http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The situation of foreign language speakers in the realm of social bilingual have various constraints influenced
by a variety of factors. This study aimed to examine the code said verbal foreign speakers in the realm of social
bilingual. This is the focus of research exists, function, and the code says foreign speakers in the realm of social
bilingual. The purpose of this study are to describe the form, specify the function, describing the dominance of
the function, and identify factors that influence verbal communication foreign speakers in the realm of social
bilingual. Data was collected by observation and interview techniques. To analyze the data of this study is done
through two procedures, namely the analysis of the data collection process and analysis of collected data.The
result is a form, function, function domination, and the verbal code said foreign speakers in the realm of social
bilingual.The results of this study are form, function, domination function, and verbal speech code factor of
foreign speakers in the social domain bilingual society. A form of verbal communication code in the form of
foreign speakers and variety of registers. The function of language is found in the form of expressive function-
referential, expressive functions-conative, function connative-referential,function phatic-conative, and function
phatic-referential. Factors that influence is the place and the atmosphere of speech-participant said, participant
said-purpose speech, the atmosphere of speech-participant said-purpose speech, the principal speech-participant
said, and means said-participant said. Based on this, the researchers advise readers and other researchers to
make research as research continued with the object and a different and not limited to verbal communication as
well as in the social sphere alone.
© 2016 UniversitasNegeri Semarang
Alamat korespondensi: p-ISSN 2301-6744
KampusUnnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4493
E-mail: agestia.putri13@gmail.com
62
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
63
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus sendiri. 6) Fungsi konatif, yaitu bahasa yang
dan kasar), varian ragam dan gaya yang digunakan dengan maksud agar lawan bicara
dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, melakukan sesuatu. Fungsi konatif bertumpu
gaya hormat, atau gaya santai), dan varian pada lawan bicara (addresse). Fungsi konatif
kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa disamakan artinya dengan fungsi direktif.
doa, dan bahasa lawak). Dalam peneletian ini komponen tutur
Selanjutnya, kedwibahasawan dapat sangat diperlukan dalam upaya mendeskripsi
dipakai untuk perorangan (individual faktor-faktor yang mempengaruhi kode tutur
bilingualisme) dan dapat juga untuk masyarakat penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
(societal bilingualisme)(Nababan 1992). Hal ini dwibahasawan. Konsep komponen tutur
didasarkan pada pendapat bahwa tidak cukup pertama-tama dikemukakan oleh Hymes (1972
membatasi kedwibahasawan hanya sebagai dalam Gumperz dan Hymes,(eds.) 1972:58-66))
milik individu. Kedwibahasawan harus dalam tulisannya yang berjudul “Model of
diperlakukan juga sebagai milik kelompok Interaction of Language and Social Life”. Di dalam
karena bahasa itu sendiri tidak terbatas sebagai tulisannya itu ditujukan adanya sejumlah faktor
alat penghubung antarindividu, melainkan juga luar bahasa yang berpengaruh terhadap
alat komunikasi antarkelompok. pemakaian bahasa. Faktor-faktor itu ialah (1)
Fungsi bahasa yang dijadikan dasar tempat dan suasana tutur (setting and scene), (2)
dalam penelitian ini adalah fungsi bahasa yang peserta tutur (participants), (3) tujuan tutur
dipaparkan oleh Jakobson (dalam (ends), (4) pokok tuturan (act sequences), (5)
Ibrahim:1993). Fungsi tersebut dipilih karena nada tutur (keys), (6) sarana
penentuan sudut pandang yang jelas. tutur(instrumentalities), (7) norma tutur(norms),
Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa dan (8) jenis tuturan (genre).
