Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

TINJAUAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Tinjauan Umum


Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi lamgsung konsultan pengawas. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik umum dan kusus
yang telah tercantung dalam dokumen kontrak, rencana kerja serta syarat-syarat lain dan
mengikuti perinta atau petunjuk konsultan, sehingga hasil yang dicapai sempurna dan
sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

Bahan dan alat peralataan merupakan syarat utama dalam melaksanakan suatu
pekerjaan jalan. Mutu bahan /material, kelengkapan dan ketersediaan alat sangat
menentukan ketahanan dari konstruksi yang di hasilkan. Untuk bahan-bahan yang akan
digunakan dalam pelaksanaan konstruksi harus di tes atau di uji kualitasnya harus sesuai
dengan spesifikasi. Sementara peralatan yang digunakan dalam pekerjaan konstuksi
perlu diperiksa kondisi dan kesiapanya agar dalam operasi tidak mengalami gangguan
dan dapat merusak hasil kerja dan juga dapat mendatangkan kecelakaan.

4.1.1. Sasaran Proyek


Adapun sasaran proyek adalah tercapainya tujuan yang sesuai dengan sistem
pengendalian :

a. Mutu (Quality)
Sistem pengendalian mutu bertujuan untuk menjaga kualitas bahan-bahan
yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan agar sesuai dengan standar
spesifikasi yang ada.

Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan berikut :

1. Penyimpanan untuk setiap agregat harus terpisah untuk menghindari


tercampurnya agregat dan menjaga kebersihannya
2. Penyimpanan aspal dalam drum harus secara benar agar tidak terjadi
kebocoran dan kemasukan air atau cairan asing
3. Suhu pemanasan aspal harus sesuai dengan yang diisyaratkan dalam
spesifikasi
4. Mutu dan ukuran material harus disetujui direksi pekerjaan sebelumnya
b. Waktu (Time)
Untuk masalah pengendalian waktu harus ada suatu teknik yang
digunakan untuk membantu terlaksananya manajemen proyek tersebut.
Teknik tersebut dapat digunakan untuk merencanakan atau menjadwalkan
dan mengendalikan suatu proyek agar proyek tersebut dapat berjalan
sesuai dengan waktu yang ditentukan.

c. Biaya (Cost)
Pengendalian biaya dapat dikelompokkan menjadi per area seperti biaya
dikantor pusat dan di lapangan/ biaya jenis pekerjaan seperti biaya teknik,
pembelian dan konstruksi.

4.2. Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan HRS WC


4.2.1 Peralatan Pekerjaan HRS-WC
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan AC-
BC adalah sebagai berikut:

1. Asphalt mixing plant (AMP), merupakan tempat pencampuran aspal .


2. Asphalt sprayer, digunakan untuk penyemprotan aspal cair pada saat
pekerjaan prime coat dan tack coat
3. Dump Truck, digunakan untuk pekerjaan pengangkutan material.
4. Wheel Loader, digunakan pemadatan
5. Tandem Roller 6-8, digunakan pemadatan awal aspal
6. Pneumatic Tire Roller 8-10, digunakan untuk pemadatan aspal
7. Vibrator Roller, 5-8, digunakan untuk pemadatan agregat
8. Asphalt finisher, digunakan untuk menghamparkan aspal
9. Stone Crusher, merupakan mesin pemecah batu untuk bahan agregat
10. Water Tank
11. Sekop
12. Kereta
13. Ketel asphalt
4.2.2 Tenaga
1. Pengawas di lapangan
2. Operator alat-alat berat (Finisher, Exavator, Vibra Roller, Tandem Roller,
Tire Roller)
3. Operator Crusher
4. Mandor
5. Driver Dump Truck
6. Driver Water Tank
7. Pekerjan Penghamparan Aspal

4.2.3 Bahan Pekerjaan HRS-WC


1. Batu Pecah ¾ 5. Filler (Semen)
2. Batu Pecah ½ 6. Aspal Pen 60/70
3. Abu Batu 7. Bahan Anti Pengelupasan
4. Pasir Alam
4.3. Rumus Campuran HRS -WC

