Anda di halaman 1dari 29

BAB II

PROFIL KABUPATEN ACEH UTARA

2.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Utara


Letak Geografis Kabupaten Aceh Utara terletak antara 040 43’ - 050 16’ Lintang
Utara dan 96° 47’ - 970 31’ Bujur Timur. Secara admInistratif Kabupaten Aceh
Utara memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka


- Selatan : Kabupaten Bener Meriah
- Timur : Kabupaten Aceh Timur
- Barat : Kabupaten Bireuen

Secara admnistrasi wilayah Kabupaten Aceh Utara meliputi 27 kecamatan dan


852 gampong dengan dengan luas wilayah keseluruhan ± 3.296,86 km². Luas
wilayah Kabupaten Aceh Utara perkecamatan diperlihatkan pada Tabel 4.1.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Per Kecamatan

Persentase
No. Kecamatan Luas (km2)
(%)
1 Sawang 384.65 11.67
2 Nisam 114.74 3.48
3 Nisam Antara 84.38 2.56
4 Banda Baro 42.35 1.28
5 Kuta makmur 151.32 4.59
6 Simpang Keramat 79.78 2.42
7 Syamtalira Bayu 77.53 2.35
8 Geureudong pase 269.28 8.17
9 Meurah Mulia 202.57 6.16
10 Matang Kuli 56.94 1.73
11 Paya bakong 418.32 12.69
12 Pirak Timu 67.70 2.05
13 Cot Girek 189.00 5.73
14 Tanah Jambo Aye 162.98 4.94
15 Langkahan 150.52 4.57
16 Seunudon 100.63 3.05
17 Baktiya 158.67 4.81
18 Baktiya Barat 83.08 2.52
19 Lhoksukon 243.00 7.37
20 Tanah Luas 30.64 0.93
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
9
21 Nibong 44.91 1.36
22 Samudera 43.28 1.31
23 Syamtalira Aron 28.13 0.85
24 Tanah pasir 20.38 0.62
25 Lapang 19.27 0.58
26 Muara Batu 33.34 1.01
27 Dewantara 39.47 1.20
Jumlah 3.296.86 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2015

Tabel 2.2. Jumlah Gampong Per Kecamatan

Gampong
No. Kecamatan Kemukiman
1 Sawang 2 39
2 Nisam 3 29
3 Nisam Antara 1 6
4 Banda Baro 1 9
5 Kuta makmur 3 39
6 Simpang Keramat 2 16
7 Syamtalira Bayu 4 38
8 Geureudong pase - 11
9 Meurah Mulia 3 50
10 Matang Kuli 4 49
11 Paya bakong 4 39
12 Pirak Timu 2 23
13 Cot Girek 3 24
14 Tanah Jambo Aye 4 47
15 Langkahan 3 23
16 Seunudon 3 33
17 Baktiya 3 57
18 Baktiya Barat 3 26
19 Lhoksukon 4 75
20 Tanah Luas 3 57
21 Nibong 2 20
22 Samudera 3 40
23 Syamtalira Aron 4 34
24 Tanah pasir 1 18
25 Lapang 1 11
26 Muara Batu 2 24
27 Dewantara 2 15
Jumlah 70 852

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2015


RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
10
2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Aceh Utara

Penduduk di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2014 berjumlah 572.961 jiwa
2
dengan kepadatan penduduk 174 jiwa/km sehingga kepadatan penduduk di
Kabupaten Aceh Utara ini termasuk padat. Dengan jumlah penduduk tersebut
Kecamatan Dewantara menjadi wilayah terpadat dengan rata-rata 1.202 jiwa
2
penghuni tiap 1 km . Tingkat kepadatan ini terus bertambah tiap tahunnya yang
disebabkan jumlah kelahiran dan migrasi masuk. Sedangkan kepadatan terendah
berada di Kecamatan Paya Bakong yang tiap kilo meter perseginya hanya dihuni
oleh 33/KM.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Utara 2014

No. Kecamatan Jumlah


1 Sawang 36.502
2 Nisam 18.223
3 Nisam Antara 12.981
4 Banda Baro 7.841
5 Kuta makmur 23.631
6 Simpang Keramat 9.330
7 Syamtalira Bayu 20.138
8 Geureudong pase 4.812
9 Meurah Mulia 18.908
10 Matang Kuli 17.766
11 Paya bakong 13.614
12 Pirak Timu 7.952
13 Cot Girek 19.838
14 Tanah Jambo Aye 42.794
15 Langkahan 22.438
16 Seunudon 24.822
17 Baktiya 35.437
18 Baktiya Barat 18.328
19 Lhoksukon 48.080
20 Tanah Luas 23.897
21 Nibong 9.778
22 Samudera 26.538
23 Syamtalira Aron 17.798
24 Tanah pasir 8.915
25 Lapang 8.538

