Anda di halaman 1dari 9

SELOKA 5 (1) (2016)

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka

KODE TUTUR VERBAL PENUTUR ASINGDALAM RANAH


SOSIALMASYARAKAT DWIBAHASAWAN

Agestia Putri Nusantari Fathur Rokhman

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Situasi kebahasaan penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan memiliki berbagai kendala yang
Diterima Februari 2016 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini dimaksudkan untuk menelaahkode tutur verbal penutur asing
Disetujui Maret 2016 dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Fokus penelitian ini adalah wujud, fungsi, dan faktor kode tutur
penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsi
Dipublikasikan April
wujud, menentukan fungsi,mendeskripsi dominasi fungsi, danmengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
2016
komunikasi verbal penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan.Pengumpulan data dilakukan
________________ dengan teknik pengamatan dan wawancara.Analisis data penelitian dilakukan melalui dua prosedur, yaitu
Keywords: analisis selama proses pengumpulan data dan analisis setelah pengumpulan data.Wujud, fungsi, dominasi fungsi,
code speech,foreign speakers, dan faktor kode tutur verbal penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Wujud kode
komunikasi verbal penutur asing berupa register dan ragam.Fungsi bahasa yang ditemukan meliputi fungsi
bilingual community
ekspresif-referensial, fungsi ekspresif-konatif, fungsi konatif-referensial,fungsi fatis-konatif,danfungsi fatis-
____________________
referensial. Faktor yang mempengaruhi adalahtempat dan suasana tutur-peserta tutur, peserta tutur-tujuan tutur,
suasana tutur-peserta tutur-tujuan tutur, pokok tuturan-peserta tutur, dan sarana tutur-peserta tutur.Peneliti
memberikan saran kepada pembaca dan peneliti lain untuk menjadikan penelitian ini sebagai kajian lanjutan
dengan objek serta tempat yang berbeda dan tidak terbatas pada komunikasi verbal serta dalam ranah sosial saja.

Abstract
___________________________________________________________________
The situation of foreign language speakers in the realm of social bilingual have various constraints influenced
by a variety of factors. This study aimed to examine the code said verbal foreign speakers in the realm of social
bilingual. This is the focus of research exists, function, and the code says foreign speakers in the realm of social
bilingual. The purpose of this study are to describe the form, specify the function, describing the dominance of
the function, and identify factors that influence verbal communication foreign speakers in the realm of social
bilingual. Data was collected by observation and interview techniques. To analyze the data of this study is done
through two procedures, namely the analysis of the data collection process and analysis of collected data.The
result is a form, function, function domination, and the verbal code said foreign speakers in the realm of social
bilingual.The results of this study are form, function, domination function, and verbal speech code factor of
foreign speakers in the social domain bilingual society. A form of verbal communication code in the form of
foreign speakers and variety of registers. The function of language is found in the form of expressive function-
referential, expressive functions-conative, function connative-referential,function phatic-conative, and function
phatic-referential. Factors that influence is the place and the atmosphere of speech-participant said, participant
said-purpose speech, the atmosphere of speech-participant said-purpose speech, the principal speech-participant
said, and means said-participant said. Based on this, the researchers advise readers and other researchers to
make research as research continued with the object and a different and not limited to verbal communication as
well as in the social sphere alone.
© 2016 UniversitasNegeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2301-6744
KampusUnnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4493
E-mail: agestia.putri13@gmail.com

62
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN berupa dialek, idiolek, sosiolek, register, dan