4.3.1 Penerapan JMF

a) Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai


dengan JMF, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan.

b) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik


bahan maupun campurannya sesuai dengan Spesifikasi , atau benda uji
tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman
campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang
diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak.

c) Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari


JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang
konsisten dan sang berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau
jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus
diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya
Penyedia Jasa sendiri untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru
dihampar di lapangan.
Tabel 2.6 Toleransi Komposisi Campuran:

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi


Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total
Lolos avakan 2,36 mm sampai No.SO ± 3 % berat total
Lolos avakan No. I 00 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total
Lolos ayakan No.200 ± 1 % berat total
Kadar aspal Tol
Kadar aspal ± 0,3 % berat total
carnpuran
Temperatur Campuran Toleransi

d) lnterpretasi Toleransi Yang Diijinkan

Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi


Yang diijinkan menunjukkan bahawa Penyedia Jasa harus bekerja
dalam batas-batas yang digariskan pada setiap saat.

4.3.2 Penyiapan Agregat


a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui
pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari
berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat
untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelurn dirnasukkan ke dalam alat pencarnpur. Nyala api yang
terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat
agar dapat rnencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.

b) Bila agregat akan dicarnpur dengan bahan aspal, rnaka agregat harus kering
dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang
disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 10 °C di atas
temperatur bahan aspal.

c) Bahan pengisi (filler) tarnbahan harus ditakar secara terpisah dalam


penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi
tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam
penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian
kadar filler dapat dijarnin.
4.3.3 Penyiapan Pencampuran
a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar rnemenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini harus
ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari
tumpukan agregat (stockpile) segera sebelum produksi campuran dimulai dan
pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagairnana ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran. Bahan aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah
yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana digunakan instalasi pencampur
sistem penakaran, di dalam unit pengaduk seluruh agregat harus dicampur
kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal dan aditif dengan jumlah yang tepat
disemprotkan langsung ke dalam unit pengaduk dan diaduk dengan waktu
sesingkat mungkin yang telah ditentukan untuk menghasilkan campuran yang
homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu
pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan
perangkat pengendali waktu yang handal. Lamanya waktu pencampuran harus
ditentukan secara berkala atas perintah Direksi Pekerjaan melalui "pengujian
derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan
prosedur AASHTO T 195-67 (2007) (biasanya sekitar 45 detik).

b) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus


dalam rentang absolut. Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam
Pekerjaan bilamana temperatur pencampuran melampaui temperatur
pencampuran maksimum yang disyaratkan.

4.3.4 Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran


Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan perkiraan
temperatur aspal umumnya. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui
rentang temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal
modifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dengan melihat sifat-sifat campuran
di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan
pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak memenuhi batas temperatur yang
disyaratkan pada saat
pencurahan dari AMP kedalam truk, atau pada saat pengiriman ke alat penghampar,
tidak boleh diterima untuk digunakan pada pekerjaan yang permanen.

Tabel 2.7Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan

Viskositas Aspal Perkiraan Temperatur Asnal


(°C)
No. Prosedur Pelaksanaan Tipel Tipe IIB
(Pas)
I Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ±1 165 ±1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ±I 155 ±1
3 Pencampuran, rentang temperatur 0,2 - 0,5 145 - 155 155-165
sasaran
4 Menuangkan campuran aspal dari ±0, 135 -150 1.45 - 160
alat pencampur ke dalam truk 5
5 Pemasokan ke Alat Penahamoar 0,5 - 1,0 130- 150 140- )60
6 Pemadatan Awai (roda baja) I -2 125 - 145 135-155
7 Pernadatan Antara (roda karet) 2– 100-125 110-135
8 Pemadatan Akhir (roda baia) <20 > >105

4.5 Penghamparan campuran


1. Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
diber sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi.
2. Acuan Tepi
Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan
besi profit siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan
dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
4.5.1 Penghamparan dan Pembentukan

a. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar


harus dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan.
b. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju
lajur yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih
dari satu lajur.
c. Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
d. Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan
e. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan
yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan ditaati.
f. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak: boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
g. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau
bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat
mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak
boleh ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
h. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan rnendingin pada
tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
i. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya
satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir
antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan
pada setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
j. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus
dipantau dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual
sebagaimana yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi
rancangan dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan
beraspal:
1. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara
manual)
2. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.
3. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar
sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
4. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan
menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.