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
11
26 Muara Batu 26.623
27 Dewantara 47.449
Jumlah 572.961

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2015

Struktur penduduk di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2014 berdasarkan jenis
kelamin memiliki proporsi yang hampir seimbang yaitu penduduk laki-laki sebesar
49.48 % dan penduduk perempuan sebesar 50.52 %. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Bila dilihat menurut jenis kelamin, jumIah penduduk laki-laki Iebih banyak dari
penduduk perempuan. Pada tahun 2014 terdapat 283.488 jiwa laki-laki dan
289.473 jiwa perempuan dengan rasio jenis kelamin adalah102 Artinya, dari
setiap 100 perempuan terdapat 102 laki-laki.

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 2014


Jenis Kelamin
No. Kecamatan Jumlah Sex Rasio
Laki-Laki Perempuan
1 Sawang 17.782 18.720 36.502 94.99
2 Nisam 9.009 9.214 18.223 97.78
3 Nisam Antara 6.399 6.582 12.981 97.22
4 Banda Baro 3.760 4.081 7.841 92.13
5 Kuta makmur 11.620 12.001 23.631 96.83
6 Simpang Keramat 4.704 4.626 9.330 101.69
7 Syamtalira Bayu 10.036 10.102 20.138 99.35
8 Geureudong pase 2.424 2.388 4.812 101.51
9 Meurah Mulia 9.153 9.755 18.908 93.83
10 Matang Kuli 8.768 8.998 17.766 97.44
11 Paya bakong 6.755 6.859 13.614 98.48
12 Pirak Timu 3.909 4.043 7.952 96.69
13 Cot Girek 9.896 9.942 19.838 99.54
14 Tanah Jambo Aye 21.120 21.674 42.794 97.44
15 Langkahan 11.420 11.018 22.438 103.65
16 Seunudon 12.375 12.447 24.822 99.42
17 Baktiya 17.417 18.020 35.437 96.65
18 Baktiya Barat 9.093 9.235 18.328 98.46
19 Lhoksukon 23.891 24.189 48.080 98.77
20 Tanah Luas 11.855 12.042 23.897 98.45
21 Nibong 4.760 5.008 9.778 94.86
22 Samudera 13.177 13.361 26.538 98.62
23 Syamtalira Aron 8.727 9.071 17.798 96.21

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
12
24 Tanah pasir 4.306 4.609 8.915 93.43
25 Lapang 4.209 4.329 8.538 97.23
26 Muara Batu 13.157 13.466 26.623 97.71
27 Dewantara 23.766 23.683 47.449 100.35
Jumlah 283.488 289.473 572.961 97.93

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2015

Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 529.751 jiwa dan pada tahun 2014
berkembang menjadi 572.961 jiwa. Perkembangan penduduk tahun 2010-2014 di
wilayah Kabupaten Aceh Utara menunjukkan pertumbuhan penduduk mengalami
kenaikan per tahun pada tahun 2010-2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut. Dari data jumlah penduduk 2010-2014 laju pertumbuhan sebesar
1.32 persen.

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Utara 2010-2014

No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014


1 Sawang 33.748 34.521 3.499 35.457 36.502
2 Nisam 17.115 17.235 17.473 17.702 18.223
3 Nisam Antara 12.096 12.277 12.447 12.610 12.981
4 Banda Baro 7.377 7.415 7.518 7.617 7.841
5 Kuta makmur 22.28 22.339 22.648 22.945 23.631
6 Simpang Keramat 8.710 8.824 8.946 9.063 9.330
7 Syamtalira Bayu 18.955 19.046 19.309 19.562 20.138
8 Geureudong pase 4.448 4.550 4.613 4.674 4.812
9 Meurah Mulia 17.612 17.881 18.129 18.367 18.908
10 Matang Kuli 16.424 16.803 17.035 17.258 17.766
11 Paya bakong 12.690 12.875 13.053 13.224 13.614
12 Pirak Timu 7.413 7.520 7.624 7.24 7.952
13 Cot Girek 18.342 18.762 19.021 19.270 19.838
14 Tanah Jambo Aye 39.141 40.472 41.032 41.569 42.794
15 Langkahan 20.938 21.221 21.514 21.796 22.438
16 Seunudon 23.267 23.476 23.800 24.112 24.822
17 Baktiya 32.465 33.514 33.978 34.423 35.437
18 Baktiya Barat 16.943 17.334 17.574 17.804 18.328
19 Lhoksukon 43.998 45.472 46.101 46.704 48.080
20 Tanah Luas 20.037 22.601 22.913 23.213 23.897
21 Nibong 9.047 9.247 9.375 9.498 9.778
22 Samudera 24.389 25.099 25.446 25.779 26.538
23 Syamtalira Aron 16.456 16.833 17.066 17.289 17.798
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
13
24 Tanah pasir 8.376 8.431 8.548 8.660 8.915
25 Lapang 7.909 8.075 8.187 8.294 8.538
26 Muara Batu 24.385 25.179 25.527 25.861 26.623
27 Dewantara 43.442 44.876 45.496 46.091 47.449
Jumlah 529.751 541.878 549.370 556.566 572.961
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2015

