Anda di halaman 1dari 245

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG SALAK RS TK.II 03.05.01. DUSTIRA


KOTA CIMAHI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Manajemen Keperawatan

Koordinator : Oyoh., S.Kep.,Ners., M.Kep


Pembimbing : DR. Iin Inayah., S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Itcah Nugraha 214120015 Iqbal Taufik Ismail 214120146


M. Richlata A 214120016 Ikeu 214120069
Fevi Rahmawati 214120030 Asyifa Melani 214120070
Raradian Alfianti K 214120037 Desi Siti Wahyuni 214120088
Dede Intan Y 214120039 Vickry Endang Novian Dwi 214120095
Dewi Susanti 214120045 Saskia Anazim 214120098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
Manajemen Keperawatan, 5M

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami atas
berkat rahmat dan karunia-Nya peyusun dapat menyelesaikan Kajian Situasi di Ruang
RS Tk. II Dustira Kota Cimahi.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan, kami menyadari bahwa laporan
menajemen keperawatan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Direktur RS Tk. II Dustira Kota Cimahi beserta jajarannya.
2. Hikmat Rudiyana, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners
3. Oyoh, S.Kep., Ners., M.Kep sebagai koordinator beserta tim mata ajar manajemen
keperawatan
4. Teman – teman seangkatan profesi keperawatan angkatan XIV Khususnya
kelompok III terimakasih atas kekompakann dan rasa kekeluargaannya.
Terimakasih atas bantuannya.
Kami menyadari bahwa Kajian Situasi ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna penyusunan dan penulisan
yang lebih baik.

Cimahi, Februari
2021

Penyusun

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 2


Manajemen Keperawatan, 5M

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009).
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Keperawatan sebagai profesi mengharuskan pelayanan keperawatan
diberikan secara profesional oleh perawat dengan kompetensi yang
memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk
menjadikan perawat sebagai tenaga profesional maka perlu dilakukan
pembinaan secara terus menerus secara berkesinambungan, sehingga
menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang perlu diperhatikan, diakui dan
dihargai keprofesionalannya melalui penerapan sistem manajemen..
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2013). Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi
manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan,
kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral pelayanan kesehatan
di rumah sakit yang tersedia selama 24 jam berkelanjutan selama masa
perawatan pasien. Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam
upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah
manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian
fokus telaah perawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 3


Manajemen Keperawatan, 5M

kesehatan baik aktual maupun potensial, sehingga lingkup garapan perawat


adalah penyimpangan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Proses
manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan
manajemen pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan
terintegrasi.
Pelayanan asuhan keperawatan dapat ditingkatkan melalui strategi
pengaturan pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan, dengan cara
melalui sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional. Sistem Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan suatu kerangka kerja
yang mengidentifikasi empat unsur yaitu standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan dan praktik keperawatan. Keberhasilan suatu asuhan
keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan
harus efektif dan efisien (Nursalam, 2014). Pengembangan MAKP,
diharapkan mencapai nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata
dilapangan, sehingga akan meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan
keperawatan yang professional.
Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui praktik manajemen
keperawatan Program Profesi Ners yang dilakukan di Ruang Salak RS Tk. II
Dustira, rawa inap khusus untuk anak. Model layanan tim di Ruang Salak
adalah dengan pengelolaan klien dilakukan secara bersama sama dari
beberapa disiplin ilmu yaitu praktisi kedokteran, perawat, farmasi dan gizi.
Masing – masing disiplin ilmu tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri
yang akan diintegrasikan dalam upaya memberikan asuhan yang paripurna
kepada klien. Pada model layanan terpadu, keberadaan praktikan juga
diintegrasikan dengan praktisi bersama-sama untuk mengelola dan
memberikan layanan kepada klien. Pada proses pembelajaran praktikan dapat
ikut serta untuk melayani klien. Dalam memberikan asuhan, praktisibisa
bekerja sama dengan praktikan dan praktikan pun bisa belajar secara

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 4


Manajemen Keperawatan, 5M

bersamaan.
Sehingga dengan model layanan terpadu diharapkan dapat meningkatkan
kualitas layanan yang diberikan. Diharapkan dengan praktik manajemen
keperawatan ini praktikan menerapkan konsep, teori dan prinsip Model
Praktik Keperawatan Profesional dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
pada tingkat instalasi rawat inap disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan
dapat berperan sebagai pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan
dan pengelolaan keperawatan profesional.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah mengikut kegiatan praktik ini diharapkan mampu melakukan


pengelolaan manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan di
Ruang Salak (Ruang Anak) RS Tk. II Dustira Cimahi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang hendak dicapai melalui laporan ini yaitu sebagai
berikut:

a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima


dimensi manajemen yaitu man, methode, material, money, marketing
di Ruang Rawat Inap RS TK. II DUSTIRA Instalasi Ruang Salak
(Ruang Anak)

b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses pemberian


pelayanan keperawatan di Ruang Salak (Ruang Anak)

c. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang


ditemukan.

d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah


yang ditemukan. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan.

C. Manfaat
Manfaat dari hasil laporan ini adalah sebagai berikut :

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 5


Manajemen Keperawatan, 5M

1. Bagi Rumah Sakit

Membantu meningkatkan kualitas manajemen di RS TK. II DUSTIRA


Instalasi Ruang Salak (Ruang Anak) untuk mencapai tujuan organisasi
dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan
sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian, dan
pengembangan pengetahuan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Bagi Pasien

Diharapkan pasien mendapatkan pelayanan optimal dan mendapat


kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai
kepuasanklien.

3. Bagi Perawat

a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan


tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga

c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan

4. Bagi Mahasiswa

Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model


Praktik Keperawatan Profesional dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan pada tingkat instalasi rawat inap disuatu tatanan pelayanan
kesehatan dan dapat berperan sebagai pembaharuan dan model peran
dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan profesional.

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 6


Manajemen Keperawatan, 5M

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen

1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey, 1999 dalam Nursalam 2007). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam
banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan.

Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun


teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai
hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008).

Manajemen (Hersey dan Blanchard, 2002) adalah suatu proses


melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
kerja sama dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan
(termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian,
pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi
(tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi yang bertujuan untuk
mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen


adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia/kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta
pengawasan.

2. Prinsip Manajemen
Prinsip Manajemen ada 14 yaitu :
a. Pembagian kerja
b. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
c. Disiplin

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 7


Manajemen Keperawatan, 5M

d. Kesatuan komando
e. Kesatuan arah
f. Meletakkan kepentingan individu di bawah kepentingan bersama
g. Kompensasi yang adil
h. Sentralisasi
i. Rantai skala
j. Tertib
k. Adil
l. Kestabilan personalia
m. Inisiatif
n. Esprit de corps

3. Sumber Daya di Perusahaan


Dalam perusahaan, sumber daya dapat dibagi menjadi lima (5M) :
a. Menurut George R. Terry (1998): Man, Materials, Machines,
Methods, Money.
b. Menurut Sunyoto (2012): Manajemen pada dasarnya memiliki 6 unsur
yaitu sering disingkat dengan (6M) yaitu : men (manusia), money,
methode, materials, machines, dan market.

A. Konsep Manajemen Keperawatan

1. Definisi
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2011). Muninjaya dalam Nursalam (2011)
menjelaskan bahwa manajemen keperawatan merupakan gabungan
antara ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efektif, efisien dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 8


Manajemen Keperawatan, 5M

pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk


memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien / keluarga / masyarakat (Suyanto, 2008).
Menurut Gilies dalam Adhitama (2009), Manajemen keperawatan
dijelaskan sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan
serta mengawasi sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut mencakup
sumber daya manusia dan dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik pada pasien, keluarga dan masyarakat.
Pada hakekatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara professional yang akhirnya keduanya saling
menopang. Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

2. Filosofi dan Misi


Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang
digunakan untuk berpikir dan bertindak (Nursalam, 2011). Filosofi
pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit ditekankan pada:
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan
menentukan kehidupannya.
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, warna kulit, status, dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan individu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagi bagian integral dari
pelayanan kesehatan lainnya.Perlunya koordinasi dan kerjasama
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan
organisasi.

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 9


Manajemen Keperawatan, 5M

e. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan


keperawatan yang diberikan.
Visi adalah perawat/manajer keperawatan harus mempunyai suatu
pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu
menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan
Indonesia agar terus berjalan dan berkesinambungan (tidak putus di
tengah jalan)
Rumus sukses untuk mencapai visi dan misi :

S = V + M1 + M2

SV + M1 = Serba Tanggung

V + M2 = Melamun

M1 + M2 = Sampat ditempat yang salah

Keterangan :
Sukses V : Visi
M1 : Misi
M2 : Motivasi

3. Proses Manajemen Keperawatan


a. Pengkajian-Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pasa suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi risiko, pencegahan

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 10


Manajemen Keperawatan, 5M

komplikasi, argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan,


dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses
manajeman keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif
dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
1) Proses Keperawatan

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan data Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Gambar 1.1. Proses manajemen yang mendukung proses keperawatan


(Gillies, 1996: 2 dalam Nursalam, 2011)

Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada


tingkat pelayanan di Ruangan atau bagian sebagaimana
pendekatan sistem yang disampaikan oleh Gilles (1989) dalam
Nursalam(2011).

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 11


Manajemen Keperawatan, 5M

Masukan Proses Hasil

Gambar 1.2. Sistem manajamen keperawatan (Modifikasi Gillies, 1996: 3 dalam


Nursalam 2011)
Manajemen Keperawatan, 5M

b. Perencanaan

1) Definisi

Perencanaan adalah suatu rician kegiatan tentang apa yang harus


dilakukan, begaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan
itu dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan diruang rawat
inap akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perencanaan diruang rawat
inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksanaan,
ketua tim dan kepala ruangan (Siagian, 2012). Hal- hal yang akan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan (Nusalam, 2011):

a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada


semua pasien

b) Menegakkan tujuan
c) Mengalokasikan anggaran belanjan
d) Menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan
e) Membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektivitas staf
f) Menegakkan kebijakan
g) Prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi
yang telah ditetapkan
2. Tujuan perencanaan menurut Douglas :
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai
sasaran dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel
dan fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu elemen perubahan
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan
kebbutuhan untuk berubah
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
Manajemen Keperawatan, 5M

3. Langkah-langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
4. Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian
(2) Kapasitas tempat tidur
(3) BOR
(4) Rata- rata lama dirawat
(5) Kecenderungan populasi pasienu
(6) Perkembangan teknologi
(7) Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength, weakness
(2) Eksternal : opportunity, threats
c) Pengorganisasian data
Pilih data penunjang dan penghambat
d) Pembuatan rencana
Manajemen Keperawatan, 5M

c. Pengorganisasian
1) Definisi
Pengorganisasian adalah keseluruhan
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,
2012) Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan
bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai
tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui
penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan
komunikasi.
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :
a) Pola struktur yang berarti proses
hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif
b) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka
kerja dalam organisasi
c) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan
yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang
berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan
pembinaan cara komunikasi yang efektif antar
perawat.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian
a) Pembagian kerja
b) Pendelegasian tugas\
c) Koordinasi
d) Manajemen waktu
3) Pengorganisasian di ruang rawat
a) Struktur organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur, bentuk dan
bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan
tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin
dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan
Manajemen Keperawatan, 5M

pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi


tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri
Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang
ngatur struktur organisasi ruang rawat.
b) Pengelompokan kegiatan
Manager keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang
ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengkatagorikan klien yang ada diunitkerjanya. Menurut Kron
(1987) kategori klien didasarkan atas: Tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.Terapi
yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa
rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas
kombinasi kategori diatas.
c) Struktur organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur, bentuk dan
bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan
tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin
dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan
pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi
tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri
Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang
ngatur struktur organisasi ruang rawat.
d) Pengelompokan kegiatan
Manager keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang
Manajemen Keperawatan, 5M

ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan


sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengkatagorikan klien yang ada diunitkerjanya. Menurut Kron
(1987) kategori klien didasarkan atas: Tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.Terapi
yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa
rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas
kombinasi kategori diatas.

d. Pelaksanaan
1. Kepemimpinan
a) Definisi
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan secara sosial
dimana satu kelompok memiliki suatu kemampuan yang lebih
besar untuk mempengaruhi perilaku orang lain daripada untuk
dipengaruhi orang lain (Gilles).
Beberapa faktpr yang dapat mempengaruhi perilaku
kepemimpinan antara lain :
(1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir dan
wawasan seseorang. Hal tersebut tidak kita pungkiri,
termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya tentang
kepemimpinan. Selain itu tingkat pendidikan juga
merupakan bagian dari pengalaman kerja (Rakhmat, 1999
dalam Rohayani, 2007).
(2) Lama bekerja di organisasi
Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.
Pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh
seseorang hanya apabila dijalani proses belajar dan
berpengalaman, dan diharapkan orang yang bersangkutan
Manajemen Keperawatan, 5M

memiliki sikap kerja yang positif ke arah positif (Rakhmat,


1999 dalam Rohayani, 2007).
(3) Lama menjabat pada jabatan sekarang
Seperti halnya dengan lama bekerja di organisasi, lama
menjabat pada jabatan sekarang juga berkaitan dengan
penyesuaian jabatan, penyesuaian diri sendiri terhadap
pekerjaan atau jabatan itu sendiri, terhadap jam kerja,
terhadap personal lain terutama terhadap bawahannya
(Rakhmat, 1999 dalam Rohayani, 2007).
Merton mengungkapkan kepemimpinan yang efektif dapat
memenuhi empat keadaan yaitu :
(1) Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu
komunikasi.
(2) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan
yang diminta oleh komunikasi tadi.
(3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah
sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang
baik.
(4) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan
nilai organisasi.
Menurut Mcgregor, 4 variabel untuk memahami
kepemimpinan:
(1) Karakteristik pimpinan
(2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik bawahan
(3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah
sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang
baik
(4) Keadaan ekonomi, ekonomi, dan politik lingkungan
b) Pengembangan teori kepemimpinan
(4) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar
sasaran organisasi tercapai (Rivai, 2003 dalam Setiawati,
2015).
Manajemen Keperawatan, 5M

Gilles (1970 dalam Nursalam, 2007). Menyatakan


bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan
berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-
tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung
sangat bervariasi dan berbeda- beda. Menurut para ahli,
terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :
(a) Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua
titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada
atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor
karyawan dan faktor situasi.
(b) Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
 Sistem otoriter-eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah
ke bawah (top-down).
Manajemen Keperawatan, 5M

 Sistem benevolent-authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada
tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan
ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan
wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang
ketat.
 Konsultif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap
bawahan cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insetif) untuk memotivasi bawahan dan
kadang-kadang menggunakan ancaman atau
hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima
keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
 Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayan sepenuhnya
terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide
bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk
memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
Teori X dan Teori Y
 Teori X
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
menyukai pekayaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak
perubahan dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin.
Manajemen Keperawatan, 5M

 Teori Y
Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,
mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi dan kreatif.
Dari teori gaya kepemimpinan dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
 Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan teori X.
 Gaya kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir
sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di
tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelaksanaan dari teori X.
 Gaya kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan
dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini
pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
 Gaya kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan pada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan
teori Y (Azwar, 1996 dalam Nursalam 2007).
Manajemen Keperawatan, 5M

(c) Menurut Robert House


Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert
House dalam Nursalam (2007) mengemukkan empat
gaya kepemimpinan yaitu :
 Direktif
Pemimpinan menyatakan kepada bawahan tentang
bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu
berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
 Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada
bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
 Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.
 Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai
tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak,
1990 dalam Nursalam, 2007).
(d) Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan
Blanchard (1997) meliputi :
 Instruksi
 Tinggi tugas dan rendah hubungan
 Komunikasi sejarah
 Pengambilan keputusan berada pada pimpina
dan peran bawahan sangat minimal
 Pemimpinan banyak memberikan pengarahan
atau intruksi yang spesifik serta mengawasi
dengan ketat.
Manajemen Keperawatan, 5M

 Konsultasi
 Tinggi tugas dan tinggi hubungan
 Komunikasi dua arah
 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan cukup besar, bawahan
diberi kesempatan untuk memberi masukan, dan
menampung keluhan.
 Partisipasi
 Tinggi hubungan tapi rendah tugas.
 Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi
gagasa dalam pengambilan keputusan.
 Delegasi
 Rendah hubungan dan rendah tugas.
 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara
pemimpin dan bawahan dalam pemecahan
masalah serta bawahan diberi delegasi untuk
mengambil keputusan.
(e) Menurut Lippits dan K. White
 Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
 Wewenang mutlak berada pada pimpinan
 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
 Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
 Komunikasi berlangsung satu arah dari
pimpinan kepada bawahan
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat
 Prakarsa harus selalu dari pimpinan
Manajemen Keperawatan, 5M

 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk


memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
 Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
 Lebih banyak kritik dari pada pujian
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari
bawahan tanpa syarat
 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan
hukuman
 Kasar dalam bersikap
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya
dipikul oleh pimpinan
 Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah
kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan
dilakukan bersama-sama antara lain pemimpin dan
bawahan. Gaya kepemimpina ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
 Wewenang pimpinan tidak mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan
 Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan
 Komunikasi berlangsung timbal balik
 Pengawasan dilakukan secara wajar
 Prakarsa dapat datang dari bawahan
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk
menyampaikan saran dan pertimbangan
 Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan
lebih bersifat permintaan dari pada instruktif
 Pujian dan kritik seimbang
Manajemen Keperawatan, 5M

 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para


bawahan dalam batas masing-masing
 Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara
wajar
 Pimpinan memperhatikan perasaab dalam
bersikap dan bertindak
 Terdapat suasana saling percaya, saling
hormat menghormati, dan saling menghargai
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi
tergantung secara bersama-sama
Pada gaya kepemimpinan ini bawahan dilibatkan
dalam setiap kebijakan yang diambil, sehingga timbul
suatu kepuasan berorganisasi. Perawat pelaksana
dalam hal ini sebagai bawahan dari kepala ruangan
akan merasakan bahwa kehadirnnya dibutuhkan
dalam lingkungan kerjanya sehingga akan
memungkinkan akan meningkatnya tingkat
produktivitasnya.
 Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire
adalah kemampuan mempengaruhi orag lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
dnegan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan
sebagai berikut :
 Pemimpin melimpahkan wewenang
sepenuhnya kepada bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh
bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila
diperlukan oleh bawahan
Manajemen Keperawatan, 5M

 Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku


bawahan
 Prakarsa selalu berasal dari bawahan
 Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
 Peranan pimpinan sagat sedikit dalam kegiatan
kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting dari
kepentingan kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi
dipikul oleh perorangan
Pada gaya kepemimpina ini terlihat bahwa
keterlibatan bawahan sangat tinggi untuk
menentukan alur kerja organisasi sehingga pada
satu kondiri akan sagat menguntungkan bagi
para bawahan (perawat pelaksana) dimana
mereka dapat mengeksplorasikan dirinya untuk
aktialisasi dirinya, tetapi dilain pihak untuk para
perawat yang kurang mempunyai kemampuan
memadai akan sedikit mendapatkan
kebingungan akibat tidak adanya/kurangnya
supervisi dan pengarahan dari atasan.
(f) Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
 Otoriter
Merupakan kepemimpinan yag berorientasi pada
tugas atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin
menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambila keputusan. Informasi diberikan hanya
pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward
dan punishment.
Manajemen Keperawatan, 5M

 Demokratis
Merupakan kepemimpinan yag menghargai sifat
dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuasaan posisid an pribadinya untuk mendorong
ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencan dan
pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
 Partisipatif
Merupakan gabungan atra otoriter dan demokratis
yaitu pimpinan yang menyampaikan hasil analisis
masalah da kemudian mengusulkan tindakan
tersebut pada bawahannya. Staf diminta saran dan
kritiknya serta mempertimbangkan respons staf
terhadap usulannyam dan keputusan akhir ada pada
kelompok.
 Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial. Karyawan
menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi da koordinasi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan caranya
sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi
dan pengendalian secara minimal.
2. Komunikasi
c) Definisi
Komunikasi adalah alat atau cara seseorang mengirim
pesan ke orang lain dan mengharapkan respon dari orang
tersebut (Johnson, 1981). Dalam kontek manajemen manajer
mengirimkan berita kepada bawahannya baru dapat dikatakan
berkomunikasi bila bawahannya menerima dan mengerti pesan
yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama diantara
keduanya.
Manajemen Keperawatan, 5M

Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2000)


tujuan komunikasi ada 4, yaitu :
(5) Mengubah sifat orang
(6) Mengubah opini atau pendapat/pandangan
(7) Mengubah perilaku
(8) Mempengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan
komunikasi digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi
pikiran, pengertahuan dan perilaku bawahan dalam upaya untuk
mencapai tujuan organsasi secara efektif dan efisien.
d) Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja
keberadaannya (faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu
yang tidak tepat, media tidak cocok). Secara subjektif hambatan
yang secara sengaja dibuat sehingga menimbulkan gangguan
(pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).
(9) Faktor komunikator
(a) Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan
(b) Penggunaan media tidak tepat
(c) Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak
kondusif
(d) Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan
komunikasi ke dalam pesan yang disampaikan
(10) Faktor komunikan
(a) Selektifitas
(b) Antisipasi terhadap isi pesan
(c) Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu
terhadap komunikator
Manajemen Keperawatan, 5M

(11) Faktor Pendukung


(a) Komunikator
 Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli
dalam bidangnya, faktor apakah komunikator adalah
orang yang dipercaya atau tidak
 Daya tarik komunikator
(b) Komunikan
 Komunikan benar-benar mengerti isi pesan
 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusan itu sesuai dengan tujuannya
 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusan itu bersangkutan dengan kepentingan
dirinya
 Komunikan mampu menepati baik secara mental
maupun secara fisik.
Teknik komunikasi efektif manajer dengan bawahan model
OHIOstate:
Pertimbangan tinggi (PT)

PT – SR PT – ST

Partisipasi Selling
PR – SR PR – ST

Delegasi Telling

Struktur tugas tinggi (ST)

Hersey dan Blanchard (1977) menggunakan teori


kepemimpinan situasional untuk menggolongkan dan
menjelaskan kata kerja aktif dari tiap perilaku pemimpin :
Manajemen Keperawatan, 5M

 Telling :
 Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan
pertimbangan rendah
 Komunikasi satu arah
 Manajer memerintahkan bawahan tentang apa,
bagaimana, dimana, bawahan harus melakukan tugasnya.
 Selling :
Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/
hubungan tinggi
 Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer
 Komunikasi dilakukan dengan dua arah
 Partisipasi :
 Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan tinggi
 Pimpinan dan bawahan bersama-sama membuat
keputusan melalui komunikasi dua arah
 Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam menyelesaikan
masalah yang ada
 Delegasi :
 Digunakan pada struktur tugas rendah dan
pertimbangan/ hubungan rendah
 Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan
kemampuan yang dimilikinya
 Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah.
e) Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga
orag lain dapat mengerti da menerima maksud dan tujuan
pemberi pesan. Pesan dapat berupa pesan verbal,
Manajemen Keperawatan, 5M

tertulis, ataupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu


lingkungan internal dan ekstenal, dimana komunikasi
dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi : nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi : keadaab
cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah harus
peka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari
komunikasi yag ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.

Factor internal
Komunikator

Factor eksternal

Tertulis
Verbal
Pesan

Non-verbal

Factor internal
Komunikan
Faktor eksternal

Gambar 2.3. Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998


dalam Nursalam 2014)

f) Prinsip komunikasi manajer keperawatan


Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa
tahap berikut (Nursalam, 2014) :
Manajemen Keperawatan, 5M

(12) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk


pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari
pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan
komunikasi formal dan informasi perlu dibangun antara
manajer dan staf.
(13) Komunikasi bukan haya sebagai perantara, akan
tetapi sebgai bagian proses yang tak terpisahkan dalam
kebijakan organisasi. Jika bagian lainnya akan terkena
dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi
tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang
yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau
tindakan.
(14) Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat
(15) Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam
memberikan pelayanan keperawatan adalah dapat
berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat.
(16) Manajer harus meminta umpan balik apakah
komunikasi dapat diterima secara akurat. Salah satu cara
untuk melakukannya pada proses ini adalah meminta
penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang
disampaikan
(17) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang
penting bagi manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah
menerima semua informasi yang disampaikan orang lain,
dan menunjukan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap
pesan yang disampaikan.
Manajemen Keperawatan, 5M

g) Model komunikasi menurut Nursalam tahun 2014 :


(18) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai sikap kebutuhan individu/staf,
setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan
dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan,
misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf,
pembayara,dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam
komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya. Komunikasi
tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi :
(a) Mengetahui apa yang inin disampaikan sebelum
memulai tulisan
(b) Menulis nama orang dalam tulisan da perlu
dipertimbangkan dampaknya
(c) Gunakan kata aktif, dimana kaa mempunyai pengaruh
yag baik
(d) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata,
karena aka lebih mudah dipahami da memungkinkan
untuk dibaca orang lain
(e) Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak
penting da temukan cara yang baik untuk
menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah
mengerti
Manajemen Keperawatan, 5M

(f) Tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide


setiap kalimat, tuliskan kalimat yang penting dan
menjadi topik utama
(g) Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan
istilah da pesan
(h) Atur isi tulisan secara sistematis
(i) Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca untuk
memo atra 8-10 baris dan untuk surat tidak lebih dari
enam baris setiap paragraf
(j) Komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus
(19) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada
atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal.
Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal pada
pertemuan formal, baik kepadaindividu dalam kelompok
dan presentasi secara formal (Nursalam, 2014).
Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”.
Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang
memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan
perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara yang
sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi. Hal yang harus dihindari pada komunikasi
seacara asertif adalah pasif dan agresif, khususnya agresif
yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan
berkomunikasi. Sedangkan komunikasi agresif terjadi jika
individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan.
Manajemen Keperawatan, 5M

(20) Komunikasi non verbal


Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap
tubuh atau body language. Komunikasi non verbal meliputi
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau
disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih
mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi
verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang membahayakan
jika komunikasi non verbal disalah artikan tanpa adanya
penjelasan secara verbal (Nursalam, 2014). Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal da non verbal,
agar individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan
secara jelas (Nusalam, 2014),
Dibawah ini adalah komponen utama komunikasi
nonverbal yang dapat etrjadi tanpa atau dengan komunikasi
verbal :
(a) Lingkungan yaitu tempat dimana komunikasi
dilaksanakan merupakan bagian penting pada proses
komunikasi
(b) Penampilan, misalnya pakaian, komestik, dan sesuatu
yang menarik, merupakan bagian dari komunikasi
verbal yang perlu diidentifikasi
(c) Kontak mata memberikan makna terhadao kesediaan
seseorang untuk berkomunikasi
(d) Postur tubuh dan gerture: bobot suatu pesan bisa
ditunjukkan dengan orang yang menudingkan
telunjuknya, berdiri atau duduk
(e) Ekspresi wajah : komunikasi yang efektif memerlukan
respons wajah yang setuju terhadap pesan yang
disampaikan
(f) Suara : intonasi, volume, dan refleksi. Cara tersebut
menandakan bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik
Manajemen Keperawatan, 5M

(21) Komunikasi via telepon

Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada


telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan manajer untuk merespons setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena
itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer dans emua staf
harus belajar dan sopan serta menghargai setiap menjawab
teelpon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara,
maka waktu yang diperlukan harus singkat untuk
menghindari kesan yang negatif.
h) Stategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah sakit

MISI ORGANISASI

(terbaik dalam pelayanan


dan penilaian)

