Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Perairan
pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan yang meliputi perairan sejauh 12 mil laut
diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk,
perairan dangkal, rawa payau dan laguna, sedangkan pantai adalah sebuah bentuk geografis
yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir laut.
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, bahwa kelompok nelayan di Tanah
Air perlu mendapatkan perhatian khusus dalam upaya pembangunan kesehatan. Data BPS
tahun 2011 menunjukkan bahwa di Indonesia sekitar 7,87 juta jiwa (25,14%) di antaranya
adalah nelayan dan masyarakat pesisir (Mboi Nafsiah, 2013). Nelayan merupakan kelompok
masyarakat yang rawan kemiskinan, dikarenakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca dan musim. Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan dibidang kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya. Kegiatan Puskesmas diarahkan pada upaya-upaya kesehatan promotif-preventif
dengan focal point keselamatan kerja dan disertai berbagai upaya lain yang mencakup:
Perbaikan gizi; Perbaikan sanitasi dasar dan penyediaan air bersih; Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA); Penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, dan Pemberdayaan
masyarakat.
Pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan, objek wisata dan lain-lain, maka tekanan ekologis
terhadap ekosistem sumberdaya pesisir dan laut ini semakin meningkat, sehingga
meningkatnya tekanan ini tentunya mengakibatkan berbagai macam pencemaran seperti;
pencemaran air laut akibat pembuangan sampah di laut dan air limbah di laut serta berbagai
macam aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan sehingga 4 dari dampak tersebut
dapat mengakibatkan gangguan masalah kesehatan yang ada seperti kesehatan berbasis
lingkungan (Mallewali, 2013 dalam Sholehah dkk, 2014).
Hasil survei levels & trends in child mortality tahun 2014 menunjukkan lebih dari 370
anak berusia balita di indonesia setiap hari meninggal dunia dikarenakan diare dan
pneumonia akibat sanitasi dan kebersihan yang buruk ternyata cukup besar (Kementrian PU
dan perumahan rakyat RI, 2017).

1
Berdasarkan target Millennium Development Goals (MDGs), Indonesia harus
mampuh untuk meningkatkan hingga 68,87% proporsi penduduk yang memiliki akses
terhadap sumber air minum yang aman, dengan indikator sumber air terlindungi dan air
perpipaan, serta akses terhadap fasilitas sanitasi dasar, dengan indikator jamban tangki septik
memadai, akan tetapi pada tahun 2015 indonesia baru mampu mencapai angka sebesar
62,41% dari Target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yang di tetapkan sebesar
68,87% (Kemenkes RI, 2016).
Krisis sanitasi terutama terjadi pada permukiman informal yang sangat padat di
seluruh dunia. Situasi ini tidak terbatas pada pemukiman perkotaan dan dapat dijumpai di
pinggiran kota miskin, kota dagang kecil, desa besar, permukiman peri-urban dan tempat
lainnya di negara-negara berkembang. Di negara-negara berkembang, sekitar 90 persen dari
air limbah dibuang tanpa diproses dahulu ke sungai, danau dan area pesisir. Di Asia, lebih
dari 750 juta orang masih melakukan buang air besar (BAB) di tempat terbuka, sehingga
meninggalkan tinja mereka di tanah yang kemudian mengontaminasi lingkungan sekitarnya,
memasuki perairan dan pada akhirnya, berdampak pada mata pencaharian dan kesehatan
seluruh masyarakat (Sanitation Drive, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,
“ Bagaimanakah Gambaran Kesehatan Lingkungan Pada Masyarakat Pesisir.”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk menegtahui gambaran kesehatan lingkungan pada masyarakat pesisir secara
umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui ketersediaan dan kondisi jamban pada masyarakat pesisir secara
umum.
2. Untuk mengetahui sarana pembuangan air limbah pada masyarakat pesisir secara
umum.
3. Untuk mengetahui sarana pembuangan dan pengelolaan sampah pada masyarakat
pesisir secara umum.
4. Untuk mengetahui sumber dan sarana penampungan air minum pada masyarakat
pesisir secara umum.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi Instansi
terkait.
1.4.2. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak – pihak yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut terhadap persoalan yang sama.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masyarakat Pesisir


Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pantai
yang sebagian besar merupakan nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan keterkaitan erat dengan karakteristik ekonomi
wilayah, latar belakang budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada
umumnya masyarakat pesisir memiliki budaya yang berorientasi selaras dengan alam
sehingga teknologi memanfaatkan sumberdaya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi
pesisir. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faizal (2002) masyarakat di wilayah pesisir
memiliki pendidikan rendah, produktivitas yang sangat tergantung pada musim, terbatasnya
modal usaha, kurangnya sarana penunjang, buruknya mekanisme pasar dan sulitnya transfer
teknologi dan komunikasi yang mengakibatkan pendapatan masyarakat pesisir menjadi tidak
menentu.
Masyarakat pesisir pada umumnya adalah berprofesi sebagai nelayan, di mana
nelayan didalam ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang yang
secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung sebagai mata pencahariannya menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor : Per.17/Men/2006 Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
kegiatan budidaya ikan, baik di perairan tawar, payau maupun di perairan pantai. Sedangkan
Nelayan tradisional adalah nelayan yang menggantungkan seluruh hidupnya dari kegiatan
penangkapan ikan, dilakukan secara turun temurun dengan menggunakan alat tangkap yang
sederhana.

2.2 Pengertian Sanitasi


Lingkungan Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI,
2004). Batasan pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum
masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi
perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan
lingkungan kerja. Sedangkan menurut pengertian umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit

4
dengan mengurangi atau mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan
dengan rantai penularan penyakit.
Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan,
sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang
diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik,
kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (Isnaini, 2014). Kesehatan lingkungan pada
hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif 11 terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang yaitu
berkisar pada penyediaan air minum, pembuangan sampah, pembuangan air limbah (air
kotor), sanitasi (jamban), dan perumahan (housing) (Notoadmodjo, 2007). Sanitasi dasar
adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengolahan
sampah, limbah rumah tangga sarana serta penyediaan air bersih. Sanitasi total adalah kondisi
ketika suatu komunitas tidak buang air besar sembarang (BAB) sembarang, mencuci tangan
pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan
benar, dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Keputusan Mentri Kesehatan,
2008).

2.3 Ruang Lingkup Sanitasi


Lingkungan terdiri dari beberapa cakupan. Kesehatan lingkungan merupakan ilmu
kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua
faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Menurut
Kusnoputranto dalam Isnaini tahun 2014, ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi:
a. Penyediaan air minum.
b. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air.
c. Pengelolaan sampah padat.
d. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah.
e. Pengendalian pencemaran udara.
f. Pengendalian radiasi.
g. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya- bahaya fisik, kimia dan biologis.
h. Pengendalian kebisingan.
i. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan
penduduk, bangunan- bangunan umum dan institusi.
j. Perencanaan daerah dan perkotaan.

5
k. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat.
l. Rekreasi umum dan pariwisata.
m. Tindakan - tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana alam,
perpindahan penduduk dan keadaan darurat.
n. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya
bebas dari resiko gangguan kesehatan.
Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas, tempat-tempat umum merupakan bagian
dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian dalam pengawasannya.
a. Air
1) Struktur Air
Air merupakan salah satu dari telinga komponem yang membentuk bumi (zat padat,
cair dan gas). Bumi dilindungi air sebanyak 70 %. Sedangkan 30 % berupa dataran.
Air terdiri dari dua atom dan satu oksigen yang beraksi membentuk air atau ditulis
H2O.
Air terdapat dalam tiga fase : a) Sebagai uap yaitu : sebagai butir-butir air yang
terdapat dalam udara akibat pemanasan. Oleh cahaya matahari, air yang ada di laut,
danau sungai menguap secara vertical. b) Sebagai zat cair yaitu yang di dalam laut,
sungai dan air yang terdapat di dalam tanah. c) Air dalam fase padat, yaitu air beku
atau es.
Air memilki ciri-ciri diantaranya bersifat sebagai zat cair mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah sifat-sifat dipengaruhi oleh beberapa faktor : a)
Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup. b) Menerima sinar
matahari yang cukup. c) Mengandung mineral-mineral yang cukup.
2) Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
a) Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran
ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya
karbondioksida, nitrogen, dan amoniak.

