Anda di halaman 1dari 10

BEKERJA KERAS DAN BERTANGGUNG

JAWAB

DISUSUN OLEH:
1.NUR LAILATUL KOMARIA
2.RAFA AZRI HUMAER

SMA NEGERI 1 KAMAL


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.Saya sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dengan bekerja keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam
diri seseorang untukm e n g g a p a i c i t a - c i t a n y a . D e n g a n
a d a n y a s i f a t u l e t , m a n u s i a t i d a k a k a n m u d a h goyah dan
putus asa dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah
putus semangatapabila dala melakukan pekerjaannya mengalami
hambatan atau bahkan kegagalan.Dalam melakukan pekerjaan unsur
teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan sikapteliti maka
apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan
solusinya. Sehinggasebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untukmembahas bagaimana
halnya kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam kehidupan.Tanggung
jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya
yangdisengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sesuatu sebagaiperwujudan kesadaran akan
kewajibannya. Tanggung jawab sangat erat kaitannya
dengankewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban kita adalah
belajar, maka dengan belajar kitatelah bertanggung jawab terhadap
kewajiban kita, jadi makna dari tanggung jawab sering dikaitkan
dikaitkan dengan kewajiban. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah
tanggung jawab terhadapkewajiban kita.Islam mengajarkan umatnya
untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan dalam Al-
Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad saw.Sebagai
umat islam yangbaik kita wajib melaksanakan apa yang telah
diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an danRosululloh.
Tanggung kawab disini terkait dengan tanggung jawab manusia
terhadap Alloh,terhadap keluarga, masyarakat dan negara.
BAB II
Pembahasan

1. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab

Islam adalah agama yang mewajibkan kepada pemeluknya untuk


berkarya. Bahkan Sayid Sabiq dalam bukunya ”Unsur-unsur Kekuatan
dalam Islam” terjemahan Muhammad Abdai Rathomy mengatakan:
“Islam adalah agama gerak dan membanting tulang dalam segala bidang
kehidupan dan penghidupan manusia, sehingga dengan demikian ia dapat
menunjukkan cara pembimbingan yang baik dan terpuji”. Dan Dr. Yusuf
Al-Qardhamy dalam bukunya “Al-Imaanu Wal Hayaatu” mengatakan:
yang diketahui dalam Islam hanyalah orang beriman itu bekerja, bersusah
payah, menunaikan kewajibannnya dalam hidup ini, mengambil dan
memberi, memperkenankan kehendak Allah Swt. terhadap manusia,
mereka dijadikan khalifah di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan
memanfaatkan isinya sebanyak mungkin, untuk kepentingan
kemanusiaan. Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk
beribadah, sehingga di hari itu orang berhenti bekerja. Dalam ajaran
Islam, setiap hari

adalah hari kerja, dan bekerja untuk urusan dunia adalah apabila
dikerjakan dengan niat yang jujur. Hari Jum’at yang dianggap hari besar
dalam Islam, tiadalah dihari itu diperintahkan supaya berhenti bekerja,
melainkan baru sesudah mendengar panggilan adzan hingga sampai
shalat Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana disebutkan
dalam Firman Allah Swt. Q.S. al-Jum’at/62:9-10.

Arti
nya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan
tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu
dimuka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah Allah Swt.
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62:9-10).
Beginilah seharusnya kehidupan seorang muslim di hari Jum’at, bekerja
dan jual beli sebelum shalat,kemudian dengan cepat mengingat Allah
Swt. dengan melaksanakan shalat dan kembali bertaburan dibumi
mencari karunia Allah Swt. sesudah selesai shalat. Islam telah
memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan
berkarya dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk
bekerja dan berkarya, karena;
• Karya seseorang yang akan menentukan kualitas seorang
beriman, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan
Q.S.Thaha/20:75.
• Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan
karya seseorang, sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105
• Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah Swt. nanti di akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S.
an-Nahl/16:93.
b. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut
dalam Q.S.al-Jum’at/62:10 dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,
karena;
Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras
untuk berkarya. Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan
diperoleh.
• Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut
masjid sesudah shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu?
Mereka menjawab; Kami orang-orang yang tawakal kepada Allah
Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan: Janganlah
seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah,
berilah aku rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum
pernah menurunkan hujan emas, dan Allah Swt. telah berfirman;
”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu
di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”
c. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam
ini, sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.
• Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-
Qurān, misalnya dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
• Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai
kesimpulan, bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam ini
adalah ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt. menciptakannya tidaklah
sia-sia.
d. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit
dan kedzaliman.
• Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan
adalah pendusta agama.
• Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman
dan mempunyai ilmu yang banyak.
• Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan berbuat dzalim
karena dzalim adalah sumber malapetaka atau kehancuran.
e. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian
yang bagus, membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang
bagus, serta mendidik anak-anak menjadi shaleh.
• Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang halal
dan tayyib.
• Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya
dari api neraka.
• Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.
f. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi
musuh, sehingga musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana
tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.
Demikian cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para
pemeluknya agar bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan
mereka. Melalui berkarya di dalam segala lapangan kehidupan dan
penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas dengan kehidupan
yang baik (hayaatan tayyibah).

2. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab

a. Bekerja Keras
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh,
dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-
sungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan. Orang yang bekerja
keras tidak berarti harus “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga
secara fisik, akan tetapi dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh
dalam melaksanakan pekerjaannya atau belajar sungguh-sungguh untuk
mencari ilmu.
Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian
disertai dengan do’a dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt., untuk
kepentingan dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman yang artinya sebagai
berikut.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)
Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut
ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-
masing. Sebagaimana telah dijelaskan tentang pentingnya bekerja keras
sebagaimana tersirat dalam firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Jumu’ah/62:10 di
atas, mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti
shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah
Swt. di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan
bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita
dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt.. Orang yang beriman
dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah Swt. menciptakan alam beserta
segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh
manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras.
Rasulullah saw. juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras. Beliau
menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil
keringat sendiri. Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi
makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud
as. makan dari hasil tangannya sendiri (H.R.Bukhari)
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Namun dalam hal ibadah mahdhah (khusus), seperti shalat, hendaknya kita
beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa
beribadah dengan giat dan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah
saw.: bersabda yang artinya: “bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-
olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan
akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai dua kebutuhan yaitu;
kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.
dan kebutuhan rohani berupa pengetahuan yang bermanfaat, dan nasihat
yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita
mau bekerja dengan sungguh-sungguh, maka Allah Swt. akan memberikan
rizqi kepada makhluk-Nya.
Bekerja dan tanggung jawab merupakan keniscayaan dalam hidup. Orang
beriman dituntut untuk selalu survive dan bangkit membangun peradaban
seperti masa keemasan Islam. Syarat untuk itu tidak cukup ditempuh dengan
kerja keras, tetapi harus kerja cerdas dan bertanggung jawab. Kemalasan
tidak punya tempat dalam Islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal
dalam Islam. Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ankabut/29:17:
Artinya:... Maka mintalah rezki itu di sisi Allah Swt., dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
(Q.S. al-Ankabut/29: 17).
Ayat di atas, menjelaskan bahwa rezeki harus diusahakan, bahkan dalam
Q.S.al-Isra’/17:12 dinyatakan, dijadikannya siang terang agar manusia
mencari rezeki. Masih banyak ayat serupa. Intinya, rezeki Allah Swt. hanya
akan diperoleh dengan kerja tinggi.
Al-Baihaqi dalam kitab ‘Syu’bul Iman’ ada empat prinsip kerja keras dan
tanggung jawab atas bentuk pekerjaannya kepada Allah Swt.
Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan).
Halal dari segi jenis pekerjaan sekaligus cara menjalankannya. Antitesa dari
halal adalah haram, yang dalam terminologi fiqih terbagi menjadi ‘haram
lighairihi’ dan ‘haram lidzatihi’.
Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang
lain (ta’affufan an al-mas’alah).
Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan
ala jarihi).

b. Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia
adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala
sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Secara
istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Artinya bertanggung jawab itu sudah merupakan bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila
ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan
tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah.

Setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorong-
nya dalam berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.

Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah
dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia
dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang
paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah
Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).

Berkaitan dengan tanggung jawab, setiap manusia bertanggung jawab


atas apa yang diperbuatanya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-
Mudatstsir/74:38 yang artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa
yang telah diperbuatnya”.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian demikian, kesimpulan adalah :
1. Kerjakeras,tekun,ulet dan teliti merupakan akhlak terpuji yang
seharusnya dimiliki oleh setiap orang,terurama bagi seorang pelajar
dalam proses Pendidikan.
2. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuh pemahaman konsep akan tetapi
juga diimplementasikan atau diaplikasikan kedalam kehidupan kedalam
kehidupan sehari-hari,terutama sebagai umat muslim dalam mencetak
presentasi bagi dunia peradaban islam
3. Akhlak terpuji tersebut merupakan refleksi dari beberapa sifat – sifat atau
akhlak terpuji merupakan kepribadian Rasulullah saw,yang perlu
diteladani.

Anda mungkin juga menyukai