik tentu kita harus bisa meneruskan dan tetap mempertahankan identitas nasional ini. Misalnya dengan menerapkannya pada kehidupan sehari hari, mengimplementasikannya dari hal yang mudah. Peran dari orang sekitar juga sangat mempengaruhi. Terutama pada politikus dan petinggi, sebab figurnya akan diliat dan dicontoh oleh masyarakat, jadi dari segi bertindak tentu harus idperhatikan. Dan tentu saja semua warga negara tanpa terkecuali harus bisa mengimplemnetasikannya.