4.5.2 Pemadatan
a). Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksadan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
viskositas aspal yang ditentukan.

b). Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini :

1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir

4.6 Data Teknis Perencanaan


Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan
spesifikasi teknis umum dan kusus yang telaah tercantung dalam dokumen kontrak,
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perinta atau petunjuk dari
konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek.

4.6.1 Gambar Potongan Melintang Jalan


Potongan melintang jalan adalah suatu potongan jalan yang tegak lurus
pada sumbu jalan yang dapat nenunjukan bentuk serta struktur jalan, Stuktur
jalan adalah:

 Tebal HRS WC 5cm ( Tebal Padat)


 Tebal Agegat A 20cm
 Lebar jalan 5m
 Prime Coat (Lapis Resap Pengikat)
 Timbunan pilihan 15 cm. Dapat dilihat pada gambar 4.1
Gamba 4.1 Potongan Melintang Jalan
4.6.2 Persiapan Lahan
Dari semua jenis kegiatan atau pekerjaan yang akan dilaksanakan di
lapangan baik itu dari tahapan pembersihan lokasi sampai ke tahap pemadatan
atau penggilasan haruslah terlebih dahulu mempersiapkan lahan yang akan
dipergunakan dimana lahan tersebut telah siap atau layak digunakan.

4.6.3 Pengendalian Lalu Lintas


Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan perlu dilakukan suatu
pengendalian lalu lintas pada saat proses pelaksanaan berlangsung dari tahap
awal hingga tahap akhir, tujuan dari pengendalian lalu lintas ini supaya semua
pekerjaan yang sedang dilaksanakan tidak terhambat oleh arus lalu lintas yang
ada.

Berikut adalah beberapa bentuk pengendalian lalu lintas :

1. Pihak pelaksana lapangan dapat mengalihkan arus lalu lintas selama


proses pelaksanaan masih berlangsung
2. Pihak pelaksana lapangan harus melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa
sehingga pekerjaan tersebut terlindung dari kerusakan akibat lalu lintas
yang ada yaitu dengan pengerjaan mulai setengah badan jalan.
3. Dalam keadaan apapun pihak pelaksana harus bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa tidak ada lalu lintas yang melintasi hotmix yang baru
dihampar sampai pemadatan dilaksanakan.

4.6.4 Pembersihan Lokasi Proyek


Pekerjaan ini dilakukan untuk membersihkan ataupun menebang tanaman
yang ada di tepi jalan. Pekerjaan ini dilakukan sebelum semua pelaksanaan di
lapangan dimulai. Pekerjaan pembersihan pada saat item pekerjaan aspal akan
dilaksanakan adalah membersihkan seluruh permukaan badan jalan dari material
lepas seperti sampah dan debu sebelum diberikan Lapis Resap Pengikat sehingga
aspal dapat meresap dan mengikat dengan baik. Pekerjaan ini dilakukan dengan
alat Compressor.

4.6.5 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis resap pengikat adalah campuran aspal dan minyak tanah dengan

komposisi tertentu yang dipanaskan sampai suhu 1500C - 1700C.


Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan badan jalan yang telah disiapkan sebelumnya, untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Lapis resap pengikat hanya pada permukaan yang
kering atau mendekati kering.

Sebelum penyemprotan aspal dimulai permukaan jalan harus dibersihkan


dengan menggunakan kompresor. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20
cm dari tepi bidang yang akan disemprot aspal.

Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan


penyemprotan harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai
dibagi luas bidang yang disemprot. Dapat dilihat pada Gambar 4.2, Sebagai
berikut.