Dengan luas wilayah yang tidak berubah, penambahan jumlah penduduk tersebut
menyebabkan angka kepadatan penduduk terus bertambah setiap jiwanya.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Dewantara dengan
kepadatan 1.202 jiwa/km2, sedangkan yang terrendah adalah Kecamatan Paya
Bakong yang tiap kilo meter perseginya dihuni hanya 33 jiwa/km2.

2.3. Demografi dan Urbanisasi

Topografi dan Morfologi Wilayah


Dengan batas di sebelah utara merupakan laut, yaitu Selat Malaka, dan di sebelah
selatan adalah kaki atau lereng pegunungan, maka secara umum bentuk
permukaan bumi atau geomorfologi Kabupaten Aceh Utara dari arah pantai ke
arah pegunungan adalah :
 Dataran pantai, yang terletak sepanjang tepi pantai.
 Dataran aluvial, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran pantai.
 Zona lipatan, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran aluvial.
 Zona volkanik, yang merupakan kaki/lereng sampai punggungan
pegunungan.

Selaras dengan geomorfologi tersebut, pada Gambar 2.2 diperlihatkan profil


wilayah menurut arah utara – selatan, masing-masing pada garis 960 55’, 970 04’,
970 12’, dan 970 22’ BT. Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000
(BAKOSURTANAL), yang menggambarkan topografi menurut garis ketinggian
(kontur) Aceh Utara sebaran utamanya menurut selang ketinggian
 0 – 25 m dpl : 146.096 Ha, atau 44,31 %;
 25 – 100 m dpl : 63.781 Ha, atau 19,35 %;
 100 – 500 m dpl : 88.526 Ha, atau 26,85 %;
 500 – 1000 m dpl : 20.932 Ha, atau 6,35 %;
 Di atas 1000 m dpl : 10.351 Ha, atau 3,14 %.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
14
Gambar 1
Profil Morfologi Wilayah Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Utara dari Yayasan Leuser
Internasional (YLI), dapat dikemukakan sebaran kemiringan lahan di Aceh Utara
(Gambar 2.4) yaitu :

 0 – 2 % : 50,38 %, atau sekitar 166.063 Ha;


 2 – 8 % : 18,85 %, atau sekitar 62.146 Ha;
 8 – 15 % : 10,54 %, atau sekitar 34.749 Ha;
 15 – 25 % : 9,59 %, atau sekitar 31.617 Ha;
 25 – 40 % : 7,26 %, atau sekitar 23.935 Ha;
 > 40 % : 3,39 %, atau sekitar 11.176 Ha.
Gambar 2
Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Aceh Utara

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
15
a. Iklim
Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh,
termasuk tipe iklim muson; dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid & Ferguson,
termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering
dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh
Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan
Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan
selatannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2017 curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar
antara 1000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada
bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan
Oktober-November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan
lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung
kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah
adalah sekitar bulan Maret-April.
Rata-rata suhu udara adalah 300 C, dengan kisaran antara 260 C sampai 360 C.
Suhu rata-rata pada musim penghujan adala 280 C, dan pada musim kemarau
suhu rata-rata adalah 32,80 C. Kelembaban udara berkisar antara 84 – 89 %,
dengan rata-rata 86,6 %. Lebih jelasnya sebagaimana tercantum Gambar berikut.

