TINJAUAN TEORI
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termaksud
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalanlori, dan jalan kabel (Permen No.19 Ta.2011).
Sedangkan defenisi jalan raya menurut (Oglesby,1999), adalah jalur-jalur tanah di atas
permukaan bumi yang di buat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali
ataupun bahan lainya bahan ikat yang dipakai adalah aspal dan semen. Lapisan perkerasan sendiri
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke
tanah dasar (Sukirman,1999).
Lapisan Permukan
Lapis PondasiAtas
Tanah Dasar
Lapsan Pondasi
bawah
Sub Grade
Sumber; Pelatihan Pengawasan Lapangan Pekerjaan Jalan
Gambar 2.5 Struktur Lapisan Perkerasan Lentur (Lapisan Tanah Dasar
subgrade)
B. Perkerasan Kaku (Rigit Pavement)
perkerasan Kaku merupakan konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat
dan menggunakan semen Portland sebagai bahan pengikatnya sehingga mempunyai
tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi khususnyabila dibandingkan dengan
perkerasan aspal (Perkerasan Lentur), sehingga dikenal dan disebut sebagai perkerasan
kaku atau rigid pavement. Umumnya terdiri dari 2(dua) lapis yaitu Lapisan permukaan,
(Concrete Slab) dan lapisan pondasi (Subase Course) yang terletak diatas
tanah dasar (Sub Grade).
Jenis-jenis perkerasan kaku antara lain:
1. Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan atau “jointed unreinforced (plain)
concrete pavement”(JPCP)
2. Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau “jointed reinforced concrete
pavement”(JRCP)
3. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan atau “ continously reinforced
concrete pavement”(CRCP)
4. Perkerasan beton semen ‘prategang’ atau “prestressed concrete pevement”
5. Perkerasan beton semen pracetak (dengan dan tanpa prategang). (Sukirman
1999)
Perkerasan Kaku (Rigit Pavement) bisa dilihat secara visual pada gambar 2.6 dibawah
ini:
Dalam pembahasan tentang perkerasan jalan hanya akan dibahas mengenai jenis
perkerasan lentur (Flexible Pavement) saja.
a. Aspal Keras
Dalam perkerasan beraspal, pembagian jenis aspal keras dapat berdasarkan: Nilai
Penetrasi ( Penetration Grade ), Nilai Viskositas ( viscosity Grade ) atau
Temperatur Maksimum dan Minimum Perkerasan Rencana ( Performance Grade ).
Berdasarkan nilai penetrasi, ASTM dan AASTHO membagi aspal keras untuk
keperluan perkerasan jalan menjadi Aspal Pen 40-50, Aspal Pen 60-70, Aspal Pen
85-100, Aspal Pen 120-150 dan Aspal Pen 200-300. Persyaratan mutu dari masing
– masing kelas aspal keras tersebut dilihat dari standar spesifikasi.
Berdasarkan nilai viskositas, aspal keras untuk keperluan perkerasan menjadi AC-
2.5, AC-5, AC-10, AC-20, AC-40, AR-100, AR-800,AR-1600.
Untuk keperluan perkerasan aspal di Indonesia, telah dikeluarkan SNI Campuran
Aspal Beton yang memuat jenis dan persyaratan aspal keras berdasarkan nilai
penetrasi. Berdasarkan SNI tersebut aspal kertas dibagi menjadi Aspal Pen 60/70
dan Aspal Pen 80/100.
b. Aspal Cair
Asapal cair/dingin ( Cut Back Asphalt ) adalah campuran antara aspal semen
dengan bahan – bahan pencarian dari hasil penyulingan minyak bumi, digunakan
dalam keadaan dingin dan cair. Aspal cair dibedakan atas :
1. Rapid Curing Cut Back (RC)
Adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen dengan pelarut
berupa gasoline yang mempunyai daya menguap tinggi.
2. Medium Curing Cut Back (MC)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang kental
seperti minyak tanah.
3. Slow Curing Cut Back (SC)
Adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen dengan pelarut
(minyak) yang mempunyai daya menguap rendah.
c. Aspal emulasi (Asphalt Emulsion) adalah aspal yang disediakan dalam bentuk
emulasi dan dapat digunakan dalam keadaan dingin atau panas. Aspal emulasi dan
aspal dingin umumnya digunakan pada canmpuran dingin atau pada penyemprotan
dingin.
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan agregat
itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir – butir agregat dan pori –pori yang ada di
agregat itu sendiri.
3. Pada waktu pemadatan aspal (masih panas), berfungsi sebagai pelicin agar agregat
mudah bergeser mengisi tempat kosong.
4. Material untuk kedap air, sifat aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat
elastis yang baik.
2.4.2 Agregat
1. Umum
1. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan
campuran kerja yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
2. Agregat tidak bole digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan
dalam spesifikasi.
3. Sebelum memulai pekerjaan penyedian jasa harus suda menumpuk
setiap fraksi agregat dan pasir untuk campuran beraspal.
4. Penyerapan air oleh agregat maksimum 2% untuk SMA dan 2% untuk
yang lain.
5. Berat Janis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda labih dari 0.2. (Sukirman 2003)
a. Agregat kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan Nomor 8
(diameter 2,36 mm), agregat kasar untuk campuran aspal beton harus memenuhi
syarat kekerasan bersudut mempunyai tekstur/susunan permukaan yang kasar,
bersih bebas dari kotoran lempung dan material asing lainnya. Agregat kasar
yang tertahan pada ayakan nomor 4,75 mm harus terdiri dari partikel yang
disarankan harus terdiri dari batu pecah, kerikil pecah atau campuran yang
memadai dari batu pecah itu. (Sukirman 2003)
Agregat lolos ayakan NO.200 SNI ASTM C117 2012 Maks 105
2. Agregat
Untuk agregat pengujian adalah sebagai berikut:
a. Analisa saring agregat halus dan kasar
b. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar
c. Berat jenis dan penyerapan agregat halus
d. Kelekatan agregat terhadap aspal
e. Keausan agregat dengan mesin los angeles
f. Kadar air agregat
g. Soundness test
h. Impact test
i. Kepipihan dan kelonjongan
j. Sand equivalen test (Lab transpotasi dan pengindraan)
3. Perkerasan
a. Marsal test
b. IRI (International Roughnes Index)
c. Core Drill
d. Kadar Aspal dalam campuran (ekstraksi)
e. Falling Weight deflectometer (FWD) / Light Weight Deflectometer (LWD)
(Lab Transtortation dan Pengindraan)
2.6.2. Spesifikasi Aspal Panas dan Gradasi HRS-WC (Hot Rolled sheet Wearing
Course)
A. Spesifikasi Aspal panas / HRS-WC (Hot Rolled Sheet Wearing Course)
Tabel 2.4 ketentuan Agregat Kasar
VV” 12.5 100 80-100 50-88 90-100 90-100 90-100 75-90 60-98
3/8” 9.5 70-95 50-80 25-60 75-85 65-90 77-99 66-82 52-71
No. 8 2,36 20-30 16-24 16-24 50-72 35-55 33-53 30-49 23-41
No.200 0,075 8-12 8-11 8-11 6-10 2-9 4-9 4-8 3-7