Gambar 4.2, Prime Coat (Lapis Resap Pengikat)

Metode pelaksanaan item pekerjaan ini adalah sebagai

berikut ;

 Aspal dan minyak tanah dimasukkan ke dalam aspal sprayer sesuai komposisinya
kemudian dipanaskan sampai dengan suhu yang ditentukan sehingga menjadi
campuran homogen yang siap untuk disemprotkan ke permukaan aggregat kelas
A.
 Permukaan aggregat kelas A yang akan dilapisi atau di semprot di bersihkan
dahulu dari debu dan kotoran dengan menggunakan kompressor.
 Sebelum dilaksanakan penyemprotan dilakukan trial ketebalan yang akan
digunakan sebagai pedoman selanjutnya sesuai dengan desain dengan cara
sebagai berikut :

 Timbang lembaran serap untuk lahan penguji selebar 25 cm x 25 cm sebelum


dilaksanakan pengujian (minimal 3 lembar).
 Letakkan lembar penguji di atas permukaan aggregat kelas A.
 Lintaskan atau semprotkan aspal cair dari aspal sprayer di atas lembar penguji.
 Timbang lembar serap atau penguji yang telah dilapisi oleh aspal cair.

 Perbedaan berat dipakai untuk menentukan takaran kandungan apal tiap m2.
 Setelah didapat ketebalan penyemprotan, dilakukan penyemprotan untuk seluruh
lahan yang telah siap.
Kebutuhan bahan :

 Aspal penetrasi 60/70


 Minyak tanah

Peralatan yang digunakan

 Aspal sprayer
 Air Compressor
 Truck penarik

4.7. Pekerjaan Lapis Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC)


1. Umum
HRS atau Lapis tipis aspal beton (Lataston) merupakan salah satu lapis
perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras,agregat dengan gradasi
timpang, dan bahan pengisi (filer) yang dicmapurkan , dihamparkan,dan dipadatkan
pada suhu dan kondisi tertentu dengan ketebalan 2,5 sampai 3cm ( Sukirman
1999;10). Konstruksi perkerasan dengan HRS terdiri dari 2 campuran, yaitu HRS yang
di gunakan sebagai lapis aus (HRS-WC) dan HRS-BASE untuk lapis pondasi. HRS-
WC berfungsi sebagai lapisan kedap air, tahan terhadap terbentuknya alur,mempunyai
kehalusan permukaan, mampu menyalurkan beban, dan mempunyai tahanan gelincir.
Sebagai lapisan non structural yang lebih banyak mengandung agregat halus dan
aspal (Ambarawati,2009) kekuatan struktur campuran HRS-WC perlu di tingkatkan
melalui spesifikasi baru dan jenis-jenis material yang digunakan harus memiliki sifat
fisik mekanik yang baik.

Tebal nominal minimum rancangan campuran aspal HRS-WC adalah 3,5cm.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang


sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam spesifikasi. Dua kunci
utama adalah:

 Gradasi yang benar-benar senjang.


 Sisa rongga udara dalam kepadatan membal (Refusal Density) harus memenuhi
ketentuan yang ditunjuk dalam spesifikasi. Agar diperoleh gradasi senjang, maka
hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah.
2.Bahan
(1) Agregat kasar.
Agregat kasar untuk rancangan adalah material berbutir bersifat keras dan
kompak yang tertahan ayakan No.8(2.36mm), bersih dan bebas dari lempung atau
bahan yang tidak di kehendaki lainnya.

Fungsi dari agregat kasar dari campuran Lataston (HRS) adalah sebagai
pengembang volume dari mortar sehingga campuran menjadi lebih ekonomis.
Disamping itu penggunaan agregat kasar dapat meningkatkan ketahanan campuran
terhadap kelelahan, yang tentunya dapat meningkatkan stabilitas campuran.

(2) Agregat halus.


Agregat halus adalah material berbutir bersifat keras dan kompak yang lolos ayakan
No.8(2.36mm) dan tertahan ayakan No.200(0.075mm) baik berasal dari alam maupun dari hasil
penyaringan batu pecah.
Fungsi utama agregat halus dalam campuran umumnya adalah untuk
meningkatkan stabilitas dan menahan deformasi permanen atau alur (rutting)
melalui perilaku saling mengunci (interlocking) dan gesekkan (friksi) antara
partikel- partikelnya.