Penampilan praktik
yang terbaik

Gambar 2.4. Diagram strategi komunikasi yang terbaik


dalam praktik keperawatan

3. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini
termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu
(Stoner & freeman, 1995)
Manajemen Keperawatan, 5M

a) Berdasarkan isinya
(22) Need hierarchy (maslow)
Fisiologi = Gaji pokok
Aman = Perencanaan reguler (gaji)
Kasih sayang = Kerjasama secara tim
Harga diri = Pencapaian posisi
(23) ERG theory (clayton alderfer)
E : Existence (fisiologi dan aman)
R : Relatedness (kasih sayang)
G : Growth (harga diri dan aktualisasi)
(24) Two factor (frederick
herzberg) Motivators : kepuasan
kerja
Hygiene : lingkungan yang kondusif
(25) Learned theory (Mc clelland)
Affilition : Bersahabat

Power : Memerintah orang lain

Achievement :Suka tantangan, kompetisi dan

menyelesaikan masalah secara


efektif.
i) Berdasarkan prosesnya
(26) Equity theory (adams) = Berdasarkan nilai-nilai dan
keadilan terhadap karyawan.
(27) Expectancy theory
4. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi yaitu untuk
menilai seberapa jauh staf ammpu melaksanakan perannya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah diettapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan. Strategi dalam mencapai kualitas pelayanan :
Manajemen Keperawatan, 5M

a) TQM
(28) Menseleksi kesempatan
(29) Mendefinisikan masalah khusus
(30) Mengidentifikasi sebab dari akr masalah
(31) Memilih, menguji dan mengimplementasikan dalam
upaya perbaikan
j) Benchmarking
Benchmarking terjadi ketika sebuah organisasi
mengidentifikasi kelemahan dan membandingkan dengan
organisasi yang lain yang telah mencapai tingkat ideal (Dale,
1994 dalam Nasution, 2001)
(32) Internal benchmarking
(33) Competitive benchmarking
(34) Functional benchmarking
(35) Generic benchmarking
B. Konsep Manajemen Unit
1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2011), manajemen unit terdiri dari:
a. Ruangan
1. Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang ceremai (ruang jantung) secara
keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat
tidur dan kamar mandi klien, ruang peralatan, ruang
perawat/nurse station berada ditengah ruang perawatan, ruang
kepala ruangan + ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan,
ruang ganti perawat + kamar mandi perawat ruang konferensi,
mushola, ruang administrasi, ruang spoolhoek, dapur dan gudang
serta depo farmasi.
2. Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang
operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
3. Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.
Manajemen Keperawatan, 5M

4. Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar


ruangan sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu fleksibel dapat dilalui brankard, bersih, tidak
licin. Perbandingan kamar mandi dengan klien sesuai, lantai
tidak licin, bersih, letak terjangkau oleh klien. Kasur bersih, dapat
dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak
mengganggu delivery klien, sampiran ada pada setiap tempat tidur
klien. Terdapat papan penunjuk arah.
b. Alat dan bahan
1. Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung
bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien,
waslap, taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung
O2, gorden, dan vitrage.
2. Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,
sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis,
gunting (jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan
tempatnya.
3. Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,
4. Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel,
timbangan BB, pengukur TB, midline.
5. Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
6. Alat transportasi: brankard, kursi roda
7. Emergency trolley
8. O2 dan manometer
9. Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H2O2,
NaCI, cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas,
kassa plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag,
dan obat-obatan.
10. Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring,
sendok, gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK,
umum), kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white
Manajemen Keperawatan, 5M

board.
11. ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem,
perforator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian dan
implementasi) resume klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu
nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).
c. Hubungan perawat-klien
(1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
(2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang
diberikan pada klien sangat lergantung pada hubungan perawat-
klien.
d. Hubungan perawat-perawat
(1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
(2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
(3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas
dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
 Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
 Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
 Media komunikasi antar perawat menggunakan buku
laporan, bukuronde dan whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1. Bekerja sama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim
2. Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
3. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
4. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
5. Saling menghargai antar profesi
Manajemen Keperawatan, 5M

f. Kepuasan kerja (Nursalam, 2011)


1. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir
dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
2. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai
kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
3. Kepuasan terhadap pekerjaan dibawah dalam kehidupan
karyawan diluar pekerjaan.
4. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktivitas yang
tinggi.
Beberapa Dimensi Kepuasan Kerja Perawat :
a. Dimensi upah yaitu jaminan kesehatan yang diterima oleh
perawat.
b. Dimensi tuntutan tugas yaitu unsur kesesuaian antar beban kerja
diberi kepada perawat dengan waktu yang diperlukan oleh
perawat itusendiri.
c. Dimensi kebijakan organisasi yaitu mengenai unsur kebijakan
rumahsakit terhadap penyediaan lingkungan dan prasarana
guna menunjang kelancaran dan kemudahan perawat dalam
bekerja.
d. Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerja sama antar
tenaga perawat dengan tenaga medis dan non medis.
e. Dimensi wewenang yaitu kesesuaian antar tanggung jawab
yang diberikan kepeda perawat dalam wewenang sebagai
seorang perawat.
f. Dimensi profesional yaitu perasaan perawat terhadap
keberartian danpentingnya pekerjaan yang mereka lakukan.
2. Kekuatan Kerja
a. Manusia/Man
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut,
profesional pemula dan vakasional). Jenis ketenagaan atau
pedidikan keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang
dapat melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah
tenaga profesional lainnya yang terkait meliputi: dokter ahli,
Manajemen Keperawatan, 5M

petugas lab, dan tenaga administrasi dan cleaning service


(Nursalam, 2011).
1. Ketenagaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada
Douglas (1992), klasifikasi derajat ketergantungan klien
dibagi menjadi tiga yaitu:
a) Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
b) Perawatan parsial (3-4 jam/24 jam)
c) Perawatan total (5-6 jam/ 24 jam)

Tabel 2.1.Cara perhitungan jumlah dan kategori tenaga keperawatan

Klasifikasi Klien
Jml Minimal Parsial Total
Klie
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
n
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,36 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Dst

2. Ketenagaan menurut Departemen Kesehatan


Jumlah Jam Perawatan Menurut Depkes
Table 2.2. Ketenagaan menurut depkes

Kriteria pasien Jam perawatan Jumlah

Perawatan Minimal 8 orang 1- 2 jam 2 x 8 = 16 jam

Perawatan Parsial 0 orang 3-4 jam 4 x 0 = 0 jam

Perawatan Total 0 orang 5-6 jam 6 x 0 = 0 jam

Jumlah 16 jam
Manajemen Keperawatan, 5M

a) Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas :

Rumus:

b) Jumlah tenaga keperawatan yang libur:

Rumus :

(Jml hari minggu/tahun + jml hari libur besar / thn + jml hari cuti) x A

Jumlah hari kerja/ tahun

c) Tugas non keperawatan:

Rumus :

(jml tenaga keperawatan + jml tenaga yang libur) x 25 %

Jadi kebutuhan tenaga keperawatan yang ada di ruangan yang


diperlukan adalah:

X = jml perawat + jml perawat libur + jml tenaga non kep

3. Tanggung jawab da peran perawat


a) Uraian tugas kepala ruangan
(1) Membaca laporan kejadian diruangan yang dibuat
oleh pelaksana pelaksana
(2) Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap
status biopsikososial spiritual pasien
(3) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
pelaksana perawatan dalam memecahkan masalah-
masalah keperawatan
Manajemen Keperawatan, 5M

(4) Membantu pelaksana perawat dalam memberikan


memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang
dihadapi
(5) Mengendalikan, mengatur, dan memelihara
peralatan agar dalam keadaan siap pakai serta
menyusun permintaan kebutuhan alat-alat, obat-
obatan dan bahan habis pakai
(6) Mempartanggung jawabkan pelaksanaan hasil
kegiatan di ruangan
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan perawatan
yang dilakukan
(8) Mengklasifikasikan atau mengelompokan pasien
diruangan rawat inap menurut tingkat kegawatan,
infeksi dan non infeksi
(9) Memberikan penilaiaan pelaksanaan pekerjaan
pegawai bagi tenaga pelaksana perawatan
(10) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat
baru atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang
rawat
(11) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana
perawatan
(12) Memelihara hubungan baik dengan unit lain dan tim
kesehatan lainnya
(13) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan
pelaporan
(14) Menghadiri pertemuan berkala yang di adakan oleh
ka. Sie keperawatan dan staf, ka. Instalasi rawat inap
(15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ka.
(16) Sie keperawatan dan ka. Instalasi rawat inapUraian
tugas clinical Instruktur
Manajemen Keperawatan, 5M

(17) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan


tenaga perawatan yang bekerja di ruangan
(18) Merencanakan jenis kegiatan yang akan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan pasien
(19) Menyusun dan mengatur jadwal dinas perawat dan
tenaga lainnya
(20) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada
dengan cara bekerjasama dengan pihak lain yang
terkait dalam pelayanan diruangan
(21) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada
tenaga perawat untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan
(22) Menyususn permintaan kebutuhan rutin, alat, obat,
dan bahan yang diperlukan diruangan
(23) Mengatur dan menkoordinasikan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
(24) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan dan
infentaris ruangan
(25) Mengklarifikasi atau mengelompokkan pasien
diruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi
dan non infeksi
(26) Memberi asuhan keperawatan
(27) Mengadakan kerjasama dan memelihara hubungan
baik dengan unit lain dan Ka. Instalasi
(28) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat
baru atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang
rawat
(29) Mengawasi dan membimbing siswa dan mahasiswa
praktek
(30) Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
(31) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan
tenaga perawat.
Manajemen Keperawatan, 5M

b) Penanggung jawab shift


(1) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat
penggantian dinas
(2) Memebrikan asuhan keperawatan
(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan
keluarga pasien untuk melaksanakan program
kesehatan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku
(5) Melaksanakan program orientasi kepada pasien
tentang ruang rawat, lingkungan, peraturan dan tata
tertib
(6) Menciptakan hubungan baik dengan tim kesehatan
lain diunit kerja
(7) Menyiapkan dan memelihara alat keperawatan dan
alat lainnya diruang rawat inap agar selalu siap
pake
(8) Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malem secara
bergilir sesuai dengan jadwal dinas
(9) Melaksanakan dan memelihara system perawat dan
pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan
benar sesuai prosedur
(10) Mengikuti pertemuan berkal yang diadakan oleh
kepala instalansi atau ruangan atau seksi
keperawatan
(11) Meningkatakan pengetahuan dan keterampilan
dibidang keperawatan
(12) Memelihara kebersihan ruanagan dan lingkungan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan
Manajemen Keperawatan, 5M

c) Ketua tim
(1) Memimpin serah terima tugas anatar pelaksana
(2) Melakukan pengkajian keperawatan terhadap ststus
biopsikososisal dan spiritual
(3) Mengkoordinasikan tindakan tindakan
keperawatan yang akan dilaksankan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi pasien
(4) Bersama-sama dengan pelaksana
memepersiapkan alat-lat keperawatan atau medis
(5) Membimbing anggota tim untuk melaksankan
tindakan dan mencatat tindakan yang telah
dilakukan
(6) Mengkoreksi hasil pengkajian, proses keperawatan
dan kelengkapan pendokumentasian
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan atau tindakan
keperawatan yang telah dilakasanakan
(8) Menilai kemajuan semua psien dari hasil
pengamatan langsung atau laporan dari anggota
(9) Melaksankan tugas jaga pagi, sore dan malam
secara bergilir sesuai dengan jadwal dinas
d) Pelaksana perawat ruang rawat inap
(1) Melaksankan serah terima tugas kepala petugas
pengganti secara lisan maupun tulisan pada sat
penggantian dinas
(2) Memberikanasuhan keperawatan pada pasien
(a) Melakukan pengkajian dalam upaya
menguampulkan data dan informasi
(b) Menegakkan diagnosa keperawatan
(c) Merencanakan tindakan
(d) Melaksanakan tindakan keperawatan
(e) Melaksankan evaluasi terhadapo tindakan
yang dilakukan
Manajemen Keperawatan, 5M

(f) Mendokumentasikan hasil tindakan


(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan
keluarga pasien untuk melaksanakan program
kesehtan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku
(5) Melaksasnkan program orientasi kepada pasien
tentang ruang rawat dan lingkungan, peraturan dan
tata tertib
(6) Menyiapkan dan memelihra alat keperawatan dan
alat lainnya diruang rawat inap agar sellau siap
pakai
(7) Melaksankan tugas jaga pagi, sore, malam dan hari
libur secara beregilir sesuai dengan jadawal dinas
(8) Melaksnakan dan memelihara system keperawatan
dan pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan
benar sesuai dengan prosedur
(9) Memebina hunbungan baik dengan unit lain dan tim
kesehtan lainnya
(10) Memelihara kebersihan ruangan dan lingkun gan
(11) Meningkatkan penegetahuan dan keterampilan
dibidang keperawatan
(12) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
Ka. Instalasi atau Ka. Ruangan atau CI
keperawatan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan
Manajemen Keperawatan, 5M

4. Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam
pendidikan tenaga keperawatan, yaitu lulusan dari Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK), lulusan D III Keperawatan, dan
Sarjana Keperawatan/Ners. Program D III Keperawatan
dan sarjana keperawatan/ Ners merupakan bagian dari
pendidikan tinggi keperawatan yang menghasilkan perawat
profesional, akan tetapi program D III Keperawatan baru
disebut dengan perawat profesional pemula. Sebagai
perawat profesional pemula dengan gelar Amd. Kep,
perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional
yang cukup untuk menguasai pengetahuan ilmu
keperawatan dan ilmu penunjang lainnya. Sedangkan
program Ners menghasilkan lulusan perawat generalis,
dengan gelar akademik S. Kep dengan profesi Ners (Ns)
mempunyai landasan kukuh dan landasan profesi yang
mantap, sesuai dengan sifatnya sebagai profesi (akademik-
profesional).
b. Uang/Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus
jelas, dalam arti harus transparan.Untuk pengeluaran ada
perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan
program, insentif perawat dan untuk lain-lain (Supriyatno,
2005).
c. Metode
1. Konsep metode modular
a) Definisi
Pengembangan model modular merupakan
pengembangan dari primary nursing yang digunakan
dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga
professional dan non professional.
Manajemen Keperawatan, 5M

Model modular mirip dengan model keperawatan


tim, karena tenaga professional dan non pofessional
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada beberapa pasien dengan asuhan keperawatan
perawat professional.
Model modular mirip juga dengan model primer,
karena tiap 2-3 perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan bebrapa pasien sesuai denganbeban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta
asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model
ini efektif maka kepala ruangan secara seksama
menyusun tenaga professional dan non professional
serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut
saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian,
terutama kepemimpinan. Dalam menerapkan model
modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa bekerja sama
dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk
mengelola 8-12 kasus. Seperti pada model primer,
tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga selama
tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur,
namun tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat
professional. Perawat professional bertanggung jawab
untuk membimbing dan mendidik perawat non
professional dalam memberikan asuhan keperawatan.
Konsekuensinya peran perawat professional dalam
model modular ini lebih sulit dibandingkan dengan
perawat primer. Model modular merupakan gabungan
dari model tim dan primary model.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager)
diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja
sama da berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta
motivasi.
Manajemen Keperawatan, 5M

Tugas dan tanggung jawab :


(1) Kepala perawat :
a. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan pasien
b. Memberi motivasi pada staf perawat
c. Melatih perawat untuk bekerja sama dalam
pemberian asuhan
(2) Ketua tim moduler
(a) Memimpin, mendukung, dan
menginstruksikan perawat non professional
untuk melaksanakan tindakan keperawatan
(b) Memberikan asuhan keperawatan pasien
meliputi : mengkaji, merencanakan,
melaksanakan dan menilai hasil asuhan
keperawatan
(c) Memberi bimbingan dan instruksi kepada
perawat patner kerjanya
(3) Anggota tim
(a) Memberi asuhan keperawatan sesuai dengan
yang ditugaskan ketua tim
b) Keuntungan
(1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas
(2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
(3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat
ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk
belajar
(4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
personal
(5) Memungkinkan menyatukan kemampuan angota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif
Manajemen Keperawatan, 5M

(6) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan


moral
(7) Model keperawatan professional dapat dilakukan
atau diterapkan
(8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
(9) Memberi kepuasan bagi klien dan keluarga
menerima asuhan keperawatan
(10) Lebih mencerminkan otonomi
(11) Menurunkan dana perawatan
c) Kekurangan
(1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien
banyak sehingga tuggas rutin yang sederhana
terlewatkan
(2) Pendelegasian perawatan klien haya sebagian
selama perawat penanggung jawab klien
bertugas
(3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat
professional
(4) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode
lain karena lebih banyak menggunakan perawat
professional
(5) Perawat harus mampu mengimbagi kemajuan
teknologi kesehatan/kedokteran
(6) Perawat aggota dapat merasa kehilangan
kewenangan
(7) Masalah komunikasi

2. Konsep Timbang Terima


a) Definisi timbang terima
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan
Manajemen Keperawatan, 5M

antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang


berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau
belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang
didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan
nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi.
Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama
24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical
Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek
perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada
oang lain atau kelompok profesional secara sementara
atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi
pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan
memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan
informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya.
b) Tujuan timbang terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals
Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima
adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai
pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan
timbang terima adalah:
(1)Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara
umum.
(2)Menyampaikan hal-hal penting yang perlu
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
(3)Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c) Manfaat timbang terima
Manajemen Keperawatan, 5M

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:


(1) Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang
berkelanjutan. Misalnya, penyediaan informasi
yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang
dapat membahayakan kondisi pasien.
(2) Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima
juga merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan
yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima
mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan
kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan
selanjutnya.
(3) Timbang terima juga memberikan “manfaat
katarsis” (upaya untuk melepaskan beban
emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan
keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada
perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak
dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang
terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi
pada perawat.
(4) Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi
perawat, yaitu memberikan motivasi,
menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan
keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat, menjalin suatu
hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar
perawat, serta perawat dapat mengikuti
perkembangan pasien secara komprehensif.
Manajemen Keperawatan, 5M

(5) Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi


pasien diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada
pasien secara komprehensif. Menurut Nursalam
(2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat
manfaat timbang terima adalah meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin
hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat
dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang
terima pasien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap.
d) Prinsip timbang terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan
enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih
banyak peserta dalam kegiatan timbang terima),
peran pemimpin menjadi sangat penting untuk
mengelola timbang terima pasien di klinis.
Pemimpin harus memiliki pemahaman yang
komprehensif dari proses timbang terima pasien
dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera
harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
b.Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul
suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien
Manajemen Keperawatan, 5M

harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting


dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam
merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia
untuk menghadiri timbang terima pasien yang
relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf
klinis untuk memastikan mereka hadir dan
mendukung kegiatan timbang terima pasien.
Membuat solusi-solusi inovatif yang
diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala
tentang proses timbang terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam
kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim
multidisiplin, timbang terima pasien harus
terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan
frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini
sangat direkomendasikan, dimana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat
ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap
kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya
ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu
timbang terima sangat penting untuk memastikan
proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan
efektif.
Manajemen Keperawatan, 5M

e.Tempat timbang terima pasien


Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi
secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien.
Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain
harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang
terima pasien berlangsung efektif dan aman.
Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa
tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan
misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau
bunyi alat telekomunikasi.
a) Proses timbang terima
(1)Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi
pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari pasien,
daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling
penting, latar belakang yang relevan tentang situasi
klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu
dilakukan.
(2)Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan
pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada
penurunan kondisi yang terdeteksi.
(3)Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya:
tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan
pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan
kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
b) Jenis timbang terima
Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang
terima pasien yang berhubungan dengan perawat,
antara lain:
(1) Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode,
Manajemen Keperawatan, 5M

antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan,


dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui
telepon atau rekaman, nonverbal, dapat
menggunakan laporan elektronik, cetakan
computer atau memori.
(2) Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit
keperawatan selama mereka tinggal di rumah
sakit.
(3) Timbang terima pasien antara unit perawatan
dengan unit pemeriksaan diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk
pemeriksaan diagnostik selama rawat inap.
Pengiriman unit keperawatan ke tempat
pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai
kontributor untuk terjadinya kesalahan.
(4) Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke
fasilitas yang lain sering terjadi antara
pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman
berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
(5) Timbang terima pasien dan obat-obatan Kesalahan
pengobatan dianggap peristiwa yang dapat
dicegah, masalah tentang obat-obatan sering
terjadi, misalnya saat mentransfer pasien,
pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum
obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap
kesalahan pengobatan dalam organisasi
perawatan kesehatan.
c) Macam-macam timbang terima
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima
diantaranya:
(1) Timbang terima secara verbal
Manajemen Keperawatan, 5M

Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih


cenderung untuk membahas aspek psikososial
keperawatan selama laporan lisan.
(2) Rekaman timbang terimaHopkinson (2002) mengungkapan
bahwa rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya
dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr (2002)
bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat
fungsi pendukung.
(3) Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang
terima diantaranya adalah:
(a) Persiapan (pasien dan informasi).
(b) Timbang terima berupa pelaporan,
pengenalan staf masuk, pengamatan, dan
penjelasan kepada pasien.
(c) Setelah timbang terima selesai maka tulis di
buku catatan pasien.
(4) Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan bedside timbang terima adalah:
(a) Menghindari informasi yang hilang dan
memungkinkan staf yang tidak hadir pada
timbang terima untuk mengakses informasi.
(b) Perawat mengetahui tentang situasi pasien
dan apa saja yang perlu disampaikan,
bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga
dan anggota keluarga, bagaimana untuk
berbagi informasi sensitif, apa yang tidak
dibahas di depan pasien, dan bagaimana
melindungi privasi pasien.
(5) Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis
diperkirakan dapat mendorong pendekatan yang
lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang
terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan
Manajemen Keperawatan, 5M

untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.


d) Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima Menurut
Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
(1) Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
(2) Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan
perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
(3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung
jawab dinas yang selanjutnya meliputi:
(a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
(b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima
timbang terima.
(c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima
timbang terima.
(d) Penyampaian timbang terima harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru.
(e) Perawat primer dan anggota kedua dinas
bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
2. Konsep Dokumentasi Askep
a) Definisi
Dokumentasi merupakan catatan penerapan
manajemen asuhan keperawatan profesional
(Nursalam, 2008). Potter dan Perry (2005),
mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu
yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Dokumentasi keperawatan merupakan
sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lain
terkait status klien (Asmadi, 2008). Dokumentasi
sebagai alat komunikasi, tulisan dalam dokumentasi
keperawatan harus jelas terbaca, tidak boleh memakai
istilah atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga
Manajemen Keperawatan, 5M

berisi uraian yang jelas, tegas, dan sistematis. Hal ini


dimaksudkan untuk menghindari disfungsi
komunikasi. Lebih lanjut, dampak yang di timbul
akibat disfungsi komunikasi ini akan membahayakan
keselamatan klien.
b) Tujuan
Nursalam (2011), menyatakan bahwa perawat
merasakan bahwa dokumentasi tertulis dan
komunikasi verbal dengan profesi lain tidak dihargai.
Alasan lain dari pentingnya dokumentasi keperawatan
yang akurat serta lengkap adalah untuk berkaitan
dengan urusan pengadilan.
Menurut Doenges, dkk (1998), tujuan sistem
dokumentasi keperawatan adalah untuk memfasilitasi
pemberian perawatan pasien yang berkualitas,
memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenan
dengan hasil yang berfokus pada pasien, memfasilitas
konsistensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan
kemajuan pengobatan.Setiadi (2013), tujuan
dokumentasi keperawatan yaitu :
(1) Sebagai sarana komunikasi
Komunikasi yang dikomunikasikan secara akurat
dan lengkap dapat berguna untuk membantu
koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan
oleh tim kesehatan, mencegah informasi yang
berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan
meningkatkan ketelitian dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien, membantu tim
perawat dalam menggunakan waktu sebaik-
baiknya.
(2) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap
kuallitas pelayanan keperawatan yang diterima
Manajemen Keperawatan, 5M

dan perlindungan terhadap keamanan perawat


dalam melaksanakan tugasnya maka perawat
diharuskan mencatat segala tindakan yang
dilakukan terhadap klien.
(3) Sebagai Informasi Statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan
dapat membantu merencanakan kebutuhan di
masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana
dan teknis.
(4) Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan yang
dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa keperawatan maupun siswa
kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar
untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkannya, baik teori maupun praktik
lapangan.
(5) Sebagai Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini
sarat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk
pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan
etis.
(6) Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan
: Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan
baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan
yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan
kualitas merupakan bagian dari program
pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu
perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa
dokumentasi yang kontinu, akurat, dan rutin baik
yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga
Manajemen Keperawatan, 5M

kesehatan lainnya.
(7) Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan
Keperawatan Berkelanjutan
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang
aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan
keperawatan yang dilakukan melalui tahapan
kegiatan proses keperawatan.
c) Manfaat
Nursalam (2011) menerangkan bahwa
dokumentasi keperawatan mempunyai makna atau
manfaat yang penting dan dapat dilihat dari berbagai
aspek yaitu :
(1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila
menjadi suatu masalah (misconduct) yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, sebagai
pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat dipergunakan sewaktu-
waktu Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan.
(2) Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan
akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat
dalam membantu menyelesaikan masalah klien.
Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi
yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan
keperawatan.
(3) Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat
“perekam” terhadap masalah yang berkaitan
Manajemen Keperawatan, 5M

dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain


dapat melihat dokumentasi yang ada dan
sebagaialat komunikasi yang dijadikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan.
(4) Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua
asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan
telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap
dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi
klien.
(5) Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut kronologis dari kegiatan
asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan
sebagai bahanatau referensi pembelajaran bagi
peserta didik atau profesi keperawatan.
(6) Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai
penelitian. Data yang terdapat didalamnya
mengandung informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan.
Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan
dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan yang diberikan
guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
d) Tahapan Dokumentasi Keperawatan
Potter & Perry (2005), menjelaskan bahwa ada
lima langkah dalam melakukan proses asuhan
keperawatan yaitu :
Manajemen Keperawatan, 5M

(1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama
dalam melakukan proses keperawatan, di mana
seorang perawat mulai menerapkan pengetahuan
dan pengalaman dalam mengumpulkan data
tentang klien.
Pengkajian dan pendokumentasian yang
lengkap tentang kebutuhan pasien dapat
meningkatkan keefektivitasan asuhan
keperawatan yang diberikan melalui hal hal-hal
sebagai berikut :
(a) Menggambarkan kebutuhan pasien untuk
membuat diagnosa keperawatan 2.
(b) Memfasilitasi perencanaan intervensi
(c) Menggambarkan kebutuhan keluarga dan
menunjukan dengan tepat faktor-faktor yang
akan meningkatkan pemulihan pasien dan
memperbaiki perencanaan pulang
(d) Memenuhi obligasi profesional dengan
mendokumentasikan informasi pengkajian
yang bersifat penting.
(2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu proses
perawat melakukan analisis data secara subjektif
dan objektif yang telah diperoleh pada saat
melakukan tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Adapun tahapannya yaitu:
(a) Menganalisis dan menginterpretasi data
(b) Mengidentifikasi masalah klien
(c) Merumuskan diagnosa keperawatan
(d) Mendokumentasikan diagnosa keperawatan
(3) Perencanaan
Perencanaan merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dengan tujuan yang berpusat pada
Manajemen Keperawatan, 5M

klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan serta


intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai
tujuan. Tahapannya sebagai berikut :
(a) Mengidentifikasi tujuan klien
(b) Menetapkan hasil yang diperkirakan