6
b) Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan- badan air semacam sungai,
danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar
berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut
kemudian akan mengalami.
c) Air Tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam
tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses - proses yang telah
dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air
tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan.
3) Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurang air dari pada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55%-
60% berat badannya terdiri dari air, untuk anak-anak 65% dan untuk bayi sekitar
80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.
4) Pengolahan Air Minum
Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
a) Pengolahan Secara Alamia Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan
(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air
kali, air sumber, dan sebagainya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk
beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi kongulasi dari zat-zat yang
terdapat dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena
partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
b) Pengolahan Air dengan Menyaring Penyaringan ini secara sederhana dapat
dilakukan degan kerikil, ijuk, dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi
dilakukan oleh perusahaan air minum (PAM) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
5) Sarana Sanitasi dan Persyaratan
a. Sarana Penampungan Air Bersih
Syarat Penampuangan Air Bersih Menurut Depkes RI (2005), berapa sumber air
yang menghasilkan air bersih dan umumnya digunakan masyarakat di Indonesia
diantaranya adalah sumur gali, sumur pompa tangan, perlindungan air hujan,
perlindungan mata air, sistem perpipaan, dan terminal air.
Berikut beberapa syarat penting berbagai sarana tersebut :

7
a) Sumur gali (SGL) Beberapa syarat sumur gali, antara lain Lantai sekitar sumur
dibuat dengan jarak minimal 1 meter dari dinding sumur, dengan kemiringan yang
cukup untuk memudahkan air mengalir keluar, dan dibuat kedap air untuk mencegah
merembesnya air kotor. Dinding sumur dibuat kedap air, dengan kedalaman minimal
3 meter di bawah permukaan tanah. Terdapat saluran pembuangan air kotor (SPAL).
b) Sumur pompa tangan (SPT)
Beberapa syarat pompa tangan yang penting, antara lain :
- Kedalaman sumur cukup untuk mencapai lapisan tanah yang mengandung air. -
Dinding sumur dibuat yang kuat agar tanah tidak longsor.
- Dinding sumur harus kedap air setinggi 70 sentimeter di atas permukaan tanah atau
permukaan air banjir.
- Lantai sumur dibuat minimal 1 meter dari dinding sumur dengan ketinggian 20
senti meter di atas permukaan tanah.
- Saluran pembuangan harus ada untuk mengalirkan air limbah ke bak peresapan.
c) Perlindungan air hujan (PAH)
Beberapa syarat perlindungan air hujan (PAH yang penting, antara lain:
- Bidang penangkap air harus bersih tidak ada kotoran atau sampah.
- Lokasi jauh dari sumber pencemar.
- Talang / saluran air tidak kotor dan dapat mengalirkan air.
- Dinding penampung air hujan harus kuat dan tidak bocor.
- Bak saringan terbuat dari bahan yang kuat dan rapat nyamuk serta dilengkapi
kerikil, ijuk, dan pasir.
- Pipa peluap dipasang kawat kasa rapat nyamuk dan tidak menghadap ke atas. -
Kran air tidak rusak.
6) Syarat Sarana Jamban Sehat
Menurut Herianto tahun 2014 yang dikutip dari Depkes RI tahun 2009, syarat jamban
sehat adalah sebagai berikut:
1) Tidak mencemari tanah sekitarnya.
2) Mudah dibersikan dan aman digunakan.
3) Dilengkapi dinding dan alat pelindung.
4) Penerangan dan ventilasi cukup.
5) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
6) Tersedia air dan alat pembersih.
7) Kotoran manusia tidak dijamah oleh lalat.