Gambar 3
Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Utara

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
16
b. Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Tanah

Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian lahan untuk
budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan dikembangkan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017.
Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah sangat penting terkait
dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah/lahan di Kabupaten Aceh Utara.
Secara umum sebaran jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat
dibedakan atas 2 kelompok besar, yaitu dominan kelompok hidromorf di pesisir,
sementara kelompok podsolik dominan di pedalaman. Karakter ini selaras pula
dengan kedalaman efektif tanah, di mana sejak dari yang terdalam (>90 cm)
sampai yang terdangkal (<30 cm) adalah mengikuti pola dari pesisir ke
pedalaman. Jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4
Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Utara

c. Gambaran Geohidrologi

Gambaran geohidrologi diperlukan untuk mengetahui kondisi sumber air baku,


kondisi penggunaan air tanah di kabupaten/kota sebagai dasar pertimbangan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Geohidrologi daerah pesisir
Kabupaten Aceh Utara secara garis besar dibagi menjadi perbukitan, pedataran
dan pesisir pantai.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
17
Daerah pedataran di pesisir Kabupaten Aceh Utara secara umum terbentuk dari
endapan sistim marin yang merupakan satuan unit yang berasal dari bahan
endapan (aluvial) marin yang terdiri dari pasir, lumpur dan kerikil. Kelompok ini
dijumpai di dataran pantai yang memanjang sejajar dengan garis pantai dan
berupa jalur-jalur beting pasir resen dan subresen. Beting pasir resen berada
paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru yang berupa
endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen dibentuk oleh bahan-bahan yang
berupa endapan pasir tua, endapan sungai, dan bahan-bahan aluvial/koluvial dari
daerah sekitarnya.
 Sungai Di Kabupaten Aceh Utara
Dengan karakter topografi wilayah dan pola aliran sungai, ada permasalahan
dalam drainase wilayah ini, berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan.
Banjir periodik tersebut terjadi sebagai limpasan/luapan air sungai, terutama yang
perbedaan tinggi dengan muara (permukaan laut) tidak terlalu besar, seperti pada
sungai-sungai di bagian tengah dan timur wilayah.
Area yang mengalami banjir periodik tersebut adalah pada alur limpasan sungai :
 Krueng Keureuto, yaitu dari wilayah Kecamatan Paya Bakong, Matangkuli,
Pirak Timu, Lhoksukon, Lapang, dan Tanah Pasir;
 Krueng Peuto, yaitu dari Kecamatan Cot Girek sampai Kec. Lhoksukon; di
mana pertemuan Krueng Keureuto dengan anaknya Krueng Peuto ini
adalah di Kec. Lhoksukon;
 Krueng Pase, yaitu sejak dari Kec. Meurah Mulia, Nibong, Syamtalira Aron,
dan Samudera;
 Krueng Jambo Aye, yaitu sejak dari Kec. Langkahan sampai Tanah Jambo
Aye;
 Krueng Mane, beserta anaknya Krueng Sawang, yaitu di Kec. Sawang dan
Muara Batu;
 Krueng Buloh, sebagai anak dari Krueng Geukueh, yaitu di Kec. Kuta
Makmur dan Nisam.
Untuk mengatasi masalah banjr tersebut, selain langkah-langkah pembangunan
tanggul, pelurusan atau penyodetan aliran, pelebaran dan pendalaman sungai dan
muara, dan dilakukan pembangunan waduk untuk mereduksi debit banjir.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
18
Data penangan terhadap sungai-sungai di Kabupaten Aceh Utara sampai
dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel
Sungai di Kabupaten Aceh Utara

No Jenis penanganan Volume (km)


1 Perkuatan Tebing Sungai 22,46
2 Normalisasi Sungai 59,90
3 Pengerukan Kuala 1
4 Pelusuran Sungai (sudetan) 0,4

d. Gambaran Geologi

Geologi
Struktur geologi yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara secara garis
besar terdiri atas batuan Quarter yang cenderung di bagian pesisir (bagian utara),
dan batuan Tersier yang cenderung di bagian pedalaman (bagian selatan).
Sebaran ini selaras dengan topografi yang menaik dari utara ke Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017

Gambar
Peta Geologi Aceh Utara

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
19
e. Gambaran Klimatologi

Berdasarkan data klimatologi untuk wilayah Kabupaten Aceh Utara


menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,5ºC
hingga 27,5ºC, dengan kisaran antara 18,0ºC sampai 37,0ºC, dengan tekanan
antara 108-102 milibar.

Curah hujan Kabupaten Aceh Utara per tahun berkisar antara 1.039 mm – 1.907
mm, dengan curah hujan rata-rata per tahun 1.592 mm. Curah hujan tertinggi
umumnya terjadi pada bulan Oktober dan Nopember yaitu 20 – 21 hari,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Pebruari dan Maret yaitu 2 –
7 hari.

