Anda di halaman 1dari 11

45

BAB III
TAFSIR SURAH AL-‘ALAQ AYAT 1-5
MENURUT TAFSIR AL-MUNIR DAN PARA MUFASSIR

A. Identifikasi Surah Al-Alaq

Surah Al-‘Alaq merupakan surat urutan ke-96 dalam Al-Qur’an dan

sekaligus wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ketika

bertahanus di Gua Hira yang dikelompokkan Surat Makkiyah, surah ini

dinamakan surat Al-‘Alaq terdiri dari 19 ayat secara keseluruhan. Sedangkan

yang turun pertama kali terdiri dari ayat 1-5. 1 Surah Al-‘Alaq ini diambil dari Al-

‘Alaq (yang melekat), diambil dari perkataan Al-‘Alaq (Ziqot yang menempel)

yang terdapat pada kedua surah ini. Surah ini juga dinamai dengan surah Iqra’

Bismirabbika atau Al-Qalam. 2

Al-Qur’an juga tidak disusun secara kronologis, melainkan secara

berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang disampaikan oleh

Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, mula-mula di Mekkah kemudian di

Madinah. Lima ayat pertama diturunkan di Gua Hira’ pada malam 17 bulan

Ramadhan tahun pertama sebelum hijrah atau yang dikenal pada malam Nuzulul

Qur’an ketika Nabi Muhammad saw ber-usia 40 tahun, sekarang terletak pada

Surat Al-Alaq (96) : 1-19. 3 Itulah wahyu pertama kali yang diterima Nabi

1
Ahmad Lahmi, Islam Dan Pendidikan Yang Mencerahkan (Telaah Surah Al-Alaq Dan
Sejarah Pra Nubuah). Jurnal Ilmiah Pendidikan Studi Didaktika, Vol.10.No 1 Tahun 2016. Issn1978-
8169, Hlm.10
2
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsir. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). Jilid X.
Hlm. 718
3
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). Hlm. 94
46

Muhammad saw, tepatnya pada hari senin, 17 Ramadhan saat ia ber-usia 40

tahun 6 bulan 8 hari. 4

Menurut para Mufassir dan para Ulama Ulumul Qur’an, lima ayat ini

diturunkan pada malam 17 bulan Ramadhan berdasarkan Al-Qur’an Surah Al-

Anfal ayat 41

‫ﻮل َوﻟِ ِﺬي اﻟْ ُﻘ ْﺮﺑَﻰ‬ ِ ‫وا ْﻋﻠَﻤﻮا أَﻧﱠﻤﺎ ﻏَﻨِ ْﻤﺘُﻢ ِﻣ ْﻦ َﺷﻲ ٍء ﻓَﺄَ ﱠن ﻟِﻠﱠ ِﻪ ُﺧﻤﺴﻪُ وﻟِﻠ ﱠﺮ ُﺳ‬
َ َُ ْ ْ َ ُ َ
‫آﻣ ْﻨﺘُ ْﻢ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻣﺎ أَﻧْـ َﺰﻟْﻨَﺎ َﻋﻠَﻰ َﻋ ْﺒ ِﺪﻧَﺎ‬ ‫ﺴﺎﻛِﻴ ِﻦ َواﺑْ ِﻦ اﻟ ﱠ‬
ِ ِ‫ﺴﺒ‬
َ ‫ﻴﻞ إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ‬ َ ‫َواﻟْﻴَﺘَ َﺎﻣﻰ َواﻟ َْﻤ‬
‫ﺎن َواﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪ ٌﻳﺮ‬ ِ ‫ﺎن ﻳـﻮم اﻟْﺘَـ َﻘﻰ اﻟْﺠﻤﻌ‬
ََْ
ِ
َ ْ َ َ‫ﻳَـ ْﻮَم اﻟْ ُﻔ ْﺮﻗ‬
Artinya : “ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah, Rasul, Kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqon, yaitu dihari
bertemunya dua pasukan. Dan allah maha kuasa atas segala sesuatu.”
(Q.S. Al-Anfal : 41)