8
8) Jamban tidak menimbulkan sarang nyamuk.
7) Sarana Pembuangan Sampah Sampah
Syarat sarana pembuangan sampah sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat
yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan
lagi dalam suatu kegiatan manusia dan di buang. Para ahli kesehatan masyarakat
Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang di buang yang berasal dari kegiatan
manusia, dan tidak terjadi dengan sedirinya (Notoadmodjo, 2007).
8) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga
untuk keindahan lingkungan yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah
meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnaan atau pengolahan
sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.
Cara-cara pengolahan sampah antara lain:
a) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Pengumpulan sampah adalah tanggung
jawab dari masing- masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.
Oleh sebab itu mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempatpengumpulan sampah
tersebut harus diangkut ketempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan
selanjutnya ketempat penampungan akhir (TPA).
b) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah Pemusnahan dan atau pengolahan sampah
padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
- Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
- Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembekaran (incenerator).
- Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos),
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang
dapat membusuk.
c) Syarat Tempat Sampah yang Sehat Menurut Herianto tahun 2014 yang dikutip dari
Suryasa tahun 2008:172, Syarat tempat sampah yang sehat yaitu:
a) Konstruksinya kuat dan tidak mudah bocor sehingga sampah tersebut tidak
berserakan.

9
b) Mempunyai tutup yang dibuat sedemikian rupa agar mudah dibuka dan ditutup
tanpa harus mengotorkan tangan.
c) Mudah dibersihkan.
d) Mempunyai ukuran yang sesuai agar tidak meluap dan mudah diangkat.

2.3 Wilayah Pesisir


Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik
wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai
wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini.
Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama
penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah masih
belum jelas.
2.3.1 Pengertian Wilayah Pesisir
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah
merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah
yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut
meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley et al , 1994 dalam Sholehah
dkk, 2014).
2.3.2 Pencemaran di Kawasan Pesisir
Beberapa jenis bahan pencemar yang sering menyebabkan terjadinya pencemaran di
laut yaitu limbah domestik dan pertanian. Macam-macam limbah cair dari rumah tangga
(domestik), industri dan pertanian :
a. Limbah Domestik Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari
perumahaan dan pusat perdagangan maupun perkotaan, hotel, rumah sakit, tempat
rekreasi, dll. Limbah jenis ini sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological
oxigen demand) dan kandungan organik sistem pasokan air.
b. Limbah Industri Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari
sumbernya. Limbah jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, tetapi
juga mengubah struktus kimia air akibat masuknya zat-zat organik yang mencemari.
Penanganan limbah ini dilakukan dengan cara memasang instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air.
c. Air Limbah Pertanian Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah
atau pupuk (umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur
pencemar ini meliputi bak sedimen dan erosi lahan tanaman perkubunan maupun larutan

10
fosfor dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbah hewani serta pupuk. Salah satu bahan
pencemar laut yang utama adalah kebocoran tanker minyak (tumpahan minyak),
tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pertanian maupun akibat
kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran
laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena kaibatnya akan
sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak
mahluk hidup disekitar pantai tersebut.
Sanitasi Wilayah Pesisir Indonesia Development Magz tahun 2016, Sanitasi tidak
terlepas dari pola hidup bersih dan sehat, dengan maksud mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya. Bahaya ini bisa
memberikan dampak secara fisik maupun biologis. Bahan buangan yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari kotoran manusia atau binatang, sisa bahan
buangan padat, air bahan buangan domestik seperti air seni, bahan buangan mandi atau
cucian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis,
contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan, pembangunan prasarana seperti,
kakus dan tangki septik. Kotoran manusia merupakan salah satu penyebab pencemaran
air. yang memenuhi syarat. Pengawasan kualitas sarana bertujuan untuk mengurangi
dampak kesehatan lingkungan berupa kejadian penyakit yang diakibatkan oleh
penggunaan air bersih dan sarana sanitasi yang tidak memenuhi syarat. Untuk daerah
pesisir, seyogyanya dapat diupayakan prasarana drainase yang terpusat, karena lokasi
pesisir yang merupakan daerah resapan air sehingga menyulitkan untuk membuat saluran
pembuangan air limbah bagi masing-masing rumah tangga. Dampak fisik yang dapat
langsung dilihat akibat buruknya sanitasi lingkungan di daerah pesisir adalah lingkungan
yang kotor, tidak teratur dan tentunya berbau. Hal inilah yang menjadi penyumbang
timbulnya gangguan ekosistem di daerah pesisir dan pantai.
Dalam pembahasan ini, kami akan menganalisis beberapa jurnal yang ada kaitannya
dengan kesehatan lingkungan pada masyarakat pesisir. Dilakukan analisis deskriptif masalah
kesehatan masyarakat pesisir, guna melihat gambaran beberapa masalah pada lingkungan
kesehatan yang ada.