variasi bahasa lain yang digunakan masyarakat
Minat warga negara asing untuk dwibahasawan disekitarnya. Selain itu, mereka
berkunjung di Indonesia relatif tinggi. Hal menggunakan bahasa tunggal dan alih kode
tersebut diimbangi dengan minat belajar mereka maupun campur kode.
di Indonesia. Menyikapi hal tersebut peran Kajian tentang wujud kodetutur verbal,
bahasa sebagai pengantar menjadi alat fungsi, serta faktor yang mempengaruhi
komunikasi utama dalam pengajaran. Penutur penggunaannya pada tuturan penutur asing
asing yang belajar di Indonesia dari berbagai menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Negara pun memiliki berbagai kendala, antara Dalam interaksi dengan masyarakat
lain perubahan iklim yang ekstrim, pola dwibahasawan, penutur asingdituntut untuk
kehidupan di lingkungan yang berbeda, budaya, dapat menggunkan kode verbal yang sesuai
dan bahasa tentunya. Pada kondisi yang dengan tujuannya. Oleh karena itu, dalam
demikian, bahasa menjadi kajian utama yang penelitian ini dijabarkan mengenai wujud kode
menarik dalam penelitian ini. Penutur asing tutur verbal yang ada pada penutur asing, fungsi,
tinggal di lingkungan masyarakat dwibahasawan serta faktor yang mempengaruhi kode tutur
(bilingual), yaitu sekelompok orang yang tersebut dalam ranah sosial masyarakat
menguasai lebih dari satu bahasa. Situasi dwibahasawan.
kebahasaan pada konteks penutur asing yang Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat
dihadapkan dengan masyarakat dwibahasawan dirumuskan masalah penelitian ini adalah
dengan adanya perbedaan budaya yang mengidentifikasiwujud kodetuturverbal penutur
digunakan dalam interaksi sosial merupakan isu asing dalam ranah sosial masyarakat
yang menarik dari perspektif sosiolinguistik. Hal dwibahasawan dan bagaimana ciri-cirinya;
ini sejalan dengan pendapat Pastika (2005:103) fungsi kode tuturapa sajakah yang digunakan
bahwa peran bahasa sangat dominan dalam penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
kehidupan manusia karena bahasa tidak hanya dwibahasawan dan mengapa fungsi tersebut
menjadi bagian dari kebudayaan manusia tetapi yang dominan; dan faktor-faktor apakah yang
juga menjadi penentu dari perkembangan mempengaruhikode tutur penutur asing dalam
kebudayaan tersebut. ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Tujuan
Ranah sosial menjadi kajian dalam penelitian ini adalahmendeskripsiwujud
penelitian ini dikarenakan dalam ranah tersebut, kodetutur penutur asing dan ciri-cirinya dalam
variasi bahasa yang digunakan lebih beragam ranah sosial masyarakat dwibahasawan;
dibanding dengan ranah pendidikan. Dalam menentukan fungsi kode tuturverbal penutur
ranah sosial, peristiwa tutur yang dihadapi asing dan dominasi fungsi tertentu dalam ranah
penutur asing terjadi dalam berbagai situasi, sosial masyarakat dwibahasawan; dan
misal di tempat makan, tepi jalan, toko, pasar, mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang
dan lain sebagainya. Adanya berbagai variasi mempengaruhi kode tutur penutur asing dalam
pemakaian bahasa sebagai akibat dari kebutuhan ranah sosial masyarakat dwibahasawan.
penutur dalam berkomunikasi menyebabkan Kode diartikan sebagai (1) lambang
situasi kebahasaan di dalam masyarakat tersebut suatu sistem ungkapan yang dipakai untuk
menjadi rumit. Keadaan yang demikian menggambarkan makna tertentu, (2) sistem
membuat para penutur asing melakukan pilihan bahasa dalam satu masyarakat, (3) suatu varian
bahasa. Pilihan bahasa itu menjadi bervariasi tertentu dalam satu bahasa(Kridalaksana 1984).
bukan hanya karena penutur yang tidak Selain mengacu pada bahasa (seperti bahasa
homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), kode juga
sosial yang mereka lakukan beragam. Wujud mengacu pada variasi bahasa, yakni varian
variasi bahasa yang muncul di lingkungan regional (bahasa Jawa dialek Banyumas, Jogja-
penutur asing yang tinggal di Indonesia bisa jadi Solo, Surabaya), varian kelas sosial yang disebut