(c) Mendelegaikan tindakan


(d) Menuliskan rencana asuhan keperawatan
(4) Implementasi Implementasi yang merupakan
komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan serta tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan. Adapun tahapannya
yaitu :
(a) Mengkaji kembali klien
(b) Menelaah dan memodifikasikan rencana
perawatan yang sudah ada
(c) Melakukan tindakan keperawatan
(5) Evaluasi Langkah evaluasi dari proses
keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah
pencapaian tujuan. Adapun tahapannya, yaitu :
(a) Menbandingkan respon klien dengan kriteria
(b) Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi
(c) Memodifikasi rencana asuhan
Menurut Hidayat (2007) dalam Fajri (2011), syarat
dokumentasi yaitu :
(1) Kesederhanaan
(2) Keakuratan
(3) Kesabaran
(4) Ketepetan
(5) Kelengkapan
(6) Kejelasan dan keobjektifan.
Manajemen Keperawatan, 5M

3. Konsep Ronde Keperawatan


a) Definisi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping pasien dilibatkan untuk membalas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Akan tetapi,
pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat
primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
b) Tujuan
(1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
(2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berasal dari masalah klien
(3) Meningkatkan validitas data klien
(4) Menilai kemampuan justifikasi
(5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil
kerja
(6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi
rencana keperawatan
c) Peran-peran
Peran ketua tim dan anggota tim
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi
klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang
akan dilakuan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang
akan diambil
B. Peran ketua tim lain atau konselor
(a) Memberikan justifikasi
(b) Memberikan reinforcement
Manajemen Keperawatan, 5M

(c) Menilai kebenarand ari suatu masalah,


intervensi keperawatan serta tindakan yang
rasional
(d) Mengarahkan dan koreksi
(e) Mengintegrasi teori dan konsep yang telah
dipelajari
C. Persiapan
(a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum
waktu pelaksanaan ronde
(b) Pemberian inform consent kepada
klien.keluarga
D. Pelaksanaan
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan
(a) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus
tersebut
(b) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
perawat konselor/kepala ruangan tentang
masalah klien serta tindakan yang akan
dilakukan
(c) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah dan yang akan diterapkan
Manajemen Keperawatan, 5M

E. Langkah-langkah ronde keperawatan

F. Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan yang
perlu dilakukan
4. Konsep Discharge Plannning
a) Definisi
Kozier (2004) mendefinisikan dicharge planning
sebagai proses mempersiapkan pasien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
Perencanaan pulag didapatkan dari proses
interaksi dimana perawatan professional, pasien dan
keluarga berkolarobasi untuk memberikan dan
Manajemen Keperawatan, 5M

mengatur kontiunitas keperawatan yang diperlukan


oleh pasien dimana perencanaan harus berpusat pada
masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitative, serta perawatan rutin yag sebenarnya
(Swanberg, 2000).
Ridhianto (2008) mendefinisikan discharge
planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepadaklien dan keluarganya
tentang hal-hal yag perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang)
merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jala pemecahan
masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang
tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges &
Moorhouse, 2000), Jadi, dapat disimpulkan bahwa
discharge planning adalah komponen sistem perawatan
berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien
dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu
unit pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan
keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi
penyakitnya.
b) Tujuan
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat
baik untuk kesembuhan dan pemulihan pasien pasca
pulang dari rumah sakit. Menurut Nusalam (2011)
tujuan discharge planning / perencanaan pulang antara
lain sebagai berikut :
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik,
Manajemen Keperawatan, 5M

psikologis, dan sosial


(2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
(3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan
pada pasien
(4) Membantu merujuk pasien pada sistem pelayanan
yang lain
(5) Membantu pasien dan keluarga memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status
kesehatan pasien
(6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah
sakit dan masyarakat
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian
edukasi atau discharge teaching dari tim kesehatan.
Menurut William & Wilkins (2009) discharge
teaching harus melibatka keluarga pasien atau perawat
lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan
home care yang tepat. discharge teaching bertujuan
agar pasien:
(1) Memahami mengenai penyakitnya
(2) Melakukan terapi obat secara efektif
(3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
(4) Mengatur level aktivitasnya
(5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakuka
(6) Mengenali kebutuhan istirahatnya
(7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
(8) Mengetahui kapan mencari follow up care
c) Manfaat
(1) Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari
proses perawatan sebagai bagian yang aktif
dan bukan objek yang tidak berdaya.
Manajemen Keperawatan, 5M

c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala


kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan
perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan
mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.
(2) Bagi Perawat:
(a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan
dapat di gunakan
(b) Menerima informasi kunci setiap waktu
(c) Memahami perannya dalam system
(d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam
prosedur baru
(e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam
setting yang berbeda dan cara yang berbeda.
(f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
d) Prinsip-Prinsip
(1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulag,
nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu
dikaji dan dievaluasi
(2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul
pada saat pulang nanti sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera di
rumah dapat segera antisipasi
(3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif,
perencanaan pulang merupakan pelayanan
multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama
Manajemen Keperawatan, 5M

(4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber


daya dan fasilitas yang ada, tindakan atau rencana
yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia
maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat
(5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem
pelayanan kesehatan, setiap klien masuk tatanan
pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan
e) Jenis-jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau
cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila
kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit
namun harus ada pengawasan dari pihak rumah
sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau
selamanya) cara ini merupakan akhir dari
hubungan pasien dengan rumah sakit, namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka
prosedur perawatan dapat dilakuakan kembali.
f) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien
diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan
tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus
dipantau dengan melakukan kerja sama dengan
perawatan puskesmas terdekat.
Manajemen Keperawatan, 5M

g) Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim PP dibantu PA


Kesehatan
Keadaan Pasien:

Klinis dan pemeriksaan penunjang lain


Tingkatketergantungan Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Program kontol, obat, Lain - lain


administrasi dan perawatan

Gizi

Aktivitas dan istirahat

Perawatan diri

Monitor (sebagai
program service safety)
oleh: keluarga dan
petugas

Gambar 2.5.Alur discharge planning


Manajemen Keperawatan, 5M

Tabel 2.3.Tugas PP dan PA

Tugas Perawat Primer Tugas Perawat Associate


- Membuat rencana discharge planning - Melaksanakan agenda
- Membuat leaflet Discharge Planning (pada
- Memberikan konseling saat perawatan dan saat
- Memberikan pendidikan kesehatan perawatan diakhiri)
- Menyediakan format discharge planning
- Mendokumentasikan discharge planning

5. Konsep Dasar SOP


a) Pengetian SOP
(1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi
(2) SOP merupakan tata cara atau tahapan yang
dilakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu
b) Tujuan SOP
(1) Agar petuga/pegawai menjaga konsistensi dan
tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam
organisasi atau unit kerja
(2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi
tiap-tiap posisi dalam organisasi
(3) Memperjelas alur tugas wewenang dan tanggung
jawab dari petugas/pegawai terkait
(4) Melindungi organisasi/unit kerja dan
petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya
(5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan,
keraguan, duplikasi dan inefisiensi

100
Manajemen Keperawatan, 5M

c) Fungsi SOP
(1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau
tim/unit kerja
(2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
(3) Mengetahui dengan jelas hambatan-
hambatannya dan mudak dilacak
(4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama
disiplin dalam bekerja
(5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin
d) Penerapan SOP
(1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan
dilakukan
(2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan
tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak
(3) Uji SOP dijalankan, lakukan revisi jika ada
perubahan langkah kerja yang dapat
mempengaruhi lingkungan kerja
e) Keuntungan adanya SOP
(1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi
pelaksana, menjadi alat komunikasi da pengawasan
dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten
(2) Para pegawai aka lebih memiliki percaya diri
dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai
dalam setiap pekerjaan
(3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat
trainig dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja
perawat

101
Manajemen Keperawatan, 5M

Dalam menjalanka operasional perusahaan, peran


pegawai memliki kedudukan dan fungsi yang sangat
signifikan. Oleh karena itu, diperlukan standar-standar
operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-
sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang
professional, handal sehingga dapat mewujudkan visi
dan misi perusahaan
6. Konsep SAK
Standar praktek keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang
diinginkan terhadap pelayanan keperawtaan yang diberikan
untuk klien (Gillies, 1989: 121). Fokus utama standar
praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk
mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan.
Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi
atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Tipe standar praktek keperawatan :Beberapa tipe
standar telah digunakan untuk mengarahakan dan
mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk
„normatif‟ yaitu menguraikan praktek keperawatan yang
ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang
bermutu tinggi, standar juga berbentuk „empiris‟ yaitu
menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil
observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan
keperawatan (Gillies 1989,h.125).

102
Manajemen Keperawatan, 5M

Secara umum standar praktek keperawatan


ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan
keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau
proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria
pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek
keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,
klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
d. Material
Tabel 2.4. Standar prasarana menurut depkes

Kelayakan
No Nama Alat Kesehatan Jumlah Layak Tidak
Layak
1 Ambubag for neonatus 1 1

2 Thermometer digital 1 1

3 Thermometer infrared 1 1

4 Meja resusitasi 0

5 Meja tindakan 1 1

6 Saturasi oksigen 1 1

7 Stetoskop bayi 1 1

8 Timbangan bayi digital 1 1

9 Pengukur panjang badan 2 2

10 Mayo sedang 1 1

11 Infant warmer 0

12 Bak instrument kecil 3 3

13 Bak instrumen sedang 1 1

14 Bak instrumen besar 1 1

15 Baki stainless besar 2 2

103
Manajemen Keperawatan, 5M

16 Nierbeken besar 1 1

17 Nierbeken kecil 2 2

18 Lampu penghangat bayi 12 12

19 Lampu foto terapi permanen 2 2

20 Box bayi kecil 10 8 2

21 Box bayi besar 9 5 4

22 Inkubator 5 3 2

23 Nebulizer 1 1

24 Infus pump 3 3

25 Syringe pump 1 1

26 Tabung oksigen + flow meter 4 4

104
Manajemen Keperawatan, 5M

27 Mayo Kecil 1 1

28 Lemari obat 1 1

29 Troli instrumen 1 1

30 Tiang infus 6 6

31 Torniquet 1 1

32 Tromol 2 2

33 Baki Stainless Kecil 1 1

34 Lampu Fototerapi portabel 2 2

35 Suction 1 1

36 Inkubator transport 0

37 Tromol 2 2

Sarana dan Prasarana Alat Kelayakan


No Tenun Jumlah Layak Tidak
Layak
1 Laken motif besar 19 19

2 Laken motif kecil 19 19

3 Laken fototerapi 3 3

4 Laken polos 15 15

5 Perlak hijau Oscar 28 28

6 Washlap 6

7 Gorden jendela 11 11

8 Baju bayi lengan buntung 51 51

9 Baju bayi lengan panjang 33 33

10 Baju bayi lengan pendek 29 29

105
Manajemen Keperawatan, 5M

11 Pernel 50 50

12 Popok bayi 28 28

13 Bantal Bayi 16 16

14 Handuk Bayi 3

15 Sarung bantal motif 13

16 Sarung Bantal Putih 10

Sarana dan prasarana Kelayakan


No Pasien Jumlah Layak Tidak
Layak
1 Tempat tidur 24 16 8

2 Alat panggil perawat (bel) 1 1

3 Ruang tunggu orang tua


1 1
pasien
4 Jolang mandi bayi 1 1

5 Tempat sampah 2 2

6 Gelas untuk
2 2
menghangatkan ASI
7 Ruang Laktasi 1 1

8 Sendok bayi 1 1

10 Tempat menyimpan cucian


15 15
kotor bayi
11 Baskom air mandi 6 6

12 Bel pasien 1 1

13 Jam dinding 1 1

14 Kasur pasien 16 16

106
Manajemen Keperawatan, 5M

15 Sofa 2 2

16 AC 2 1 1

17 Termos listrik 1 1

18 Teko 1 1

19 Galon kecil 1 1

Saran dan Prasarana Kelayakan


No Perawat Jumlah Layak Tidak
Layak
1 Ruang Perawat 0

2 Kamar mandi 1 1

3 Gayung 2 2

4 Dispenser kecil 1 1

5 Ember air 1 1

6 Ruang tindakan 0

7 Washtafel 1 1

8 Computer 1 1

9 Papan dada observasi 4 4

10 Lemari Barang Perawat


2 2
(exel)
11 Telepon 1 1

12 Meja nurse station 1 1

13 White board 1 1

14 Kursi 6 6

15 Tv 1 1

16 Rak sepatu 1 1

107
Manajemen Keperawatan, 5M

17 Tempat tisu 1 1

18 Handscrub 4 4

19 Lemari kaca tenun 1 1

20 Keset 2 2

21 Meja tulis perawat 1 1

No Nama Barang Habis Pakai Ketersediaan


Ada Tidak Ada
1 Masker √

2 Handscoon √

4 Tissue √

5 Klem tali pusat bayi √

6 Kapas √

7 Spuit √

8 Alkohol √

9 Kasa √

10 Plester √

11 Betadine √

12 Alkohol swab √

No Prasarana ATK Jumlah Layak Tidak


Layak
1 Pensil merah biru 2 2

2 Pembolong kertas 1 1

3 Spidol marker 3 3

4 Spidol untuk peneng 2 2

5 Tempat pinsil 1 1

108
Manajemen Keperawatan, 5M

6 Hekter besar 1 1

7 Hekter kecil 1 1

8 Gunting kertas kecil 1 1

9 Gunting kertas besar 2 2

10 Kalkulator 1 1

11 Lemari ATK 1 1

12 Stampel ruangan 1 1

13 Papan tinta 3 3

14 Tinta cap 4 4

Dressing Set : klem umbilikal, gunting tali pusat, kasa


steril Obat-obatan : epineprin, vit k, salep mata, hep B,
Polio
e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan
tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana
pendidikan dan pelayanan.Sasaran market adalah masyarakat umum
(menerima klien dengan KS, Askes, umum dan
kontraktor).Sedangkan market dalam bidang pendidikan dan
pelayanan adalah peserta didik/calon praktisi kesehatan.

109
Manajemen Keperawatan, 5M

1) Indikator Mutu RS
Mengukur tingkat pelayanan kesehatan pada rumah sakit
digunakan suatu indikator yaitu :
a) Angka pemakaian tempat tidur/BOR
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu, hal ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur di rumah sakit. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
b) Rata-rata lama dirawat/a-LOS
a-LOS adalah rata-rata rawat seorang pasien, indikator
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai a-LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,
2005).
2) Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu
produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau yang tersirat (Kotler, 2005). Kualitas
pelayanan adalah salah satu unsur penting dalam organisasi
jasa. Hal ini disebabkan oleh kualitas pelayanan merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja
organisasi jasa (Hope dan Muhlemann, 1997).
Oleh karena itu, kualitas pelayanan harus mendapat
perhatian yang serius dari manajemen organisasi saja.
Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai
oleh sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi
tersebut harus mempunyai tujuan yang jelas.

110
Manajemen Keperawatan, 5M

Berdasarkan pendapat Wexley dan Yuki (1998),


mendefinisikan kepuasan seseorang berarti terpenuhinya
kebutuhan yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman
melakukan sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh perlakuan
tertentu dan memperoleh sesuatu sesuai kebutuha yang
diinginkan. Istilah kepuasan dipakai untuk menganalisis
atau mengevaluasi hasil, membandingkan kebutuhan yang
diinginkan yang ditetapkan individu dengan kebutuhan
yang diperoleh (Anonim, 2003).
3) Indikator Mutu Keselamatan Pasien (Pasien safety)
Berdasarkan laporan IOM tahun 1999 tentang
masalah keselamatan pasien yang menghebohkan dunia
kesehatan mendorong banyak pihak berupaya melakukan
hal untuk memperbaiki kualitas pelayanan terutama yang
berhubungan dengan keselamatan pasien. Para peneliti
dalam bidang keperawatan berusaha mengembangkan
indikator mutu pelayanan keperawatan yang potensial
bersifat terhadap kepegawaian. Needleman.et al (2006)
melakukan penelitian mengenai staffing dan adverse
outcomes. Pada penelitian tersebut dilakukan analisis
regresi untuk mengetahui hubungan variabel-variabelnya
dan ditemukan adanya hubungan antara a) tlama
tinggal/lengths-of-stay, infeksi saluran kemih, 12
pneumonia yang diperoleh di rumah sakit, perdarahan
saluran pencernaan atas, renjatan atau henti jatung pada
pasien-pasien penyakit dalam, dan b) failure to rescue,
yang didefinisikan sebagai kematian pasien yang
disebabkan oleh salah satu komplikasi yang mengancam
kehidupan yaitu pneumonia, renjatan atau henti jantung,
perdarahan saluran pencernaan atas, sepsis atau
thrombosis vena dalam pada pasien-pasien bedah.

111
Manajemen Keperawatan, 5M

Penelitian yang dilakukan oleh Hickam,et al. (2003)


terhadap 115 literatur mengenai pengatuh kondisi beban
kerja terhadap insiden keselamatan pasien menemukan
bahwa kejadian kerugian yang paling sering dialami oleh
pasien adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di
rumah sakit dan pasien jatuh. Sedangkan Stanton dan
Rutherford (2004) mengemukan beberapa kejadian
merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai
akibat dari kurangnya peran perawat (nurse sensitive
patient outcomes) antara lain pneumonia, perdarahan
saluran pencernaan atas, shock/henti jantung, infeksi
saluran kemih, ulkus dekubitus dan failure to rescue.
Indikator mutu pelayanan keperawatan yang sensitif
terhadap staffing pada saat ini secara terus menerus
dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya membuat
indikator mutu, namun banyak dari indikator tersebut
kurang mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan
terhadap keselamatan pasien, karena hanya dianggap
sebagai inddikator kualitas pelayanan kesehatan (ANA,
1995; Institute of Medicine, 1999, 2001, 2005; Joint
Commision, 2007 dalam Montalvo, 2007). Mulai tahun
2007, WHO Collaborating Center For Patient Safety
berupaya menetapkan sembilan solusi keselamatan pasien
untuk mempermudah pendeteksian terjadinya masalah
pada keselamatan pasien di 13 Rumah Sakit, yaitu : a)
perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names) b) pastikan identifikasi
pasien, c) komunikasi secara benar saat serah terima
pasien, d) pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh
yang benar, e) kendalikan cairan elektrolit pekat, f)
pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan, g) hindari salah cateter dan salah sambung
gelang, h) gunakan alat injeksi sekali pakai, dan
112
Manajemen Keperawatan, 5M

i) tingkatkan keberhasilan tangan untuk pencegahan


infeksi nosokomial
(WHO, 2007 dalam Tim KP-RS RSUP sanglah Denpasar, 2011)
a) Sasaran keselamatan pasien
Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat
untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS PERSI). Dan dari Joint
Commission International (JCI). RSUP Sanglah
Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A
dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-
lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai
peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi
Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP
Sanglah Denpasar, 2011) Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik untuk menunjang keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang
baik secara intrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu 14 tinggi,
sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada
solusi-solusi yang menyeluruh. Menurut Tim KP-RS
RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam sasaran
keselamatan pasien yang menjadi prioritas gerakan
keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien
adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut : Sasaran I :
Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki /
113
Manajemen Keperawatan, 5M

meningkatkan ketelitian dalam mengidentifikasi pasien.


Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien bisa
terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang
terbius/tersedasi, disorientasi, tidak sadar, bertukar
tempat tidur / kamar / lokasi di rumah sakit, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain. Adapun
maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua
kali pengecekan dalam setiap kegiatan pelayanan ke
pasien. Pertama untuk identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan atau
prosedur yang dilakukan secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi
khususnya pada proses pengidentifikasian pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan
serta tindakan lain. Kebijakan atau prosedur tersebut
memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
pasien dengan bar-code, dan lainlain. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan
kebijakan 15 atau prosedur agar dapat memastikan
semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi
dengan tepat dan cepat. Adapun elemen penilaian untuk
sasaran ini adalah sebagai berikut :
a) Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan
menggunakan gelang identitas sedikitnya dua
identitas pasien (nama, tanggal lahir atau
nomor rekam medik)
b) Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan
warna gelang yang ditentukan dengan
ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda
114
Manajemen Keperawatan, 5M

untuk perempuan, merah untuk pasien yang


mengalami alergi dan kuning untuk pasien
dengan risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring
dengan menggunakan protap penilaian skor
jatuh yang sudah ada
c) Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum
pemberian obat, darah, atau produk darah.
d) Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum
mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis. Pasien yang dirawat
diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan
dan tindakan/prosedur.
(2) Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Rumah sakit mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan komunikasi yang efektif antar
para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan
secara efektif, akurat , tepat waktu, lengkap, jelas,
dan yang mudah dipahami oleh pasien akan
mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Komunikasi yang mudah
menimbulkan kesalahan persepsi kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telepon. Komunikasi yang 16 mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan
dan telepon termasuk mencatat perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah, kemudian penerima perintah membacakan
kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan
dan melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga
115
Manajemen Keperawatan, 5M

menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan


pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat.
Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari
beberapa hal sebagai berikut:
a) Melakukan kegiatan “Cabak” (Catat Baca
Konfirmasi Ulang)atau “Tulbakon” (Tulis Baca
Konfirmasi Ulang) pada saat menerima
permintaan secara lisan atau menerima intruksi
lewat telepon dan pasang Stempel‟SBAR‟
sebagai pengingat dokter harus tanda tangan.
b) Menggunakan metode komunikasi yang tepat
yaitu SBAR saat melaporkan keadaan pasien
kritis, melaksanakan serah terima pasien antara
shift (hand off) dan melaksanakan serah terima
pasien antar ruangan dengan menggunakan
singkatan yang telah ditentukan oleh
manajemen.
(3) Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang perlu
diwaspadai
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-
obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan
pasien, manajemen rumah sakit harus berperan
secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien
agar terhindar dari 17 risiko kesalahan pemberian
obat. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
116
Manajemen Keperawatan, 5M

Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan


suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat
daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan
data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan
atau prosedur juga dapat mengidentifikasi area
mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,
seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian
label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga
membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja/kurang hati-hati.
Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran
III adalah sebagai berikut :
(a) Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat
Look Like dan Sound Alike (LASA) atau
Nama Obat Rupa Mirip (NORUM)
(b) Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan
COUNTER SIGN setiap distribusi obat dan
pemberian obat pada masing-masing instansi
pelayanan.
(c) Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH
ALERT berada di tempat yang aman dan
diperlakukan dengan perlakuan khusus
(d) Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam
pelaksanaan pendelegasian Obat (Benar
Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku
Obat, Dosis, Waktu, Cara, dan Dokumentasi).
(4) Sasaran IV: Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah
Pasien dan Tindakan Operasi
Rumah sakit dapat mengembangkan suatu
pendekatan untuk memastikan pemberian pelayanan
dilakukan dengan tepat lokasi, tepat- prosedur, dan
tepat- pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah
prosedur, pada operasi adalah sesuatu yang
117
Manajemen Keperawatan, 5M

menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah


sakit. Kesalahan ini merupakan akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurangnya
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi operasi.
Di samping itu, pemeriksaan pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang
kurang tepat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah atau
operasi, permasalahan yang berhubungan dengan
tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Digunakan juga keadaan
yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan di
Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety
(2009), juga di The Joint Commission‟s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan
lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali.
Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang
akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien
terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan 19 harus
terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki,
lesi) atau multipel level (bagian tulang belakang).
118
Manajemen Keperawatan, 5M

Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk


memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang
benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto
(imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia
dan diberi label dengan baik serta dipampang dan
melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus
dan/atau implant - implant yang dibutuhkan.
Tahapan “Sebelum insisi” (Time out)
memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan dengan baik dan tepat. Time out
dilakukan di tempat dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan
melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit
menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan checklist dan sebagainya
Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran
IV ini adalah memberi tanda spidol skin marker
pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat
dengan cara yang jelas dimengerti dan melibatkan
pasien dalam hal ini (Informed Consent)
(5) Sasaran V: Mengurangi Risiko Infeksi
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian
besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya 20 dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan
119
Manajemen Keperawatan, 5M

pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun


infeksi-infeksi lain adalah kegiatan cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene
bisa dibaca di kepustakaan WHO, dan berbagai
organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah
sebagai berikut:
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman Five Moment Hand Hygiene dan
digunakan dalam tatanan kesehatan untuk
pelayanan ke pasien.
b) Menggunakan Hand rub di ruang perawatan
dan melakukan pelatihan cuci tangan efektif.
c) Memberikan tanggal dengan menggunakan
spidol atau tinta yang jelas setiap melakukan
prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC,
WSD, dan lain-lain)
(6) Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup
bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks masyarakat yang
dilayani, pelayanan yang disediakan, dan
fasilitasnya rumah sakit perlu mengevaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah pasien yang bermkemungkinan
120
Manajemen Keperawatan, 5M

mengkonsumsi alkohol, gaya jalan dan


keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien.
Elemen yang menjadi penilaian sasaran VI adalah
sebagai berikut:
a) Melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien
yang dirawat di rumah sakit.
b) Melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien
yang dirawat di rumah sakit.
c) Memberikan tanda bila pasien berisiko jatuh
dengan gelang warna kuning dan kode jatuh

121
BAB III

PROFIL RUMAH SAKIT

A. Profil Rumah Sakit TK.II 03.05.01. Dustira Cimahi


1. Sejarah Rumah Sakit Dustira TK.II 03.05.01. Dustira Cimahi
Rumah Sakit TK.II 03.05.01. Dustira Cimahi terletak di jalan dr.
dustira no. 1, termasuk dalam wilayah kelurahan baros, kecamatan Cimahi
tengah, Jawa Barat. Rumah sakit Dustira merupakan rumah sakit
kebaggaan prajurit di wilayah kodam III/ Siliwangi yang dibangun pada
tahun 1887 di masa penjajahan Hindia-Belanda sebagai rumah sakit
militer (Militare Hospital) dengan luas tanah 14 Hektar untuk keperluan
militer Hindia-Belanda yang bertugas di daerah Cimahi dan sekitarnya.
Hal ini dapat dimaklumi karena di daerah cimahi didirikan fasilitas militer
pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk memperkuat pertahanan
militernya di daerah Bandung sebagai ibu kota Hindia-Belanda pada saat
itu. Pada masa pendudukan jepang (1942-1945), rumah sakit ini
dipergunakan sebagai tempat perawatan tawanan tentara Belanda dan
perawatan Belanda-Jepang. Pada tahun 1945-1947 di kuasai kempali oleh
NICA.
Manajemen Keperawatan, 5M

Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh kerajaan


belanda (1949). Militare hospital (Rumah Sakit Dustira) diserahkan oleh
militer belanda kepada tentara nasional Indonesia (TNI) yang diwakili
oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata, sejak saat itu rumah sakit ini di
ganti namanya Rumah Sakit Territorium III dengan Letkol Dokter Kornel
Singawinata sebagai Kepala Rumah Sakit yang pertama. Tetapi pada
tanggal 19 Mei 1956 pada saat perayaan Hari Ulang Tahun Territorium
III/Siliwangi yang ke-10, panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel
Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama rumah sakit
Dustira. Hal ini dilakukan sebagai wujud penghargaan terhadap jasa-jasa
Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya yang telah menunjukan itikad dan
patriotismenya membantu para pejuang di medan peperangan dan
memberikan pertolongan para korban peperangan terutama untuk wilayah
atau front padalarang.
Pada perkembangan selanjutnya Rumah Sakit Dustira, bukan saja
menerima pasien dari kalangan militer tetapi masyarakat umum. Saat Ini
Rumah Sakit Dustira mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif
dan rehabilitative yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan
promotif dan preventif sehingga menjadi rumah sakit rujukan. Rumah
Sakit Dustira telah terakreditasi KARS versi 2012 pada tahun 2014,
dimana Rumah Sakit Dustira menjadi studi rumah sakit lainnya terutama
bagi rumah sakit dijajaran TNI.
2. Tugas Pokok
a. Memberikan yankes yang prima khususnya kepada satuan–satuan dan
personel TNI AD, PNS, dan keluarganya, umumnya kepada anggota
TNI lainnya serta masyarakat umum dan peserta BPJS;
b. Menjadi RS rujukan dari RS dibawahnya
3. Visi dan Misi
a. Visi

2
Manajemen Keperawatan, 5M

Menjadi Rumah Sakit kebanggan prajurit, PNS, dan keluarganya serta


masyarakat umum di wilayah Kodam III/Siliwangi yang bermutu
dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna;
2) Memberikan dukungan kesehatan yang handal;
3) Menyelenggrakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengemabngan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah
Sakit pendidikan.
4. Motto
TerRPESoNA : Tertib, Ramah, Professional, Empati, Solid, Nyaman, dan
Aman
5. Falsafah
Visi tanpa aksi hanya mimpi
Aksi tanpa visi buang waktu
Visi dengan aksi bangun perubahan
6. Nilai – Nilai
a. Nondiskriminatif;
b. Professional;
c. Solid;
d. Komitmen;
e. Transparan;
f. Akuntable.