(3) Bahan pengisi (Filler)/Abu batu.


Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang lolos saringan No.200(0.075mm)
dapat berupa debu batu kapur, semen portland, abu terbang, atau bahan mineral
lainya yang bersifat non plastis.

(4) Aspal Penetrasi 60/70


Fungsi aspal dalam campuran Hot Rolled Sheet (HRS) adalah menyelimuti
agregat pada waktu pencampuran dan sebagai pelumas pada waktu proses
penghamparan sehingga mudah dipadatkan, kemudian pada masa layanannya
berfungsi sebagai bahan pengikat agregat.
3.Bagan Alir Pekerjaan Aspal (HRS-WC)

Gambar 4.3 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan HRS- WC

4.Pelaksanaan Pekerjaan.

 Aspal dipanaskan dalam ketel sampai mencapai suhu max. 1500c dan dipompa ke
dalam termos AMP.
 Material aggregat kasar (batu pecah 2/3 dan ½) dan aggregat halus (pasir dan abu
batu) di tampung terpisah dalam cold bin atau hoper masing-masing yang
selanjutnya dibawa ke driyer dengan menggunakan conveyor untuk proses

pemanasan sampai dengan suhu 1550c - 1750c.

 Jumlah material yang dikeluarkan dari hoper atau cold bin ditentukan berdasarkan JMF
dengan melakukan kalibrasi dalam penyetelan bukaan hoper.

 Setelah bahan dipanaskan dalam drayer dengan suhu 155 0C-1750C material dibawa
dengan hot elevator ke screen vibrator untuk dipisahkan berdasarkan besar
ukurannya yang kemudian ditampung atau dimasukkan ke dalam hot bin masing-
masing material sesuai takarannya.
 Sebelum material dimasukkan ke dalam unit pencampuran, kebutuhan masing-
masing material di timbang dengan menggunakan timbangan AMP sesuai JMF.
 Setelah masing-masing material ditimbang sesuai dengan JMF, material aggregat
tersebut dicampur dalam unit pencampur sampai campuran homogen.
 Campuran aggregat yang telah homogen ditambahkan aspal yang telah ditimbang
terlebih dahulu yang kemudian diaduk atau dicampur sehingga didapatkan
campuran yang homogen dengan menggunakan unit pencampuran di AMP.
 Aggregat dan aspal yang telah di campur secara homogen dituangkan dalam bentuk
untuk kemudian di bawa ke lokasi penghamparan dengan suhu 140℃

4.7.1 Pengangkutan
 Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck dari AMP ke Pelabuhan
lalu diangkut lagi dengan Kapal menuju ke Pulau Semau.
 Selama pengangkutan, sebaiknya campuran ditutup dengan terpal untuk melindungi
dari pengaruh cuaca dan material lain. Pengangkutan setiap dump truk sebanyak
14.400 ton/ret untuk dump truk besar dan untuk dump truk kecil 8,800 ton/ret
campuran aspal dengan menempu jarak dari AMP ke lokasi pekerjaan menggunakan
dump truck ke Pelabuhan Penyebrangan Bolok ± 24 KM, kemudian dilanjutkan
dengan kapal fery menuju ke Pelabuhan penyebrangan Hansisi Pulau Semau ± 5
KM, dan dump truck kembali melanjutkan perjalanan ke lokasi penghamparan ± 7
KM, jadi jarak yang di tempuh dari AMP ke lokasi penghamparan Pulau Semau
adalah ± 26 KM, dan Waktu yang ditempuh dari AMP ke Pulau Semau lokasi
penghamparan ± 2 Jam karena terjadi pegantrian untuk naik ke Kapal fery sehingga
memakan waktu sebelum kapal fery melakukan penyebrangan menuju ke Pelabuhan
Hansisi Pulau Semau.
 Jumlah dump truk yang digunakan dalam proses pengangkutan adalah 9 unit dump
truk besar dan 1 unit dump teuk kecil sehingga dalam 1 hari kerja jumlah campuran
aspal yang diangkut ke lokasi pekerjaan adalah 138.400 ton dengan suhu campuran
aspal dari tempat produksi adalah 170°C dengan suhu campuran ketika sampai
dilokasi 140°C. Pengecekan suhu dilakukan setiap dump truk tiba dilokasi.