11
BAB III
PEMBAHASAN

No Penulis Tahun Judul Jurnal Alamat Pokok Pembahasan


Jurnal Jurnal Jurnal Pembahasan
1. Idham Latif 2016 Analisis Deskriptif Google Masalah Berdasarkan hasil analisis deskriptif masalah kesehatan
Masalah Kesehatan scholar kesehatan masyarakat pesisir Desa Karangsong Indramayu. Terlihat
Masyarakat Pesisir masyarakat beberapa masalah yang relevan dari faktor lingkungan
Desa Karangsong – pesisir adalah: jarak jamban dengan sumber ari bersih 76,8%
Indramayu masih kurang dari 10 meter, pembuangan limbah rumah
tangga 93,5% disalurkan ke selokan, tempat pembuangan
sampah 65,9% tidak tertutup, dari sisi perilaku, bahwa
49,2% sering merokok dalam rumah, ventilasi ruangan
50,5% cukup, namun boleh dikatakan belum maksimal
apalagi mengingat letak dapur 85,9% berada di dalam
rumah dengan 49,2% memiliki potensi mencemari ruangan
rumah.

2. Misdayanti, 2021 Gambaran Sanitasi Google Gambaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan data-
Suwanti Lingkungan Pada Scholar Sanitasi data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa sanitasi
Masyarakat Pesisir Lingkungan lingkungan di Desa Bajo Indah masih tergolong tidak
Desa Bajo Indah memenuhi syarat kesehatan, antara lain: kepemilikan
jamban tidak sehat (87,3%), membuang sampah ke laut
atau pantai (87,3%), membuang air limbah di laut karean
tidak ketersediaan saluran pembuangan air limbah (71,4%).

3. Andre Stif 2021 Gambaran Sanitasi Google Gambaran Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang diperoleh
Tolondang Lingkungan Pesisir Scholar Sanitasi dari keseluruhan responden yang berjumlah 40 responden
,Woodford Di Desa Watuliney Lingkungan dapat diketahui bahwa: kepemilikan jamban yang tidak
B.S. Kecamatan Belang Pesisir memenuhi syarat (28%) dan ketersediaan air bersih yang