B. Profil Ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira Cimahi


Ruang Perawatan Salak (IV) merupakan Ruangan Penyakit dalam anak,
yang merawat anak dengan batasan usia mulai dari usia 1 bulan -14 tahun.
Tugas pokok Ruang Perawatan Salak (IV)/ Perawatan anak adalah
memberikan asuhan keperawatan pada pasien mulai dari pemenuhan
kebutuhan dasar manusia sampai dengan tindakan keperawatan.

3
Manajemen Keperawatan, 5M

Ruang Perawatan Salak (IV)/ Perawatan anak memiliki kapasitas ruangan


sebanyak 40 tempat tidur terdiri dari 4 Ruang Paviliun, 4 Ruang Kelas 1, 16
Ruang Kelas 2, 14 Ruang Kelas 3, dan 2 Ruang Observasi. Agar pelayanan
asuhan keperawatan tekelola dengan baik sesuai dengan Visi dan Misi Rumah
Sakit Tk.II 03.05.01 Dustira maka perlu menyusun Profil Ruang Perawatan
Salak (IV)/ Perawatan anak sesuai dengan Pedoman Instalasi Rawat Inap.

C. Kajian 5 M di Ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira Cimahi


1. MAN
a. Struktur Organisasi Ruangan Anak Salak
Struktur organisasi ruang anak Salak Rawat Inap Anak RS TK. II
03.05.01. Dustira Kota Cimahi di bawah bidang instalasi rawat inap,
yang dipimpinan oleh seorang kepala ruangan, dibantu oleh seorang
tenaga administrasi, dua ketua tim yang akan membawahi perawat
pelaksana. Berikut gambaran struktur organisasi ruang Anak Salak
rawat inap Anak RS TK II Dustira kota Cimahi.

4
Manajemen Keperawatan, 5M

STRUKTUR ORGANISASI RUANG RAWAT INAP SALAK ANAK


RS TK. II 03.05.01. DUSTIRA CIMAHI

Kepala Instalasi Rawat


Inap

Kepala Ruangan

Administrasi

Ketua Tim Ketua Tim

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 5


Manajemen Keperawatan, 5M

STRUKTUR ORGANISASI RUANG RAWAT INAP SALAK ANAK RS TK. II 03.05.01. DUSTIRA CIMAHI

KA INSTALASI RAWAT INAP ;


Letkol CKM (K) Maya Sophiya, S.Sos

KEPALA RUANGAN ;
ZR. Sugiah , S.Kep., Ners

ADMINISTRASI ;
Wenny Nuranti Oktara

KA. TIM A/CI ; KA. TIM B/CI ;


ZR. Daniati S.Kep., Ners ZR. Nita Novitasari S.Kep., Ners

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


ZR. Julaehah S.Kep., Ners ZR. Irma Rahmawati Amd.Kep ZR. Silvia Amd.Kep ZR. Ferika Amd.Kep
ANGGOTA
ZR. Winda Novitasari Amd. Kep
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
ZR. Vina Dwi R Amd.Kep ZR. Lia Amd.Kep ZR. Wanti Amd. Kep

ANGGOTA ANGGOTA
ZR. Riana Amd. Kep ZR.Siti K Amd.Kep

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 6


Manajemen Keperawatan, 5M

Hasil analisis struktur organisasi :


Berdasarkan hasil analisis struktur organisasi yang ada di ruang Anak Salak
Rawat Inap Rumah Sakit TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi struktur organisasi
yang digunakan adalah Struktur Metode Tim Murni sudah sesuai dengan MPKP.
b. Uraian Tugas
1) Uraian tugas kepala ruangan yaitu :
Melaksanakan fungsi perencanaan (PI) meliputi :
a) Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan
b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan
di ruang rawat inap yang bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan kerja keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk diruang rawat inap, Koordinasi dengan
Kepala Instalasi Rawat Inap
Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan (P2) meliputi :
a) Melaksanakan serah terima dan tanggung jawab pasien dari dinas
sebelumnya dan dinas yang selanjutnya
b) Mendelegasikan wewenang kepada wakil kepala ruangan apabila
kepala ruangan berhalangan
c) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan diruang
rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas diruang
rawat inap
d) Menyusun jadwal atau daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga
lain bersama-sama dengan wakil kepala ruangan sesuai kebutuhan
pelayanan dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
e) Melaksanakan orientasi pada tenaga keperawatan baru atau tenaga
lain yang akan kerja di ruang rawat inap

2) Uraian tugas ketua tim keperawatan


a) Mengidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan koordinasi Case
Manager

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 7


Manajemen Keperawatan, 5M

b) Mengkoorodinasikan masalah pelayanan pasien dengan DPJP maupun


bagian/instalasi/unit terkait dengan rencana maupun tindakan medis
keperawatan
c) Memberikan informasi kepada pasien/keluarga mengenai
perkembangan pelayanan kesehatan
d) Ikut serta dalam rapat tim pelayanan pasien
e) Mengkaji setiap pasien dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan
f) Mengkoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan
medis
g) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui pre dan post konfrensi
h) Membuat laporan perkembangan pasien
i) Melakukan koordinasi dengan kepala ruangan, kepala intstalasi rawat
inap, komite keperawatan, komite medis, kepala pelayanan medis
(YanMed), maupun pelayanan masyarakat umum (YanMasUm).
j) Melakasanakan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana
keperawatan/implementasi, membuat evaluasi keperawatan.

3) Uraian Tugas perawat pelaksana ruang 4 (Salak) instalasi rawat inap anak
RS TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi
a) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
b) Memelihara peralatan keperawatan rekam medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
c) Menerima pasien baru sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku
d) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan, sesuai batas kewenangan.
e) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
Melakuakn tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kemampuannya, antara lain :

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 8


Manajemen Keperawatan, 5M

(1) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai SAK (Standar Asuhan


Keperawatan)
(2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga
tentang proses pelayanan keperawatan
f) Melatih atau membantu pasien untuk emalkukan latihan gerak,
pasif/aktif ambulasi dini
g) Melakukan tindakakan darurat kepada pasien antara lain panas tinggi,
kolaps, pendarahan, keracunan, henti nafas dan henti jantung sesuai
SPOyang berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindaan yang telah
dilakukan kepada dokter ruang rawat atau dokter jaga.
h) Melaksanakan tindakan kolaboratif dengan dokter dan tenaga kesehatan
lain
i) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai SOP yang berlaku
j) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil observasi tersebut batas kemampuannya.
k) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus
dan untuk mengingatkan mutu asuhan keperawatan
l) Melaksanaan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir sesuai
jadwal dinas
m) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan atau
instalasi rawat inap
n) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang keperawatan antara
lain mengikuti keterampilan ilmiah, Inservuce Trining dan penataran atas
izin persetujuan kepala Instalasi rawat inap
o) Melaksanankan sistem pencatatan pelaporan asuhan yang tepat dan benar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :
(1) Program Diet. Kolaborasi dengan ahli gizi
(2) Perawatan lanjutan yang diperlukan sesuai kondisi pasien
p) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti
(1) Rollstoel
(2) Tongkat penyangga
q) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan misalnya :

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 9


Manajemen Keperawatan, 5M

(1) Merawat luka


(2) Melatih anggota gerak
r) Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi menyediakan formulir
penyelesaian administrative seperti :
(1) Surat izin pulang
(2) Surat keterangan istirahat sakit
(3) Petunjuk diet
(4) Resep obat untuk dirumah, jika diperlukan
(5) Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
(6) Dan lain-lain
s) Menyiapkan status list pasien setiap awal dinas tentang :
(1) Rencana tindakan pasien selanjutnya
(2) Resep yang diperlukan untuk program terapi pasien
(3) Kelengkapan lembar konsul sesuai rencana tindakan pasien
(4) Pencatatan atau dokumentasi perkembangan kondisi pasien

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 10


Manajemen Keperawatan, 5M

c. Biodata dan komposisi Tenaga Perawat Di Ruang Anak


Tabel 3.1 Biodata dan Komposisi Tenaga Perawat Diruang Anak

Jenjang Status
No Nama JK Pendidikan Jabatan Pelatihan
karir kepegawaian

1. Zr. Sugiah P S.Kep.,Ners Karu PK III PNS - Aseptic dispensing


- Keluarga dan masyarakat sehat bersama
perawat
- Critical telenursing digital era 4.0
- Become nurlll
2. Zr. Julaeha P S.Kep.,Ners Katim 1 PK III PNS - BTCLS
- SWAB
3. Zr. Nita P S.Kep.,Ners Anggota PK III Karyawan Harian - BTCLS
Novitasari Lepas - SWAB

4. Zr. Daniati P S.Kep.,Ners Anggota PK III PNS - Critical telenursing digital era 4.0
- Become nursing enterpreneur in era
industrial 4.0
- Kegawatdaruratan matenal dan neonatal
- Perlindungan hukum bagi kesehatan
- Tatalaksana kegawatdaruratan
- Asuhan keperawatan dalam

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 11


Manajemen Keperawatan, 5M

Jenjang Status
No Nama JK Pendidikan Jabatan Pelatihan
karir kepegawaian

keperawatan komplementer

5. Zr. Winda P D3 Kep Anggota PK II Karyawan Harian - PPGD basic 1


Novitasari Lepas - BTCLS
- Apart
6. Zr. Irma P D3 kep Anggota PK III Karyawan Harian - Critical telenursing digital era 4.0
Rahmawati Lepas - Intrahospital strategi for reducing
morfality with EWS
- Code blue system
- BTCLS In Obsetric Neonatus and Adult
- Emergency Disaster and Trauma Care
- Critical Hospital Roles and
Management
7. Zr. Vina Dwi P D3 Kep Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Lepas Bersama Perawat

8. Zr. Siti K P D3 Kep Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Lepas Bersama Perawat

9. Zr. Riana P D3 Kep Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Lepas Bersama Perawat

10. Zr. Lia P DIII Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Keperawatan Lepas

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 12


Manajemen Keperawatan, 5M

Jenjang Status
No Nama JK Pendidikan Jabatan Pelatihan
karir kepegawaian

Bersama Perawat

11. Zr. Dwina P S.Kep., Ners Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Lepas Bersama Perawat

12. Zr. Ferika P DIII Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Keperawatan Lepas Bersama Perawat

13. Zr. Wanti P DIII Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Keperawatan Lepas Bersama Perawat

14. Zr. Silvia P DIII Anggota PK II Karyawan Harian - Keluarga dan Masyarakat Sehat
Keperawatan Lepas Bersama Perawat

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 13


Manajemen Keperawatan, 5M

1) Jenis Kelamin

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumalh Perawat Menurut


Jenis Kelamin Di Ruang Anak Salak RS TK. II 03.05.01.
Dustira Cimahi Tahun 2021

No. Jenis Kelamin Jumlah perawat Persentase


1. Laki-laki 0 orang 0%
2. Perempuan 14 orang 100 %
Jumlah 14 orang 100 %

Dari hasil analisi yang didapat untuk perhitungan jumah tenaga


perawat menurut jenis kelamin di ruang anak Salak RS TK. II 03.05.01.
DUSTIRA CIMAHI yaitu semua perawat dengan jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 14 orang (100%), tidak tedapat jenis
kelamin laki-laki 0 orang (0%).

2) Jenjang pendidikan terakhir


Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Perawat Menurut
Jenjang Pendidikan Di Ruang Anak Salak RS TK. II
03.05.01. Dustira Cimahi Tahun 2021

No. Jenjang Jumlah Perawat Persentase


Pendidikan
1. S1 Profesi Ners 5 orang 35,7%
2. D3 9 orang 64,3 %
Jumlah 14 orang 100 %

Dari hasil analisis yang didapat untuk perhitungan jumlah tenaga


perawat menurut jenis kelamin di ruang anak Salak RS TK. II 03.05.01.
Dustira Cimahi tahun 2021 sebagian besar jenjang pendidikan perawat
adalah Diploma 3 yaitu sebanyak 9 orang (64,3 %), untuk S1 Profesi
Ners sebanyak 5 orang (35,7%).

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 14


Manajemen Keperawatan, 5M

3) Status Kepegawaian
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Jumlah perawat berdasarkan status
kepegawaian di Ruang Anak Salak RS TK. II 03.05.01.
Dustira kota Cimahi Tahun 2021

No. Status Jumlah Perawat Persentase


Kepegawaian
1. PNS 3 orang 21,4 %
2. KHL 11 orang 78,6 %
Jumlah 14 orang 100 %

Dari hasil analisis perhitungan yang di dapat status kepegawaian


yang di dapat di Ruang anak Salak RS TK. II 03.05.01. Dustira kota
Cimahi tahun 2021 yaitu sebagian besar adalah pegawai KHL yaitu
sebanyak 9 orang (64,2 %) dan pegawai PNS sebanyak 5 orang
(35,7%).

4) Jabatan
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi jumlah perawat berdasarkan jabatan di
Ruang Anak Salak RS TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi Tahun
2021

No. Jabatan Jumlah Perawat Persentase


1 Kepala Ruangan 1 orang 7,1 %
2 Ketua Tim 2 orang 14,2 %
3 Anggota 11 orang 78,5 %
Jumlah 14 orang 100 %

Dari hasil analisis data perhitungan didapatkan perawat di ruangan


anak Salak RS TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi tahun 2021 sebagian
besar merupakan anggota atau sebagai perawat pelaksana yaitu 11 orang
(78,5 %), dengan katim sebanyak 2 orang (14,2 %) dan seorang Kepala
Ruangan (7,1 %).

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 15


Manajemen Keperawatan, 5M

5) Pelatihan

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi jumlah perawat yang mengikuti


pelatihan Swab dalam satu tahun terakhir di Ruang Salak RS TK. II
03.05.01. Dustira kota Cimahi Tahun 2021.

No. Pelatihan Jumlah Presentase


1. Mengikuti 14 orang 100 %
2. Tidak mengikuti 0 orang 0%
Jumlah 14 orang 100 %

Dari hasil analisis data perhitungan didapatkan perawat yang


mengikuti pelatihan Swab dalam satu tahun terakhir di ruangan anak Salak
RS TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi tahun 2021 semua perawat
mengikuti pelatihan dalam satu tahun terakhir yaitu 14 orang (100 %)

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 16


Manajemen Keperawatan, 5M

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 17


Manajemen Keperawatan, 5M

d. Beban Kerja Perawat


Tabel 3.8 Beban Kerja Perawat

DINAS
Har
PAGI SIANG MALAM KE
i Peraw Peraw Peraw
BK( BK( A BK( T
Ke at JK AD ID at JK AD ID at JK ID
%) %) D %)
P1 420 265 90 84,52 P4 420 236 120 84,76 P7 600 30 210 85
0
P2 420 258 110 87,62 P5 420 228 90 75,71 P8 600 28 210 81,67
1
0
P3 420 230 108 80,75 P6 420 210 98 73,33 P9 600 28 180 77,83
7
126 102,6 252,8 126 224,6 180 28
Total 251 Total 308 233,8 Total 200 244,5
0 7 9 0 7 0 9
P1 420 255 92 82,92 P4 420 230 114 81,91 P7 600 29 205 89,17
0
P2 420 237 101 80,48 P5 420 225 110 79,76 P8 600 28 190 89,83
2
0
P3 420 247 85 79,05 P6 420 216 93 73,57 P9 600 30 210 95
0
126 246,3 242,4 126 223,6 105,6 253,2 180 29 201,6
Total 92,67 Total Total 274
0 3 5 0 7 7 4 0 0 7
3 P1 420 251 120 88,33 P11 420 255 117 88,57 P14 600 27 200 78,33
0
P2 420 243 112 84,52 P12 420 245 123 87,61 P15 600 26 195 77,33

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 18


Manajemen Keperawatan, 5M

9
P3 420 259 96 84,52 P13 420 240 127 87,38 P16 600 25 195 74,17
0
126 109,3 257,3 126 246,6 122,3 263,5 180 26 196,6 229,8
Total 251 Total Total
0 3 7 0 7 3 6 0 3 7 3

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 19


Manajemen Keperawatan, 5M

Tabel 3.9 Perhitungan beban kerja Perawat

TOTAL Pagi JK AD ID BK Siang JK AD ID BK(%) Malam JK AD ID BK(%)


3 hari (%)
3780 748,33 304,33 752,71 3780 659,01 536 750,6 5400 842 598,34 748,33

1. Pagi

Beban Kerja :

2. Siang

Beban Kerja :

: = 83,4 %

3. Malam

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 20


Manajemen Keperawatan, 5M

Beban Kerja :

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 21


Manajemen Keperawatan, 5M

Kriteria Menurut Gillies (2006) :

>77% : Beban Kerja tinggi

<77 % : Beban Kerja Rendah

Hasil Analisis :

Dari hasil observasi yang dilakukan di Ruang Anak Salak di Rumah


Sakit TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi kepada 15 perawat dipilih secara
random atau acak dan dianalisis hasilnya didapatkan :
Beban kerja perawat di Ruang Anak Salak di Rumah Sakit TK. II
03.05.01. Dustira kota Cimahi pada Shift pagi terdiri dari 83,63 % artinya
beban kerja perawat shift pagi di ruangan anak RS TK. II 03.05.01. Dustira
Kota Cimahi Tinggi, sedangkan pada shift sore 83,4% artinya beban kerja
perawat pada shift sore tinggi dan pada shift malam 83,15 % artinya beban
kerja pada shift malam di ruang anak Salak tinggi.
e. Menghitung jumlah Perawat
Berikut perhitungan jumlah ketenagaan (perawat) menurut metode Douglas
dan Gillies.
1) Metode Douglas
Tabel 3.10 Penentuan tingkat ketergantungan dengan mengobservasi
jumlah dan kondisi pasien di ruangan pada tanggal 4-10
Februari 2021.

Shift Dinas
Klasifikasi
Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,07

Partial 0,27 0,15 0,10

Total 0,36 0,30 0,20

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 22


Manajemen Keperawatan, 5M

Tanngal Total Parsial care Minimal Total


care care pasien

Kamis, 04 Februari 2021 1 3 3 7


Jum’at, 05 Februari 2021 0 3 3 6
Senin, 08 Februari 2021 2 5 1 8
Selasa, 09 Februari 2021 2 8 0 10
Rabu, 10 Februari 2021 1 6 2 9
Jumlah 1,2 5 1,8 40

Dinas pagi
Minimal care = 1,8 x 0,17 = 0,3
Partial care = 5 x 0,27 = 1,35
Total care = 1,2 x 0,36 = 0,43
Jumlah = 2,08

Dinas siang
Minimal care = 1,8 x 0,14 = 0,25
Partial care = 5 x 0,15 = 0,75
Total care = 1,2 x 0,30 = 0,36
Jumlah = 1,36

Dinas Malam
Minimal care = 1,8 x 0,10 = 0,18
Partial care = 5 x 0,07 = 0,35
Total care = 1,2 x 0,20 = 0,24
Jumlah = 0,77

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 23


Manajemen Keperawatan, 5M

Kebutuhan perawat :
Total = pagi + sore + malam
= 2,08 + 1,36 + 0,77
= 4,21

Jumlah tenaga lepas dinas/hari = 78 (jumlah hari libur) x total


Jumlah kerja efektif setahun
= 78 x 4,21
287
= 1,14

Faktor koreksi = 25% x (tenaga perawat + loose day)


= 25% x (4,21 + 1,14)
= 25% x 5,35
= 1,33
TP = jumlah tenaga perawat tersedia + loose day + faktor koreksi
= 4,21 + 1,14 + 1,33
= 6,68 = 7 orang

Hasil Analisis :
Analisis berdasarkan perhitungan dengan metode douglas sesuai dengan
tingkat ketergantungan pasien, maka total tenaga perawat yang dibutuhkan
diruang anak per lima hari adalah 7 orang perawat.

2) Metode Gillies
Tabel 3.11 Menghitung jumlah tenaga perawat berdasarkan rumus
karya Gillies.

TP = A x B x 365
(365 – C) x jam kerja/hari

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 24


Manajemen Keperawatan, 5M

Keterangan :
A = jam efektif/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B = sensus harian (jumlah pasien) = BOR x TT
C = jumlah hari libur dalam 1 tahun = 78

BOR = jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100%


Jumlah TT x jumlah dalam waktu
= 40 x 100%
40 x 5
= 20%

Menentukan A

Total
Tingkat Jumlah Jam Perawatan
No. Jam
Ketergantungan Pasien per Pasien
Perawat

1 Minimal care 9 1 9

2. Partial care 25 3 75

3. Total care 6 5 30

Total 114

Jam efektif/24 jam = Total


Jumlah pasien
= 114
40
= 2,85 + 1 + 0,25 (penkes) = 4 jam

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 25


Manajemen Keperawatan, 5M

Menentukan B
Sensus harian (jumlah pasien) = BOR x TT
= 20% x 40
=8
Menentukan Tenaga Perawat Menurut Gillies
TP A x B x 365
(365 – 78) x 7
= 4 x 8 x 365
287 x 7
= 11680
2009
= 5,81

Loose day = Cuti x tenaga perawat


(365-C)
= 78 x 5,81
287
= 1,57

Faktor koreksi = 25% x (tenaga perawat + loose day)


= 25% x (5,81 + 1,57)
= 25% x 7,58
= 1,89

TP = jumlah tenaga perawat tersedia + loose day + faktor koreksi


= 5,81 + 1,57 + 1,89
= 9,27 = 10 orang

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 26


Manajemen Keperawatan, 5M

Hasil Anlisis :
Berdasarkan hasil perhutngan rumus gillies di atas, maka
didapatkan tenga perawat yang dibutuhkan di ruang anak atau Salak
RS TK. II 03.05.01. Dustira kota Cimahi adalah 10 orang.

f. Gaya Kepemimpinan
Tabel 3.12 Persepsi Gaya Kepemimpinan Di Ruang Anak Salak Rawat Inap
RS TK. II 03.05.01. Dustira Kota Cimahi

GAYA JUMLAH PERSENTASI


KEPEMIMPINAN
Otoriter 0 0%
Demokrasi 14 100 %
Liberal 0 0%
Total 14 100 %

Hasil analisis :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan dari 14 responden, bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan demokrasi.

g. Gaya Komunikasi
Teori kesesuaian struktur dan pertimbangan komunikasi mengacu pada
model OHIO STATE.

Tabel 3.13 model Ohio State


Pertimbangan Tinggi (PT)

PT – SR PT – ST
Partisipasi Selling
PR – SR PR – ST
Delegasi Telling

Struktur Tugas Rendah (SR)

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 27


Manajemen Keperawatan, 5M

Menurut Teori model OHIO STATE jika gaya komunikasi


berdasarkan struktur (TASK) rendah dan berdasarkan pertimbangan
(RELATIONSHIP) Tinggi, maka gaya komunikasi yang digunakan di ruang
anak RS TK II Dustira adalah Partisipasi.
Tabel 3.14 Berdasarkan Struktur (TASK) Di Ruang Anak Salak Rawat
Inap RS TK. II 03.05.01. Dustira Kota Cimahi

KOMUNIKASI JUMLAH PERSENTASI


Tinggi 8 57,1%
Rendah 6 42,8%
Total 14 100%

Tabel 3.15 Berdasarkan Struktur (RELATIONSHIP) Di Ruang Anak


Salak Rawat Inap RS TK. II 03.05.01. Dustira Kota Cimahi

KOMUNIKASI JUMLAH PERSENTASI


Tinggi 10 71,4%
Rendah 4 28,5%
Total 14 100%

Hasil analisis :
(1) Gaya komunikasi TASK berdasarkan hasil perhitungan kuesioner
yang diberikan kepada 7 perawat yang dipilih secara acak, didapatkan
hasil struktur tugas yang tinggi dengan persentase sebesar 57,1%
dengan demikian termasuk dalam gaya komunikasi (TASK) baik.
(2) Gaya komunikasi RELATIONSHIP berdasarkan hasil perhitungan
kuesioner yang diberikan kepada 7 perawat yang dipilih secara acak,
didapatkan hasil pertimbangan yang tinggi dengan persentase sebesar
71,4%. Dengan demikian termasuk kedalam gaya komunikasi
(RELATIONSHIP) pertimbangan baik.