63
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus sendiri. 6) Fungsi konatif, yaitu bahasa yang
dan kasar), varian ragam dan gaya yang digunakan dengan maksud agar lawan bicara
dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, melakukan sesuatu. Fungsi konatif bertumpu
gaya hormat, atau gaya santai), dan varian pada lawan bicara (addresse). Fungsi konatif
kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa disamakan artinya dengan fungsi direktif.
doa, dan bahasa lawak). Dalam peneletian ini komponen tutur
Selanjutnya, kedwibahasawan dapat sangat diperlukan dalam upaya mendeskripsi
dipakai untuk perorangan (individual faktor-faktor yang mempengaruhi kode tutur
bilingualisme) dan dapat juga untuk masyarakat penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
(societal bilingualisme)(Nababan 1992). Hal ini dwibahasawan. Konsep komponen tutur
didasarkan pada pendapat bahwa tidak cukup pertama-tama dikemukakan oleh Hymes (1972
membatasi kedwibahasawan hanya sebagai dalam Gumperz dan Hymes,(eds.) 1972:58-66))
milik individu. Kedwibahasawan harus dalam tulisannya yang berjudul “Model of
diperlakukan juga sebagai milik kelompok Interaction of Language and Social Life”. Di dalam
karena bahasa itu sendiri tidak terbatas sebagai tulisannya itu ditujukan adanya sejumlah faktor
alat penghubung antarindividu, melainkan juga luar bahasa yang berpengaruh terhadap
alat komunikasi antarkelompok. pemakaian bahasa. Faktor-faktor itu ialah (1)
Fungsi bahasa yang dijadikan dasar tempat dan suasana tutur (setting and scene), (2)
dalam penelitian ini adalah fungsi bahasa yang peserta tutur (participants), (3) tujuan tutur
dipaparkan oleh Jakobson (dalam (ends), (4) pokok tuturan (act sequences), (5)
Ibrahim:1993). Fungsi tersebut dipilih karena nada tutur (keys), (6) sarana
penentuan sudut pandang yang jelas. tutur(instrumentalities), (7) norma tutur(norms),
Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa dan (8) jenis tuturan (genre).
sebagai berikut. 1) Fungsi ekspresif merupakan Penelitian sosiolinguistik memiliki tiga
fungsi yang menunjukkan bahwa bahasa dimensi tahapan analisis, yaitu dimensi
digunakan dalam mengungkapkan deskriptif, dimensi eksplanatif, dan dimensi
perasaan/emosi, seperti: rasa gembira, senang, pengkondisian situasi. Dimesi deskriptif adalah
kesal, sedih, dan sebagainya. Fungsi ekspresif cara memaparkan dalam penelitian dengan
bertumpu pada aspek penutur (addresser). Fungsi mendeskripsikan data dengan melihat bahasa
ekpresif disamakan pengertiannya dengan fungsi secara sinkronis (bahasa tertentu dalam kurun
personal dan fungsi internal. 2) Fungsi refensial waktu tertentu). Pada prinsipnya hasil
adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk pengamatan bahasa dalam dimensi ini
membicarakan sesuatu dengan topik tertentu. digambarkan secara objektif berdasarkan apa
Fungsi referensial bertumpu pada aspek konteks yang di lihat (what you see) bukan seperti apa
(context). 3) Fungsi putik merupakan fungsi yang di harapkan (not what you expect to). Hasil
bahasa digunakan untuk menyampaikan dimensi penelitian ini disebut etnografi
sesuatau amanat atau pesan tertentu. Fungsi (komunikasi atau berbicara). Dimensi ini
putik bertumpu pada aspek amanat (massage). memiliki dua jenis paparan. Pertama, paparan
Fungsi putik disamakan artinya dengan fungsi deskriptif yang menghasilkan argumen atau
imajinatif. 4) Fungsi fatik, yaitu bahasa pertanyaan-pertanyaan. Hasil penelitian ini
digunakan untuk sekadar ingin tahu harus diuji dari penandanya, misal tipe
mengadakan kontak dengan orang lain. Fungsi kesantunan dilihat dari cirinya panjang, pelan,
fatik bertumpu pada kontak (contact). Fungsi singkat, dan lain-lain. Kedua, deskriptif inferensi
fatik dapat disamakan artinya dengan fungsi yaitu menjelaskan bagian-bagian yang lebih
interpersonal. 5) Fungsi metalingual,bahasa detail.Dimensi eksplanatif menjelaskan dari
memiliki fungsi metalingual apabila bahasa bukti-bukti yang diperoleh dalam penelitian.
digunakan untuk membahas bahasa itu sendiri. Dimensi ini melihat bahasa tidak pada yang
Fungsi metalingual bertumpu pada bahasa itu dilihat, tetapi lebih dari itu. Dalam dimensi ini,

