HIPERTENSI URGENSI
Disusun Oleh :
dr. Farida Chandradewi
Pembimbing :
dr. Diesriqa Indra Gunadi, Sp.PD, FINASIM
Pembimbing Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “HIPERTENSI
URGENSI”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam
menyelesaikan Internsip Dokter Indonesia periode November 2017 –
November 2018. Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Diesriqa Indra Gunadi, Sp.PD, FINASIM sebagai pembimbing laporan
kasus.
2. dr. Zen Syukri sebagai pembimbing dokter internsip.
3. dr. Patsiwi Ramadhani sebagai pembimbing dokter internsip.
4. Pasien dan keluarga pasien sebagai sumber ilmu dalam penulisan ini.
5. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberi dukungannya hingga
laporan kasus ini terselesaikan.
Penyusun sangat menyadari bahwa laporan kasus yang saya susun ini
sangatlah jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan yang
membangun sangatlah diharapkan. Semoga laporan kasus ini dapat berguna
bagi kita semua.
Pembimbing Penulis
iii
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 7 Januari 2018, telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Presentan : dr. Farida Chandradewi
Judul : Hipertensi Urgensi
Nama Pendamping : dr. Zen Syukri / dr. Patsiwi Ramadhani
Nama Wahana : Kabupaten Lahat
No Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pembimbing,
iv
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 7 Januari 2018, telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Presentan : dr. Farida Chandradewi
Judul : Hipertensi Urgensi
Nama Pendamping : dr. Zen Syukri / dr. Patsiwi Ramadhani
Nama Wahana : Kabupaten Lahat
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
v
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................... ii
Kata Pengantar.......................................................................................... iii
Berita Acara Presentasi Portofolio........................................................... iv
Daftar Isi..................................................................................................... vi
Bab I Status Pasien.................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................... 8
I. Epidemiologi..................................................................................... 8
II. Klasifikasi......................................................................................... 9
III. Anatomi dan Fisiologi Jantung....................................................... 10
IV. Etiologi........................................................................................... 13
V. Patofisiologi..................................................................................... 16
VI. Faktor Risiko.................................................................................. 20
VII. Diagnosis....................................................................................... 21
VIII. Penatalaksanaan........................................................................... 25
Bab III Analisis Kasus............................................................................... 36
Daftar Pustaka............................................................................................ 42
Lembar Diskusi.......................................................................................... 44
vi
BAB I
STATUS PASIEN
I.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. R
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tanjung Mulak, Pulau Pinang
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
MRS : 4 Januari 2018
I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Sakit kepala.
1
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat keluhan yang sama berupa sakit kepala dan juga
kejang sebelumnya (+), sekitar 4x ke IGD RS dikatakan sakit
darah tinggi.
- Riwayat sakit kencing manis (-)
- Riwayat sakit darah tinggi (+) sejak 1 tahun yll, os mengaku
minum obat rutin, namun terakhir kontrol ke puskesmas
dikatakan obat yang dimakan seperti biasa tidak tersedia
namun os tetap mendapat obat
- Riwayat stroke (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat mual sebelumnya (+), disertai dengan rasa perut
kembung dan sering bersendawa.
Riwayat Obat:
Ca Lactat 2x1 tab, Amlodipin 1x5mg tab (os mengaku obat didapatkan
dari kontrol ke puskesmas)
Riwayat Alergi:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan dan makanan tertentu.
2
Pernafasan : 20x/ menit
Nadi : 92x/ menit, reguler, kuat, isi & tegangan cukup
Suhu : 36,70C
Status gizi : BB 40kg, TB 155cm; IMT: 16,6 kg/m2 (kurus)1
Pemeriksaan Umum
Kepala
Paru-paru
Paru depan
Kanan Kiri
Inspeksi Simetris pada posisi statis dan Simetris pada posisi statis dan
dinamis, retraksi interkostal (-), dinamis, retraksi interkostal (-),
retraksi suprasternal (-), retraksi suprasternal (-), retraksi
retraksi supraklavikula (-) supraklavikula (-)
Palpasi nyeri tekan (-), stem fremitus nyeri tekan (-), stem fremitus
simetris simetris
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafasbronkovesikuler (+) Suara dasar bronkovesikuler (+)
Wheezing (-), Wheezing (-),
Ronki (-) Ronki (-)
Paru belakang
Kanan Kiri
Inpeksi Simetris pada posisi statis dan Simetris pada posisi statis dan
dinamis. Retraksi interkostal (-) dinamis. Retraksi interkostal (-)
Palpasi nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
stem fremitus normal stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi suara dasar vesikuler (+) suara dasar vesikuler.