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 28


Manajemen Keperawatan, 5M

(3) Jenis komunikasi dibagi menjadi 4 yaitu: Telling, Selling, Partisipasi,


dan Delegasi. Pada hasil analisa didapatkan bahwa jenis komunikasi
yang dominan digunakan diruangan anak Rumah Sakit TK. II
03.05.01. Dustira Cimahi adalah jenis komunikasi partisipasi. Disertai
dengan penuturan dari perawat di ruangan, bahwa ruang rawat inap
anak lebih menggunakan gaya komunikasi partisipan.

h. Kepuasan Perawat
Tabel 3.16 Berdasarkan Struktur (RELATION) Di Ruang Anak Salak
Rawat Inap RS TK. II 03.05.01. Dustira Kota Cimahi

KOMUNIKASI Jumlah Persentase


Cukup Puas 6 42,8 %
Puas 8 57,1 %
Total 100%

Hasil analisis:
Kepuasan kerja adalah sikap emosi yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya yang berhubuan dengan pekerjaan dan kondisinya.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 14 perawat yang dipilih
secara acak, maka dari tabel di atas diketahui bahwa harapan dari 8 perawat
Puas dan 6 orang perawat cukup puas.
Hasil dari data di atas dapat disimpulkan bahwa harapan kepuasan perawat
adalah Puas.
2. METHODE
Metode yang digunakan pada ruang Salak adalah metode tim. Dimana
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif (Douglas, 1994 dalam Hidayah, 2014). Berdasarkan hasil

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 29


Manajemen Keperawatan, 5M

pengkajian selama 3 hari 4 – 6 Februari 2021 terhadap 6 responden (perawat)


di ruang Salak di dapatkan data :
a. Pengetahuan Perawat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Mustofa, 2008).
Pengetahuan menurut Budiman & Riyanto (2013) membuat
kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang
didasarkan pada nilai persentase yaitu : tingkat pengetahuan kategori Baik
jika nilainya > 75%, tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya
56-75% dan tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 56%.
Berdasarkan hasil analisa kuesioner kepada 4 orang perawat yang
dilaksanakan pada tanggal 4 – 6 Februari 2021 di ruang Salak Rumah
Sakit Rumah Sakit TK II Dustira Cimahi di dapatkan data sebagai berikut:
Tabel rata – rata hasil pengetahuan pada perawat di ruang Salak
Rumah Sakit TK II Dustira Cimahi 2021 di dapatkan hasil sebagai
berikut:
1) Ronde keperawatan
Tidak dilakukan dikarenakan pandemi Covid-19 dimana pasien yang
dirawat sedikit sehingga jumlah resiko pasien yang bermasalah
hampir tidak ada, serta keterbatasan perawat dalam melaksanakan
ronde dikarenakan adanya pembagian tugas antara perawat ruangan
noncovid dan covid.
2) Supervisi
Tidak dilakukan secara khusus, akan tetapi sebagai kepala ruangan
beliau merasa bertanggung jawab atas semua tindakan yang
dilakukan baik oleh anggota maupun mahasiswa dengan selalu
membimbing dan mengingatkan pada saat timbang terima
3) Metode tim

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 30


Manajemen Keperawatan, 5M

Pada saat sebelum Covid-19 metode tim dilakukan dengan


pembagian menjadi 2 tim akan tetapi semenjak Covid-19 metode tim
kurang efektif dikarenakan keterbatasan perawat dan minimnya
pasien.
4) Discharge planning
Dilakukan sesuai kebutuhan pasien

a. Observasi Proses Asuhan Keperawatan dan Kepatuhan SOP


Tabel Rata-Rata Hasil Observasi Pada 5 Perawat Di Ruang Salak Anak Tahun
2021
Tidak Sesuai
NO Observasi Sesuai SOP (%)
SOP (%)
1 Timbang Terima 78,5%
2 Dokumentasi Asuhan
Keperawatan:
a. Pengkajian 100%
b. Diagnosa 100%
c. Intervensi 100%
d. Implementasi 100%
e. Evaluasi 100%

Berdasarkan tabel diatas hasil observasi terhadap tindakan keperawatan


selama hari, didapatkan data sebagai berikut:
1) Timbang terima
Berdasarkan hasil analisa tabel dapat diketahui bahwa rata-rata
sebanyak 78,5% perawat di ruang Salak Anak telah melakukan
sesuai dengan SOP
2) Dokumentasi Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Berdasarkan hasil analisa tabel, dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada
pengkajian pasien di ruang Salak Anak didapatkan rata-rata

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 31


Manajemen Keperawatan, 5M

100% perawat melakukan pengkajian yang sudah sesuai dengan


prosedur.
b. Diagnosa
Berdasarkan hasil analisa tabel , dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada
perumusan diagnosa pasien di ruang Salak Anak didapatkan rata-
rata 100% perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan prosedur.
c. Intervensi
Berdasarkan hasil analisa tabel , dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada
penulisan intervensi pasien di ruang Salak Anak didapatkan rata-
rata 100% perawat telah menulis intervensi keperawatan sesuai
dengan prosedur.
d. Implementasi
Berdasarkan hasil analisa tabel , dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada
implementasi pasien di ruang Salak Anak didapatkan rata-rata
100% perawat melakukan implementasi sesuai dengan prosedur.
e. Evaluasi
Berdasarkan hasil analisa tabel , dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada
evaluasi pasien di ruang Salak Anak didapatkan rata-rata 100%
perawat melakukan pendokumentasian evaluasi sesuai dengan
prosedur.
3) Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Terbanyak Di Ruang Salak
Anak
Tabel Rata-Rata Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang
Salak Anak RS TK II Dustira 2021

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 32


Manajemen Keperawatan, 5M

Sesuai SOP Tidak Sesuai


NO Tindakan Keperawatan
(%) SOP(%)
1 6 langkah cuci tangan 100% 0%
2 Pemasangan infus 90% 10%
3 Pengambilan darah 95% 5%
4 Pemberian terapi inhalasi 90% 10%
nebulizer
5 Pemberian obat intra vena 100% 0%
8 Pemberian terapi oksigen 100% 0%
(nasal kanul, masker)

4) Hasil Observasi Universal Precaution di Ruang Salak Anak


Sesuai SOP Tidak Sesuai
NO Tindakan Keperawatan
(%) SOP (%)
1 Cuci Tangan 100% 0%
2 Pemakaian APD 75% 25%

MATERIAL

A. Sarana Prasarana Penunjang Perawat

SARANA DI RUANGAN
NO KETERANGAN
PRASARANA ADA TIDAK
1 Ruang Kepala 1 Terlektak di samping ruang perawat.
Ruangan Di ruangan terdapat 1 meja, 2 kursi, 1
sofa, 2 lemari besar, 1 lemari kecil, 1, 1
kipas angina
2 Ruang Perawat 1 Di dalam ruangan perawat terdapat 4
loker, 1 buah cermin, 2 buah karpet
layak digunakan, 1 kipas angin

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 33


Manajemen Keperawatan, 5M

SARANA DI RUANGAN
NO KETERANGAN
PRASARANA ADA TIDAK
3 Nurse Station 1 Nurse station terletak di tengah lorong
antara. Terdapat 6 kursi di nurse
station, 1 set sofa beserta meja, 1 buah
meja administrasi, 2 kursi administrasi,
2 meja kerja di depan kamar pasien, 1
lemari kayu, 1 lemari pelastik, 4 meja
kerja.
4 Ruang CI 1 Terletak di sebelah ruangan observasi.
Di ruang CI terdapat 2 sofa, 1 meja, 1
lemari buku, 1 loker
5 Ruang Konsultasi 1 Terletak di sebelah ruang CI. Di ruang
konsultasi terdapat 2 sofa dan 1 meja
6 Kamar Mandi 1 Kamar mandi hanya ada 1 keadaan
kamar mandi bersih dan wangi, kamar
mandi layak digunakan
7 Washtafel dan 3 Ada 3 di ruang ners station 1, di ruang
cermin tindakan 1 (tidak berfungsi), di deket
wc 1
8 Kasur Tidak terdapat kasur
9 Komputer 1 Terletak di Ruang nurse station
10. Printer 1 Terletak di ruang nurse station
10 Telepon 2 Terletak di ruang nurse station
11 Whit Board 1 Terletak di ruang kepala ruangan
12 Televisi 1 Terletak di ruang perawat
13 Air purifier 1 Terletak di ruang nurse station
14 Kipas Angin 3 Terdapat di ners stitation 2 buah, dan 1
buah di ruang kepala ruangan
15 Dapur 1 Terletak di dekat ruang serbaguna, di
dapur ada wastafle
16 AC 1 Terdapat di ruang Tindakan
17 Dispenser 2 Terdapat dispenser di dapur dan layak
digunakan
18 Jam Dinding 1 Terdapat 1 buah jam dinding di ruang
nurse station dan layak digunakan
19 Ruang Serba Guna 1 Terletak di sebelah dapur, di ruang
serbaguna ada 3 lemari alat tenun, 1

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 34


Manajemen Keperawatan, 5M

SARANA DI RUANGAN
NO KETERANGAN
PRASARANA ADA TIDAK
kulkas, 1 tempat steril alat
20 Gudang 1 Terletak di sebelah ruang konsultasi.
Di Gudang terdapat kursi roda, tiang
infus, gayung, pispot, bak instrument,
bengkok,
21 Struktur 1 Terdapat 1 buah struktur organisasi
Organisasi yang terpampang di nurse station
22 Sepeda 1 Terdapat 1 buah sepeda di depan ruang
nurse station
23 Mushola 1 Terletak di sampiFng ruangan perawat
24 Apar 3 Terdapat di dekat nurse station 1 buah,
1 buah di pintu barat dan 1 buah di
pintu timur
25 Hands rub 4 Terdapat dibeberapa bagian tempat
tidur pasien, diluar ruangan kamar
pasien/ sepanjang jalan ruangan salak
dan di nurse station
26 Kulkas 1 Terletak di dapur
27 Spigmomanometer 1 Terletak di nursestation
28 Stetoscope 2 Terletak di nursestation
29 Timbangan 3 Terdapat 1 timbangan bayi dan 2
timbangan anak/dewasa
30 Kursi panjang 1 Terdapat di nursestation
31 Monitor EKG 2 Terdapat di ruang observasi
32 Troly 2 Terletak di nursestation
33 Troly emergency 2 Terletak di ruang observasi dan di
ruang tindakan
34 Troly instrument 1 Terletak di ruang tindakan
35 Kulkas obat 1 Terletak di ruang tindakan
36 Troly obat 1 Terletak di ruang tindakan
37 Tempat sampah 5 Terletak di ruang tindakan,
(medis dan non nursestation, dan dekat wc
medis)
38 AC 1 Terdapat di ruang tindakan

B. Sarana Prasarana Pasien

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 35


Manajemen Keperawatan, 5M

JUMLAH
SARANA TIDAK
NO YANG LAYAK KETERANGAN
PRASARANA LAYAK
ADA
1. Kamar Pasien 11 11 Terdapat 1 kamar observasi,
3 kamar kelas 1, 2 kamar
kelas 2, 5 kamar kelas 3 dan
layak di pakai
2. Tempat Tidur 41 41 Jumlah keseluruhan bed di
ruang salak terdaqat 41 bad,
tetapi terdapat 1 bad yang di
pakai di ruang tindakan
3. Nomor kamar 11 11 Terdapat di setiap depan
ruang pasien
4. Gelang 10 10 Gelang identitas pasien
Identitas selalu terpasang dan sesual
Pasien dengan data yang terdapat
pada buku status pasien,
biru untuk pasien laki-laki
dan pink untuk pasien
perempuan

5. Alat Panggil 3 Tidak tersedia alat


Perawat (bel) pemanggil perawat (bel)
diruang kperawatan kelas
1,2,3 tetapi tersedia di
ruang paviliun saja
6. Kursi Tunggu 22 22 Setiap bed kelas 3 memiliki
Pasien kursi tunggu sebanyak 1
buah
7. Meja Pasien 29 29 Setiap bed memiliki meja
pasien sebanyak 1 buah
8. Meja TV 7 7 Setiap bed kelas 1 dan 2
terdapat 1 meja TV
9. TV 7 7 Setiap bed kelas 1 dan 2
terdapat 1 meja TV
10. Sofa 7 7 Terdapat 1 sofa di setiap
bed kamar kelas 1 dan 2
11. Kamar Mandi 11 11 Terdapai 11 kamar mandi,
terdapat 1 buah kamar
mandi di setiap ruang kelas
1, 1 buah kamar mandi di
ruang kelas 2,3, dan 1 buah

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 36


Manajemen Keperawatan, 5M

SARANA JUMLAH TIDAK


NO LAYAK KETERANGAN
PRASARANA YANG LAYAK
kamar mandi di ruang
observasi. Keadaan air di
kamar mandi bersih terdapat
kloset duduk dan jongkok
ember, gayung, dan air
mengalir, kamar mandi
layak di gunakan
12. Bantal 40 40 Terdapat 1 buah bantal di
setiap masing masing kamar
rawat inap baik pavilion,
kelas 1,2,3
13. Tempat 20 20 Terdapat tempat sampah
Sampah non medis di masing masing
kamar rawat inap, 1 di
kamar kelas 1, 1 tempat
sampah di ruang observasi,
2 tempat sampah dikamar
kelas 1 dan 2
14. Standar Infuse 40 40 Terdapat di masing-masing
ruangan, ruang pavilion,
kelas 1,2,3
15. Jam Dinding 1 1 Terdapat di ruangan Ners
Station
16. Ruang 1 1 Terdapat ruang tindakat
Tindakan yang berada di dekat ruang
rawat inap kelas 2 dan layak
digunakan
17. Jemuran 1 1 Terdapat di ruang paviliun
18. Pispot 4 4 Terdapat di gudang alat
20. Nakas 40 40 Terdapat 40 nakas di setiap
bed pasien dan layak
digunakan
21. Kipas Angin 10 10 Terdapat 2 kipas angin
disetiap kamar kelas 3

22. AC 6 6 Terdapat 1 AC di setiap


ruang kelas 1, 1 AC di
ruang observasi, dan 1 AC
di ruang kelas 2
23. Dispenser 8 8 Terdapat 4 dispenser di
ruang pavilion 1 di ruang

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 37


Manajemen Keperawatan, 5M

SARANA JUMLAH TIDAK


NO LAYAK KETERANGAN
PRASARANA YANG LAYAK
kelas 1, dan 1 dinruang
kelas 2 dan 3
24. Kotak Saran 1 1 Terdapan 1 buat kotak
Pasien sarang duntuk pasien di
dekat ruang nurse station
25. Tempat leaflet 1 1 Terdapan 1 buat kotak
leaflet untuk pasien di dekat
ruang nurse station

MONEY

1. Sumber Dana
Sumber dana operasional yang ada di ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01.
Dustira selain dari rumah sakit, sumber dana yang ada berasal dari dr. Koas.
Selain itu sumber dana berasal dari kerjasama dengan pihak institusi
pendidikan. Sumber dana yang berasal dari dr. Koas di masukkan kedalam kas
ruangan.

Tabel Daftar Kerja Sama RS TK.II 03.05.01. DUSTIRA Cimahi dengan


Instalasi Pendidikan dan Rumah Sakit

Instansi Pendidikan Rumah Sakit


1) Akper Dustira Seluruh Rumah Sakit di
2) Stikes A Yani Cimahi Bandung dan Cimahi, seperti
3) Universitas Jenderal :
Achmad Yani Cimahi C. RS MAL
D. RS Cibabat
E. RS Hasan Sadikin
F. Klinik, dsb

2. Jaminan Kesehatan Karyawan

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 38


Manajemen Keperawatan, 5M

Di ruang Salak (Anak), ada jaminan kesehatan untuk karyawan. Jaminan


kesehatan berupa BPJS mandiri yang bersumber dari RS TK.II 03.05.01.
Dustira.
3. Gaji Karyawan
Sistem gaji pegawai di ruang Salak (Anak) di RS TK.II 03.05.01. Dustira,
untuk gaji pegawai golongan PNS berasal dari pemerintah daerah, sedangkan
sumber dana gaji pegawai non PNS berasal dari rumah sakit yang disesuaikan
dengan pangkat atau golongan, jabatan, pendidikan dan masa kerja.
4. Tunjangan Hari Raya
Tunjangan hari raya di ruang Salak (Anak), ada. Tunjangan hari raya
diberikan pada pegawai ruangan baik pegawai golongan PNS dan non PNS di
hari raya Idul Fitri.
5. Dana Insetif
Dana insetif yang ada di ruang Salak (Anak) berasal dari dana BPJS.
6. Jenis Pembayaran Pasien
Jenis pembayaran pasien di ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira
terbagi menjadi 2 yaitu, pembayran umum, BPJS dan asuransi. Untuk sistem
pembayaran diselesaikan pada saat pasien akan meninggalkan rumah sakit.
Pembayaran umum yang tidak dapat memenuhi kewajiban tepat waktu, maka
akan dilakukan musyawarah untuk memperoleh kesepakatan pembayaran.
Sedangkan untuk sistem pembayran BPJS, pembayaran dilakukan dengan
melengkapi persyaratan BPJS. Sedangkan jenis pembayaran asuransi, bagi
pegawai perusahaan maka pembayaran berasal dari pihak perusaan tersebut.
7. Tarif Ruangan
Untuk tarif ruangan Salak (Anak) sudah disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku dari rumah sakit.
8. Sumber Reward
Ada. Reward akan diberikan kepada perawat teladan, sumber riward yang ada
di ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira berasal dari rumah sakit. Di
ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira terdapat penghargaan yang

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 39


Manajemen Keperawatan, 5M

diberikan untuk pegawai berprestasi atau teladan dan dana bersumber dari
rumah sakit. Reward yang diberikan dalam bentuk uang.

DANA PENGEMBANGAN SDM

1. Dikjut
Untuk pendidikan lanjut diruang Salak (Anak), perawat hanya diberikan izin
dan menggunakan biaya sendiri.
2. Penelitian
Dana penelitian bagi pegawai ruang Salak (Anak) RS TK.II 03.05.01. Dustira
bersumber pada pegawai itu sendiri yang akan melakukan penelitian.
3. Pendanaan Penyediaan Barang
a. Pendanaan dari rumah sakit untuk ruangan dalam bentuk alat didapatkan
dari rumah sakit.
b. Sumber dana peralatan kesehatan di ruangan sebagai penunjang diperoleh
dari dana rumah sakit yang sudah dianggarkan. Namun dari pihak ruangan
sebelumnya harus melakukan pengajuan terlebih dahulu kepada pihak
rumah sakit untuk melaporkan mengenai barang yang sudah tidak layak
pakai. Pengajuan kebutuhan alat ruangan dilakukan oleh kepala ruangan
dan diserahkan kepada kepala instalansi rawat inap setelah itu diproses
oleh bagian penunjang medis bagi fasilitas medis atau penunjang umum
bagi fasilitas non medis lalu meminta persetujuan dari pihak rumah sakit.
Prosedur Pengajuan Penyediaan Barang
Kepala ruangan administrasi ruangan membuat nota untuk pengajuan
barang diruangan rawat inap kasir utama kebagian ruangan yang
ditujukan.
4. Pengeluaran
Adanya pengeluaran untuk keperluan ruangan, seperti untuk karyawan yang
sakit dan akan menikah didaptkan dari uang kas ruangan.

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 40


Manajemen Keperawatan, 5M

MARKETING

1. Visi dan Misi


Berdasarkan hasil observasi di ruang salak tidak terdapat visi dan misi
ruangan yang terpajang di ruang salak. Menurut keterangan dari perawat
mengatakan bahwa ruangan tidak memiliki visi misi tersendiri namun
mengacu pada visi misi rumah sakit secara keseluruhan, adapun visi dan
misi Rumah Sakit Dustira ialah:
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit kebanggaan prajurit, PNS, dan keluarganya
serta masyarakat umum wilayah kodam III/SLW yang bermutu
dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna
2) Memberikan dukungan kesehatan yang handal
3) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah
Sakit Pendidikan

c. Motto
Terpesona, Tertib, Ramah, Profesional, Empati, Solid, Nyaman dan
Aman

2. Indikator Mutu Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Tahun 2021


Tabel 3.30 Indikator Mutu Ruang Salak Rumah Sakit Dustira
Tahun 2021
a) BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 41


Manajemen Keperawatan, 5M

tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR


yang ideal adalah antara 60-85% per tahun (Depkes RI, 2005).
Adapun untuk perhitungan BOR adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data BOR yang diperoleh dari bagian Instalasi Rawat


Inap dari tanggal 4 – 10 Februari 2021 didapatkan hasil sebagai
berikut :
BOR = jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100%
Jumlah TT x jumlah dalam waktu
= 40 x 100%
40 x 5
= 20%
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai BOR dalam kurun
waktu 5 hari didapatkan hasil 20%.

b) AVLOS (Average Length of Stay)


AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).
Adapun untuk perhitungan AVLOS adalah sebagai berikut:

=5
2
= 2,5

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 42


Manajemen Keperawatan, 5M

Hasil rekapitulasi AVLOS Ruangan Salak RS Dustira dari tanggal 4


– 10 Februari 2021 diperoleh sebesar 2,5 hari
c) TOI (Turn Over Interval)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur, idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari (Depkes RI, 2005).
Adapun untuk perhitungan TOI adalah sebagai berikut:

= ( 40 x 5 ) - 3 = 7 Hari
26

Hasil rekapitulasi TOI Ruangan yang diperoleh dari bagian Instalasi


Rawat Inap didapatkan hasil sebagai berikut : adalah 7 hari yang
menunjukkan bahwa nilai TOI di Ruangan sudah ideal atau sudah
sesuai standar parameter (Depkes RI, 2005).
d) BTO (Bed Turn Over)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
(Depkes RI, 2005).
Adapun untuk perhitungan BTO adalah sebagai berikut :

=2
40
= 0,05 kali

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 43


Manajemen Keperawatan, 5M

Hasil rekapitulasi BTO di Ruangan Salak RS Dustira tanggal 4-10


Februari 2021 yaitu sebesar 0,05 kali.
e) NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat tiap - tiap 1000
penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di
rumah sakit. Idealnya angka Net Death Rate (NDR) adalah <25%
(Depkes, 2005).
Adapun untuk perhitungan NDR adalah sebagai berikut :

= 0 x 1000%
2
=0
Hasil rekapitulasi NDR Ruangan Salak di RS Dustira dalam kurun waktu
5 hari yaitu sebesar 0%

3. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (Kotler, 2009). Pengukuran
kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan
pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Dari hasil
pengkajian yang dilakukan terhadap pasien di Ruang Bougenville
dengan menggunakan kuesioner kepuasan pasien menurut Nursalam
(2009) didapatkan :
Tabel 3.33 Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Salak

Tingkat Kepuasan Frekuensi (F) Percent (%)


Pasien
Puas 4 20 %
Sangat Puas 16 80%
Jumlah 20 100%
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 44
Manajemen Keperawatan, 5M

Hasil Analisa:
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien
dapat dikategorikan “sangat puas” (80%) sedangkan data Puas (20%).
4. Program Unggulan Ruangan
Berdasarkan analisa yang dilakukan pada kepala ruangan di ruang
salak, ruangan ini belum memiliki program unggulan yang spesifik,
namun sudah diterapkan program FCC (Family central care) yaitu
keluarga dilibatkan langsung dalam kegiatan asuhan keperawatan.

5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dilakukan dari instansi rawat jalan, website,
instansi gawat darurat, leaflet, promosi kesehatan dan pendidikan
kesehatan menggunakan alat elektronik. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala ruangan, RS menetapkan Pendidikan kesehatan wajib
yang harus dilakukan ruangan, dan untuk tahun 2021 Ruang Salak
hanya melakukan pendidikan wajib dari pihak promkes sebanyak 1 kali
dengan tema demam, selebihnya pendidikan kesehatan dilakukan oleh
mahasiswa kesehatan yang sedang melakukan praktik di Ruangan Salak,
kurang lebih sudah dilakukan 6 kali pendidikan kesehatan oleh
mahasiswa di tahun 2021 dengan Tema Kejang Demam,
Bronkopnemonia, Demam Berdarah, Thypoid, Demam, Diare.
6. Sasaran Marketing
Sasaran marketing Ruang Salak adalah pasien serta keluarga yang
sedang dilakukan perawatan di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira
7. Alur Masuk Peasien
ALUR PASIEN RAWAT INAP

PASIEN DATANG

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 45


Manajemen Keperawatan, 5M

PENDAFTARAN

POLI ANAK UGD RUANG OK

PULANG RUANG SALAK RUANG BEDAH

PASIEN BLPL

KONTROL TIDAK
KONTROL

PULANG

8. Kotak saran
Kotak saran di Ruang Salak sudah tersedia, namaun selama tahun
2021 ruangan belum pernah menerima surat di kotak saran, keluarga
pasien lebih sering dengan langsung melaporkan pada perawat jaga saat
itu di nurse station.
9. Alur Evakuasi
Alur evakuasi apabila terjadi bencana (kebakaran atau gempa bumi)
tenaga kesehatan, pasien, dan pengunjung Ruang Salak dapat mengikuti
tanda panah alur evakuasi yang berada di depan nurse station dan di
depan ruangan paviliun 1.
10. Leaflet
Berdasarkan hasil observasi di ruangan selama 3 hari, leaflet belum
tersedia di tempat leaflet yang seharusnya dan kotak leaflet terlihat
kosong, leaflet terlihat di ruang kepala ruangan dengan leaflet ISPA
sebanyak 2 buah. Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan,
leaflet habis dan belum diisi dengan leaflet yang baru. ruang salak

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 46


Manajemen Keperawatan, 5M

biasanya menyimpan leaflet tentang 10 besar penyakit yaitu Kejang


Demam Sederhana, Kejang Demam Komplek, ISPA, Thypoid, Diare,
Demam Berdarah, TBC, Broncopnemonia, Demam
11. Manajemen Mutu
Rumah Sakit Dustira memiliki tim mutu untuk mengelola manajerial
rumah sakit, tim mutu itu adalah PMKP. Perbaikan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP) adalah keseluruhan upaya dan kegiatan
yang konfrehensif dan integratif yang menyankut input, proses dan
output secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai
mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, memecahkan masalah –
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan berdaya
guna dan berhasil guna.
PMKP terbentuk pada tahun 2017 yang memiliki tugas untuk
meningkatkan mutu dan keselamatan pasienyang menjangkau seluruh
unit kerja di rumah sakit, stuktur organisasi PMKP yang diketuai oleh
Ibu Neneng

12. Mekanisme pengumpulan data risiko tinggi


a. Identitas Pasien
Rumah Sakit Dustira sudah menetapkan identitas bagi setiap pasien
berdasarkan warna gelang yang berbeda-beda. Warna gelang pada
jenis kelamin perempuan berwarna merah muda dan untuk jenis
kelamin laki-laki berwarna biru muda sedangkan gelang untuk bayi
baru lahir berwarna putih. Berikut data identitas bulan Februari
2021 tercatat sebesar 100% seluruh pasien diruang Salak terpasang
gelang identitas.
b. Risiko jatuh
Berdasarkan data yang didapatkan dari PPI jumlah resiko jatuh
diruang Salak selama bulan oktober sampai dengan desember
tercatat sebesar 0% karena pihak rumah sakit sudah melengkapi bed

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 47


Manajemen Keperawatan, 5M

dengan pelindung besi dan sudah dilakukan penkes terhadap


orangtua serta setiap pasien masing – masing telah terpasang gelang
resiko jatuh. Namun berdasarkan hasil observasi stiker resiko jatuh
tidak terpasang pada gelang di masing-masing pasien.
c. Komunikasi efektif
Berdasarkan data yang didaptkan dari pihak PMKP, Rumah Sakit
sudah menetapkan setiap ruangan untuk melakukan komunikasi
efektif yaitu komunikasi yang tepat waktu, akurat, jelas, dan
lengkap serta dipahami oleh penerima pesan. Teknik komunikasi
yang ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit yaitu dengan teknik Read
Back, teknik ini merupakan teknik dimana isi pesan dibacakan
ulang seluruh isinya secara lengkap oleh penerima pesan. Hasil
yang didapatkan diruangan salak, teknik komunikasi efektif selama
bulan oktober sampai dengan desemer 2019 memiliki presentase
sebesar 100%, dengan data ini terbukti bahwa komunikasi yang
dilakukan di ruangan Salak sudah efektif.
d. Penggunaan Obat Dengan Tingkat Keamanan Tinggi (High
Alert)
Berdasarkan data dari pmkp, penggunaan obat dengan tingkat
keamanan yang tinggi di ruangan salak tidak dipantau dikarenakan
fokus ruangan salak hanya pada resiko jatuh, sementara itu bila ada
penurunan kondisi, ruangan merujuk pasien kebagian NICU/PICU.
e. Resiko Infeksi
Rumah sakit merupakan institusi yang sangat rentan untuk
terjadinya penularan penyakit. Penularan penyakit bisa terjadi
kapan saja dan menimpa siapa saja baik dokter, perawat, petugas
lain, pasien maupun pengunjung. Oleh karena itu pengendalian
infeksi sangat penting dan harus dilakukan karena akan
mempengaruhi keselamatan pasien maupun petugas. Pengendalian
infeksi juga termasuk dalam standar akreditasi nasional maupun

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 48


Manajemen Keperawatan, 5M

internasional. Menurut instrumen standar akreditasi nasional


tentang pengendalian infeksi, RS harus ada tim yang mengelola
program pengendalian infeksi serta dilengkapi dengan kebijakan
dan prosedur tentang pengendalian infeksi (DepKes, 2007). Di RS
Dustira tepatnya di Ruang Salak sudah ada tim pengendalian infeksi
dimana pendataannya dilakukan berdasarkan dokumentasi
keperawatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengendalian
infeksi rumah sakit dustira, untuk bulan Februari adalah sebanyak
0,16%, namun angka ini mengalami penurunan pada bulan
November yaitu menjadi 0,02%. Namun pada bulan desember
angka ini mengalami penaikan lagi menjadi 0,16%. Berikut diagram
hasil presentase angka kejadian phlebitis d rs dustira.

f. Cuci Tangan
Berdasarkan data yang di dapatkan dari PPI, tingkat kepatuhan cuci
tangan tenaga kesehatan yang ada di ruangan salak terdata sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Presentase Kepatuhan Cuci Tangan Tenaga
Kesehatan di Ruang Salak Tahun 2020
Bulan Perawat Dokter Tenaga mahasiswa

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 49


Manajemen Keperawatan, 5M

Kesehatan
lain
Oktober 82,3% 86,3% 81,5% 78%
November 83,1% 85,6% 81% 76%
Desember 85,1% 86,5% 81,8% 78,4%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan


tenaga kesehatan dalam mencuci tangan mengalami penurunan di pada bulan
november ,akan tetapi di bulan desember kepatuhan terhadap sop mengalami
peningkatan lagi, presentase kepatuhan pada buan desember perawat yang
mencuci tangan sebesar : 85,1 %, presentase dokter yang mencuci tangan
sebesar 86,5% presentase tenaga kesehatan lain yang mencuci tangan
sebesar 81,8% dan presentase mahasiswa yang mencuci tangan sebesar 78,4

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI ~ 50


Manajemen Keperawatan, 5M

A. ANALISIS SWOT MANAJEMEN UNIT

1. ANALISIS SWOT
MANAJEMEN
UNIT RUANG C6
RSUD CIBABAT
KAJIAN INTERNAL : S dan W

KAJIAN EKSTERNAL : O dan T


Manajemen Keperawatan, 5M

VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


MAN 1. Kepala ruangan
berlatar belakang
pendidikan S1
Keperawatan
dengan pengalaman
kerja ≥ 10 tahun
2. Sebagian besar
masa kerja perawat
di Ruang anak ≥ 4
tahun
3. Karu, Katim dan
perawat pelaksana
di ruang anak sudah
mengikuti pelatihan
keperawatan
sesuai kebutuhan
ruangan.
4. Gaya
Manajemen Keperawatan, 5M

kepemimpinan
yang dimiliki oleh
kepala ruangan
adalah Demokrasi
5. Uraian tugas / job
description sudah
sesuai dengan peran
dan tanggung
jawabnya
6. Tersedianya
struktur organisasi
dengan garis
komando yang jelas
sesuai dengan
metode asuhan
keperawatan
profesional
yang diterapkan
diruangan di ruang
Manajemen Keperawatan, 5M

Anak.
7. Pengetahuan
perawat pelaksana
tentang model
penugasan tim di
ruangan
berdasarkan
indikator shift kerja
baik (100%),
indikator uraian
tugas baik (100%),
dan indikator
komunikasi baik
(100%)
8. Survei kepuasan
perawat
menunjukkan data
bahwa sebagian
besar perawat
Manajemen Keperawatan, 5M

pelaksana merasa
puas dengan
presentase (57,1%)
METHODE 1. Ruang anak
mempunyai
struktur organisasi
sendiri.
2. Pengetahuan
tentang tindakan
timbang terima
dengan kategori
baik sejumlah 11
perawat (78,5%).
3. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
mencuci tangan di
ruangan didapatkan
data sudah semua
Manajemen Keperawatan, 5M

perawat sesuai
dengan prosedur
(SOP).
4. Berdasarkan
hasil observasi
universal
precaution
tentang
pengelolaan alat
kesehatan di
ruangan sudah
sesuai dengan
prosedur (SOP).
5. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan alat-
alat tajam di
ruangan didapatkan
Manajemen Keperawatan, 5M

sudah dilakukan
sesuai dengan
prosedur (SOP).
6. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan limbah
di ruangan sudah
dilakukan sesuai
prosedur (SOP)
7. Pelaksanaan
sentralisasi obat
yang dilaksanakan
sssssdengan baik
sejumlah 14
perawat (100%).