Kelembaban udara berkisar antara 75 persen hingga 87 persen. Kelembaban


tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juni. Sementara
kecepatan angin di wilayah ini bertiup antara 2 – 28 knots.

Bulan kering ditandai dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm, sedangkan
bulan basah adalah jumlah curah hujan di atas 100 mm. Menurut Schmidt dan
Ferguson, untuk menentukan tipe iklim adalah dengan menghitung angka
perbandingan antara rata-rata bulan kering (BK) dengan bulan basah (BB) dikali
100%. Dari hasil perbandingan didapatkan nilai Q sebesar 100%, berarti tipe
iklim pada kawasan penelitian termasuk iklim tipe E (iklim agak kering).

Tabel 2.6. Data Tekanan, Suhu dan Kelembaban Udara 2014


Tekanan
Suhu Udara Kelembaban
Bulan Udara Rata-
Rata-rata Nisbi Rata-rata
rata

Januari 1010 26.4 84

Februari 1009 26.8 83

Maret 1009.9 26.6 83

April 1009.7 27.2 82

Mei 1008.6 27.9 76

Juni 1008.8 28.4 68

Juli 1008.8 28.1 68

Agustus 1009.8 27.9 72

September 1010.2 27.6 74

Oktober 1010.3 26.8 82

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
20
November 1009.8 26.6 85

Desember 1009.4 26.6 84

Jumlah 1009.5 27.2 78


Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2014

Tabel 2.7. Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan Angin
Bulan Arah Angin Terbanyak
Rata-rata
Januari Tenggara (South East) 4.3
Februari Tenggara (South East) 4.7
Maret Tenggara (South East) 4.4
April Tenggara (South East) 4.1
Mei Barat (West) 5.2
Juni Barat Daya ( South West) 5.9
Juli Barat (West) 5.2
Agustus Barat Utara (North West) 5.3
September Tenggara (South East) 5.5
Oktober Tenggara (South East) 4.9
November Tenggara (South East) 5.1
Desember Tenggara (South East) 5.5
Rata-rata Tenggara (South East) 4.9
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara, 2014

Tabel 2.8. Curah dan Hari Hujan dan Lama Penyinaran

Rata-rata
Jumlah Hari
Bulan Curah Hujan Penyinaran
Hujan
Matahari
Januari 91.7 9 46.3
Februari 78.4 11 54
Maret 99.5 10 52
April 78.6 9 57
Mei 98.4 15 58
Juni 41 5 74
Juli 28 9 52
Agustus 38 6 71
September 77.6 6 49
Oktober 117.2 15 49
November 199.1 12 48
Desember 150.2 18 41
Rata-rata 91.47 10 54.3

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
21
2.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Kabupaten Aceh Utara

2.4.1 Isu Strategis Sosial Masyarakat

a. Penduduk Miskin
Kemiskinan merupakan persoalan makro yang harus diatasi secara
berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh untuk menanggulangi kemiskinan sesuai prioritas
pembangunan yang tercantum dalam RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun
2007-2012. Berbagai program pembangunan jangka menengah telah
diimplimentasikan, baik di bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, maupun
kesehatan. Kerja keras dan upaya yang telah dilakukan tersebut telah mampu
menurunkan tingkat kemiskinan rata-rata 13,58 persen setiap tahunnya
sepanjang tahun 2007-2011. Akhir tahun 2011, tercatat penduduk miskin di
Kabupaten Aceh Utara sebanyak 124.660 jiwa, atau 22,89 persen dari jumlah
penduduk.
Tiga tahun sebelumnya (Tahun 2007), penduduk miskin yang mendiami di
Kabupaten Aceh Utara mencapai 33,16 persen, jauh lebih tinggi dibanding
Nasional (16,60 persen) dan Aceh (26,65 persen). Memasuki 4 tahun
pelaksanaan RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007-2012, atau di akhir
tahun 2011 tercatat penduduk miskin sebesar 22,89 persen. Kondisi tersebut
menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Aceh Utara semakin meningkat
dan terus mengalami perbaikan sepanjang tahun 2007-2011.
Pengurangan angka kemiskinan yang dicapai Kabupaten Aceh Utara sepanjang
tahun 2007-2011 masih tergolong tinggi di banding Nasional dan hampir
menyamai Aceh. Tahun 2010, penduduk miskin Nasional sebesar 13,30 persen
dan Aceh sebesar 20,98 persen. Penanggulangan kemiskinan harus menjadi
prioritas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara ke depan, termasuk memberikan
perhatian yang lebih besar, tepat sasaran, dan terfokus melalui implimentasi
pembangunan pada wilayah-wilayah yang menjadi kantong kemiskinan,
terutama di wilayah pesisir.