64
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

penelitian berusaha menjelaskan objek yang METODOLOGI PENELITIAN


diamati demikian faktanya, penelitian harus
menjelaskan sebab-akibat mengapa objek Penelitian ini menggunakan pendekatan
bertindak demikian.Dimensi Pengkondisian kualitatif deskriptif dengan tujuan
Situasi terdiri atas dua aspek, aspek temporal menggambarkan realitas sosial yang kompleks
dan aspek lokatif. Aspek temporalmenyangkut dengan cara mendeskripsi, mengklasifikasi,
waktu kosmis. Pertama, ketika sebuah objek menganalisis, dan menafsirkan data sesuai
diamati, objek itu bisa dilihat dari realitas waktu dengan kondisi alaminya (Djajasudarma: 1993;
kosmis yang bergulir dari waktu lampau, Mahsun 2007).Data penelitian ini berupa
kekinian, dan masa datang. Untuk kasus penggalan peristiwa tutur yang terjadi dalam
permaafan orang bisa meminta maaf karena konteks sosial yang dilakukan oleh penutur
suatu peristiwa telah terjadi (misal: maaf asing dengan masyarakat lokal Indonesia yang
kemarin lupa) atau peristiwa sedang terjadi merupakan masyarakat dwibahasawan. Data
(maaf boleh saya lewat), dan karena peristiwa tersebut kemudian ditranskripsi dari rekaman
akan terjadi. Dari aspek kosmis semacam ini, pembicaraan penutur asing dan pengamatan di
penelitian dapat mengategorikan waktu dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh peneliti.
lokasi penelitian.Temporal biologis, yaitu Sumber data penelitian ini adalah penutur asing
berdasarkan perkembangan waktu yang dijalani yang belajar di Universitas Negeri Semarang.
manusia, dari balita, anak-anak, remaja, Penutur asingyang tersebut mengikuti Program
dewasa, orang tua, dan lansia. Ketika orang Darmasiswa, BIPA, dan Program Pascasarjana
mengamati kelompok tutur balita, bahasa akan reguler. Mereka berasal dari berbagai negara di
dijelaskan berdasarkan konteks waktu biologis. dunia dan memiliki latar belakang yang berbeda
Aspek lokatif berkaitan dengan pemakaian pula. Analisis data penelitian ini dilakukan
ruang komunikasi/spasial. Ada pemakaian melalui dua prosedur, yaitu analisis selama
bahasa yang dipengaruhi oleh aspek lokatif ini, proses pengumpulan data dan analisis setelah
misalnya objek pemakaian bahasa pada pengumpulan data (Miles dan Huberman
kampanye dengan percakapan keluarga akan 1984:21-25).
menempati ruang yang berbeda, yang satu pada Analisis wujud kode tutur verbal
ruang publik yang yang lain pada ruang menggunakan tahap analisis dimensi penelitian
domestik. Demikian pula, jika orang mengamati sosiolinguistik dengan didasarkan pada teori
fenomena pemakaian bahasa pada demonstrasi register yang dipaparkan oleh Halliday. Fungsi
dengan talk-show akan berbeda ruang kode tutur verbal penutur asing dianalisis
komunikasinya, yang pertama biasanya pada dengan teknik baca markah dengan teori fungsi
ruang luar gedung (outdoor) dan yang terakhir yang dirumuskan oleh Jakobson. Teknik baca
biasanya pada ruang dalam gedung markah adalahteknik analisis data dengan cara
(indoor).Dimensi pengkondisian situasi dengan membaca pemarkah(read-marker technique)dalam
aspek material menyangkut satuan pengisi ruang suatu konstruksi. Selanjutnya, faktor yang
dan waktu di atas, yaitu bagaimana bahasa mempengaruhi kode tutur verbal penutus asing
menjadi interaksional dalam wacana atau teks. dianalisis menggunkan teknik kontekstual
Pengisinya adalah bahasa (dalam wujud teks) itu dengan teori Hymes. Untuk menjaga kredibilitas
sendiri dan penuturnya (sebagai pengguna teks). hasil penafsiran ini ditempuh langkah diskusi
Aspek pengisi ruang dan waktu komunikasi ini dengan kolega profesi, pengecekan ulang pada
sangat signifikan menentukan pilihan kode hasil rekaman, dan konsultasi ahli, dalam hal ini
tuturan, orang yang berbeda akan memilih kode dosen pembimbing.
yang berbeda atau sama, demikian pula bahasa
yang berbeda akan berdampak sama atau
berbeda pada makna, maksud, dan fungsinya.