sebagai berikut. 1) Fungsi ekspresif merupakan Penelitian sosiolinguistik memiliki tiga
fungsi yang menunjukkan bahwa bahasa dimensi tahapan analisis, yaitu dimensi
digunakan dalam mengungkapkan deskriptif, dimensi eksplanatif, dan dimensi
perasaan/emosi, seperti: rasa gembira, senang, pengkondisian situasi. Dimesi deskriptif adalah
kesal, sedih, dan sebagainya. Fungsi ekspresif cara memaparkan dalam penelitian dengan
bertumpu pada aspek penutur (addresser). Fungsi mendeskripsikan data dengan melihat bahasa
ekpresif disamakan pengertiannya dengan fungsi secara sinkronis (bahasa tertentu dalam kurun
personal dan fungsi internal. 2) Fungsi refensial waktu tertentu). Pada prinsipnya hasil
adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk pengamatan bahasa dalam dimensi ini
membicarakan sesuatu dengan topik tertentu. digambarkan secara objektif berdasarkan apa
Fungsi referensial bertumpu pada aspek konteks yang di lihat (what you see) bukan seperti apa
(context). 3) Fungsi putik merupakan fungsi yang di harapkan (not what you expect to). Hasil
bahasa digunakan untuk menyampaikan dimensi penelitian ini disebut etnografi
sesuatau amanat atau pesan tertentu. Fungsi (komunikasi atau berbicara). Dimensi ini
putik bertumpu pada aspek amanat (massage). memiliki dua jenis paparan. Pertama, paparan
Fungsi putik disamakan artinya dengan fungsi deskriptif yang menghasilkan argumen atau
imajinatif. 4) Fungsi fatik, yaitu bahasa pertanyaan-pertanyaan. Hasil penelitian ini
digunakan untuk sekadar ingin tahu harus diuji dari penandanya, misal tipe
mengadakan kontak dengan orang lain. Fungsi kesantunan dilihat dari cirinya panjang, pelan,
fatik bertumpu pada kontak (contact). Fungsi singkat, dan lain-lain. Kedua, deskriptif inferensi
fatik dapat disamakan artinya dengan fungsi yaitu menjelaskan bagian-bagian yang lebih
interpersonal. 5) Fungsi metalingual,bahasa detail.Dimensi eksplanatif menjelaskan dari
memiliki fungsi metalingual apabila bahasa bukti-bukti yang diperoleh dalam penelitian.
digunakan untuk membahas bahasa itu sendiri. Dimensi ini melihat bahasa tidak pada yang
Fungsi metalingual bertumpu pada bahasa itu dilihat, tetapi lebih dari itu. Dalam dimensi ini,
64
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
65
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
66
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
67
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
68
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
SIMPULAN
Hubung
an sosial Berdasarkan temuan tersebut dapat
disimpulkan hasil penelitian.Wujud kode tutur
verbal yang dilakukan penutur asing dalam
Peserta Latar ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Tutur belakang disesuaikan dengan kemampuan berkomunikasi
penutur asing yang disesuaikan dengan
Faktor penguasaan kode verbal, wujudnya berupa
yang Profesi
mempe ragam formal dan register dalam berbagai
ngaruhi bidang kegiatan. Ciri-ciri kode tutur verbal
Kode
TuturV penutur asing dapat diketahui dari persamaan
erbal wujud kode pada setiap tuturan penutur
Penutur
Asing asing.Fungsi kode tutur verbal penutur asing
Infor
Dalam masi dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Ranah
Sosial bervariasi disesuaikan dengan tujuan tutur
Masyar Tujuan Resp
Tutur on penutur asing. Dominasi fungsi-fungsi kode
akat
Dwibah tutur verbal tertentu pada tuturan penutur asing
asawan dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Tind
akan diakibatkan karena kemampuan berbahasa
penutur asing terbatas sehingga kode tutur
tersebut digunakan sesuai keperluan dasar saja
bukan secara mendalam.Faktor yang
Tungg mempengaruhi kode tutur verbal penutur asing
al
dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Pokok dipengaruhi oleh kebutuhan dan kemampuan
Tutura
n penggunaan kode verbal.
Peserta tutur yang berada di lingkungan
Berunt
un masyarakat dwibahasawan, hendaknya
menyesuaikan penggunaan kode tutur verbal
dalam interaksi sosial;situasi kebahasaan yang
dilakukan penutur asing dilingkungan
Langs masyarakat dwibahasawan masih sangat
ung
memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut, tidak
sebatas pada kode tutur verbal dalam ranah
Sarana sosial saja; penelitian ini dapat menjadi acuan
Tutur
Telepo bagi peneliti lain yang akan melakukan
n penelitian ilmu bahasa umumnya dan kajian
sosiolinguistik pada khususnya.
Tak
langsu
ng
Tulis
69
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)
70