Yang dimaksud dengan hari Furqon yaitu hari jelasnya kemenangan

orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di

peperangan Badar, pada hari Jum’at 17 Ramadhan tahun ke 2 hijriyah. Tanggal

itulah bukan tahunnya yang digunakan oleh para mufassir untuk menetukan

tanggal turunnya Al-Qur’an pertama kalinya yang kemudian dikenal Nuzulul

Qur’an. 5 P4F

Hubungan Surah Al-Alaq dengan sebelumnya (menurut tertib Usmani)

pada Surah sebelumnya (Surah At-Tin) Allah menjelaskan proses kejadian

4
Fathi Fawzi ‘Abd Al-Mu’thi, Detik-Detik Penulisan Wahyu. (Jakarta : Zaman, 2009). Hlm.8
5
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2013), Hlm. 39-40
47

manusia yang diciptakannya dalam bentuk paling baik. Sedangkan setelah Surah

Al-Alaq ialah Surah Al-Qadr yaitu menjelaskan tentang peristiwa turunnya Al-

Qur’an dan keutamaannya. 6

Menurut Kementerian Agama RI hubungan surah Al-‘Alaq dan surah At-

Tin, di dalam surah At-Tin diterangkan bahwa manusia akan menjadi sempurna

bila diberi agama dan pendidikan. Dalam surah Al-‘Alaq diinsyaratkan bahwa

kunci pendidikan itu adalah kemampuan membaca dan memahami ayat-ayat

Allah yang tersurat dan tersirat. Sedangkan hubungan surah Al-‘Alaq dan surah

Al-Qadr, surah al-qadr menjelaskan kapan turunnya wahyu pertama sedangkan

surah Al-‘Alaq menjelaskan wahyu pertama kali turun. Jadi mempunyai terikatan

hubungan surah Al-‘Alaq, baik sebelum maupun sesudahnya. 7

B. Sejarah Turunnya Surah Al-Alaq

Pemulaan surah ini merupakan ayat-ayat pertama dari Al-Qur’an yang

diturunkan oleh Allah SWT. Sisa ayat-ayat dari surah ini diturunkan belakangan

setelah tersebarnya dakwah Rasulullah saw. Di kalangan kaum Quraisy dan

berbagai macam gangguan mereka kepada beliau.

Ahmad, Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah RA. dia bekata,

“Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw, adalah mimpi yang benar.

Beliau tidak bermimpi melainkan mimpi tersebut datang seperti Fajar Shubuh.

Kemudian belian senang menyendiri. Beliau sering mendatangi Gua Hira’ untuk

6
Bahrun Abubakar, Dll, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. (Semarang : Karya Toha Putra,
2010) Edisi Ke-2. Hlm.276.
7
Kementerian Agama Ri, Op.Cit., Hlm. 728
48

beribadah dalam beberapa malam. Beliau membawa perbekalan untuk

melakukan hal itu. Kemudian beliau kembali ke Khadijah dan berbekal lagi

seperti semula. Sampai pada akhirnya, beliau di datangi wahyu ketika sedang

berada di Gua Hira’.”

Seorang malaikat mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!”. Beliau

menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Rasulullah saw, bersabda “Kemudian

malaikat tersebut mendekapku hingga aku merasa sesak, lantas melepasku

kembali dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa

membaca.” Lantas dia mendekapku ketiga kalinya hingga terasa sesak, lantas

melepasku kembali. Lantas dia berkata,

َ ‫ اﻗْـَﺮأْ َوَرﺑﱡ‬. ‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠَ ٍﻖ‬


‫ﻚ ْاﻷَ ْﻛَﺮُم‬ ِْ ‫ َﺧﻠَ َﻖ‬. ‫ﻚ اﻟﱠ ِﺬي َﺧﻠَ َﻖ‬ ْ ِ‫اﻗْـَﺮأْ ﺑ‬
َ ‫ﺎﺳ ِﻢ َرﺑﱢ‬
ِْ ‫ َﻋﻠﱠﻢ‬. ‫ اﻟﱠ ِﺬي َﻋﻠﱠﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬.
‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن َﻣﺎ َﱂْ ﻳَـ ْﻌﻠَ ْﻢ‬ َ َ
Kemudian dia berkata, Rasulullah saw kembali dengan membawa wahyu

tesebut dengan gemetar hingga sampai di rumah Khadijah, beliau bersabda,

“Selimuti aku selimuti aku!” Khadijah menyelimuti beliau hingga ketakutan

beliau hilang. Kemudian beliau bersabda, “ Wahai Khadijah, ada apa denganku?”

kemudian beliau memberitahu Khadijah mengenai apa yang telah terjadi dan

bersabda, “Aku mengkhawatikan diriku”.