12
Joseph, Kabupaten Minahasa tidak memenuhi syarat (47,5%),
Oksifriani Tenggara
J.Sumamp
ouw
4. Frieda Nur 2018 Kesehatan Rumah Google Kesehatan Kebersihan dan kesehatan di lingkungan Tambak Rejo
Hapsari, Tangga Di Scholar Rumah secara umum sangat kurang yang dibuktikan dengan
Fadly Husain, Lingkungan Pesisir Tangga Di banyaknya tumpukan sampah di sekitar pemukiman
Rini Iswari (Kajian Antropologi Lingkungan penduduk. Sumber air yang digunakan mayoritas adalah air
Kesehatan Pesisir artetis (sumber air yang diperoleh dengan cara mengebor
Lingkungan Di tanah dan kondisi air terkadang berpasir)
Tambak Rejo Secara umum penggunaan jamban sehat di lingkungan
Kelurahan Tanjung Tambak Rejo kurang baik yang dibuktikan dengan tidak
Mas Kecamatan semua warga memiliki jamban di setiap rumahnya.
Semarang Utara Kota Berdasarkan jumlah kepemilikan jamban di Lingkungan
Semarang Tambak Rejo, dari 38 KK terdapat 27 KK (71%) yang tidak
memiliki jamban. Mayoritas masyarakat juga membuang
sampah di tempat-tempat yang tidak seharusnya dijadikan
untuk tempat membuang sampah.
5. Andi Anwar, 2013 Derajat Kesehatan Google Derajat Berdasarkan penelitian, untuk pengolahan sampah
Muhammad Masyarakat Scholar Kesehatan domestik 75 % masih dibakar dan 20% dikubur dalam
Sultan Kepulauan Di Masyarakat lubang. Tempat sampah 18% tidak terawat dan 33%
Kecamatan terbuka. Perilaku merokok di dalam rumah (61%). Untuk
Kepulauan Derawan penggunaan sumber air bersih dari sungai 25%, sumur gali
Kabupaten Berau 59%, PAM 14% dan lain-lain 3%.
6. Ida Muslikhah 2017 Identifikasi Masalah Google Identifikasi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat
Hariati Lestari, Kesehatan Berbasis Scholar Masalah beberapa gambaraan, sebagai berikut:
Jusniar Rusli Lingkungan Di Kesehatan 1. Gambaran masalah tempat pembuangan sampah, yang
Afa Wilayah Pesisir Berbasis memiliki tempat pembuangan sampah lebih banyak yang
Desa Wawatu Lingkungan tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 113 responden
Kecamatan Moramo Di Wilayah (97,4%) sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 3
Utara Kabupaten Pesisir responden (2,6%).
Konawe Selatan 2. Gambaran masalah sumber air bersih, sumber air yang

13
digunakan responden lebih banyak yang tidak memenuhi
syarat yaitu sebanyak 131 responden (97,4%) sedangkan
yang memenuhi syarat sebanyak 3 responden (2,6%).
3. Gambaran masalah jamban keluarga, berdasarkan
kepemilikan jamban keluarga lebih banyak yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 101 responden (87,1%)
sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 15 responden
(12,9%).
4. Gambaran rumah sehat, berdasarkan kepemilikan rumah
yang memenuhi syarat sebanyak 10 (8,6%) responden,
sedangakan sebanyak 106 responden (91,4%) tidak
memenuhi syarat.

7. Widyo Astono 2010 Problem Sanitasi, Google Problem Dari hasil pemantauan awal diketahui bahwa ketersediaan
Karakteristik Sosial Scholar Sanitasi, lahan kosong dan saluran air merupakan alternatif tempat
Ekonomi Dan Upaya Karakteristik pembuangan air limbah dan sampah, sehingga dapat
Pemberdayaan Sosial diperkirakan masih sekitar 70% buangan tinja dan air kotor
Masyarakat Nelayan Ekonomi Dan serta 60% sampah masih akan berserakan pada tempat-
Di Wilayah Pesisir Upaya tempat tersebut.
Pekalongan Pemberdayaa Masalah yang mesti mendapat perhatian khusus adalah
n Masyarakat ketersediaan air bersih yang satu paket dengan unit MCK.
Air bersih bisa diperoleh melalui sumur pompa namun
tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi terutama kendala
pada saat musim kemarau atau karena kualitas airnya yang
dibawah baku mutu.

8. Ira Ryski 2021 Analisis Sosial, Google Analisis Perilaku dalam praktek buang air besar. Sebanyak 74%
Wahyuni Ekonomi Dan Scholar Sosial, warga pesisir telah memiliki jamban pribadi, meskipun
Budaya Dalam Ekonomi Dan 22% diantaranya masih bermuara akhir ke laut. Selain itu
Pengelolaan Sanitasi Budaya masih terdapat 18% warga yang masih melakukan praktek
Masyarakat Dalam buang air besar sembarangan (BABS) di laut maupun
Permukiman Pesisir Pengelolaan Jamban cemplung.