MATERIAL
MARKETING
Manajemen Keperawatan, 5M

MONEY

VARIABE STRENGTH 00WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


L
MAN 4. Kepala ruangan 1. Sebagian besar 1. Rumah sakit 1. Makin tingginya
berlatar belakang perawat dengan status memberikan peluang kesadaran masyarakat
pendidikan S1 kepegawaian KHL untuk melanjutkan akan pentingnya
Keperawatan dengan (Kerja Harian Lepas) pendidikan bagi tenaga kesehatan
pengalaman kerja ≥ 10 2. Sebagian besar keperawatan walaupun 2. Akan adanya peraturan
tahun perawat pelaksana di dari biaya sendiri Depkes tahun 2019
5. Sebagian besar masa Ruang anak berlatar 2. Adanya reward yang bahwa tenaga
kerja perawat di pendidikan D3 diberikan oleh pihak keperawatan minimal
Ruang anak ≥ 4 tahun Keperawatan Rumah Sakit kepada Skep., Ners
6. Karu, Katim dan petugas kesehatan
perawat pelaksana di yang mempunyai
ruang anak sudah kinerja yang baik setiap
mengikuti pelatihan tahunnya
keperawatan sesuai 3. Adanya peluang KHL
Manajemen Keperawatan, 5M

kebutuhan ruangan. menjadi PNS

4. Gaya kepemimpinan sebanyak 9 orang


yang dimiliki oleh 4. Ketua Tim berlatar
kepala ruangan adalah belakang pendidikan
Demokrasi S1 keperawatan
5. Uraian tugas / job 5. Jumlah perawat
description sudah kurang dari standar jika
sesuai dengan peran dilihat berdasarkan
dan tanggung perhitungan Douglas
jawabnya dan PPNI (25 0rang)
6. Tersedianya struktur 6. Beban kerja perawat
organisasi dengan tinggi
garis komando yang 7. Masih adanya turn
jelas sesuai dengan over (pergantian
metode asuhan karyawan dalam suatu
keperawatan organisasi perawat)
profesional yang
diterapkan diruangan
Manajemen Keperawatan, 5M

di ruang Anak.
7. Pengetahuan perawat
pelaksana tentang
model penugasan tim
di ruangan

berdasarkan indikator
shift kerja baik (100%),
indikator uraian tugas
baik (100%), dan
indikator komunikasi
baik (100%)
8. Survei kepuasan
perawat menunjukkan
data bahwa sebagian
besar perawat
pelaksana merasa
puas dengan
presentase (57,1%)
Manajemen Keperawatan, 5M

METHOD 1. Ruang anak 1. Didapatkan 3 perawat 1. Adanya kebijakan dari 1. Adanya pihak dari
mempunyai struktur (21,4%) yang RS untuk menerapkan rumah sakit competitor
organisasi sendiri. pengetahuan tentang metode MPKP di lain yang sudah
2. Pengetahuan tentang tindakan timbang ruangan. menerapkan metode
tindakan timbang terima dengan kategori 2. Menjadi rumah sakit MPKP.
terima dengan kurang baik. rujukan dengan 2. Adanya mahasiswa
kategori baik sejumlah mengedepankan yang praktek dan
11 perawat (78,5%). pelayanan prima. belum mengetahui
SOP yang berlaku di
rumah sakit.
Manajemen Keperawatan, 5M

asuhan keperawatan
8. Berdasarkan hasil dengan lengkap.
observasi universal sejumlah 12 perawat
precaution tentang (71%).
mencuci tangan di 7. Pengetahuan perawat
ruangan didapatkan tentang pelaksanaan
data sudah semua supervise dengan
perawat sesuai kategori kurang
dengan prosedur sejumlah 9 perawat
(SOP). (53%).
9. Berdasarkan hasil 8. Pengetahuan perawat
observasi universal tentang metode
precaution tentang asuhan keperawatan
pengelolaan alat dengan kategori
kesehatan di ruangan kurang sejumlah 10
sudah sesuai dengan perawat (59%).
prosedur (SOP). Dalam pelaksaaan
10. Berdasarkan hasil metode penugasan
observasi universal (metode TIM) masih
Manajemen Keperawatan, 5M

belum optimal ,
masih kurang , tidak
sesuai, dengan beban
kerja.

precaution tentang
pengelolaan alat-alat
tajam di ruangan
didapatkan sudah
dilakukan sesuai
dengan prosedur
(SOP).
7. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan limbah di
ruangan sudah
dilakukan sesuai
prosedur (SOP)
Manajemen Keperawatan, 5M

8. Pelaksanaan
sentralisasi obat yang
dilaksanakan dengan
baik sejumlah 14
perawat (100%).
9. Hasil dari observasi
terhadap 10 tindakan
yang sering dilakukan
di ruangan hampir
Manajemen Keperawatan, 5M

rata-rata sudah
dilakukan sesuai
dengan prosedur (SOP)
dengan rata- rata
presentase (90%).
10. Metode penugasan
berdasarkan hasil
wawancara dan
observasi di ruangan
adalah menggunakan
metode TIM.
11. Sudah terdapat SOP
yang ada di ruangan.
12. Sudah terdapat satuan
asuhan keperawatan.

MATERIAL 1. Fasilitas kesehatan 1. Tidak terdapat 1. Pendanaan barang 1. Adanya rumah


ruangan cukup ruang mahasiswa habis pakai diambil sakit kompetitor
memadai sesuai sehingga hanya dari pemasukan menggunakan alat
dengan standar
Manajemen Keperawatan, 5M

depkes dengan menggunakan rumah sakit. yang lebih canggih.


presentase 92%. ruangan CI untuk 2. Pengajuan alat
menyimpan barang ruangan di anak

2. Tersedia tempat dan berdiskusi. kepala ruangan


sampah medis dan non 2. Tidak terdapat bel terlibat dalam
medis. diruang perawatan penyusunan
3. Ruang tindakan kelas 1,2,3. anggaran.
masih layak untuk 3. Kurangnya leaflet
digunaka. sebagai media
4. Ruangan pasien dibagi penkes.
menjadi 4. Handwash dan
beberapa kategori handsrub tidak
kelas 1, 2, 3 , ruang semua botol terisi
observasi dan terutama
paviliun. dilingkungan
5. ATK dengan kondisi 5. Struktur organisasi
yang baik dan layak tidak sesuai
pakai. dengan perawat
Manajemen Keperawatan, 5M

6. Ala tenun layak untuk yang berada


digunakan diruangan.
7. Terdapat ruangan
ruangan karu dan
nurse station terletak
ditengah ruangan
perawatan
Manajemen Keperawatan, 5M

untuk
memudahkan segala
aktivitas diruangan.
8. Sistem mitigasi
bencana diruangan
dalam kondisi baik
dengan presentase
100%
9. Peralatan non medis di
ruangan sangat layak
untuk
menunjang
perawatan
10. Terdapat SOP
diruang anak
Manajemen Keperawatan, 5M

MARKETING 1. BOR diruangan 1. Nilai AvLos di 1. Rumah sakit sudah 1. Adanya rumah sakit
selama tahun 2021 ruangan adalah 2,5 memiliki website kompetitor yang
termasuk normal sehingga dapat tersendiri untuk lokasinya tidak
60% menurut disimpulkan bahwa menampung kritik dan berjauhan dengan
parameter (Depkes RI, nilai AvLos belum saran. RS Dustira seperti
2005). ideal atau belum sesuai 2. Kepuasan pasien di Rumah Sakit Mitra
2. Nilai rata-rata TOI di dengan parameter ruangan termasuk ke Kasih, RSUD
ruangan adalah 7 yang (Depkes RI, 2005). dalam kategori sangat Cibabat dan Rumah
menunjukan bahwa 2. Nilai rata-rata BTO di puas dengan hasil 80% Sakit Kasih Bunda.
nilai TOI di ruangan ruangan 0,05 yang (> 75% dikatakan puas
sudah ideal atau sudah menunjukan bahwa dan <75% dikatakan
sesuai parameter nilai BTO di ruangan tidak puas) menurut
(Depkes RI, 2005). belum ideal atau belum Supranto (2007).
3. Nilai rata-rata MDR di sesuai parameter
ruangan adalah 0 (Depkes RI, 2005).
(<25%) yang 3. Ruangan masih
menunjukan bahwa kurang ketersediaan
Manajemen Keperawatan, 5M

nilai MDR di ruangan leaflet sebagai media


sudah ideal sesuai promosi kesehatan.
dengan parameter
(Depkes RI, 2005).
Manajemen Keperawatan, 5M

4. Sasaran mutu yang


digunakan di Rumah
Sakit mengarah
kepada keselamatan
pasien (patient safety).
5. Rumah Sakit sudah
menetapkan metode
penyelesaian masalah
mutu keperawatan
dengan PDSA (Plan-
Do-Study-Act) sebagai
salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas
mutu
kesehatan.
Manajemen Keperawatan, 5M
Manajemen Keperawatan, 5M

7. Angka kejadian HAIs


(Healthcare Associated
Infections) di ruangan
pada bulan Januari
2020 sampai Januari
2021 adalah 0%
dimana bahwa
mutu pelayanan
keperawatan sudah
baik.
8. Ruangan sudah
menerapkan
manajemen resiko
dalam pelayanan
keperawatan
9. Ruangan sudah
melaksanakan
pengidentifikasian
pasien dengan tepat
Manajemen Keperawatan, 5M
Manajemen Keperawatan, 5M

sesuai dengan standar


Rumah Sakit
10. Ruangan sudah
menggunakan metode
komunikasi SBAR
11. Ruangan sudah
melaksanakan
peningkatan keamanan
obat
12. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
salah lokasi, salah
pasien, dan salah
tindakan operasi
13. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
infeksi sesuai standar
Manajemen Keperawatan, 5M

Rumah Sakit
14. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko

pasien jatuh sesuai


dengan standar
Rumah Sakit
15. Kebutuhan perawatan
diri pasien di ruangan
sudah terpenuhi
sepenuhnya
Manajemen Keperawatan, 5M

MONEY 1. Terdapat sumber 1. Tidak terdapat 1. Adanya 1. Terdapat rumah sakit


dana dari tunjangan hari tua kesempatan kompetitor yang dekat
Kerja sama antar untuk TKK karyawan untuk dengan RS.
rumah sakit, 2. Tidak terdapat melakukan Dustira dengan tarif
instalasi remunerisasi untuk pendidikan lanjut yang lebih murah.
pendidikan, pasien TKK 2. Adanya kerjasama 2. Rumah sakit
(umum dan BPJS), 3. Tidak ada alokasi dengan institusi kompetitor memiliki
jam kesmas dan dana yang pendidikan gaji yang lebih besar.
pasien kontraktor. diberikan untuk 3. Adanya kerjasama
2. Adanya karyawan yang dengan Rumah
pengembangan ingin melakukan Sakit lain
sarana prasarana pelatihan dan 4. Adanya peluang
dan sumber daya seminar jika tidak untuk TKK
manusia ditugaskan oleh menjadi PNS
3. Adanya gaji pokok Rumah Sakit 5. Adanya dana
bagi PNS dan Non- alokasi yang
PNS setiap bulan
4. Adanya insentif
bagi PNS dan Non-
Manajemen Keperawatan, 5M

PNS diberikan untuk


5. Adanya tunjangan karyawan yang
hari raya idul fitri melakukan
6. Adanya tunjangan pelatihan dan
hari tua yang seminar yang
diberikan untuk ditugas kan oleh
PNS (pensiun) Rumah Sakit
7. Adanya
remunerisasi yang
diberikan untuk
PNS sesuai
dengan pangkat
dan golongan
8. Adanya jaminan
kesehatan bagi PNS
melalui (BPJS
kesehatan dan
ketenaga kerjaan)
Manajemen Keperawatan, 5M

9. Adanya jaminan
kesehatan bagi
Non-PNS melalui
BPJD dan
ketenaga kerjaan

10. Adanya bonus yang


diberikan
kepada perawat
teladan
11. Adanya uang kas
yang dilakukan
oleh ruangan
anak
GABUNGAN
STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT
S W O T
1. Kepala ruangan 1. Sebagian besar 1. Rumah sakit
berlatar perawat memberikan
belakang dengan status peluang untuk
pendidikan S1 kepegawaian melanjutkan
Keperawatan KHL (Kerja pendidikan
dengan Harian Lepas) bagi tenaga
pengalaman 2. Sebagian besar keperawatan
kerja ≥ 10 perawat walaupun dari
tahun pelaksana biaya sendiri
2. Sebagian besar memiliki 2. Adanya
masa kerja jenjang karir reward yang
perawat di Pk 1 diberikan oleh
Ruang anak ≥ 4 3. Sebagian besar pihak Rumah
tahun perawat Sakit kepada
3. Karu, Katim pelaksana di petugas
dan perawat Ruang anak kesehatan yang
pelaksana di berlatar mempunyai
ruang anak pendidikan D3 kinerja yang
sudah Keperawatan baik setiap
mengikuti sebanyak 9 tahunnya
pelatihan orang 3. Adanya
keperawatan 4. Ketua Tim peluang KHL
sesuai berlatar menjadi PNS
kebutuhan belakang
ruangan. pendidikan S1
4. Gaya keperawatan
kepemimpinan 5. Jumlah perawat
yang dimiliki kurang dari
oleh kepala standar jika
ruangan adalah dilihat
Demokrasi berdasarkan
5. Uraian tugas / perhitungan
job description Douglas dan
sudah sesuai PPNI (25
dengan peran 0rang)
dan 6. Beban kerja
perawat tinggi
tanggung 7. Masih adanya
jawabnya turn over
6. Tersedianya (pergantian
struktur karyawan
organisasi dalam suatu
dengan garis organisasi
komando yang perawat)
jelas sesuai 8. Didapatkan 3
dengan metode perawat
asuhan (21,4%) yang
keperawatan pengetahuan
profesional tentang
yang tindakan
diterapkan timbang terima
diruangan di dengan
ruang Anak. kategori kurang
7. Pengetahuan baik.asuhan
perawat keperawatan
pelaksana dengan
tentang model lengkap.
penugasan tim sejumlah 12
di perawat (71%).
9. Pengetahuan
ruangan perawat tentang
berdasarkan pelaksanaan
indikator shift supervise
kerja baik dengan
(100%), kategori
indikator kurang
uraian tugas sejumlah 9
baik (100%), perawat (53%).
dan indikator 10. Pengetahuan
komunikasi perawat tentang
baik (100%) metode asuhan
8. Survei keperawatan
kepuasan dengan
perawat kategori
menunjukkan kurang
data bahwa sejumlah 10
sebagian besar perawat (59%).
perawat 11. Dalam
pelaksana pelaksaaan
merasa puas metode
dengan penugasan
presentase (metode TIM)
(57,1%) masih belum
9. Ruang anak optimal , masih
mempunyai kurang , tidak
struktur sesuai, dengan
organisasi beban kerja.
sendiri.
10. Pengetahuan
tentang 4)
tindakan
timbang terima
dengan
kategori baik
sejumlah 11
perawat
(78,5%).
11. Berdasarkan
hasil observasi
universal
precaution
tentang
mencuci tangan
di ruangan
didapatkan data
sudah semua
perawat sesuai
dengan
prosedur
(SOP).
12. Berdasarkan
hasil observasi
universal
precaution
tentang
pengelolaan
alat kesehatan
di ruangan
sudah sesuai
dengan
prosedur
(SOP).
13. Berdasarkan
hasil
observasi
universal
KAJIAN EKSTERNAL : O dan T

VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


MAN 9. Kepala ruangan 1. Sebagian besar 1. Rumah Sakit 1. Makin
berlatar belakang perawat dengan memberikan tingginya
pendidikan S1 status peluang untuk kesadaran
Keperawatan kepegawaian melanjutkan masyarakat
dengan KHL (Kerja pendidikan bagi akan
pengalaman kerja Harian Lepas) tenaga pentingnya
≥ 10 tahun 2. Sebagian besar keperawatan kesehatan
10. Sebagian besar perawat walaupun dari 2. Akan adanya
masa kerja perawat pelaksana di biaya sendiri peraturan
di Ruang anak ≥ 4 Ruang anak 2. Adanya reward Depkes tahun
tahun berlatar yang diberikan 2019 bahwa
11. Karu, Katim dan pendidikan D3 oleh pihak tenaga
perawat pelaksana Keperawatan Rumah Sakit keperawatan
di ruang anak sebanyak 9 kepada petugas minimal
sudah mengikuti orang kesehatan yang Skep., Ners
pelatihan 3. Ketua Tim mempunyai
keperawatan berlatar kinerja yang
sesuai kebutuhan belakang baik setiap
ruangan. pendidikan S1 tahunnya
12. Gaya keperawatan 3. Adanya peluang
kepemimpinan 4. Jumlah perawat KHL menjadi
yang dimiliki oleh kurang dari PNS
kepala ruangan standar jika
adalah Demokrasi dilihat
13. Uraian tugas / job berdasarkan
description sudah perhitungan
sesuai dengan Douglas dan
peran dan tanggung PPNI (25 0rang)
jawabnya 5. Beban kerja
14. Tersedianya perawat tinggi
struktur organisasi 6. Masih adanya
dengan garis turn over
komando yang (pergantian
jelas sesuai dengan karyawan dalam
metode asuhan suatu organisasi
keperawatan perawat)
profesional yang
diterapkan
diruangan di ruang
Anak.
15. Pengetahuan
perawat pelaksana
tentang model
penugasan tim di
ruangan
berdasarkan
indikator shift
kerja baik (100%),
indikator uraian
tugas baik (100%),
dan indikator
komunikasi baik
(100%)
16. Survei kepuasan
perawat
menunjukkan data
bahwa sebagian
besar perawat
pelaksana merasa
puas dengan
presentase (57,1%)
METHODE 7. Ruang anak 1. Didapatkan 3 3. Adanya 1. Adanya
mempunyai perawat kebijakan dari pihak dari
struktur organisasi (21,4%) yang RS untuk rumah sakit
sendiri pengetahuan menerapkan competitor
8. Pengetahuan tentang metode MPKP lain yang
tentang tindakan tindakan di ruangan. sudah
timbang terima timbang terima 4. Menjadi rumah menerapkan
dengan kategori dengan kategori sakit rujukan metode
baik sejumlah 11 kurang baik. dengan MPKP.
perawat (78,5%). asuhan mengedepanka 2. Adanya
9. Berdasarkan keperawatan n pelayanan mahasiswa
hasil observasi dengan prima. yang praktek
universal lengkap. dan belum
precaution tentang sejumlah 12 mengetahui
mencuci tangan di perawat (71%). SOP yang
ruangan didapatkan 2. Pengetahuan berlaku di
data sudah semua perawat tentang Rumah Sakit.
perawat sesuai pelaksanaan
dengan prosedur supervise
(SOP). dengan kategori
10. Berdasarkan kurang
hasil observasi sejumlah 9
universal
precaution tentang perawat (53%).
pengelolaan alat 3. Pengetahuan
kesehatan di perawat tentang
ruangan sudah metode asuhan
sesuai dengan keperawatan
prosedur (SOP). dengan kategori
11. Berdasarkan kurang
hasil observasi sejumlah 10
universal perawat (59%).
precaution tentang Dalam
pengelolaan alat- pelaksaaan
alat tajam di metode
ruangan penugasan
didapatkan sudah (metode TIM)
dilakukan sesuai masihb belum
dengan prosedur optimal , masih
(SOP). kurang , tidak
12. Berdasarkan sesuai, dengan
hasil observasi beban kerja.
universal
precaution tentang
pengelolaan
limbah di ruangan
sudah dilakukan
sesuai prosedur
(SOP)
13. Pelaksanaan
sentralisasi obat
yang dilaksanakan
sssssdengan baik
sejumlah 14
perawat (100%).
14. Hasil dari
observasi terhadap
10 tindakan yang
sering dilakukan di
ruangan hampir
rata-rata sudah
dilakukan sesuai
dengan prosedur
(SOP) dengan rata-
rata presentase
(90%).
15. Metod
penugasan
berdasarkan hasil
wawancara dan
observasi di
ruangan adalah
menggunakan
metode TIM.
16. Sudah
terdapat SOP yang
ada di ruangan.
17. Sudah
terdapat satuan
asuhan
keperawatan.
MATERIAL 1. Fasilitas 1. Tidak 1. Pendanaan 1. Adanya rumah
kesehatan ruangan barang habis sakit
cukup memadai terdapat ruang pakai diambil kompetitor
sesuai dengan mahasiswa dari pemasukan menggunakan
standar depkes sehingga hanya rumah sakit. alat yang lebih
dengan presentase menggunakan 2. Pengajuan alat canggih.
92%. ruangan CI ruangan di anak
2. Tersedia tempat untuk kepala ruangan
sampah medis dan menyimpan terlibat dalam
non medis. barang dan penyusunan
3. Ruang tindakan berdiskusi. anggaran.
masih layak untuk 2. Tidak terdapat
digunaka. bel diruang
Ruangan pasien perawatan kelas
dibagi menjadi 1,2,3.
beberapa kategori 3. Kurangnya
kelas 1, 2, 3 , leaflet sebagai
ruang observasi media penkes.
dan paviliun. 4. Handwash dan
4. ATK dengan handsrub tidak
kondisi yang baik semua botol
dan layak pakai. terisi terutama
5. Alat tenun layak dilingkungan
untuk digunakan 5. Struktur
6. Terdapat ruangan organisasi tidak
ruangan karu dan sesuai dengan
nurse station perawat yang
terletak ditengah berada
ruangan diruangan.
perawatan untuk
memudahkan
segala aktivitas
diruangan.
7. Sistem mitigasi
bencana
diruangan dalam
kondisi baik
dengan presentase
100%
8. Peralatan non
medis di ruangan
sangat layak untuk
menunjang
perawatan
9. Terdapat SOP
diruang anak
MARKETIN 4. BORdiruangan 1. Nilai AvLos di 1. Rumah 1. Adanya rumah
G selama tahun ruangan adalah sakitsudah sakit
2021 termasuk 2,5 sehingga memiliki kompetitor
dapat website yang lokasinya
normal 60% disimpulkan tersendiri untuk tidak berjauhan
menurut bahwa nilai menampung dengan RS
parameter AvLos belum kritik dan saran. Dustira seperti
(Depkes RI, ideal atau belum 2. Kepuasan Rumah Sakit
2005). sesuai dengan pasien di Mitra Kasih,
5. Nilai rata-rata parameter ruangan RSUD Cibabat
TOI di ruangan (Depkes RI, termasuk ke dan Rumah
adalah 7 yang 2005). dalam kategori Sakit Kasih
menunjukan 2. Nilai rata-rata sangat puas Bunda.
bahwa nilai TOI BTO di ruangan dengan hasil
di ruangan sudah 0,05 yang 80% (> 75%
ideal atau sudah menunjukan dikatakan puas
sesuai parameter bahwa nilai dan <75%
(Depkes RI, BTO di ruangan dikatakan tidak
2005) belum ideal atau puas) menurut
6. Nilai rata-rata belum sesuai Supranto
MDR di ruangan parameter (2007).
adalah 0 (<25%) (Depkes RI,
yang menunjukan 2005).
bahwa nilai MDR 3. Ruangan masih
di ruangan sudah kurang
ideal sesuai ketersediaan
dengan parameter leaflet sebagai
(Depkes RI, media promosi
2005). kesehatan.
7. Sasaran mutu
yang digunakan di
Rumah Sakit
mengarah kepada
keselamatan
pasien (patient
safety).
8. Rumah Sakit
sudah menetapkan
metode
penyelesaian
masalah mutu
keperawatan
dengan PDSA
(Plan- Do-Study-
Act) sebagai salah
satu upaya untuk
meningkatkan
kualitas mutu
Kesehatan
10. Angka kejadian
HAIs (Healthcare
Associated
Infections) di
ruangan pada
bulan Januari
2020 sampai
Januari 2021
adalah 0% dimana
bahwa mutu
pelayanan
keperawatan

sudah baik.
11. Ruangan

sudah menerapkan
manajemen

resiko dalam
pelayanan
keperawatan
12. Ruangan sudah
melaksanakan
pengidentifikasian
pasien dengan
tepat sesuai
dengan standar
Rumah Sakit
15. Ruangan sudah
menggunakan
metode
komunikasi
SBAR
16. Ruangan sudah
melaksanakan
peningkatan
keamanan obat
17. Ruangan
sudah
melaksanakan
pengurangan
resiko salah
lokasi, salah
pasien, dan salah
tindakan operasi
18. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan
resiko infeksi
sesuai standar
Rumah Sakit
19. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan
resiko pasien
jatuh sesuai
dengan standar
Rumah Sakit
20. Kebutuhan
perawatan diri
pasien di ruangan
sudah terpenuhi
sepenuhnya.
MONEY 5. Terdapat sumber 1. Tidak terdapat 1. Adanya 1. Terdapat
dana dari kerja tunjangan hari kesempatan rumah sakit
sama antar rumah karyawan untuk kompetitor
sakit, instalasi tua untuk TKK melakukan yang dekat
pendidikan, 2. Tidak terdapat pendidikan lanjut dengan RS.
pasien (umum dan remunerisasi 2. Adanya Dustira
BPJS), jam untuk TKK kerjasama dengan tarif
kesmas dan 3. Tidak ada dengan institusi yang lebih
pasien kontraktor. alokasi dana pendidikan murah.
6. Adanya yang diberikan 3. Adanya 2. Rumah sakit
pengembangan untuk karyawan kerjasama kompetitor
sarana prasarana yang ingin dengan Rumah memiliki gaji
dan sumber daya melakukan Sakit lain yang lebih
manusia pelatihan dan 4. Adanya peluang besar
7. Adanya gaji seminar jika untuk TKK
pokok bagi PNS tidak ditugaskan menjadi PNS
dan Non- PNS oleh Rumah 5. Adanya dana
setiap bulan Sakit alokasi yang
8. Adanya insentif diberikan untuk
bagi PNS dan karyawan yang
Non- PNS melakukan
9. Adanya tunjangan pelatihan dan
hari raya idul fitri seminar yang
10. Adanya tunjangan ditugas kan oleh
hari tua yang Rumah Sakit
diberikan untuk 6. Pendanaan
PNS (pensiun) barang habis
11. Adanya pakai diambil
remunerisasi yang dari pemasukan
diberikan untuk rumah
PNS esuai dengan sakiPengajuan
pangkat dan alat ruangan di
golongan Adanya anak kepala
jaminan ruangan terlibat
kesehatan bagi dalam
PNS melalui penyusunan
(BPJS kesehatan anggaran.
dan ketenaga 7. Rumah
kerjaan) Adanya sakitsudah
jaminan memiliki website
kesehatan bagi tersendiri untuk
Non-PNS melalui menampung
BPJS dan kritik dan
ketenaga kerjaan saran.Kepuasan
12. Adanya bonus pasien di
yang diberikan ruangan
kepada perawat termasuk ke
teladan dalam kategori
13. Adanya uang kas sangat puas
yang dilakukan dengan hasil
oleh ruangan 80% (> 75%
anak dikatakan puas
dan <75%
dikatakan tidak
puas) menurut
Supranto (2007).

