Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL SEMINAR
Diajukan sebagai tugas dari mata kuliah seminar matematika
OLEH :
ADE FITRAWAN IBRAHIM
4114 14 103
2017
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai salah satu mata pelajaran pokok / wajib dalam setiap Ujian Akhir
Nasional (UAN) serta dilihat dari jumlah jam mata pelajaran matematika yang
lebih banyak.
matematika. Hal ini terlihat dari beberapa hasil ulangan mereka khususnya
soal pemecahan masalah dan hasil ulangan tengah semester. Selama ini guru
mengajar yang mengandung aktivitas belajar siswa cukup tinggi dan termasuk
model yang disarankan dalam GBPP 1994. Pendekatan model ini termasuk
masalah telah dibuat, baik secara tertulis maupun tidak selanjutnya dilakukan
adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah yang dapat
3. Siswa memiliki rasa bosan, malas, serta tidak memiliki ketertarikan untuk
belajar.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan karena keterbatasan waktu, tenaga dan
solving terhadap hasil belajar siswa materi bangun ruang sisi lengkung di
solving lebih tinggi dari hasil belajar siswa daripada yang dibelajarkan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah hasil belajar
Pembelajaran problem solving lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa
1. Bagi Guru
2. Bagi Siswa
3. Bagi Peneliti
solving.
BAB II
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai
dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau
ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha
belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu,
dalam bukunya Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi dalam Baharuddin
dan Esa (2015 : 17), Ia menyatakan bahwa belajar (learning) adalah proses
multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai
mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi,
makhluk lainnya. Hanya manusia yang memiliki otak untuk berkembang baik
Jihad dan Abdul (2013 : 4), belajar tidak efektif jika anak duduk dengan
manis di kelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal, namun belajar
saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah belajar aktif (sering dikenal
belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari
belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang
sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila
siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu
Yamin (2015 : 6), belajar adalah upaya mewujudkan diri dalam bentuk-
bentuk nyata yang diharapkan dapat mengubah keadaan dari tertutup menjadi
esensial.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman individu
dilakukan oleh guru baik dirumah, di sekolah atau belajar dimanapun adalah agar
dapat memperoleh hasil belajar yang dianggap baik yaitu telah memenuhi standar
hasil belajar yang telah ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan
pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam
silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai
oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk
Uno (2016: 213) Hasil Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap
yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada dilingkungan, yang
Menurut Susanto (2016 : 5), yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
laku yang masih verbal, perluasan kategori menjadi sederetan tujuan, dan tingkah
sebaagai ujian dan butir-butir soal. Ada tiga ranah atau domain besar, yang
terletak pada tingkatan kedua yang selanjutnya disebut takosonomi, yaitu ranah
análisis, síntesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
hasil belajar keterampilan dan pengetahuan bertindak. Ada enam aspek ranah
penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling
banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Berikut penjelasan hasil belajar dari
pengetahuan termaksud kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,
tidaklah berarti bahwa pengertian tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat
Tipe hasil belajar aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang
terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara
Tipe hasil belajar síntesis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll.
hasil evaluasi. Jika hasil evaluasi dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah
Yang perlu diperhatikan adalah minimal setiap warga belajar memperoleh nilai
Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan, jika masih ada yang memiliki nilai
pembelajaran.
dicapai peserta didik penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang /
keberhasilannya diukur, seberapa jauh hasil belajar yang dicapai peserta didik,
Menurut Manurung (2013 : 14) hasil belajar matematika adalah hasil dari
pendidikan sekolah yang diukur dari kemampuan peserta didik tersebut dalam
itu merupakan suatu tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat
nilai/skor akhir pelajaran matematika baik yang diperoleh melalui tes maupun
observasi.
perubahan tingkah laku peserta didik dalam bentuk peningkatan kecakapan dan
Hasil belajar matematika yang diharapkan dalam penelitian ini adalah kemampuan
yang diperoleh dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran matematika
disekolah, yakni berupa perubahan tingkah laku yang dicirikan dengan ranah
kognitif.
memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah,
adalah perbedaan antara kondisi yang ada (objektif) dengan kondisi yang
menjadi tantangan yang tidak dapat segera diselesaikan dengan prosedur rutin
yang di peroleh dengan yang diinginkan, (Pranata, 2005 : 3). Sejalan dengan
pendapat tersebut Prawiro (1986 : 36) mengatakan bahwa problem solving adalah
metode mengajar dengan jalan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang
yang ada pada diri siswa tersebut. Menurut Hudoyo (2007 : 26), dalam
pengajaran matematika, bahwa masalah (soal) matematika dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika yang bersifat latihan
agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru diajarkan.
2. Masalah yang tidak seperti halnya latihan melainkan menghendaki siswa untuk
suatu model pembelajaran dimana siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang
2. menyusun rencana penyelesaian, Pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat
menyelesaikan masalah dengan melihat contoh atau dari buku, dan bertanya
pada guru.
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
Solving
Setiap pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Problem Solving yaitu :
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahan.
Solving yaitu :
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahannya.
tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan
kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
Solving.
2) Isi dari kurikulum sangat padat dan tidak memberikan celah untuk Problem
Solving.
Solving
bahwakelemahan Problem Solving yaitu :
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
Solving yaitu :
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan ini sering
mempelajari pengetahuan yang terstruktur dan dapat dipelajari melalui tahap demi
tahap, Arends (dalam Suprihatiningrum, 2013 : 229). Model ini berpusat pada
guru (teacher centered) dan melandaskan pada tiga ciri: (1) tipe siswa yang
dihasilkan, (2) alur atau sintaks dalam proses pembelajarannya, dan (3)
structured academic content and acquisition of all kinds of skill, Arends (dalam
tujuan utama, yaitu agar siswa menguasai bahan pelajaran dan memiliki berbagai
keterampilan.
peran siswa sebagai peserta didik. Memang dalam model pembelajaran ini peran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru yang
Secara rinci, sintaks dari model pembelajaran langsung tersaji dalam tabel berikut
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Fase 4
Fase 5
1) Menyampaikan Tujuan
Pengajar memberikan penjelasan tujuan pembelajaran serta
2) Menyiapkan Siswa
awal siswa yang mungkin akan mendukung pada pemahaman konsep atau
dengan struktur yang baik. Agar kejelasan tahap demi tahap dicapai,
sebaiknya guru membuat analisis tugas. Tujuan yang akan dicapai dipecah
selangkah.
3. Memberikan Latihan Terbimbing
disederhanakan.
Fase ini mirip dengan apa yang disebut resitasi. Fase ini ditandai
hasil latihan yang diperoleh siswa. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak
perhatian siswa pada proses bukan pada hasil. Dengan demikian, siswa
akan memahami bahwa hasil yang baik akan diperoleh bila proses yang
ditempuh telah dilakukan dengan benar. Umpan balik negatif sebaiknya
langkah ini yang haris dijelaskan guru pada tahapan mana siswa masih
salah.
hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri di
langsung disajikan dalam lima tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Fase 1
Fase 3
Fase 4
umpan balik.
Fase 5
sehari-hari.
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi
guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau
1) guru memaparkan tujuan pembelaajaran serta hal apa saja yang harus
dipelajari siswa;
dilakukan siswa;
melalui pembimbingan;
6) guru menilai kinerja siswwa dan memberikan umpan balik positif terhadap
keberhasilan siswa, jika siswa belum berhasil, guru perlu memberikan bimbingan
kembali;
1. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan materi yang akan
disajikan.
6. Salah satu metode yang dipakai dalam model ini adalah ceramah. Metode
kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki
antara teori (yang harusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka
lihat).
mengamati, dan mencatat dengan baik. Oleh karena itu, guru masih harus
guru.