Lantas Khadijah berkata, “Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak

akan merugikanmu selamanya. Karena sesungguhnya kamu senantiasa

bersilatuhrahim, senantiasa berkata benar, membantu oang lemah, menjamu tamu


49

dan membantu orang-orang yang tegak di atas kebenaran.” Kemudian Khadijah

pergi bersama beliau untuk menemani Waraqah Bin Naufal Bin Asad Bin Abdul

Uzza Bin Qusyai, dia adalah anak paman Khadijah dai ayah. Di masa Jahiliyyah

Waraqah besama Nasrani. Dia menulis kitab Injil dengan menggunakan bahasa

arab. Dan dia merupakan sosok yang tua dan buta.

Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan anak

saudaramu!.” Wahai berkata, “Wahai anak saudaraku, apa yang telah kamu

lihat?” kemudian Rasulullah saw. Menceritakan dengan apa yang telah beliau

lihat. Waraqah berkata, “Ini adalah Jibril yang juga pernah turun kepada Nabi

Musa. Andai saja aku masih muda belia, andai saja aku masih hidup ketika

kaummu mengusimu.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah mereka akan

mengusirku?”. Waraqah menjawab, “Iya, tidak ada seorangpun yang akan

mengimani ajaranmu melainkan dia akan dihalangi-halangi. Jika aku mendapati

masa dakwahmu, aku akan membantumu sekuat tenaga”. Kemudian tidak lama

dari itu, Waraqah meninggal dunia dan wahyu tidak turun hingga Rasulullah saw

sangat sedih. Belaiu sering pergi untuk menjatuhkan diri dari puncak gunung,

setiap kali beliau hendak menjatuhkan diri dari pucak gunung, Malaikat Jibril

memperlihatkan diri dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kamu

adalah benar-benar utusan Allah”. Dengan hal itu jiwa beliau menjadi tenang dan

tentram, lantas beliau pulang ke rumah. Jika wahyu lama tidak turun, beliau
50

melakukan hal itu lagi. Ketika sudah berada di puncak gunung, malaikat Jibril

menampakkan diri dan berkata seperti itu juga. 8

C. Tafsir Dan Penjelasan Surah Al-Alaq : 1-5 dalam Kitab Tafsir Al-Munir

َ ‫ اﻗْـَﺮأْ َوَرﺑﱡ‬. ‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠَ ٍﻖ‬


. ‫ﻚ ْاﻷَ ْﻛَﺮُم‬ ِْ ‫ َﺧﻠَ َﻖ‬. ‫ﻚ اﻟﱠ ِﺬي َﺧﻠَ َﻖ‬ َ ‫ﺎﺳ ِﻢ َرﺑﱢ‬ْ ِ‫اﻗْـَﺮأْ ﺑ‬
ِْ ‫ َﻋﻠﱠﻢ‬. ‫اﻟﱠ ِﺬي َﻋﻠﱠﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬
‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن َﻣﺎ َﱂْ ﻳَـ ْﻌﻠَ ْﻢ‬ َ َ
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang
Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq 1:5)

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.” (Q.S.

Al-Alaq : 1)

Bacalah seraya memulai dengan menyebut nama Tuhanmu atau meminta

bantuan dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan segala sesuatu. Allah

telah menyifati dirinya bahwa dia adalah Dzat yang maha menciptakan. Itu untuk

mengingatkan kita atas kenikmatan pertama yang paling agung. Ayat tersebut

menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi agar membaca, dengan

kekuasaan Allah yang telah menciptakan beliau dan dengan kehendaknya,

meskipun sebelumnya beliau tidak bisa membaca dan menulis. Dzat yang

menciptakan alam semesta ini pastilah mampu untuk membuat beliau dapat

membaca, meskipun sebelumnya beliau belum pernah belajar membaca.