b. Angka Melek Huruf


Angka melek huruf penduduk berumur 10 tahun keatas di Kabupaten Aceh
Utara juga terlihat mengalami kemajuan sepanjang tahun 2007-2010. Angka
melek huruf telah mencapai 98,12 persen tahun 2010, jauh lebih tinggi dari

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
22
tahun 2007 yang masih sebesar 94,72 persen. Pemerintah Kabupaten Aceh
Utara juga telah mengupayakan untuk mengurangi kesenjangan yang melebar
antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan membaca dan menulis.
Sepanjang tahun 2007-2009, angka melek huruf laki-laki jauh lebih tinggi dari
kaum perempuan. Memasuki tahun 2010, angka melek huruf laki-laki tidak
berbeda jauh dengan perempuan. Sampai tahun 2010, tercatat angka melek
huruf laki-laki mencapai 98,17 persen, atau sekitar 1,83 persen masih buta
huruf. Angka melek huruf perempuan sebanyak 98,07 persen dan sekitar 1,93
persen masih buta huruf. Tahun 2007, angka melek huruf laki-laki sebanyak
94,21 persen dan perempuan sebanyak 93,29 persen.
Gambar 5
Penduduk berumur 10 tahun keatas Menurut Kemampuan Membaca
dan Menulis di Kabupaten Aceh Utara

2.4.2. Isu Strategis Pertumbuhan Ekonomi


a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara periode tahun 2007-2011
ditunjukkan oleh PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000. Jika dengan
memasukkan sub sektor migas, nilai PDRB Kabupaten Aceh Utara mengalami
penurunan dari 5,76 triliun menjadi 4,23 triliun rupiah. Namun pada tahun 2011
mengalami sedikit peningkatan menjadi 4,34 triliun rupiah. Sedangkan laju
pertumbuhannya, yaitu sebesar minus 10,68 % pada periode 2008-2009.
Kemudian pada periode 2009 – 2010 melambat menjadi minus 5,45 % dan
sebaliknya meningkat menjadi 2,46 % pada periode 2010-2011.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
23
Jika dirinci secara sektoral, pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara pada
tahun 2011 masih sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan
penggalian, terutama pertambangan migas. Pertumbuhan tertinggi pada tahun
2011 terjadi pada sektor jasa-jasa yang mencapai 9,16 %. Tingginya
pertumbuhan sektor ini, didukung oleh pertumbuhan yang tinggi dari sub sektor
pemerintahan umum yaitu sebesar 9,83 %.

Sektor selanjutnya yang menduduki urutan kedua yaitu sektor keuangan,


persewaan, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,49 % yang
didukung oleh pertumbuhan sub sektor bank sebesar 9,26 %. Sektor
pengangkutan dan komunikasi, berada di urutan selanjutnya dengan
pertumbuhan sebesar 5,63 % yang didukung oleh sub sektor angkutan jalan
raya yang tumbuh sebesar 5,95 %.

b. Laju Tingkat Investasi (ICOR)

Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa


dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan
baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga di artikan sebagai
pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-
barang modal dan membina industri- industri. Dalam Investasi terdapat satu
kesamaan arti yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari
investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan
profit di masa yang akan datang.

Gambaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Utara mencakup kondisi


perkembangan PDRB, laju tingkat investasi (ICOR), laju inflasi daerah,
dan potensi ekonomi (pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan
jasa, pariwisata).

c. Laju Inflasi Ekonomi

Laju inflasi Kabupaten Aceh Utara selama periode tahun 2007-2011


menunjukkan penurunan dari 4,18 % menjadi 3,55 % dengan berpedoman pada
perhitungan inflasi di Kota Lhokseumawe. Angka inflasi selama periode
berfluktuatif terutama pada tahun 2008 dan 2010 terjadi peningkatan yang
sangat signifikan mencapai 13,78 % dan 7,19 %. Peningkatan inflasi yang cukup
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
24
tinggi pada tahun-tahun tersebut dipengaruhi oleh inflasi volatile food. Inflasi ini
dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas
pangan domestik.
Perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten Aceh Utara, pola kecenderungannya
mempunyai kesamaan dengan kecenderungan inflasi Aceh dan Nasional. Nilai
rata-rata inflasi Kabupaten Aceh Utara periode 2010 - 2014.

d. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara nyata di
suatu daerah digambarkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung
berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun yang
bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Utara pada tahun 2014 digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan pada tahun 2014 dibandingkan dengan nilai PDRB atas
dasar harga konstan pada tahun 2012. Pada tahun 2013 perekonomian
Kabupaten Aceh Utara mengalami peningkatan sebesar 13,28 persen.