wheezing (-), wheezing(-),
ronchi (-) ronchi (-)
4
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi : lemas, nyeri tekan (+) regio epigastrium
5
Lym 1.4 0.5 – 5.0
I.6 PENATALAKSANAAN
- IVFD RL gtt XX/m makro
- Diet NB rendah garam
- Inj. Ranitidin 2x50mg IV
- Valsartan 1x160mg tab po
- Amlodipin 1x10mg tab po
- Ibuprofen 2x400mg tab po
- Antasida 3x400mg tab po
- Observasi tanda-tanda vital
I.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
1.8 FOLLOW UP
Tanggal 5 Januari 2018
S : keluhan sakit kepala telah berkurang namun masih dirasakan oleh
pasien
6
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4M6V5)
TD : 150/90mmHg N: 86x/mnt RR: 20x/mnt T: 36,5’C
A : Hipertensi grade 2
P:
- IVFD RL gtt XX/m makro
- Diet NB rendah garam
- Inj. Ranitidin 2x50mg IV
- Valsartan 1x160mg tab po
- Amlodipin 1x10mg tab po
- Ibuprofen 2x400mg tab po
- Antasida 3x400mg tab po
- Clobazam 1x10mg tab po
A : Hipertensi grade 2
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
I. Epidemiologi
Hipertensi umum ditemukan pada pelayanan primer. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi hipertensi di indonesia
mencapai 26,5%. Prevalensi hipertensi (grafik 1) dengan menggunakan
kriteria JNC VII didapatkan penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi
25,8% pada tahun 2013. Adapun pada grafik 2 didapatkan prevalensi
hipertensi berdasarkan diagnosis atau gejala meningkat. Hal ini diasumsikan
terjadi karena bertambahnya masyarakat yang memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan.2
II. Klasifikasi
8
Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2,
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi dinyatakan
primer apabila tidak diketahui penyebabnya (90%), dan termasuk sekunder
apabila diketahui penyebabnya (10%). Beberapa penyebab pada hipertensi
sekunder antara lain yaitu penyakit, obat-obatan, dan makanan.3
9
jam) agar dapat mencegah maupun membatasi kerusakan target organ
yang terjadi.3
Hipertensi urgensi: tekanan darah yang sangat tinggi tidak disertai
kelainan/ kerusakan organ target yang progresif, sehingga penurunan
tekanan darah dapat dilakukan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).3
Batas-batas jantung:
10
Gambar 1. Anatomi Jantung; Anterior (kiri), Posterior (kanan) 7
11
sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut
dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan
terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD)
interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke
apeks jantung. Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke
atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada
atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan
dalam celah atrioventrikuler.6
12
pulmonal. Darah tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menuju atrium kiri melalui
keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri
melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta. Tekanan arteri
yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah
sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai
mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel
ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah.
Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium
berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.6
IV. Etiologi
13
Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder dengan Indikasi Klinis dan Tes Skrining
Diagnostik5
14
Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder dengan Indikasi Klinis dan Tes Skrining
Diagnostik5 (lanjutan dari halaman sebelumnya)
15
Tabel 3. Obat yang Sering Digunakan dan Subtansi Lainnya yang Dapat
Menyebabkan Peningkatan Tekanan Darah5
V. Patofisiologi
16
dan mekanisme.3 Terdapat 4 faktor yang mendominasi terjadinya
hipertensi, yaitu:
17
Akibat pengaruh lingkungan seperti stres, rokok, dan
sebagainya akan mengaktifkan saraf simpatis sehingga
meningkatkan norepinefrin (NE) dan sebagainya. Neurotransmiter
ini selanjutnya meningkatkan denyut jatung lalu diikuti kenaikan
CO sehingga tekanan darah akan meningkat. Peningkatan NE yang
berlangsung lama akan berefek negatif terhadap jantung
dikarenakan adanya reseptor α1, β2, β2 di jantung sehingga
memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertrofi dan aritmia
sebagai akibat progresivitas dari hipertensi. Pada dinding pembuluh
darah juga terdapat reseptor α1 sehingga peningkatan NE juga
berdampak pada vasokonstriksi yang meningkatkan TPR dan
tekanan darah. Pada ginjal terdapat reseptor α1 dan β1 sehingga NE
dapat memicu retensi natrium, mengaktivasi sistem RAA yang
pada akhirnya kesemuanya menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.3
18
angiotensinogen di hati dan pembentukan renin yang dihasilkan
oleh makula densa aparatus juxta glomerulus di ginjal.
Angiotensinogen akan dirubah oleh renin menjadi angiotensin I dan
selanjutnya diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (angiotensin
converting enzyme). Angiotensin II ini bekerja pada reseptor AT1,
AT2, AT3, AT4 pada korteks adrenal, vaskular, miokardium,
ginjal, dan sistem saraf pusat sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan terjadi peningkatan
tekanan darah.3
20
Distribusi tekanan darah semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia.
VII. Diagnosa
Pada umumnya penderita hipertensi tidak disertai keluhan. Keluhan
biasanya baru dirasakan apabila telah mengalami komplikasi pada TOD.3
Anamnesa
Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
Indikasi adanya hipertensi sekunder
o Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
o Terdapat penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakaian obat-obatan analgesik atau obat lainnya
o Episode berkeringat, sakit kepala, cemas, palpitasi
(feokromositoma)
o Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
Faktor risiko
Gejala kerusakan organ
o Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris
o Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur
dengan bantal tinggi
o Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuri, anemis
o Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
Pengobatan antihipertensi sebelumnya3
Pada gambar di bawah ini terdapat beberapa kondisi yang perlu
diperhatikan untuk menentukan perlu tidaknya skrining hipertensi
sekunder.