4.7.2 Penghamparan
Setelah sampai di lokasi pelaksanaan, aspal yang diangkut dengan Dump Truck
dituang kedalam Bituminous Paver (Asphalt Finisher) yang telah disetel sepatunya
untuk kemiringan jalan 3%. Penghamparan dimulai dari seluruh badan jalan dengan
ketebalan 6 cm (ketebalan sebelum pemadatan). Selama proses penghamparan
berlangsung kontraktor harus memeriksa ketebalan material yang telah dihampar diatas
permukaan lahan tiap 7 – 10 m dengan menggunakan stick. Apabila selama
pelaksanaan, hasilnya cacat atau tidak memenuhi persyaratan maka pelaksanaan
tersebut harus dihentikan sementara untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada persiapan
alat, bahan dan semua ditanggung oleh kontraktor.Dapat dilihat pada Gambar 4.4,
Sebagai berikut.

Gambar 4.4. Proses penghamparan Aspal

4.7.3. Pemadatan
Derajat kepadatan yang di capai campuran beraspal sangat bergantung pada
usaha pemadatan yang dilakukakn.Tahapan pemadatan campurana beraspal dengan tiga
operasi terpisah sebagai berikut;

1. Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)

Pemadatan awal adalah yang dilakukan setelah penghamparan berada dalam


rentang temperature yang disyaratkan sekitar ( 0-10) menit setelah penghamparan
agar campuran beraspal menjadi relatif stabil (diam) untuk dilewati pemadat
berikutnya. Pemadatan awal dapat dilakukan dengan mesin gilas roda baja statis atau
bergetar dengan berat (6 – 8) ton. Jumlah lintasan pada pemadatan ini biasanya
berkisar antara (2 – 3) passing (1 passing = 2 lintasan; pergi dan pulang), dengan
kecepatan (3 – 4) km/jam. Posisi mesin gilas pada awal pergerakan harus arah
mundur menuju ke arah mesin penghampar, agar campuran beraspal tidak
terdorong, tetapi langsung tergilas roda belakang, yang merupakan roda penggerak
mesin gilas. Dengan posisi tersebut maka campuran beraspal akan memperoleh gaya
tekan kebawah dan bukan terdorong seperti halnya jika pergerakannya dibalik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan pemadatan awal adalah:
− Roda mesin gilas harus dalam keadaan bersih untuk menghindari rusaknya
permukaan lintasan yang dilewati
− Sistem penyemprot air harus berfungsi dan tangkinya berisi cukup air
− Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang sempurna, mesin gilas harus
dijalankan sesegera mungkin setelah penghamparan dilakukan
− Pindah lintasan harus dilakukan di luar hamparan yang sedang dipadatkan,
lakukan di bagian jalan yang terlebih dahulu telah selesai dipadatkan
− Menjelang akhir setiap lintasan pemadatan, kecepatan mesin gilas harus
dikurangi, agar tidak terjadi sentakan pada saat berhenti yang dapat
merusak permukaan lapisan yang sedang dipadatkan
Dapat dilihat pada gambar 4.5 sebagai berikut.

Gambar 4.5. Pemadatan pertama Menggunakan Tandem Roller

2. Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)