65
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan klitik aa dengan maksud ia


memahami makna kata adjektiva tawar dan
Wujud kode tutur verbal penutur asing melakukan pengulangan. Secara eksplanatif
dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan faktor tempat tuturan, tujuan tutur, dan penutur
ditemukan dalam ragam baku-tak baku dan menjadi faktor ekstralingual yang
register dalam berbagai bidang, yaitu: (1) kode mempengaruhi tuturan P1. Pada penggalan
Indonesia ragam baku-tak baku dan register tuturan (1) P1 berupaya untuk menuturkan
dalam bidang penyebutan makanan dan tujuan tuturannya dengan menggunakan bahasa
minuman; (2) kodeIndonesia ragam baku dan Indonesia. Kondisi demikian menyebabkan P1
register dalam bidang penamaan benda; dan (3) menggunakan kode Indonesia baku dan tak
kode Indonesia ragam baku-tak baku dan baku.
register bidang pembentukan istilah. Selanjutnya, P1 menggunakan register
Wujud kode tutur verbal penutur asing berupa frasa tidak gula dengan maksud
berupa bahasa Indonesia ragam baku-tak baku memesan teh tanpa gula. P1 mendapat frasa
dan register dalam bidang penyebutan makanan tersebut dari pemaknaan secara harfiah kata
dan minuman terdapat pada beberapa penggalan without sugar. Namun, dalam kasus ini P2 yang
tuturan berikut. berlatar belakang seorang pelayan rumah makan
(1) KONTEKS: DI RESTORAN, langsung menyebutnya dengan tawar dan
SEORANG PENUTUR ASING ASAL membuat P1 tidak paham. P3 muncul sebagai
SCOTLANDIA (P1)BERSAMA WNIASAL penjelas maksud dari register tidak gula yakni
SRAGEN (P2) SEDANG MEMESAN tawar. Dimensi eksplanatif menjelaskan alasan
MINUMAN KEPADAPELAYAN (P3) P1 menyebut tidak gula karena P1 memiliki
P1 : Ee pesan sayatea, pengalaman menyebut tanpa gula dalam bahasa
tidak gula. Inggris yaitu without sugar. Telaah dari dimensi
P3 : Tawar? pengondisian situasi menghasilkan aspek lokatif
P2 : Tawar is without sugar. yang melatarbelakangi terjadinya register tidak
P1 : Aa.. ya tawar. gula. Aspek lokatif disebuah warung makan
Penggalan tuturan (1) melibatkan penutur dengan tujuan memesan minuman tanpa gula
P1 seorang penutur asing asal Scotlandia dan P2 mendorong P1 untuk mengatakan register
mahasiswa lokal asal Sragen serta P3 seorang berupa frasa tidak gula.
pelayan yang merupakan warga lokal Semarang. Wujud kode tutur verbal penutur asing
Tahap analisis deskriptif pada tuturan P1 berupa bahasa Indonesia ragam baku dan
dimulai dari klitik ee yang sering ditemui pada register dalam bidang penamaan benda terdapat
tuturan penutur asing. Klitik ee tersebut sebagai pada penggalan tuturanberikut.
bentuk pengalihan dari upaya menemukan kosa (2) KONTEKS : PENUTUR ASING (P1)
kata yang tepat ketika bertutur. P1 meminta ASAL VENEZUELA BERBINCANG
minuman dengan tuturan pesan saya. Dalam TENTANG KEMAHIRAN MENGENDARAI
tata bahasa Indonesia baku struktur frasa SEPEDA DENGAN
tersebut terbalik, struktur frasa yang benar MAHASISWAINDONESIA (P2) ASLI
adalah saya pesan. Kata nomina tea dituturkan TEMANGGUNG
P1 karena maksud dari tea adalah teh yang P1 : Andasepeda kakitidak bisa?
dirasa tidak memiliki perbedaan yang signifikan. P2 : Oh ya, rantainya memang
Hal tersebut menyebabkan tea muncul pada sedikit bermasalah.
tuturan P1. Selanjutnya, P1 menuturkan maksud Tahap analisis dimensi deskriptif, P1 pada
memesan teh tanpa gula dengan menyebut tidak penggalan tuturan (2) menggunakan ragam baku
gula. Kemudian P3menyebutkan tawar, tetapi yang ditandai dengan penggunaan kata sapa
P1 tidak mengerti sehingga P2 membantu Anda dan kata penegas tidak bisa. Selanjutnya,
menjelaskan. Pada tuturan selanjutnya P1