ANALISA SWOT GABUNGAN GABUNGAN

STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


S W O T
14. Kepala ruangan berlatar 1. Sebagian besar perawat 4. Rumah sakit 1. Makin
belakang pendidikan S1 dengan status memberikan tinggin
Keperawatan dengan kepegawaian KHL peluang untuk ya
pengalaman kerja ≥ 10 (Kerja Harian Lepas) melanjutkan kesada
tahun 2. Sebagian besar perawat pendidikan bagi ran
15. Sebagian besar masa pelaksana di Ruang tenaga masyar
kerja perawat di Ruang anak berlatar keperawatan akat
anak ≥ 4 tahun pendidikan D3 walaupun dari akan
16. Karu, Katim dan Keperawatan sebanyak biaya sendiri pentin
perawat pelaksana di 9 orang 5. Adanya reward gnya
ruang anak sudah 3. Ketua Tim berlatar yang diberikan keseha
mengikuti pelatihan belakang pendidikan S1 oleh pihak tan
keperawatan sesuai keperawatan Rumah Sakit 2. Akan
kebutuhan ruangan. 4. Jumlah perawat kurang kepada petugas adanya
17. Gaya kepemimpinan dari standar jika dilihat kesehatan yang peratur
yang dimiliki oleh berdasarkan mempunyai an
kepala ruangan adalah perhitungan Douglas kinerja yang baik Depke
Demokrasi dan PPNI (25 0rang) setiap tahunnya s tahun
18. Uraian tugas / job 5. Beban kerja perawat 6. Adanya peluang 2019
description sudah sesuai tinggi KHL menjadi bahwa
dengan peran dan 6. Masih adanya turn over PNS tenaga
tanggung jawabnya (pergantian karyawan 7. Adanya kepera
19. Tersedianya struktur dalam suatu organisasi kebijakan dari RS watan
organisasi dengan garis perawat) untuk minim
komando yang jelas 7. Didapatkan 3 perawat menerapkan al
sesuai dengan metode (21,4%) yang metode MPKP di Skep.,
asuhan keperawatan pengetahuan tentang ruangan. Ners
profesional yang tindakan timbang 8. Menjadi rumah 3. Adany
diterapkan diruangan di terima dengan kategori sakit rujukan a
ruang Anak. kurang baik.asuhan dengan pihak
20. Pengetahuan perawat keperawatan dengan mengedepankan dari
pelaksana tentang model lengkap. sejumlah 12 pelayanan prima. rumah
penugasan tim perawat (71%). 9. Pendanaan sakit
diruangan berdasarkan 8. Pengetahuan perawat barang habis compe
indikator shift kerja baik tentang pelaksanaan pakai diambil dari titor
(100%), indikator uraian supervise dengan pemasukan rumah lain
tugas baik (100%), dan kategori kurang sakit. yang
indikator komunikasi sejumlah 9 perawat 10. Pengajuan alat sudah
baik (100%) (53%). ruangan di anak mener
21. Survei kepuasan perawat 9. Pengetahuan perawat kepala ruangan apkan
menunjukkan data tentang metode asuhan terlibat dalam metod
bahwa sebagian besar keperawatan dengan penyusunan e
perawat pelaksana kategori kurang anggaran. MPKP
merasa puas dengan sejumlah 10 perawat 11. Rumah .
presentase (57,1%) (59%). sakitsudah 4. Adany
22. Ruang anak mempunyai 10. Dalam pelaksaaan memiliki website a
struktur organisasi metode penugasan tersendiri untuk mahasi
sendiri. (metode TIM) masih menampung swa
23. Pengetahuan tentang belum optimal , masih kritik dan saran. yang
tindakan timbang terima kurang , tidak sesuai, 12. Kepuasan pasien prakte
dengan kategori baik dengan beban kerja. di ruangan k dan
sejumlah 11 perawat 11. Tidak terdapat ruang termasuk ke belum
(78,5%). mahasiswa sehingga dalam kategori menge
24. Berdasarkan hasil hanya menggunakan sangat puas tahui
observasi universal ruangan CI untuk dengan hasil 80% SOP
precaution tentang menyimpan barang dan (> 75% dikatakan yang
mencuci tangan di berdiskusi. puas dan <75% berlak
ruangan didapatkan data 12. Tidak terdapat bel dikatakan tidak u di
sudah semua perawat diruang perawatan puas) menurut Rumah
sesuai dengan prosedur kelas 1,2,3. Supranto (2007). Sakit.
(SOP). 13. Kurangnya leaflet 13. Adanya 5. Adany
25. Ruang anak mempunyai sebagai media penkes. kesempatan a
struktur organisasi 14. Handwash dan karyawan untuk rumah
sendiri handsrub tidak semua melakukan sakit
26. Pengetahuan tentang botol terisi terutama pendidikan lanjut kompe
tindakan timbang terima dilingkungan 14. Adanya titor
dengan kategori baik 15. Struktur organisasi kerjasama dengan mengg
sejumlah 11 perawat tidak sesuai dengan institusi unakan
(78,5%). perawat yang berada pendidikan alat
27. Berdasarkan hasil diruangan. 15. Adanya yang
observasi universal 16. Nilai AvLos di ruangan kerjasama dengan lebih
precaution tentang adalah 2,5 sehingga Rumah Sakit lain canggi
mencuci tangan di dapat disimpulkan 16. Adanya peluang
ruangan didapatkan data bahwa nilai AvLos untuk TKK h.
sudah semua perawat belum ideal atau belum menjadi PNS 6. Adany
sesuai dengan prosedur sesuai dengan 17. Adanya dana a
(SOP). parameter (Depkes RI, alokasi yang rumah
28. Berdasarkan hasil 2005). diberikan untuk sakit
observasi universal 17. Nilai rata-rata BTO di karyawan yang kompe
precaution tentang ruangan 0,05 yang melakukan titor
pengelolaan alat menunjukan bahwa pelatihan dan yang
kesehatan di ruangan nilai BTO di ruangan seminar yang lokasin
sudah sesuai dengan belum ideal atau belum ditugas kan oleh ya
prosedur (SOP). sesuai parameter Rumah Sakit tidak
29. Berdasarkan hasil (Depkes RI, 2005). 18. Pendanaan berjau
observasi universal 18. Ruangan masih kurang barang habis han
precaution tentang ketersediaan leaflet pakai diambil dari dengan
pengelolaan alat-alat sebagai media promosi pemasukan rumah RS
tajam di ruangan kesehatan. sakiPengajuan Dustir
didapatkan sudah 19. Tidak terdapat alat ruangan di a
dilakukan sesuai dengan tunjangan hari tua anak kepala seperti
prosedur (SOP). untuk TKK ruangan terlibat Rumah
30. Berdasarkan hasil 20. Tidak terdapat dalam Sakit
observasi universal remunerisasi untuk penyusunan Mitra
precaution tentang TKK anggaran. Kasih,
pengelolaan limbah di 21. Tidak ada alokasi dana 19. Rumah RSUD
ruangan sudah dilakukan yang diberikan sakitsudah Cibaba
sesuai prosedur (SOP) untuk karyawan yang memiliki website t dan
31. Pelaksanaan sentralisasi ingin melakukan tersendiri untuk Rumah
obat yang dilaksanakan pelatihan dan seminar menampung Sakit
sssssdengan baik jika tidak ditugaskan kritik dan saran. Kasih
sejumlah 14 perawat oleh Rumah Sakit 20. Kepuasan pasien Bunda.
(100%). di ruangan 7. Terdap
32. Hasil dari observasi 5) termasuk ke at
terhadap 10 tindakan dalam kategori rumah
yang sering dilakukan di sangat puas sakit
ruangan hampir rata-rata dengan hasil 80% kompe
sudah dilakukan sesuai (> 75% dikatakan titor
dengan prosedur (SOP) puas dan <75% yang
dengan rata- rata dikatakan tidak dekat
presentase (90%). puas) menurut dengan
33. Metod penugasan Supranto (2007). RS.
berdasarkan hasil Dustir
wawancara dan a
observasi di ruangan dengan
adalah menggunakan tarif
metode TIM. yang
34. Sudah terdapat SOP lebih
yang ada di ruangan. murah.
35. Sudah terdapat satuan 8. Rumah
asuhan keperawatan. sakit
36. Fasilitas kesehatan kompe
ruangan cukup memadai titor
sesuai dengan standar memili
depkes dengan ki gaji
presentase 92%. yang
37. Tersedia tempat sampah lebih
medis dan non medis. besar
38. Ruang tindakan masih
layak untuk digunaka.
Ruangan pasien dibagi
menjadi beberapa
kategori kelas 1, 2, 3 ,
ruang observasi dan
paviliun.
39. ATK dengan kondisi
yang baik dan layak
pakai.
40. Alat tenun layak untuk
digunakan
41. Terdapat ruangan
ruangan karu dan nurse
station terletak ditengah
ruangan perawatan
untuk memudahkan
segala aktivitas
diruangan.
42. Sistem mitigasi bencana
diruangan dalam kondisi
baik dengan presentase
100%
43. Peralatan non medis di
ruangan sangat layak
untuk menunjang
perawatan
44. Terdapat SOP diruang
anak
45. BORdiruangan selama
tahun 2021 termasuk
normal 60% menurut
parameter (Depkes RI,
2005).
46. Nilai rata-rata TOI di
ruangan adalah 7 yang
menunjukan bahwa nilai
TOI di ruangan sudah
ideal atau sudah sesuai
parameter (Depkes RI,
2005)
47. Nilai rata-rata MDR di
ruangan adalah 0
(<25%) yang
menunjukan bahwa nilai
MDR di ruangan sudah
ideal sesuai dengan
parameter (Depkes RI,
2005).
48. Sasaran mutu yang
digunakan di Rumah
Sakit mengarah kepada
keselamatan pasien
(patient safety).
49. Rumah Sakit sudah
menetapkan metode
penyelesaian masalah
mutu keperawatan
dengan PDSA (Plan-
Do-Study-Act) sebagai
salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas
mutu kesehatan
50. Angka kejadian HAIs
(Healthcare Associated
Infections) di ruangan
pada bulan Januari 2020
sampai Januari 2021
adalah 0% dimana
bahwa mutu
pelayanan keperawatan
sudah baik.Ruangan
sudah menerapkan
manajemen resiko dalam
pelayanan keperawatan
51. Ruangan sudah
melaksanakan
pengidentifikasian
52. pasien dengan tepat
sesuai dengan standar
Rumah Sakit
53. Ruangan sudah
menggunakan metode
komunikasi SBAR
54. Ruangan sudah
melaksanakan
peningkatan keamanan
obat
55. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
salah lokasi, salah
pasien, dan salah
tindakan operasi
56. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
infeksi sesuai standar
Rumah Sakit
57. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
pasien jatuh sesuai
dengan standar Rumah
Sakit
58. Kebutuhan perawatan
diri pasien di ruangan
sudah terpenuhi
sepenuhnya.
59. Terdapat sumber dana
dari kerja sama antar
rumah sakit, instalasi
pendidikan, pasien
(umum dan BPJS), jam
kesmas dan pasien
kontraktor.
60. Adanya pengembangan
sarana prasarana dan
sumber daya manusia
61. Adanya gaji pokok bagi
PNS dan Non- PNS
setiap bulan
62. Adanya insentif bagi
PNS dan Non- PNS
63. Adanya tunjangan hari
raya idul fitri
64. Adanya tunjangan hari
tua yang diberikan untuk
PNS (pensiun)
65. Adanya remunerisasi
yang diberikan untuk
PNS esuai dengan
pangkat dan golongan
Adanya jaminan
kesehatan bagi PNS
melalui (BPJS kesehatan
dan ketenaga kerjaan)
Adanya jaminan
kesehatan bagi Non-
PNS melalui BPJS dan
ketenaga kerjaan
66. Adanya bonus yang
diberikan kepada
perawat teladan
67. Adanya uang kas yang
dilakukan oleh ruangan
anak
a.

TOWN MATRIKS

S W

1. Kepala ruangan berlatar 1. Sebagian besar perawat dengan


belakang Pendidikan S1 status kepegawaian KHL (Kerja
dengan pengalam kerja Harian Lepas)
> 10 tahun 2. Sebagian besar perawat pelaksana
2. Sebagian besar masa di Ruang anak berlatar pendidikan
kerja perawat di Ruang D3 Keperawatan sebanyak 9
anak ≥ 4 tahun orang
3. Karu, Katim dan 3. Ketua Tim berlatar belakang
perawat pelaksana di pendidikan S1 keperawatan
ruang anak sudah 4. Jumlah perawat kurang dari
mengikuti pelatihan standar jika dilihat berdasarkan
keperawatan sesuai perhitungan Douglas dan PPNI
kebutuhan ruangan. (25 0rang)
4. Gaya kepemimpinan 5. Beban kerja perawat tinggi
yang dimiliki oleh 6. Masih adanya turn over
kepala ruangan adalah (pergantian karyawan dalam suatu
Demokrasi organisasi perawat)
5. Uraian tugas / job 7. Didapatkan 3 perawat (21,4%)
description sudah sesuai yang pengetahuan tentang
dengan peran dan tindakan timbang terima dengan
tanggung jawabnya kategori kurang baik.asuhan
6. Tersedianya struktur keperawatan dengan lengkap.
organisasi dengan garis sejumlah 12 perawat (71%).
komando yang jelas 8. Pengetahuan perawat tentang
sesuai dengan metode pelaksanaan supervise dengan
asuhan keperawatan kategori kurang sejumlah 9
profesional yang perawat (53%).
diterapkan diruangan di 9. Pengetahuan perawat tentang
ruang Anak. metode asuhan keperawatan
7. Pengetahuan perawat dengan kategori kurang sejumlah
pelaksana tentang model 10 perawat (59%).
penugasan tim 10. Dalam pelaksaaan metode
diruangan berdasarkan penugasan (metode TIM) masih
indikator shift kerja baik belum optimal , masih kurang ,
(100%), indikator uraian tidak sesuai, dengan beban kerja.
tugas baik (100%), dan 11. Tidak terdapat ruang mahasiswa
indikator komunikasi sehingga hanya menggunakan
baik (100%) ruangan CI untuk menyimpan
8. Survei kepuasan perawat barang dan berdiskusi.
menunjukkan data 12. Tidak terdapat bel diruang
bahwa sebagian besar perawatan kelas 1,2,3.
perawat pelaksana 13. Kurangnya leaflet sebagai media
merasa puas dengan penkes.
presentase (57,1%) 14. Handwash dan handsrub tidak
9. Ruang anak mempunyai semua botol terisi terutama
struktur organisasi dilingkungan
sendiri. 15. Struktur organisasi tidak sesuai
10. Pengetahuan tentang dengan perawat yang berada
tindakan timbang terima diruangan.
dengan kategori baik 16. Nilai AvLos di ruangan adalah 2,5
sejumlah 11 perawat sehingga dapat disimpulkan bahwa
(78,5%). nilai AvLos belum ideal atau
11. Ruang anak mempunyai belum sesuai dengan parameter
struktur organisasi (Depkes RI, 2005).
sendiri 17. Nilai rata-rata BTO di ruangan
12. Pengetahuan tentang 0,05 yang menunjukan bahwa
tindakan timbang terima nilai BTO di ruangan belum ideal
dengan kategori baik atau belum sesuai parameter
sejumlah 11 perawat (Depkes RI, 2005).
(78,5%). 18. Ruangan masih kurang
13. Berdasarkan hasil ketersediaan leaflet sebagai media
observasi universal promosi kesehatan.
precaution tentang 19. Tidak terdapat tunjangan hari tua
mencuci tangan di untuk TKK
ruangan didapatkan data 20. Tidak terdapat remunerisasi untuk
sudah semua perawat TKK
sesuai dengan prosedur 21. Tidak ada alokasi dana yang
(SOP). diberikan untuk karyawan
14. Berdasarkan hasil yang ingin melakukan pelatihan
observasi universal dan seminar jika tidak ditugaskan
precaution tentang oleh Rumah Sakit
pengelolaan alat
kesehatan di ruangan
sudah sesuai dengan
prosedur (SOP).
15. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan alat-alat
tajam di ruangan
didapatkan sudah
dilakukan sesuai dengan
prosedur (SOP).
16. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan limbah di
ruangan sudah
dilakukan sesuai
prosedur (SOP)
17. Pelaksanaan sentralisasi
obat yang dilaksanakan
dengan baik sejumlah
14 perawat (100%).
18. Hasil dari observasi
terhadap 10 tindakan
yang sering dilakukan di
ruangan hampir rata-rata
sudah dilakukan sesuai
dengan prosedur (SOP)
dengan rata- rata
presentase (90%).
19. Metod penugasan
berdasarkan hasil
wawancara dan
observasi di ruangan
adalah menggunakan
metode TIM.
20. Sudah terdapat SOP
yang ada di ruangan.
21. Sudah terdapat satuan
asuhan keperawatan.
22. Fasilitas kesehatan
ruangan cukup memadai
sesuai dengan standar
depkes dengan
presentase 92%.
23. Tersedia tempat sampah
medis dan non medis.
24. Ruang tindakan masih
layak untuk digunaka.
Ruangan pasien dibagi
menjadi beberapa
kategori kelas 1, 2, 3 ,
ruang observasi dan
paviliun.
25. ATK dengan kondisi
yang baik dan layak
pakai.
26. Alat tenun layak untuk
digunakan
27. Terdapat ruangan
ruangan karu dan nurse
station terletak ditengah
ruangan perawatan
untuk memudahkan
segala aktivitas
diruangan.
28. Sistem mitigasi bencana
diruangan dalam kondisi
baik dengan presentase
100%
29. Peralatan non medis di
ruangan sangat layak
untuk menunjang
perawatan
30. Terdapat SOP diruang
anak
31. BORdiruangan selama
tahun 2021 termasuk
normal 60% menurut
parameter (Depkes RI,
2005).
32. Nilai rata-rata TOI di
ruangan adalah 7 yang
menunjukan bahwa nilai
TOI di ruangan sudah
ideal atau sudah sesuai
parameter (Depkes RI,
2005)
33. Nilai rata-rata MDR di
ruangan adalah 0
(<25%) yang
menunjukan bahwa nilai
MDR di ruangan sudah
ideal sesuai dengan
parameter (Depkes RI,
2005).
34. Sasaran mutu yang
digunakan di Rumah
Sakit mengarah kepada
keselamatan pasien
(patient safety).
35. Rumah Sakit sudah
menetapkan metode
penyelesaian masalah
mutu keperawatan
dengan PDSA (Plan-
Do-Study-Act) sebagai
salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas
mutu kesehatan
36. Angka kejadian HAIs
(Healthcare Associated
Infections) di ruangan
pada bulan Januari 2020
sampai Januari 2021
adalah 0% dimana
bahwa mutu
pelayanan keperawatan
sudah baik.Ruangan
sudah menerapkan
manajemen resiko
dalam pelayanan
keperawatan
37. Ruangan sudah
melaksanakan
pengidentifikasian
38. pasien dengan tepat
sesuai dengan standar
Rumah Sakit
39. Ruangan sudah
menggunakan metode
komunikasi SBAR
40. Ruangan sudah
melaksanakan
peningkatan keamanan
obat
41. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
salah lokasi, salah
pasien, dan salah
tindakan operasi
42. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
infeksi sesuai standar
Rumah Sakit
43. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
pasien jatuh sesuai
dengan standar Rumah
Sakit
44. Kebutuhan perawatan
diri pasien di ruangan
sudah terpenuhi
sepenuhnya.
45. Terdapat sumber dana
dari kerja sama antar
rumah sakit, instalasi
pendidikan, pasien
(umum dan BPJS), jam
kesmas dan pasien
kontraktor.
46. Adanya pengembangan
sarana prasarana dan
sumber daya manusia
47. Adanya gaji pokok bagi
PNS dan Non- PNS
setiap bulan
48. Adanya insentif bagi
PNS dan Non- PNS
49. Adanya tunjangan hari
raya idul fitri
50. Adanya tunjangan hari
tua yang diberikan
untuk PNS (pensiun)
51. Adanya remunerisasi
yang diberikan untuk
PNS esuai dengan
pangkat dan golongan
Adanya jaminan
kesehatan bagi PNS
melalui (BPJS
kesehatan dan ketenaga
kerjaan) Adanya
jaminan kesehatan bagi
Non-PNS melalui BPJS
dan ketenaga kerjaan
52. Adanya bonus yang
diberikan kepada
perawat teladan
53. Adanya uang kas yang
dilakukan oleh ruangan
anak

O SO (+/+) WO (-/+)

1. Rumah sakit Meningkatkan kekuatan 1. Meringankan beban kerja


memberikan
peluang untuk didalam untuk perawat ruangan dengan
melanjutkan
pendidikan bagi mengambil peluang memanfaatkan praktik
tenaga
keperawatan yang ada diluar mahasiswa pihak insitusi
walaupun dari
pendidikan (W5, O11)
biaya sendiri 1. Meningkatkan
2. Adanya reward 2. Mempertahankan dan
yang diberikan pengetahuan perawat
oleh pihak meningkatkan pengetahuan
tentang gaya
Rumah Sakit
kepada petugas perawat dalam pelaksanaan,
kepemimpinan dan
kesehatan yang
Ronde keperawatan,Supervisi,
mempunyai kemampuan perawat
kinerja yang baik (W7,8,9O10.11,14)
setiap tahunnya dengan memanfaatkan
3. Adanya peluang 3. Mengadakan leaflet 10
kesempatan mengikuti
KHL menjadi
PNS penyakit terbanyak dengan
seminar, pelatihan dan
4. Adanya kebijakan
memanfaatkan kerjasama
dari RS untuk izin belajar
menerapkan dengan mahasiswa pihak
metode MPKP di (S1, 3, 4,01, 10)
ruangan. institusi pendidikan (W18, O11)
2. Meningkatkan
5. Menjadi rumah
sakit rujukan pelayanan
dengan
mengedepankan keperawatan
pelayanan prima.
6. Pendanaan barang berdasarkan masa
habis pakai
kerja perawat,
diambil dari
pemasukan rumah pengalaman pelatihan
sakit.
7. Pengajuan alat yang pernah diikuti,
ruangan di anak
kepala ruangan dengan memanfaatkan
terlibat dalam
adanya izin belajar
penyusunan
anggaran. dari RS untuk
8. Rumah sakitsudah
memiliki website mempertahankan dan
tersendiri untuk
menampung meningkatkan
kritik dan saran.
pengetahuan perawat
9. Kepuasan pasien
di ruangan (S1, 2, 3,O1,10)
termasuk ke
dalam kategori 3. Memanfaatkan adanya
sangat puas
kepemimpinan
dengan hasil 80%
(> 75% dikatakan demokrasi untuk
puas dan <75%
dikatakan tidak mengambil peluang
puas) menurut
Supranto (2007). izin belajar (S4, O1, 10)
10. Adanya
4. Meningkatkan
kesempatan
karyawan untuk kepuasan kerja
melakukan
pendidikan lanjut perawat dengan
11. Adanya
kerjasama dengan memanfaatkan
institusi
kesempatan untuk
pendidikan
12. Adanya mengikuti pelatihan
kerjasama dengan
Rumah Sakit lain dan seminar untuk
13. Adanya peluang
untuk TKK meningkatkan
menjadi PNS
pelayanan
14. Adanya dana
alokasi yang keperawatan dan
diberikan untuk
karyawan yang mendapatkan
melakukan
penghargaan (S8,O14,2)
pelatihan dan
seminar yang 5. Mengoptimalkan
ditugas kan oleh
Rumah Sakit indicator pelayanan
15. Pendanaan barang
habis pakai kesehatan dan
diambil dari
kepuasan pasien
pemasukan rumah
sakiPengajuan melalui anggaran
alat ruangan di
anak kepala rumah sakit untuk
ruangan terlibat
dalam fasiltas sarana dan
penyusunan
anggaran. prasarana yang
16. Rumah sakitsudah
memiliki website menunjang (S14,15,16,18
tersendiri untuk
20 , O6,7,15)
menampung
kritik dan saran. 6. Meningkatkan
17. Kepuasan pasien
di ruangan kelengkapan sarana
termasuk ke
dalam kategori dan prasarana
sangat puas
ruangan dengan
dengan hasil 80%
(> 75% dikatakan memanfaatkan
puas dan <75%
dikatakan tidak anggaran RS dan
puas) menurut
Supranto (2007). kerja sama dengan

mahasiswa instansi

pendidikan (S22, O11,15)