Pemadatan antara merupakan pemadatan utama (Main Rolling) yang


berfungsi untuk mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan jumlah lintasan dan
selang temperatur campuran beraspal tertentu. Pemadatan harus dilaksanakan segera
setelah pemadatan awal selesai dengan rentang waktu (5 – 15) menit. Pemadatan
antara dilakukan dengan menggunakan mesin gilas roda ban karet (pneumatic tyredd
roller). Jumlah lintasan pada pemadatan ini ditentukan berdasarkan hasil dari
percobaan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang akan digunakan
selama pekerjaan pengaspalan, biasanya berkisar antara (13 – 16) passing.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaannya, yaitu:
− Seluruh ban harus dalam keadaan bersih, dan harus mempunyai tekanan yang
sama, yaitu 6 kg/cm² pada kondisi panas.
− Tyredd roller harus dijalankan berdampingan dengan steel wheel roller, agar
terjadi hasil pemadatan yang sempurna.
− Setiap lintasan pemadatan, bagian yang dipadatkan harus sedikit overlap
dengan bagian yang dipadatkan sebelumnya.
− Pada akhir lintasan pemadatan, kecepatan alat harus dikurangi agar alat dapat
berjalan ke arah sebaliknya tanpa terjadi sentakan yang dapat merusak
lapisan aspal.

Dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut.

Gambar 4.6 Pemadatan Antara Menggunakan Pneumatic Tiret Roler

3. Pemadatan Akhir (Finish Rolling)

Pemadatan terakhir/penyelesaian dilakukan untuk meningkatkan


penampakkan permukaan akibat roda pemadat roda karet. Pemadatan ini harus
dilakukan setelah pemadatan antara selesai dan harus dihentikan bila bekas jejak
roda pemadat roda karet sudah hilang atau bila temperatur campuran beraspal yang
dipadatkan sudah mencapai batas minimum temperatur pemadatan yang diizinkan
dengan rentang waktu tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan. Pemadatan
ini umumnya dilakukan dengan pemadat mesin gilas roda baja tandem statis, berat
(5 – 10) ton. Dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut.
Gambar 4.7 Pemadatan Akhir (Finishing) Menggunakan Tandem Roller
4. Cara Pemadatan

Pelaksanaan pemadatan harus memperhatikan hal-hal berikut:


a) Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan
menuju ke tengah.
b) Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan
menuju ke bagian yang tinggi.
c) Pada bagian tanjakan dan turunan, harus dimulai dari bagian yang rendah
sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
d) Untuk mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin
gilas perlu terus dibasahi dengan air.
e) Roda penggerak mesin gilas pada setiap lintasan pertama harus
ditempatkan dimuka menuju arah penghampar (karena roda penggerak
mesin gilas selalu roda belakang, maka gerakan mesin gilas adalah
mundur ke arah alat penghampar atau finisher).
f) Untuk setiap tahapan pemadatan, telah ditetapkan rentang temperatur yang
diijinkan. Rentang temperatur tersebut dipengaruhi oleh viskositas aspal.
g) Lalu lintas bisa dibuka dengan kecepatan rendah, setelah selesai
pemadatan akhir dan temperatur sudah di bawah titik lembek aspal yang
digunakan (setelah 2 jam). Lalu lintas dibuka penuh setelah 4 jam selesai
proses pemadatan akhir.
Dari penggilasan dan pemadatan yang dilakukan, maka hasil yang diharapkan
adalah pencapaian ketebalan yang disyaratkan 5cm.

Perhitungan volume pekerjaan HRS-WC pada pembangunan jalan Lingkar


Pulau Semau Kabupaten Kupang sebagai berikut:
Panjan (P) =5000 m

Lebar jalan (l) = 5m

Tebal lapisan (t) = 0.5 m

Berat jenis aspal = 2.27 ton/𝑚3

Volume = (p × L × TL ×Bj aspal)

= 7000 × 5 × 0.5 × 2.27

=39.830 ton
4.7.4 Pengecekan Suhu Aspal Di lapangan
Pengecekan suhu dilakukan beberapah tahap yaitu:

1. Pada saat proses pengangkutan aspal dari AMP dengan suhu produksi 170℃
dengan suhu campuran ketika sampai dilokasi 140℃. Pengecekan dilakukan
setiap dump truk tiba dilokasi.
2. Pada saat proses pemadatan pertama HRS-WC dilakukan pengecekan dengan
suhu pemadatan pertama berkisar antara 125℃ − 140°C.
3. Setelah pemadatan pertama selesai dilakukan pemadatan antara dengan suhu
berkisarantara110°C−125°C.