4. Kesuksesan pembelajaran ini sangat bergantung pada guru. Jika guru siap,
dengan baik.
yang baik dari guru. Jika komunikasi tidak berlangsung efektif, dapat
kesalahpahaman siswa.
akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat
10. Siswa menjadi tidak bertanggung jawab mengenai materi yang harus
guru.
2.1.5.1.1. Tabung
oleh dua bidang berbentuk lingkaran pada bagian atas dan bawahnya. Kedua
lingkaran tersebut memiliki ukuran yang sama besar serta kongruen. Keduanya
saling berhadapan sejajar dan dihubungkan oleh garis lurus. unsur-unsur yang ada
t = tinggi tabung
r = jari-jari
2.1.5.1.2. Kerucut
kerucut adalah:
t = tingi kerucut
r = jari-jari alas kerucut
s = garis pelukis
Rumus-Rumus Yang Berlaku untuk Kerucut:
2πs
2.1.5.1.3. Bola
titik pusat dan membentuk titik-titik dengan jari-jari yang sama yang saling
r = jari-jari bola
berpikir kreatif siswa. Lain halnya dengan penelitian oleh Septi Ayuningsih,
dalam hal ini peneliti ingin meneliti hasil belajar siswa dengan penerapan Problem
Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Septi
Ayuningsih adalah pada materi dan tingkat sekolah. Pada penelitian ini materi
yang digunakan adalah bangun ruang sisi lengkung sedangkan pada penelitian
sekolah menengah atas. Adapun perbedaan lainnya terletak dalam jenis penelitian
Nonequivalent Group.
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Prestasi belajar siswa yang maksimal
dapat dicapai melalui peran aktif dari guru dan siswa. Sedangkan proses
dan tidak adanya kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengakibatkan siswa
kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan
tidak adanya keaktifan dalam proses belajar mengajar secara maksimal sehingga
hasil belajar menjadi rendah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
Solving.
maka hipotesis penelitian ini adalah Hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran problem solving lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa
METODOLOGI PENELITIAN
Biru Kabupaten Gorontalo. Sasaran dari penelitian ini yaitu siswa kelas IX dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Penelitian ini terdiri dari kelas control dan
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Keterangan :
dependen (terikat). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika.
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SMP Negeri
Widyakrama kab. Gorontalo yang terdiri dari 2 kelas dengan kemampuan yang
siswa di bagi menjadi 2 kelas lagi yaitu kelas A dan kelas B dengan
awal matematika (pretest) dan data hasil belajar siswa yang menggunakan model
langsung pada materi bangun ruang sisi lengkung. Sumber data tersebut adalah
instrument berupa test essay yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk memperoleh kelayakan instrument, dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas.
pengetahuan atau kemampuan baik berupa sikap, nilai maupun keterampilan yang
Hasil belajar siswa akan dilihat dari skor total yang diperoleh siswa
melalui tes hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung yang
Menentukan
hasil luas
2 - - 3,4 - - - 2
permukaan dan
volume tabung
Menyelesaikan
permasalahan
yang berkaitan
3 dengan tabung - - - 5,6 - - 2
dalam
kehidupan
sehari – hari
Mengidentifika
4 si unsur – 7 8 - - - - 2
unsur kerucut
Menentukan
hasil luas
5 permukaan dan - - 9,10 - - - 2
volume
kerucut
Menyelesaikan
permasalahan
yang berkaitan
6 dengan kerucut - - - 11,12 - - 2
dalam
kehidupan
sehari – hari
Mengidentifika
7 si unsur – 13 14 - - - - 2
unsur bola
8 Menentukan - - 15,16 - - - 2
hasil luas
permukaan dan
volume bola
Menyelesaikan
permasalahan
yang berkaitan
9 dengan bola - - - 17,18 - - 2
dalam
kehidupan
sehari – hari
Jumlah 3 3 6 6 - - 18
Keterangan :
C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman
C3 : Penerapan C4 : Analisis
C5 : Sistesis C6 : Evaluasi
kevalidan suatu instrumen. Jadi suatu soal dikatakan valid apabila soal itu dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini pengujian validitas tes
dalam tahap ini peneliti lakukan melalui bimbingan dosen dan guru mitra
hasilnya, tahap kedua adalah pengujian validitas empirik dengan menggunakan uji
korelasi product moment yaitu korelasi antar skor butir tes dengan skor total tes.