2.4.3 Isu Strategis Pengembangan Permukiman


Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi
kesenjangan.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan,
dan bertambahnya kawasan kumuh.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
25
 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman
yang terangkum secara nasional. Namun, di masing- masing kabupaten/ kota
terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di
kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman
yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.

Tabel 2.9. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala


Kabupaten Aceh Utara

No. Isu Strategis Keterangan

1  Faktor historis (sejarah), bahwa Kabupaten Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara
Aceh Utara merupakan pusat kerajaan Aceh
yang ditandai dengan peninggalan sejarah Strategi untuk kebijakan pengendalian
(heritage), seperti Makam Sultan perkembangan kawasan
Malikussaleh, Makam Sultanah Nahrisyah dan
lain-lain.
 Kabupaten Aceh Utara merupakan pusat
pengembangan wisata yang berbasis
masyarakat dan budaya Islami, yang meliputi
wisata alam, wisata budaya dan spiritual dan
sebagainya.

a. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu


kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni.
Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat
kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan
walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
26
proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di
perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan
seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana,
perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk
kondisi eksisting lima tahun terakhir.

Tabel 2.10 Peraturan Daerah /Peraturan Bupati terkait Pengembangan


Permukiman

No. Qanun/Pergub/Perbup/Peraturan lain Amanat


Kebijakan
Jenis Produk Peraturan No. Tahun Perihal Daerah

1 Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 Tahun 2013 Rencana Tata Rencana Tata
Ruang Wilayah Ruang Wilayah
Kabupaten Kabupaten
Aceh Utara Aceh Utara
Tahun 2013 -
2032

2 Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 Bangunan Bangunan


Gedung Gedung

Tabel 2.11 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015

Jumlah
Luas Jumlah
Rumah Jumlah Penduduk
No. Lokasi Kawasan Kumuh Kawasan Rumah
Semi (Jiwa)
(Ha) Permanen
Permanen

I Kecamatan Tanah Jambo Aye

 Meunasah Kota Panton 1,48 25% 75% 112


Labu Dusun II
10,72 25% 75% 809
 Meunasah Kota Panton
27,88 25% 75% 2105
Labu Dusun V
2,66 25% 75% 500
 Tanjong Ceungai

 Kota Panton Labu

II Kecamatan Lhoksukon

 Lhoksukon 6,07 25% 75% 201

 Pante 8,18 25% 75% 618

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
27
III Kecamatan Samudera

 Keude Geudong 5,98 25% 75% 453

62,97 25% 75% 4756

Sumber : Keputusan Bupati Aceh Utara

b. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman


Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional
antara lain:

Permasalahan pengembangan permukiman antara lain:


 Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:


 Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
 Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
 Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
 Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
rendah
 Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
 Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

Sebagaimana isu strategis, Kabupaten Aceh Utara terdapat permasalahan dan


tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
28
djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Aceh
Utara yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan
rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara bersangkutan.

Tabel 2.12. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan


Permukiman Kabupaten Aceh Utara

Permasalahan Tantangan
No. Alternatif Solusi
Pengembangan Permukiman Pengembangan

1 Aspek Teknis : Pengembangan Pengembangan


permukiman permukiman sesuai
Pengembangan permukiman dengan kebutuhan

2 Aspek Kelembagaan : Pencapaian target/sasaran Memberikan


pembangunan dalam pemahaman kepada
Koordinasi antar lembaga Rencana Strategis Ditjen pemerintah daerah
Cipta Karya sektor bahwa pembangunan
Pengembangan infrastruktur
permukiman. permukiman yang saat
ini sudah menjadi tugas
pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota.

3 Aspek Pembiayaan : Pembiayaan yang optimal Sharing pendanaan


bagi pembangunan antara pemerintah pusat
Alokasi Pembiayaan terbatas infrastruktur permukiman dengan pemerintah
daerah

4 Aspek Peran serta Masyarakat/ Kurangnya partisipasi Peningkatan partisipasi


Swasta : masyarakat dalam masyarakat dalam
perencanaan permukiman perencanaan
 Peran REI permukiman

 Partisipasi masyarakat

5 Aspek Lingkungan Penegakan peraturan bagi Pendampingan dan


Permukiman : masyarakat yang menfasilitasi masyarakat
melanggar supaya menjaga
 Permukiman tidak merata lingkungannya

 Permukiman tidak terawat


sehingga menjadi kumuh

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
29
2 . 4 . 4 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Isu strategis didapatkan berdasarkan identifikasi data dan informasi dari


dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan
pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen
RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK dan
dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air
limbah sesuai dengan karakteristik di Kabupaten Aceh Utara.