Gambar 4.8 Pengecekan Suhu Aspal Dengan Thermometer

4.8 Pengujian Mutu


1. Core Drill
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh kontraktor dan diawasi oleh konsultan
pengawas atau direksi teknik. Hasil pekerjaan campuran aspal panas di lapangan
harus diketahui kepadatannya. Untuk itu dilakukan test Core Drill. Pada Paket
Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Semau dilakukan pengujian Core Drill mulai
dari STA 0+000 (awal) sampai dengan STA 7+800 (akhir) sebanyak 156 titik
dengan jarak 50 M per STA. Dari 156 sampel yang di tes semua masuk kategori
tebal minimum, dengan ketebalan minimum 5 cm, sedangkan untuk tebal minimum
dengan toleransi pada hasil pengukuran Core Drill adalah 4.8 cm, dengan lebar
hamparan 5m, panjang hamparan 280.0m, tebal rata-rata Core Drill 5,13cm yang
telah memenuhi persyaratan spesifikasin teknis yang disyaratkan. Untuk data
pengujian Core Drill penulis melampirkan sepuluh titik pengujian.Dapat diliat pada
Tabel 4.1.Tujuan dari pekerjaan
ini untuk mengetahui ketebalan hasil pekerjaan HRS WC Dapat diliat pada Gambar 4.9.
Sebagai berikut

Sisi kanan STA 0+050


STA 0+100

As jalan
STA 0+000
STA 0+150
Sisi kiri

begitu seterusnya 50 m 50 m
50 m
Gambar 4.9 Lokasi Pengujian Core Drill

Tabel 4.1, Hasil Pengujian benda uji inti lapis beraspal (Core Drill)

Tebal Core BERAT CONTOH (Gram) Vol.Bend BJ


Kepadatan Kepadatan
No Sta Lajur Tebal Rata- Di Di Dalam Kering a Uji Aspal(Ton/
A B C Lapangan (%)
Rata Core Udara Air Permukaan (Cm^3) m^3)
N=L/M x
A B C D E F G H I J K=J-I L=H/K M
100
1 4+450 R 6,00 6,00 6,00 6,00 1035,0 575,5 1046,9 471,4 2,196 2,284 96,1
2 4+475 L 5,30 5,30 5,50 5,37 865,5 512,7 938,7 426,0 2,032 2,284 89,0
3 4+500 CL 5,80 5,60 5,60 5,67 975,4 528,0 977,3 449,3 2,171 2,284 95,0
4 4+525 R 7,20 7,30 7,30 7,27 1261,6 691,2 1262,7 571,5 2,208 2,284 96,7
5
6 4+800 R 4,80 5,86 4,63 5,10 930,5 398,1 717,3 319,2 2,915 2,284 127,6
7 4+825 CL 5,20 5,20 5,20 5,20 882,2 467,2 883,3 416,1 2,120 2,284 92,8
8 4+850 L 5,00 4,90 5,00 4,97 827,4 440,0 818,7 378,7 2,185 2,284 95,7
9
10 5+000 L 5,40 5,50 5,40 5,43 683,6 372,1 685,3 313,2 2,183 2,284 95,6
11 5+025 R 5,87 4,89 5,43 5,40 1052,4 572,0 1056,2 484,2 2,173 2,284 95,2
12 5+050 CL 6,00 6,00 6,30 6,10 853,8 474,3 855,1 380,8 2,242 2,284 98,2
Catatan 5,65 2,242 2,284 98,18
Tebal Rata-rata Core Drill 5,65 Density Rata-rata Lapangan 2,242
Panjang Hamparan 5000m Job Standard Density 2,284
Lebaran Hamparan 5m Kepadatan Rata-rata 98,18%

Sumber : PT Adisti Indah


Berdasarkan table 4.1 bahwa lapisan yang di test core drill adalah lapisan
HRS-WC dan mengacu pada Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2 (dua) maka
tebal minimum lapangan adalah 5 cm, sedangkan untuk ketebalan rata-rata
lapangan adalah 5,65 cm, maka sampel yang di test masuk kategori, sehingga
status lapisan HRS-WC yang di test pada setiap titik memenuhi syarat teknis.

Anda mungkin juga menyukai