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi produck moment
∑X = Jumlah skor untuk tiap item
∑Y = Jumlah skor untuk keseluruhan item
n = Jumlah responden(banyaknya pesetra didik yang mengikuti tes)
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik, Instrumen yang sudah
Instrumen penelitian ini adalah dalam bentuk essay, maka rumus yang digunakan
[ ][ ]
2
k Σσ
r 11= 1− 2 b
k −1 σt
Keterangan :
r 11=¿ Reabilitas instrumen
k =¿ Banyaknya butir soal
Σ σ 2b=¿ Jumlah varians butir soal
2
σ t =¿ Varians soal
digunakan mean median dan modus. Sedangkan untuk analisis inferensial untuk
variabel bebas yang sulit dikontrol tetapi dapat diukur bersama variabel terikat.
Adapun asumsi yang paling mendasar yang harus dipenuhi adar analisis kovarians
diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji
normalitas yang digunakan adalah uji lilefors (Sudjana, 2005: 466) dengan
x=
∑ xi
n
s = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus:
2
s=
∑ ( x i−x )
2
n−1
2. Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F ( z i ) =P ( z ≤ z i ).
3. Selanjutnya dihitung proporsi z 1, z 2,...¸ z n yang lebih kecil atau sama dengan z i.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( z i ), maka
banyaknya z 1 , z 2 , ... ¸ zn yang ≤ zi
S ( z i )=
n
4. Hitung selisih F ( z i ) - S ( z i ) kemudian tentukan harga mutlaknya
5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
2 2
H 0 : σ 1=σ 2 : kedua kelas memiliki kemampuan yang sama (homogen)
2 2
H 1: σ1≠ σ 2 :kedua kelas memiliki kemampuan yang tidak sama (tidak
homogen)
F≥ F F
Tolak H 0 hanya jika 1
α (V 1 .V 2 )
dengan 1
α (V 1 .V 2 )
didapat daftar distribusi F dengan
2 2
1
peluang α , sedangkan derajat kebebasan
V 1 dan V 2 masing – masing sesuai
2
dengan dk pembilang dan penyebut.
a
JP(A) = ∑ ¿¿
i=1
(∑ X t )
2
JK x (T) =∑X − 2
t
nt
{∑ (∑ X i )
}
2
a a
JK x (D) =∑ X −
2
=¿ ∑ X i ¿
2
i=1
i ¿ i=1
∑{ }
(∑ )
2
(∑ X t )
2
JK x (A)
a
Xi
= −
i=1
¿ nt
(∑ Y t )
2
JK y (T) = ∑Y − 2
t
nt
{∑ (∑ Y i )
}
2
a a
JK y (D) =∑ Y − 2
=¿ ∑ Y 2i ¿
i=1
i ¿ i=1
{ (∑ Y i )
} (∑ Y t )
2 2
a
JK y (A) =∑ −
i=1
¿ nt
F tabel=F ¿¿
Hal ini berarti terdapat pengaruh pretest (X) terhadap hasil belajar
matematika (Y) dengan demikian, pelibatan pretest dalam model
ANKOVA adalah tepat. Artinya efek pretest perlu dekendalikan
melalui ANKOVA karena ia mempengaruhi hasil Y, padahal tujuan
penenlitian adalah untuk mempelajari model pembelajaran terhadap Y.
Jadi penggunaan ANKOVA sangat tepat untuk menjamin bahwa hasil
Y memang dipengaruhi oleh model pembelajaran yang akan dicobakan.
H 1: Bukan H 0