14
Kota Kendari Sanitasi Sebagian kelurahan tetangga seperti Kelurahan Puday,
Masyarakat Lapulu, Petoaha, Sambuli, Tondonggeu sangat kesulitan air
bersih, terlihat dari lebih 50% warganya mengaku kesulitan
air bersih.
9. Adriana 2015 Studi Identifikasi Google Identifikasi Sistem pengelolaan sampah di permukiman pesisir
Renwarin, Sistem Pengelolaan Scholar Sistem Kelurahan Bitung Karang Ria masih banyak mengalami
Octavianus Sampah Pengelolaan permasalahan seperti sarana pengumpulan, pengangkutan,
A.H. Rogi, Permukiman Di Sampah pengelolaan. Sistem pengelolaan sampah perlu didukung
Rieneke Wilayah Pesisir Kota oleh fasilitas TPS yang memadai baik secara ukuran,
L.E.Sela Manado jumlah dan jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Serta
jam pengangkutan sampah yang masih belum tertata
dengan baik.

10. Ekapri Tosepu 2017 Gambaran Sarana Google Gambaran 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70
Sanitasi Masyarakat Scholar Sarana responden yang mempunyai sarana penampungan air
Di Wilayah Pesisir Sanitasi minum yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 28
Teluk Kendari orang (40%) dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
Kelurahan Benu- yaitu 42 orang (60%).
Benua Kecamatan 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70
Kendari Barat responden yang mempunyai sarana jamban yang memenuhi
Provinsi Sulawesi syarat kesehatan sebanyak 27 orang (39%) dan yang tidak
Tenggara memenuhi syarat kesehatan yaitu 43 orang (61%).
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70
responden yang mempunyai sarana SPAL yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70 orang (100%).
4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70
responden yang mempunyai sarana pembuangan sampah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70 orang
(100%).

15
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan sepuluh jurnal yang telah dianalisis, dapat kami simpulan bahwa ada
beberapa faktor dari kesehatan lingkungan yang berhubungan erat dengan kehidupan
masyarakat di pesisir pada umumnya, antara lain:
1. Kepemilikan dan kondisi jamban yang tidak sehat
2. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat
3. Sarana pembuangan dan pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat
4. Sumber dan sarana penampungan air minum yang tidak memenuhi syarat
5. Kondisi pencahayaan dan ventilasi rumah yang kurang memadai

B. SARAN
Diharapkan kepada instansi terkait baik lingkup pemerintahan, kelurahan dan
puskesmas untuk lebih meningkatkan upaya pembangunan kesehatan lingkungan dan
dapat mengefektifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
perilaku hidup bersih, agar masyarakat bisa mengerti dan memahami apa dampak yang
ditimbulkan jika keadaan lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan serta diharapakan
agar pemerintah juga dapat menambah penyediaan tempat sampah umum.
Bagi masyarakat yang berada di wilayah pesisir pada khususnya yang memiliki
sarana sanitasi (Sarana Penampungan Air Minum, Sarana Jamban, Sarana SPAL, dan
Sarana Pembuangan Sampah) yang tidak memenuhi syarat kesehatan agar dapat
melakukan upaya perbaikan atau perubahan seperti selalu memperhatikan kebersihan
sarana penampungan air minum, menyediakan alat pembersih untuk sarana jamban,
membersihkan dan menutup got dan tidak membuang sampah pada saluran yang
langsung mengalir di area pesisir dan menyediakan tempat sampah masing- masing di
dalam rumah sehingga keadaan sarana sanitasi dapat memenuhi syarat kesehatan
sehingga mengurangi terjadinya pencemaran yang dapat menimbulkan masalah
terganggunya kesehatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Chandra. 2010. Biostatistik untu Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Santoso Santoso, Jurnal on line: JurnalEkologi Kesehatan, diakses dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/i 36 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 4. No 2 Juli-
Desember 2016
Kemenkes RI. 2009. Peningkatan Kualitas Kesehatan Anak, Jakarta: Ditjet PP2Pl
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Pernafasan Akut. diakses dari
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/FINAL%20DESIGN%20PEDO MAN
%20PENGENDALIAN%20ISPA. pdf pada tanggal 5 Desember 2016 pukul
15.05.
News Republika online, diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/24/nya7vd346-umk-2016-
indramayu-tertinggi-di-wilayahcirebon pada tanggal 17 Desember 2016 pukul 13.59.

17

Anda mungkin juga menyukai