8
Wahbah Az-Zuhaili. Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari’ah. Manhaj) Jilid 15. Jakarta : Gema
Insani, 2014. Hlm. 594-595
51

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Q.S. Al-Alaq :

2)

Dia telah menciptakan anak Adam dari segumpal darah beku yang disebut

dengan ‘Alaqah, yang merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan janin.

Janin pertama kali berupa Nuthfah (sperma), kemudian dengan kuasa Allah ia

berubah menjadi ‘Alaqah (segumpal darah), kemudian menjadi Mudhghoh

(segumpal daging), dan kemudian terbentuklah tulang-belulang, daging, dan

akhirnya menjadi manusia seutuhnya.

Pelu dipehatikan bahwasannya Allah lah petama kali yang menyebutkan

secara mutlak ciptaan untuk mencakup seluruh makhluk. Kemudian,

menyebutkan manusia secara khusus karena kemulian atau keunggulan fitrahnya.

Atau karena ayat tersebut berbicara mengenainya.

Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman ( ‫ ) ﺑﺴﻢ ﺭﺑّـﻚ‬bukan ( ‫) ﺑﺴﻢ ﷲ‬

sebagaimana nama yang telah makruf ( ‫) ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮّﺣﻤـﻦ ﺍﻟﺮّﺣـﻴﻢ‬, karena lafal

Rabb termasuk sifat fi’il (pebuatan), sedangkan lafal Allah termasuk Dzat,

karenanya dalam konteks ayat tersebut Allah SWT memerintahkan Nabinya

untuk beribadah. Oleh karena itu, sifat Dzat tidak relevan dan itu hanya relevan

dengan penyebutan sifat Fi’il. Ungkapan tersebut akan lebih kuat dalam

mengajurkan untuk beribadah. Kesimpulannya adalah tidak digunakan lafal

jalalah (Allah) karena lafal Rabb mempunyai makna dzat yang merawatmu dan
52

peduli terhadap kemaslahatanmu. Perkataan tersebut menunjukkan sebuah

kekhususan yang berarti tiada Tuhan bagimu selain dia.

Allah SWT menyadarkan dzatnya kepada rasulnya ( ‫ ) ﺑﺴﻢ ﺭﺑّـﻚ‬untuk

menunjukkan bahwasannya Allah SWT selalu ada bagi beliau. Segala

kemanfaatannya akan senantiasa tercurah kepada beliau. Adapun ketaatan

seorang hamba sama sekali tidak akan memberikan kemanfaatan bagi Allah. Jika

Nabi saw, menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT beupa

ibadah atau tobat, Allah menyandarkan beliau kepada Dzatnya dengan sifat

Ubudiyyah. Allah swt berfirman ( ‫) ﺍﺳﺮﻯ ﺑﻌـﺒﺪﻩ‬

Allah SWT berfirman ( ‫ ) ﺍﻟـﺬﻱ ﺧﻠﻖ‬setelah ( ‫ ) ﺭﺑّـﻚ‬untuk menunjukkan

bahwasannya Allah SWT adalah Tuhan beliau. Dialah yang telah menciptakan

beliau sehingga wujud beliau ada setelah sebelumnya tidak ada. Kata al-khalq

dan al-ijad memiliki makna tarbiyah (memilahara). Demikian juga Allah SWT

memiliki sifat khaaliq (pencipta) bagi alam semesta ini yang tidak mungkin

dimiliki oleh para berhala. Hal itu merupakan bantahan terhadap orang-orang

arab yang telah menamakan berhala-hala mereka sebagai Rabb.

“bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia.” (Q.S. Al-Alaq : 3)

Kerjakanlah perintah untuk membaca, dan Tuhanmulah yang

memerintahkanmu untuk membaca. Dia adalah dzat yang maha dermawan. Di

antara wujud kedermawaannya adalah membuatmu bisa membaca sekalipun

kamu buta huruf. Kata iqra’ (baccalah) senantiasa di ulang-ulang untuk tujuan
53

ta’kid (menguatkan) karena sejatinya bacaan itu tidak akan terealisasi melainkan

dengan teus mengulang. Firman Allah SWT ( ‫ ) ﻭﺭﺑﻚ ﺍﻻﻛﺮﺍﻡ‬bertujuan untuk

menghilangkan halangan dan uzur yang dibuat alasan oleh Nabi saw. Kepada

malaikat Jibril ketika dia (Jibril) meminta beliau untuk membaca.

Pendapat yang lebih utama adalah bahwa makna kata ( ‫ ) ﺍﻗﺮﺃ‬adalah

ciptakanlah bacaan dan makna kalimat “bismirobbika” adalah minta

pertolongan dengan nama tuhanmu.

Kemudian, Allah SWT menyandingkan membaca dengan menulis, Allah

berfirman,

“yang mengajar (manusia) dengan pena.” (Q.S. Al-Alaq : 4)

Allah mengajarkan manusia menulis dengan pena. Itu merupakan nikmat

yang besar bagi Allah SWT dan perantara untuk saling memahami antara

manusia sebagaimana halnya berkomunikasi dengan lisan. Seandainya tidak ada

tulisan, pastilah ilmu-ilmu itu akan punah, agama tidak akan berbekas, kehidupan

tidak akan baik, dan aturan tidak akan stabil. Tulisan merupakan pengikat ilmu

pengetahuan dan instrumen untuk mencatat cerita dan perkataan orang-orang

terdahulu. Demikian juga, tulisan merupakan instrumen peralihan ilmu antara

suatu kaun dan bangsa. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat melestarikan

dan berkembang sesuai yang dikehendaki oleh Allah SWT. Peradapan suatu

bangsa akan berkembang. Pemikiran akan semakin canggih, agama dapat terjaga

dan agama Allah akan semakin tersebar luas. Dalam sebuah hadits Rasulullah

saw, bersabda,
54

‫ﻓَـﻴّﺪﻭﺍ ﺍﻟ ِﻌـﻠ َﻢ ﺑﺎ ﻟـﻜـﺘﺎﺑﻪ‬

“Ikatlah ilmu dengan tulisan.”

Oleh karena itu, dakwah Islam dimulai dengan menganjurkan membaca

dan menulis serta menjelaskan bahwa keduanya merupakan tanda-tanda

kebesaran Allah pada makhluknya dan rahmatnya atas mereka. Mukjizat kekal

Nabi Muhammad saw, beliau merupakan orang Arab yang buta huruf adalah Al-

Qur’an yang dapat dibaca dan kitab yang ditulis. Dengan demikian, Nabi saw

telah memindahkan umat Islam dari kondisi buta huruf dan bodoh menuju

terangnya cahaya dan ilmu. Itu sebagaimana firman Allah SWT.

“Dialah ang mengutus seoang rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangann mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatnya,
menyucikan (jiwa) merekadan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah
(sunnah) meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” (Q.S. Al-jumu’ah : 2)

Kemudian Allah Swt menjelaskan keutamaannya ang meliputi seluruh

makhluk serta kenikmatannya yang melimpah. Allah SWT berfiman,

“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq


: 5)

Allah SWT mengajari manusia banyak hal yang belum diketahui dengan

pena. Wahai Nabi, tidaklah mengherankan Allah SWT mengajarimu membaca

dan berbagai ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi umatmu. Dalam sebuah

Hadits, Nabi Muhammad saw, pernah bersabda,

‫ َﻭ ﱠﺭﺛَﻪُ ﷲ ِﻋ ْـﻠ َﻢ َﻣﺎﻟَ ْﻢ ﻳَ ُﻜ ْﻦ َﻳ ْﻌﻠَﻢ‬,‫َﻣ ْﻦ ﻋَـ ِﻤ َﻞ ﺑِ َﻤﺎ‬


55

“barang siapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan


memberinya ilmu mengenai apa yang belum ia ketahui.” 9

9
Ibid., Hlm. 599

Anda mungkin juga menyukai