21
Gambar 6. Skrining Hipertensi Sekunder5
22
Tabel 4. Kecenderungan Hipertensi berdasarkan Anamnesa 4
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah perlu dilakukan dalam kondisi tertentu.
Dalam pedoman dari ACC/AHA 2017 dideskripsikan beberapa cara
pengukuran tekanan darah yang ideal.4
23
Tabel 5. Cara Pengukuran Tekanan Darah secara Akurat 4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi primer dibagi menjadi 2,
yaitu pemeriksaan dasar dan pemeriksaan opsional.
24
Untuk mengetahui kondisi organ target juga diperlukan beberapa
pemeriksaan seperti di bawah ini3:
Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada, elektrokardiografi,
ekokardiografi
Pembuluh darah: pemeriksaan fisik, ultrasonografi karotis, fungsi
endotel
Otak: pemeriksaan neurologis, CT scan atau MRI
Mata: funduskopi retina
Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria
VIII. Penatalaksanaan
Hipertensi Primer
25
Gambar 7. Algoritma Rekomendasi Tatalaksana dan Follow Up Hipertensi 5
26
Tabel 7. Intervensi Nonfarmakologi untuk Pencegahan dan Terapi Hipertensi 5
27
dengan risiko batuk dan angioedema lebih rendah dibanding inhibitor
ACE. Pada kulit hitam dewasa hipertensi tanpa gagal jantung dan gagal
ginjal, terapi inisial terbaik adalah diuretik tiazid atau CCB. Secara
keseluruhan, diuretik tiazid (terutama chlortalidon) atau CCB merupakan
monoterapi inisial terbaik.4
28
Tabel 8. Antihipertensi Oral5 (lanjutan dari halaman sebelumnya)
29
Tabel 8. Antihipertensi Oral5 (lanjutan dari halaman sebelumnya)
30
Tabel 9. Target Terapi Hipertensi pada Penderita berdasarkan Kondisi Klinis 5
Krisis Hipertensi
31
TOD akut ataupun perburukan dan disfungsi. Pasien dengan hipertensi
urgensi tidak memerlukan penurunan tekanan darah dengan intens seperti
emergensi. Diperlukan peningkatan dosis obat antihipertensi dan obat
cemas bila perlu.4
32
Tabel 10. Obat Antihipertensi Intravena untuk Tatalaksana Hipertensi Emergensi 5
33
Tabel 11. Obat Antihipertensi Intravena untuk Tatalaksana Hipertensi Emergensi
dengan Komorbiditas Tertentu
*Daftar agen disusun berdasarkan abjad, bukan berdasarkan preferensi
†Terapi pilihan pada sindroma koroner akut
IX. Prognosis
Berawal dari tekanan darah 115/75 mmHg, setiap kenaikan
sistolik /diastolik 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskular akan meningkat 2 kali lipat. Hipertensi yang tidak diobati
meningkatkan: 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian
stroke, 25% kematian PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua
kematian prematur (mati muda), serta menjadi penyebab tersering penyakit
ginjal kronis dan gagal ginjal terminal. Pemberian obat antihipertensi akan
diikuti penurunan insiden stroke 35-40%, infark miokard 20-25%, dan
lebih dari 50% gagal jantung.3
34
Mortalitas pada pasien hipertensi emergensi yang tidak diobati
dalam 1 tahun adalah sebesar >79% dengan median survival 10,4 bulan.3
35
BAB III
ANALISIS KASUS
36
infark miokardium akut. Os tidak mengalami dispneu dan batuk, tidak terdapat
suara napas tambahan, batas jantung os dari pemeriksaan fisik baik, dan tidak
dijumpai edema pretibia, asites, maupun peningkatan JVP sehingga
mengarahkan os kemungkinan tidak mengalami gagal jantung kiri akut dengan
edema pulmoner. Os mengaku BAK masih seperti biasa dan tidak sedikit
sehingga tidak mengarah pada gangguan ginjal. Tidak dijumpainya
kemungkinan TOD pada krisis hipertensi mengarahkan diagnosa pada
hipertensi urgensi. Oleh karena itu diberikan terapi oral antihipertensi berupa
Amlodipin 1x10mg tab dan Valsartan 1x160mg tab.
37
Tabel 12. Klasifikasi Kejang dan Bukan Kejang
38
Hersdoffer et al (1996) menyimpulkan bahwa hipertensi berat yang tidak
dikontrol meningkatkan risiko terjadinya kejang unprovokasi.10
• Nyeri epigastrium
39
Berikut beberapa tanda bahaya yang menjadi acuan indikasi
pemeriksaan endoskopi pada pasien dispepsia belum diinvestigasi.
• Disfagia progresif
• Anemia
• Demam
40
Gambar 9. Algoritma Tatalaksana Dispepsia di berbagai Layanan Kesehatan 11
41
DAFTAR PUSTAKA
42
10. Hersdoffer DC, et al. 1996. Severe, Uncontrolled Hypertension and
Adult-Onset Seizures: a case-control study in Rochester, Minnesota.
Epilepsia 37(8):736-41.
43
LEMBAR DISKUSI
44