Tujuan dari bagian ini adalah:


• Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di
Kabupaten Aceh Utara;
• tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen
terkait.

Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah


permukiman di Indonesia antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah


permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi
dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67%
(Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah
setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan.
Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru
mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3 Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
30
belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan
dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya
NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah,
belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi
lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang
merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan
air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga
berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang
air limbah.

Kelima isu tersebut sesuai yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara, dimana isu
strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam
pengembangan infrastruktur air limbah k o t a dan akan menjadi landasan
penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang
diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

2.4.5 Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan Lingkungan Permukiman:


• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
31
RTBL melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur
guna pengembangan lingkungan permukiman;

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan


kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta
heritage;
 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan
lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:


• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum
berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara;
• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar,
sedang, kecil di seluruh Indonesia;
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak
berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
• Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:


 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana
lingkungan hijau/terbuka dan sarana olah raga

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
32
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana
dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk
pengawasan;
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-
undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi;
 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan
kelembagaan;
 bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan
perangkat pengaturan

Tabel 2.13 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Aceh Utara


No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota
(1) (2) (3)
a. Peraturan penataan
Penataan Lingkungan bangunan dan Penyusunan draf
1 Permukiman lingkungan akademik
b. Penyusunan NSPK,
RTBL, RTBL Heritage
Kawasan Kota dan Penyusunan Draf
RISPK akademik
Penyelenggaraan Bangunan
2 Gedung dan Rumah Negara - -
a. Dukungan PSD Pembangunan sarana
Pemberdayaan Komunitas dalam permukiman dan prasarana
3 Penanggulangan Kemiskinan tradisional/permukiman lingkungan
b. Pembinaan /
P2KP/PNPM dan
pemberdayaan lainnya Pembinaan

2.4.6 Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya


Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum.
Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
33
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat dan;
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Belum adanya RISPAM Kabupaten Aceh Utara menjadi isu strategis dalam

pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar dalam pelayanan air

bersih terhadap warga.

2.4.7 Isu Strategis Pengembangan Persampahan


Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan

informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan

pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti

dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten Aceh Utara, Renstra

Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen

lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman

di Kabupaten Aceh Utara.

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan

persampahan di Kabupaten Aceh Utara antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan

sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
34
penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat

dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Keterbatasan Lahan TPA Gampong Jawa telah melebihi kapasitas

sehingga dialihkan pengelolaan sampah ke TPA Blang Bintang Aceh

Besar.

c. TPA Gampong Jawa akan dijadikan stasion transfer sampah.

2. Kemampuan Kelembagaan
Pengelolaan TPA Gampong Jawa dibawah Dinas Pasar Kebersihan dan

Pertamanan Kabupaten Aceh Utara sehinga terjadinya fungsi ganda lembaga

pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta

belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah

dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi

pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya

skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya

dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan

sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara

keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta


Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan

sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat

dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya

minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya

iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
35
5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan

sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini

juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Setiap kabupaten/kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah

masing-masing karena isu strategis ini akan menjadi dasar dalam

pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana, serta akan menjadi

landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya.

2.4.8 Isu Strategis Pengembangan Drainase Kabupaten Aceh Utara

Isu strategis pengembangan Drainse Kabupaten Aceh Utara yang sedang

berkembang dan membutuhkan penanganan serta pemeliharaan dari

pemerintah kota. Perumusan isu strategis dilakukan dengan mengidentifikasi

data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait

dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti

dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten Aceh Utara, Renstra Dinas,

Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras

menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kabupaten Aceh Utara.

Kondisi drainase Kabupaten Aceh Utara adalah kurang dilakukan perawatan

drainase yang menyebabkan banyak sampah plastik menumpuk dan

menyebabkan tersumbatnya aliran air limbah dalam drainase tersebut. Isu lain

yang terjadi adalah kurangnya pengelolaan lingkungan terhadap drainase yang

bermasalah dan drainase permukiman Kabupaten Aceh Utara diamaternya kecil

sehingga diperlukan penanganan dari pemerintah kota.

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
36
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia

antara lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan

kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi

sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi

dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang

tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi

ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat

penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan

masyarakat

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021
37

Anda mungkin juga menyukai