66
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

P1 menyebut rantai sepeda dengan sepeda Analisis dimensi deskriptif pada


kaki. Tanpa disertai konteks tuturan yang jelas, penggalan tuturan (3), P1 menggunakan kode
register sepeda kaki tidak akan dimengerti oleh Indonesia ragam baku dan tak baku. Ragam
mitra tutur. Sepeda kaki jika dituturkan pada baku terdapat pada penyebutan kata tanya
mitra tutur yang tidak memahami konteks berapa dan kata ganti orang pertama, yakni
menyebabkan kebingungan dalam saya.Frasa nomina harga sepeda juga dituturkan
memaknainya, bisa jadi diartikan sepeda yang dengan kode Indonesia baku. Selanjutnya
dioperasikan dengan kaki atau sepeda khusus terdapat ragam tak baku pada penyebutakan
yang dibentuk menyerupai kaki. Namun dalam kata keterangan dikit, yang seharusnya sedikit.
penggalan tuturan (4) P2 mengerti maksud dari Kode Inggris beberapa kali digunakan oleh P1
sepeda kaki yang dituturkan oleh P1 yaitu untuk menyatakan verba memperbaiki. Verba
rantai. Hal tersebutdikarenakan P1 dan P2 tersebut tidak diketahui oleh P1 sehingga P1
saling mengerti konteks tuturannya. Tahap menggunakan kode Inggris reparation. Kode
telaah dimensi eksplanatif menemukan alasan Inggris juga didapati pada ungkapan penegasan
register tersebut muncul, yaitu karena P1, yaitu really sebagai ungkapan P1 yang seolah
dipengaruhi oleh faktor situasi, yakni P2 telah tidak percaya bahwa biaya memperbaiki sepeda
meminjamkan sepeda kepada P1 dan tujuan hanya Rp 100.000,00.
tutur P1 yang ingin menyampaikan kerusakan Register yang ditemukan pada penggalan
pada sepeda yang ia pinjam. Analisis tahapan tuturan di atas berupa istilah harga bule. P1 dan
dimensi pengondisian situasi menemukan aspek P2 telah mengetahui konteks kerusakan sepeda
material yang mempengaruhi terjadinya tuturan yang di alami oleh P1 sehingga P2 menjawab
sepeda kaki. Aspek material tersebut meliputi pertanyaan P1 dengan mempertimbangkan
situasi P1 yang mengembalikan sepeda kepada biaya perbaikan sepeda. Namun P1 mengalami
P2. kejadian yang berbeda karena P1 mendapati
Penutur asing kerap menggunakan harga yang lebih mahal, P1 menyebutnya harga
register kode Indonesia dalam menyebutkan bule. Menurut dimensi deskriptif, kode bahasa
beberapa istilah, baik itu berupa adverbia dalam dimensi ini digambarkan secara objektif
ataupun nomina. Dalam tuturan penutur asing berdasarkan apa
ragam baku-tak baku selalu digunakan yang di lihat (what you see), harga bule
dikarenakan kemampuan mereka dalam diartikan harga untuk bule (sebutan bagi warga
penguasaan kode Indonesia. Berikut penggalan negara asing di Indonesia). Dimesi eksplanatif
tuturan yang menunjukkan wujud kode menerangkan bahwa harga bule muncul akibat
indonesia ragam baku-tak baku dan register montir memberikan harga yang mahal pada
bidang pembentukan istilah. warga negara asing. Sedangkan dimensi
(3) KONTEKS : PENUTUR ASING (P1) pengondisian situasi P2 mengetahui konteks
MENCERITAKAN PENGALAMANNYA yang dimaksud oleh P1, maka P2 dapat
KETIKA HENDAK MEMPERBAIKI memahami maksud frasa harga bule adalah harga
SEPEDA YANG RUSAK DI BENGKEL yang mahal.
KEPADA WARGA INDONESIA (P2) DI Ciri-ciri kode tutur verbal yang
HALAMAN KOS. dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ciri
P1 : Berapa harga sepeda yang sama pada tiap analisis data tuturan
reparation? penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
P2 : Emm.. tidak mahal, mungkin dwibahasawan. Register yang didapatkan dari
tidak lebih dari Rp 100.000,00 hasil analisis data memiliki ciri bentuk berupa
P1 : Realy? Saya kemarin ke kelas kata nomina, frasa adjektiva, danfrasa
tempat reparationfordikitreparation isharga bule. nomina. Register juga memiliki ciri makna
P2 : Oya. berupa pemaknaan secara harfiah (Halliday
1973). Ciri-ciri ragam tutur penutur asing dalam