T ST WT

1. Makin tingginya 1. Ruang salak menjadi 1. Banyaknya latar belakang perawat


kesadaran wadah bagi mahasiswa yang belum melanjutkan
masyarakat akan untuk belajar lebih Pendidikan S1 keperawatan+Ners
pentingnya dalam dengan menjadikan RS untuk memberi
bimbingan, perluang seluruh perawat agar
kesehatan
pengawasan, dan dapat mengaplikasikan seluruh
2. Akan adanya
penjelasan yang detail, ilmu terbaru melalui Pendidikan
peraturan Depkes melalui SOP yang yang lebih tinggi
tahun 2019 bahwa diterapkan di Ruang
tenaga 2. Pelaksanaan metode tim atau
Salak (S10, T2)
keperawatan penugasan di Ruang Salak
minimal Skep., 2. Di Ruang Salak membantu siswa untuk lebih
mengedepankan kooperatif dan memahami setiap
Ners
pelayanan yang prima tugas Ketika berada di lahan praktik
3. Adanya pihak dari demi kepuasan klien dengan bimbingan yang detail (W5
rumah sakit didukung fasilitas yang T2)
competitor lain terbaru (S1, T1)
yang sudah 5. Pendidikan Kesehatan yang
menerapkan 3. Standar mutu dilakukan perawat di Ruang
pelayanan yang sangat Salak untuk memberikan
metode MPKP.
maksimal diberikan pemahaman kepada klien yang
4. Adanya tenaga Kesehatan dijadikan kepuasan klien lebih
mahasiswa yang untuk kepuasan utama mesikpun banyaknya
praktek dan belum pelayanan meskipun competitor di luaran sana tidak
mengetahui SOP banyaknya RS mengurangi kepuasan
yang berlaku di competitor di sekitar pelayanan di Ruang Salak
Rumah Sakit.
tidak menjadikan (W3,T1)
kurangnya kepuasan
5. Adanya rumah 3. Keselamatan pasien menjadi tolak
pelayanan (S4, T1)
sakit kompetitor ukur dalam setiap pelayanan yang
menggunakan alat 4. Ruang salak dilaksanakan walaupun banyaknya
yang lebih melakukan competitor
canggih. pengembangan dari
4. Pendapatan tenaga Kesehatan
segi SDM untuk
6. Adanya rumah belum sepenuhnya terpenuhi tanpa
meningkatkan
sakit kompetitor mengurangi pelayanan yang prima
kepuasan dibarengi
yang lokasinya hasil sebagai sumber
kepada pasien khususnya di Ruang
tidak berjauhan Salak meskipun competitor
dana RS (S2, T1)
dengan RS Dustira pelayanan banyak yang
menyuguhkan pelayanan maksimal,
seperti Rumah
namun kepuasan pasien tidak
Sakit Mitra Kasih,
dapat dibandingkan (W3, T2)
RSUD Cibabat
dan Rumah Sakit
Kasih Bunda.
7. Terdapat rumah
sakit kompetitor
yang dekat dengan
RS. Dustira
dengan tarif yang
lebih murah.
8. Rumah sakit
kompetitor
memiliki gaji yang
lebih besar
110

Rencana Strategi

1. INTERNAL FACTOR EVALUATION (IFE) MATRIX

NO Critical Success Factor Bobot Rating Score


(0,...) (1-4)

1 KEKUATAN

0,039 4 0,156
1. Kepala ruangan berlatar
belakang pendidikan
S1
Keperawatan dengan
pengalaman kerja ≥ 10
tahun
2. Sebagian besar masa kerja
0,039 3 0,117
perawat di Ruang anak ≥
4 tahun
3. Karu, Katim dan perawat
pelaksana di ruang anak
0,039 4 0,156
sudah mengikuti pelatihan
keperawatan sesuai
kebutuhan ruangan
pengetahuan perawat
4. Gaya kepemimpinan
yang dimiliki oleh kepala
ruangan adalah
Demokrasi
5. Uraian tugas / job
description sudah sesuai
dengan peran dan 0,039 4 0,156
tanggung jawabnya
6. Tersedianya struktur
organisasi dengan
garis komando yang jelas
sesuai dengan metode
asuhan keperawatan 0,039 4 0,156
profesional
yang diterapkan
diruangan di ruang Anak.
7. Pengetahuan perawat
pelaksana tentang model
8. Penugasan tim
di ruangan berdasarkan 0,039 3 0,117
indikator shift kerja baik
(100%), indikator uraian
tugas baik (100%), dan
indikator komunikasi
baik (100%)
9. Survei kepuasan perawat
menunjukkan data bahwa
sebagian besar perawat
pelaksana merasa
puas dengan presentase
(57,1%)
10. Ruang anak mempunyai
struktur organisasi 0,039 4 0,156
sendiri.
11. Pengetahuan tentang
tindakan timbang terima
dengan kategori baik 0,039 4 0,156
sejumlah 11 perawat
(78,5%).
12. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
mencuci tangan di
ruangan didapatkan
data sudah semua
perawat sesuai
dengan prosedur
(SOP).
13. Berdasarkan hasil 0,039 3 0,117
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan alat
kesehatan di ruangan
sudah sesuai dengan
prosedur (SOP).
14. Berdasarkan hasil
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan alat-alat
tajam di ruangan 0,039 4 0,156
didapatkan sudah
dilakukan sesuai
dengan prosedur
(SOP).
15. Berdasarkan hasil 0,039 3 0,117
observasi universal
precaution tentang
pengelolaan limbah di
ruangan sudah
dilakukan sesuai
prosedur (SOP)
16. Pelaksanaan sentralisasi 0,039 4 0,156
obat yang dilaksanakan
dengan baik sejumlah 14
perawat (100%).
17. Hasil dari observasi
terhadap 10 tindakan
yang sering dilakukan di
ruangan hampir rata-rata
sudah dilakukan sesuai
dengan prosedur (SOP)
dengan rata- rata
presentase (90%).
18. Metode penugasan
berdasarkan hasil
wawancara dan
observasi di ruangan
adalah menggunakan
metode TIM. 0,039 3 0,117
19. Sudah terdapat SOP
yang ada di ruangan.
20. Sudah terdapat satuan
asuhan keperawatan.
21. Fasilitas kesehatan
ruangan cukup
memadai sesuai dengan
standar Depkes
dengan presentase 92%
22. Tersedia tempat sampah
medis dan non medis.
23. Ruang tindakan masih 0,039 3 0,117
layak untuk digunaka.
24. Ruangan pasien dibagi
menjadi beberapa
kategori kelas 1, 2, 3 ,
ruang observasi dan
paviliun.
25. ATK dengan kondisi
yang baik dan layak
pakai.
26. Alat tenun layak untuk
digunakan
27. Terdapat ruangan
ruangan karu dan nurse
station terletak ditengah 0,039 3 0,117
ruangan perawatan untuk
memudahkan segala
aktivitas diruangan.
28. Sistem mitigasi bencana
diruangan dalam kondisi
baik dengan presentase
100%
29. Peralatan non medis di
ruangan sangat layak
untuk menunjang
perawatan
30. Terdapat SOP diruang 0,039 4 0,156
anak
31. BOR diruangan
selama tahun 2021
termasuk normal
60% menurut parameter
(Depkes RI, 2005).
32. Nilai rata-rata TOI di 0,039 4 0,156
ruangan adalah 7 yang
menunjukan bahwa nilai
TOI di ruangan sudah
ideal atau sudah sesuai
parameter (Depkes RI,
2005).
33. Nilai rata-rata MDR di
ruangan adalah 0 (<25%)
yang menunjukan bahwa
nilai MDR di ruangan
sudah ideal sesuai
dengan parameter
(Depkes RI, 2005). 0,039 4 0,156
34. Sasaran mutu yang
digunakan di Rumah
Sakit mengarah
kepada keselamatan
pasien (patient safety).
35. Rumah Sakit sudah
menetapkan metode
penyelesaian masalah
mutu keperawatan 0,039 4 0,156
dengan PDSA (Plan-
Do-Study-Act) sebagai
salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas 0,039 4 0,156
mutu kesehatan.
36. Angka kejadian HAIs
(Healthcare Associated 0,039 3 0,117
Infections) di ruangan
pada bulan Januari 2020
sampai Januari 2021
adalah 0% dimana
bahwa mutu
pelayanan keperawatan
sudah baik.
37. Ruangan sudah 0,039 4 0,156
menerapkan manajemen
resiko dalampelayanan
keperawatan 0,039 3 0,117
38. Ruangan sudah
melaksanakan
pengidentifikasian pasien 0,039 4 0,156
dengan tepat sesuai
dengan standar Rumah
Sakit
39. Ruangan sudah
menggunakan metode
komunikasi SBAR
40. Ruangan sudah 0,039 3 0,117
melaksanakan
peningkatan keamanan
obat
41. Ruangan sudah 0,039 3 0,117
melaksanakan
pengurangan resiko salah 0,039 3 0,117
lokasi, salah pasien,
dan salah tindakan
operasi
42. Ruangan sudah
melaksanakan
pengurangan resiko
infeksi sesuai standar
Rumah Sakit
43. Ruangan sudah
melaksanakan 0,039 3 0,117
pengurangan resiko
pasien jatuh sesuai
dengan standar Rumah
Sakit
44. Kebutuhan perawatan
diri pasien di ruangan 0,039 3 0,117
sudah terpenuhi
sepenuhnya
45. Terdapat sumber dana
dari Kerja sama antar
rumah sakit, instalasi
pendidikan, pasien 0,039 4 0,156
(umum dan BPJS), jam
kesmas dan pasien 0,039 3 0,117
kontraktor.
46. Adanya pengembangan
sarana prasarana dan
sumber daya manusia
47. Adanya gaji pokok bagi
PNS dan Non- PNS
setiap bulan
48. Adanya insentif bagi
PNS dan Non-PNS 0,039 3 0,117
49. Adanya tunjangan hari
raya idul fitri
50. Adanya tunjangan hari
tua yang diberikan untuk
PNS (pensiun)
51. Adanya remunerisasi
yang diberikan untuk
PNS sesuai dengan
pangkat dan golongan
52. Adanya jaminan
kesehatan bagi PNS 0,039 3 0,117
melalui (BPJS kesehatan
dan ketenaga kerjaan)
53. Adanya jaminan
kesehatan bagi Non-PNS
melalui BPJD dan
ketenaga kerjaan
54. Adanya bonus yang
diberikan kepada perawat
teladan
55. Adanya uang kas yang
dilakukan oleh ruangan
anak 0,039 4 0,156

0,039 4 0,156
0,039 3 0,117

0,039 3 0,117
0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

0,039 4 0,156

0,039 4 0,156
0,039 3 0,117

0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

0,039 4 0,156
0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

0,039 3 0,117

0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

0,039 4 0,156
0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

0,039 4 0,156

0,039 3 0,117

2 KELEMAHAN
0,039 2 0,078
3. Sebagian besar perawat
dengan status
kepegawaian KHL
(Kerja Harian Lepas)
4. Sebagian besar
perawat pelaksana
memiliki jenjang karir 0,039 2 0,078
Pk 1
5. Sebagian besar perawat
pelaksana di Ruang anak
berlatar pendidikan D3
Keperawatan
sebanyak 9 orang
6. Ketua Tim berlatar 0,039 1 0,039
belakang pendidikan S1
keperawatan
7. Jumlah perawat
kurang dari standar jika
dilihat berdasarkan
perhitungan Douglas dan
PPNI (25 0rang)
8. Beban kerja perawat 0,039 2 0,078
tinggi
9. Masih adanya turn over
(pergantian karyawan
dalam suatu organisasi
perawat) 0,039 1 0,039
10. Didapatkan 3 perawat
(21,4%) yang
pengetahuan tentang
tindakan timbang terima
dengan kategori kurang
baik. asuhan
keperawatan dengan
lengkap. sejumlah 12 0,039 1 0,039
perawat
(71%). 0,039 1 0,039
11. Pengetahuan perawat
tentang pelaksanaan
supervise dengan
kategori kurang
sejumlah 9 perawat
(53%). 0,039 2 0,078
12. Pengetahuan perawat
tentang metode asuhan
keperawatan dengan
kategori kurang
sejumlah 10 perawat
(59%).
13. Dalam pelaksaaan
metode penugasan
(metode TIM) masih
belum optimal , masih
kurang , tidak sesuai,
dengan beban kerja.
14. Tidak terdapat ruang
mahasiswa sehingga
hanya menggunakan
ruangan CI untuk 0,039 1 0,039
menyimpan barang dan
berdiskusi.
15. Tidak terdapat bel
diruang perawatan kelas
1,2,3.
16. Kurangnya leaflet
sebagai media penkes.
17. Handwash dan handsrub
tidak semua botol terisi
terutama dilingkungan
18. Struktur organisasi tidak 0,039 1 0,039
sesuai dengan perawat
yang berada diruangan.
19. Nilai AvLos di ruangan
adalah 2,5 sehingga
dapat disimpulkan bahwa
nilai AvLos belum ideal
atau belum sesuai dengan
parameter (Depkes RI,
2005).
20. Nilai rata-rata BTO di
ruangan 0,05 yang 0,039 1 0,039
menunjukan bahwa nilai
BTO di ruangan belum
ideal atau belum sesuai
parameter (Depkes RI,
2005).
21. Ruangan masih kurang
ketersediaan leaflet
sebagai media promosi
kesehatan.
22. Tidak terdapat tunjangan 0,039 1 0,039
hari tua untuk TKK
23. Tidak terdapat
remunerisasi untuk TKK
24. Tidak ada alokasi dana
yang diberikan
untuk karyawan yang
ingin melakukan
pelatihan dan seminar
jika tidak ditugaskan
oleh Rumah Sakit 0,039 1 0,039

0,039 2 0,078

0,039 1 0,039

0,039 1 0,039
0,039 2 0,078

0,039 2 0,078

0,039 2 0,078
0,039 1 0,039

0,039 1 0,039

0,039 1 0,039

JUMLAH TOTAL 1 219 8,951

3. EKSTERNAL FACTOR EVALUATION ( EFE) MATRIX

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SCORE

PELUANG 0,.... 1-4

1. Rumah sakit memberikan


peluang untuk melanjutkan 0,039 4 0,156
pendidikan bagi tenaga keperawatan
walaupun dari biaya sendiri
2. Adanya reward yang diberikan oleh
pihak Rumah Sakit kepada petugas
kesehatan yang mempunyai kinerja
yang baik setiap tahunnya 0,039 3 0,117
3. Adanya peluang KHL menjadi PNS
4. Adanya kebijakan dari RS untuk
menerapkan metode MPKP di
ruangan.
5. Menjadi rumah sakit rujukan dengan
mengedepankan pelayanan prima.
6. Pendanaan barang habis pakai diambil
0,039 4 0,156
dari pemasukan rumah sakit.
7. Pengajuan alat ruangan di anak kepala
ruangan terlibat dalam penyusunan 0,039 4 0,156
anggaran
8. Rumah sakit sudah memiliki website
tersendiri untuk menampung kritik dan
0,039 3 0,117
saran.
9. Kepuasan pasien di ruangan termasuk
ke dalam kategori sangat puas dengan
hasil 80% (> 75% dikatakan puas dan
0,039 4 0,156
<75% dikatakan tidak puas) menurut
Supranto (2007).
10. Adanya kesempatan karyawan
untuk melakukan pendidikan lanjut 0,039 4 0,156
11. Adanya kerjasama dengan institusi
pendidikan
12. Adanya kerjasama dengan Rumah
0,039 3 0,117
Sakit lain
13. Adanya peluang untuk TKK menjadi
PNS
14. Adanya dana alokasi yang diberikan 0,039 3 0,117
diberikan untuk karyawan
yang melakukan pelatihan
dan seminar yang ditugas kan oleh
Rumah Sakit.

ANCAMAN

3. Makin tingginya kesadaran masyarakat


akan pentingnya kesehatan.
4. Akan adanya peraturan Depkes tahun 0,039 4 0,156
2019 bahwa tenaga keperawatan minimal
Skep.,Ners
5. Adanya pihak dari rumah sakit competitor
lain yang sudah menerapkan metode
MPKP. 0,039 4 0,156
6. Adanya mahasiswa yang praktek dan
belum mengetahui SOP yang berlaku
0,039 3 0,117
dirumah sakit
7. Adanya rumah sakit kompetitor
menggunakan alat yang lebih canggih. 0,039 3 0,117
8. Adanya rumah sakit kompetitor yang
lokasinya tidak berjauhan dengan RS
0,039 4 0,156
Dustira seperti Rumah Sakit Mitra Kasih,
RSUD Cibabat dan Rumah Sakit Kasih
Bunda.
9. Terdapat rumah sakit kompetitor yang
dekat dengan RS. Dustira dengan tarif
yang lebih murah.
10. Rumah sakit kompetitor
memiliki gaji yang lebih besar. 0,039 2 0,078

0,039 2 0,078

0,039 2 0,078

0,039 1 0,039

0,039 2 0,078

0,039 1 0,039
0,039 1 0,039

0,039 2 0,078

Keterangan IFE & EFE

a. Jumlah total bobot harus sama dengan 1


b. Rating 1-4
- 4 jika kekuatan tinggi
- 3 jika kekuatan lemah
- 2 jika kelemahan lemah
- 1 Jika kelemahan tinggi
- Score masing masing dikalikan antara bobot dengan rating. Selanjutnya
dijumlahkan dalam nilai total

A. Internal dan Eksternal Matrix

IFE
Kuat Sedang Lemah

8,9
4.0 3.0 2.0 1.0

Kuat

E
I II III
F 3.0
2,1
E

IV V VI
Sedang

2.0 VII VIII IX


Lemah 1.0

Kesimpulan :

Didapatkan IFE (8,9) dan EFE (2,1) Pada IE matrix di atas ditunjukan

kondisi ruang rawat tersebut berada pada sel 4. Simbol sel ini +/+. Sel

4 menggambarkan kondisi Grow dan Build. Strategi yang di sarankan

pada 4 sel yaitu: strategi intensif (market penetration, market

development, dan product development) dan strategi integratif

(backward integratif, forward integration, dan horizontal integration)

*Keterangan pada halaman akhir.


B. Matrix Space Table

Tabel 3 1 Matrix Tabel

FAKTOR KUNCI RATING


FAKTOR INTERNAL
1. Kekuatan keuangan (FS)

a. Sumber dana terdapat


+4
dari APBN dan
anggaran rumah sakit
b. BOR 71% standar
+3
Depkes
2. Kekuatan Industri (IS)
a. RS Dustira adalah
RS tk II B Milik TNI
+4
AD yang menerima
pasien Askes, BPJS
dan umum
b. Peralatan 90%
sesuai standar
+4

FAKTOR EKSTERNAL
1. Stabilitas Lingkungan (ES)
a. Letak cukup strategis karena
berada di tengah kota dan
daerah lingkungan militer -1
b. Bekerja sama dengan
instansi pendidikan dalam
praktik mahasiswa -1
c. Kepatuhan tenaga perawat
terhadap SOP Optimal -1
2. Keuntungan Kompetisi (CA)
a. Terdapat rumah sakit terdekat
sebagai kompetitor yaitu
RSUD Cibabat, Mitra Kasih, -2
MAL, Kasih Bunda

Hasil Rating Matrix SPACE :

1. FS = (jumlah FS) : jumlah option = (7) : 2 = 3,5

2. ES = (jumlah ES) : jumlah option = (-3) : 3 = -1

3. IS = (jumlah IS) : jumlah option = (8) : 2 = 4

4. CA = (jumlah CA) : jumlah option = (-2) : 1 = -2

5. X = IS +CA = 4 + (-2)= 2

6. Y = FS + ES = 3,5 + (-1) = 2,5

*Masukan kedalam matrix space.

C. Matrix Space

Gambar 3 1 Matrix Space

(x = 2 y = 2,5)
Banyak

peluang

lingkungan

Sel.3 Strategi Sel. 1 Strategi

Berbenah agresif

Diri (konservatif)

Kelemahan Kekuatan

Intern yang intern

Kritis yang penting

Sel. 4 Strategi Sel.2 Strategi

Defensif diversifikasi

(kompetitif)

Ancaman

Lingkungan

yang besar

Kesimpulan :
Pada Matrix Space di atas ditunjukkan kondiri ruang rawat

tersebut berada pada Sel 1. Simbol sel ini +/+. yaitu strategi agresif

berarti rumah sakit berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang ada, mengatasi masalah internal dan

menghindari ancaman-ancaman.

. Strategi yang disarankan pada sel 1 yaitu: strategi intensif

(market penetration, market development, dan product development)

dan strategi integratif (backward integratif, forward integration, dan

horizontal integration, conglomerate diversification, concentric

diversification, horizontal diversification) *Keterangan ada pada

halaman akhir

D. Alternatif Strategi

No ALTERNATIF STRATEGI TOWS IE SPACE


MATRI MATRI MATRI

X X X

1. 1Membuat leaflet 10 kasus penyakit terbanyak -/+ +/+ +/+

2. 2Melakukan desiminasi peningkatan -/+ +/+ +/+

pengetahuan ronde keperawatan dan

suvervisi peran kinerja perawat

3. 3Meningkatkan sarana dan prasarana -/+ +/+ +/+

pengadaan denah ruangan

Tabel 3 2 Alternatif Strategi


E. Planning Of Action

NO TUJUAN KEGIATAN PENANGGU WAKTU INDIKATOR

NG JAWAB KEBERHASILAN
5M

1 Meningkatkan kinerja Membuat leaflet 10 Adin 12-02- Terdapat leaflet 10 besar

dalam pelayanan kasus penyakit 2021 kasus penyakit diruangan

keperawatan terbanyak yang telah diperbanyak.

2 Membuat rancangan Melakukan desiminasi Vickry 12-02- Terdapat peningkatan

tentang desiminasi peningkatan 2021 pengetahuan melalui post

untuk meningkatkan pengetahuan ronde test dari pretest desiminasi

pengetahuan perawat keperawatan dan dari masing-masing tema

tentang ronde suvervisi peran kinerja sebanyak 10%

keperawatan dan perawat

supervisi
3 Untuk Untuk mengoptimalkan Iqbal 13-02- Terdapat denah ruangan di

mengoptimalkan sarana dan prasarana 2021 Ruang Galunggung

sarana dan prasarana ruangan

ruangan

Tabel 3 3 Planning Of Action

*Keterangan :

1. Strategi Aggressive

a. Market Penetration

Adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar yang ada

sekarang melalui usaha-usaha pemasaran untuk intensif. Strategi ini dipilih bila : pasar sekarang

belum jenuh, penggunaan dari pelanggan meningkat, pangsa pasar dari pesaing menurun sedang
penjualan total dari industri meningkat atau kolerasi antar keuntungan dan biaya pemasar tinggi.

Salah satu caranya dengan memanfaatkan tenaga kerja perawat ruangan yang sudah pernah

mengikuti pelatihan BTCLS/BCLS, dan pelatihan lainnya dalam pemberian pelayanan maksimal

menghadapi RS kompetitor, memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan seminar

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

b. Market Development

Adalah strategi mengenal produk atau jasa yang ada ke daerah baru. Strategi ini dipilih bila

terdapat jaringan distribusi baru yang murah, baik, dan dapat diandalkan, organisasi sangat sukses,

pasar belum jenuh, atau organisasi mempunyai kapasitas produk yang berlebih. Strategi yang

dilakukan di ruang Galunggung (Bedah pria) adalah mengadakan leaflet 10 masalah keperawatan dan

10 SOP tindakan terbanyak di ruangan dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak institusi

pendidikan.

c. Produk Development

Adalah strategi yang berusaha meningkatkan penjualan dengan jalan memperbaiki atau

memodifikasi produk dan jasa yang ada. Strategi ini dipilih bila organisasi mempunyai produk sukses
yang sudah ada dalam tahap matang dengan menarik pelanggan yang puas terhadap produk baru,

persaingan industri dengan ciri teknologi yang cepat berkembang, pesaing utama menawarkan

produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga bersaing, organisasi bersaing dalam industri

dengan pertumbuhan tinggi atau mempunyai kemampuan riset dan pengembangan yang kuat.

Strategi yang digunakan di ruang Galunggung (Bedah pria) dengan mempertahankan dan

meningkatkan pengetahuan perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan,

Metode Tim, Ronde keperawatan, Timbang Terima, Discharge Planing, Sentralisasi Obat, Supervisi

dan Universal Precaution, Meningkatkan pengetahuan perawat tentang jenis komunikasi dan gaya

kepemimpinan dengan memanfaatkan kesempatan mengikuti pelatihan, seminar, dan izin belajar.

d. Backward Integration

Adalah strategi untuk mendapatkan atau meningkatkan control terhadap perusahaan pemasok.

Strategi ini dipilih bila pemasok yang sekarang mahal dan tidak dapat diandalkan untuk memenuhi

kebutuhan, jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak, organisasi bersaing di dalam industri

yang sedang berkembang, atau pemasok sekarang mempunyai profit margin yang tinggi. Salah satu

cara yang akan dilakukan adalah membuat papan penugasan, untuk mengoptimalkan metode
penugasan di ruangan, pengajuan ketenagaan perawat, meningkatkan pelayanan keperawatan

berdasarkan rata – rata masa kerja perawat, pengalaman pelatihan yang pernah diikuti, dan

kesesuaian setiap jobdesc dengan memanfaatkan adanya izin belajar dari RS untuk

mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan perawat. Memanfaatkan adanya gaya

kepemimpinan demokrasi dan gaya komunikasi partisipasi untuk mengambil peluang izin belajar.

e. Forward Integration

Adalah strategi untuk mendapatkan atau meningkatkan kontrol terhadap distributor atau

pengecer. Strategi ini dipilih bila tidak ada distributor yang baik untuk bersaing di dalam industri yang

sedang berkembang atau distributor dan pengecer sekarang mempunyai profit yang tinggi. Cara yang

akan dilakukan adalah mengoptimalkan indicator pelayanan kesehatan bagi pasien dan kesejahteraan

karyawan melalui anggaran rumah sakit yang meliputi dari pembayaran pasien anggaran rumah sakit

dari pelayanan kesehatan dari pasien baik BPJS dinas sipil/dinas TNI/kantor/PNS, BPJS mandiri,

umum, kontraktor/jamsostek, askes, dan jamkesmas; Mengusulkan kepada kepala ruangan mengenai

peningkatan pemberian reward secara khusus bagi pegawai berprestasi untuk mengadakan
pengembangan kualitas SDM, yang bersumber dari kerjasama dengan pihak institusi pendidikan dan

beberapa perusahaan.

f. Horizontal Integration

Adalah strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan control terhadap pesaing.

strategi ini di pilih bila organisasi mendapat monopoli, bersaing di dalam industry yang sedang

berkembang, atau pesaing kurang menguasai pengolahan pemasok. Salah satu cara yang dilakukan

adalah mengajukan agar diadakannya program unggulan guna meningkatkan kualitas pelayanan

g. Conglomerate Diversification

Adalah menambah produk atau jasa baru. Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi

konglomerat sebagian didasarkan pada harapan laba dari memecah-mecah perusahaan yang dibeli

dan menjual divisi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kelengkapan

alat-alat medis dengan memanfaatkan sumber dana anggaran Rumah Sakit dan kas ruangan

h. Concentric Diversification
Adalah menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan secara langsung. Salah satu cara

yang dilakukan adalah meningkatkan sarana prasarana di RS khususnya di ruangan pasien dengan

memanfaatkan sumber dana Kesdam.

i. Horizontal Diversification

Merupakan penambahan produk atau jasa tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah

ada. Resiko strategi ini tidak sebesar diversivikasi konglomerat karena perusahaan pasti sudah

mengenal pelanggan yang sudah ada. Salah satu cara yang dilakukan adalah meningkatkan Sarana

prasarana alat kesehatan yang sesuai dengan standar depkes untuk pasien (melengkapi no bed

pasien yang terpasang di dinding, bel di ruangan, dan kotak saran) dengan memanfaatkan dana

Kesdam, dan kerja sama dengan pihak lain.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas.

Jakarta: Depkes RI

Gillies, DA. 2000. Nursing Management A system Approach. Philadelpia : WB.

Sauders Company

Nursalam. 2016. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan

profesional. Jakarta : salemba medika

Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Cakrawala

Ilmu

Anda mungkin juga menyukai