67
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

Sudut Fungsi Respon


ranah sosial masyarakat dwibahasawan yang
pandang
ditemukan dalam ragam Indonesia baku dan tak
baku dapat dilihat pada bagan1. Penutur Fungsi Mengungkapkan
Ekspresif perasaan dan
Wujud Kode Komunikasi Verbal
keingan penutur

Konteks Fungsi Menyampaikan Mitra


(topik Referensial fakta dan tujuan Tutur
Register Ragam tuturan)

Tabel 1. Fungsi Bahasa yang Dominan pada


Baku Tak Baku
Kata Frasa Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan
Kata ganti
orang
Nomina Adjektiva
Kata Dasar
Tabel 1 menunjukkan bahwa fungsi
bahasa yang dominan muncul pada kode tutur
Nomina Adjektiva
verbal penutur asing tidak memiliki sudut
pandang dari mitra tutur, tetapi bertujuan untuk
mendapatkan respon mitra tutur. Artinya fungsi-
fungsi tersebut menunjukkan bahwa kode tutur
Bagan 1. Wujud Kode Tutur Verbal Penutur verbal penutur asing digunakan sebatas
Asing Ranah Sosial Masyarakat Dwibahasawan keperluan penutur asing sesuai dengan tujuan
berupa penyampaian topik atau sekedar kontak.
Kode tutur verbal penutur asing dalam
Dengan kata lain tidak ditemukan fungsi yang
tiap penggalan tuturan memiliki lebih dari satu
bertujuan untuk menyampaikan amanat dengan
fungsi bahasa. Berdasarkan data penelitian,
bahasa yang indah (fungsi puitik), meyampaikan
fungsi kode tutur verbal penutur asing dalam
bahasa yang membahas bahasa itu sendiri
ranah sosial masyarakat dwibahasawanyang
(fungsi metalingual), dan fungsi yang bertumpu
dominan ditemukan adalah 1) fungsi ekspresif-
dari sudut pandang mitra tutur (fungsi konatif).
referensial, 2) fungsi ekspresif-konatif, 3) fungsi
Fungsi-fungsi yang tidak ditemukan pada kode
konatif-referensial,4) fungsi fatis-konatif,dan 5)
tutur penutur asing dalam ranah sosial
fungsi fatis-referensial.Dominasi fungsi-fungsi
masyarakat dwibahaswan yang memerlukan
kode tutur verbal tertentu pada tuturan penutur
penguasaan bahasa secara mendalam. Dengan
asing dalam ranah sosial masyarakat
demikian dapat disimpulkan bahwa dominasi
dwibahasawan diakibatkan karena kemampuan
fungsi kode tutur verbal penutur asing dalam
berbahasa penutur asing terbatas sehingga kode
ranah sosial masyarakat dwibahasawan
tutur tersebut digunakan sesuai keperluan dasar
diakibatkan karena kemampuan berbahasa
saja bukan secara mendalam seperti terlihat
penutur asing terbatas sehingga kode tutur
pada tabel 1.
tersebut digunakan sesuai keperluan dasar saja
bukan secara mendalam.
Faktor yang mempengaruhi kode tutur
verbal penutur asing dalam ranah sosial
masyarakat dwibahasawan terdiri atas konteks
tuturan yang berupa (1) tempat dan suasana
tutur-peserta tutur, (2) peserta tutur-tujuan tutur,
(3) suasana tutur-peserta tutur-tujuan tutur, (4)
pokok tuturan-peserta tutur, dan (5) sarana
tutur-peserta tutur.Faktor-faktor tersebut dapat
dilihat pada bagan 2.

68
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

Bagan 2. Faktor Kode Tutur Verbal Penutur


Tempat dan
Suasana Tutur Asing Ranah SosialMasyarakat Dwibahasawan

SIMPULAN
Hubung
an sosial Berdasarkan temuan tersebut dapat
disimpulkan hasil penelitian.Wujud kode tutur
verbal yang dilakukan penutur asing dalam
Peserta Latar ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Tutur belakang disesuaikan dengan kemampuan berkomunikasi
penutur asing yang disesuaikan dengan
Faktor penguasaan kode verbal, wujudnya berupa
yang Profesi
mempe ragam formal dan register dalam berbagai
ngaruhi bidang kegiatan. Ciri-ciri kode tutur verbal
Kode
TuturV penutur asing dapat diketahui dari persamaan
erbal wujud kode pada setiap tuturan penutur
Penutur
Asing asing.Fungsi kode tutur verbal penutur asing
Infor
Dalam masi dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Ranah
Sosial bervariasi disesuaikan dengan tujuan tutur
Masyar Tujuan Resp
Tutur on penutur asing. Dominasi fungsi-fungsi kode
akat
Dwibah tutur verbal tertentu pada tuturan penutur asing
asawan dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Tind
akan diakibatkan karena kemampuan berbahasa
penutur asing terbatas sehingga kode tutur
tersebut digunakan sesuai keperluan dasar saja
bukan secara mendalam.Faktor yang
Tungg mempengaruhi kode tutur verbal penutur asing
al
dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan
Pokok dipengaruhi oleh kebutuhan dan kemampuan
Tutura
n penggunaan kode verbal.
Peserta tutur yang berada di lingkungan
Berunt
un masyarakat dwibahasawan, hendaknya
menyesuaikan penggunaan kode tutur verbal
dalam interaksi sosial;situasi kebahasaan yang
dilakukan penutur asing dilingkungan
Langs masyarakat dwibahasawan masih sangat
ung
memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut, tidak
sebatas pada kode tutur verbal dalam ranah
Sarana sosial saja; penelitian ini dapat menjadi acuan
Tutur
Telepo bagi peneliti lain yang akan melakukan
n penelitian ilmu bahasa umumnya dan kajian
sosiolinguistik pada khususnya.
Tak
langsu
ng
Tulis

69
Agestia Putri Nusantari/ SELOKA 5 (1) (2016)

UCAPAN TERIMA KASIH EdisiRevisi. Jakarta: Rajagrafindo


Persada.
Ucapanterimakasihdisampaikan pertama Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1984.
kali kepada Prof. Dr. Fathur Rokhman, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of
M.Hum. dan Prof. Dr. Rustono, M.Hum. yang NewMethods. California: Sage Publication.
telah membimbing, Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Halliday, M.A.K. 1973. Explorations in the
dan Dr. Bernadus Wahyudi Joko Santoso Functions of Language. London: EdwardArnold.
M.Hum yang telah menguji penelitian Hymes, Dell. 1980. Foundations in Sociolinguistics
ini,keluargaku tercinta yang selalu memberikan An EthnographicsApproach.
dorongan dan memotivasiserta seluruh pihak Philadelpia: University of Pennsylvania P
yang terlibat dalam penyusunan artikel ini. ress.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kapita Selekta:
DAFTAR PUSTAKA Sosiolinguistik. Surabaya: Usaha Nasional.
Pastika, I Wayan. 2005. Linguistik Kebudayaan
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode :Konsep dan Model dalam JurnalLinguistika Vol.
Linguistik. Ancangan Metode Penelitian 12 No. 22 Maret 2005, hal. 102 – 112.
danKajian. Bandung: Refika Aditama.
Mahsun, M. 2007. Metode Penelitian Bahasa
Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

70

Anda mungkin juga menyukai