Oleh :
1. Arisca Suro Atmojo (21106058)
2. Dicky Syah Putra (21106070)
3. Muhammad Ikhsanudin (21106015)
4. Anggi Afriadi (21106081)
5. Samsul Arifin (21106025)
6. Hartono (21106053)
7. Teguh Susilo (21106071)
1) BATU ALAM...............................................................................................................................1
a) Pengertian................................................................................................................................1
b) Siklus Terbentuknya Batu Alam............................................................................................2
c) Jenis – Jenis Batu Alam...........................................................................................................2
d) Kerusakan Batu Alam.............................................................................................................3
2) AGREGAT...................................................................................................................................4
a) Fungsi.......................................................................................................................................4
b) Klasifikasi.................................................................................................................................4
3) AIR...............................................................................................................................................7
a) SIFAT – SIFAT AIR......................................................................................................................8
b) PENGARUH AIR.........................................................................................................................9
1) BATU ALAM
Indonesia dianugerahi ribuan jenis batu alam yang tersebar ke berbagai pelosok pulau
Indonesia. Dulunya batu alam tersebut digunakan untuk perhiasan maupun untuk
pembangunan. Kebanyakan batu alam yang digunakan untuk pembangunan telah ada
dari zaman dulu, semenjak nenek moyang kita telah mengenal alat bantu untuk
membantu dan melindungi dirinya.Paling awalnya orang zaman dulu menumpuk batu
hingga membentuk suatu tempat berlindung dari hewan buas dan cuaca. Dan
berkembang lagi dengan penyusunan dalam skala besar membentuk ruang yang
digunakan untuk kegitan khusus yaitu untuk membangun kerajaan, candi dan tempat
pemujaan yang masih dapat dilihat sekarang. Seterusnya batu alam masih digunakan
dalam pembangunan baik pada rumah-rumah zaman penjajahan Belanda dan Jepang
maupun pada zaman sesudahnya yang menghiasi dinding bangunan.
Perkembangannya batu alam terus berkembang baik dalam penyusunan pola batu
alam, ukuran batu alam yang dapat diatur dalam ukuran besar maupun ukuran kecil ,
dan dalam pemakaian batu alam telah umum digunakan oleh kalangan siapapun.
Tetapi kita dari kalangan umum kurang begitu mengetahui tentang batu alam apa
yang cocok untuk interior- eksterior dan batu apa yang cocok untuk daya tahan cuaca
ekstrim yaitu terkena air dalam intenstas tinggi dan tekanan tinggi. Faktor tersebut
merupakan aspek yang patut diperhatikan karena bila terjadi kesalahan maka batu
alam akan menjadi rusak dan terkikis sehingga akan tumbuh jamur dan bakteri yang
dapat merusak batu alam sendiri dan merusak kesehatan lingkungan bangunan dan
sekitarnya terutama kesehatan pengguna bangunan.
a) Pengertian
Batu alam adalah : semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat mineral-mineral yang telah mengeras akibat proses secara alami seperti,
membeku, pelapukan, mengendap dan adanya proses kimia.
Unsur-unsur yang membentuk batuan yang merupakan lapisan (kerak) luar bumi :
Oksigen (O2): 49,4 %
Silisium (Si): 25,4 %
Aluminium (Al): 7,5 %
Besi ( Fe ): 4,7 %
Kalsium (Ca): 3,4 %
Natrium (Na): 2,6 %
Kalium (K): 2,4 %
Magnesium (Mg): 2,0 %
Menurut tegangannya :
Batu lunak ( 4 kg/cm2 – 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah digali dan
dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan banyak
mengandung retakan.
Batu sedang ( 8 kg/cm2 – 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali dengan
peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan tangan
tetapi mudah dihancurkan dengan palu.
Batu keras ( 16 kg/cm2 – 50 kg/cm2), yaitu batu alam yang hanya dapat digali
dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak banyak mengandung retakan.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain)
ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekerasan butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan. Cara membedakan jenis agregat yang paling
banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran butiran-butirannya yang
diuji melalui analisa saringan. Agregat yang mempunyai butiran-butiran yang besar
disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari 4,75 mm atau tertahan pada
saringan no. 4 yang berupa batu pecah (split) dan kerikil. Sedangkan butiran agregat
yang kecil disebut agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm atau
lolos saringan no. 4 yang berupa pasir dan material halus lolos saringan lainnya.
a) Fungsi
Fungsi agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya menempati sekitar 75 %
dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar terhadap sifat dan daya tahan beton.
Misalnya ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-pencairan, keadaan basah–
kering, pemanasan–pendinginan dan abarasi–kerusakan akibat reaksi kimia.
Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton dan
sangat mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material ini diberi perhatian
yang lebih detail. Disamping itu dapat mengurangi penyusutan akibat pengerasan
beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian akibat panas. Pemilihan jenis
agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu agregat, ketersediannya di lokasi,
harga serta jenis konstruksi yang akan menggunakannya.
b) Klasifikasi
Berdasarkan asal pembentukannya agregat diklasisifikasikan kedalam batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan berdasarkan proses
pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat alam
dan agregat buatan.
Permintaan akan agregat alam yang berbentu kubus atau bersudut, mempunyai
permukaan kasar, dan bergradasi baik yang semakin banya tidak mungkin
seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi alami. Oleh karena itu, agregat alam juga
dapat dibentuk dengan cara pengolahan. Penggunaan alat pemecah batu (crusher)
yang terkontrol dapat membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan.
Terutama untuk pembangunan jalan. Agregat alam yang berasal dari tempat
terbuka disebut pitrun, sedangkan yang berasal dari tempat tertutup disebut
bankrun.
Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau pasir
yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 4,8
mm.
Agregat halus dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam yaitu:
a) Pasir Sungai
Pasir ini biasanya dengan kandungan lumpur yang lebih tinggi. Bentuk butirannya
membulat.
b) Pasir Gunung
Jenis pasir ini biasanya berupa hasil letusan gunung berapi, mempunyai bentuk
butiran yang menyudut dan biasanya mempunyai kadar lumpur yang lebih rendah.
c) Pasir Laut
Bila akan memakai pasir laut, perlu dicuci dahulu dan untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu perlu diadakan penelitian.
e) Pasir Kwarsa
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami dengan
ukuran butiran minimal 15 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm. Ukuran
maksimal dari beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan agregat tersebut harus
dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat
diantara batang-batang baja tulangan. Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar
dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:
a) Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gram/cm3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kwarsa dan sebagainya.
Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,3 gram/cm3.
b) Agregat Berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 gram/cm3,
misalnya magnetic (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis tinggi sampai 5 gram/cm3. Penggunaannya sebagai pelindung dari
radiasi.
c) Agregat Ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,3
gram/cm3, yang biasanya dibuat untuk beton non structural atau dinding beton.
Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga structural ringan dan
pondasinya lebih ringan.
Dari sudut pandang geografi air adalah salah satu objek material geografi (geosfer),
dimana studi tentang air dikaji menggunakan pendekatan kelingkungan/ekologi
maupun pendekatan keruangan dan wilayah. Studi tentang air (hidrosfer) mengkaji
segala wujud air sebagai objek yang ada di darat maupun di laut. Adapun salah satu
air yang ada didarat yaitu air tanah (groundwater).
Air merupakan bahan dasar pembuatan beton yang penting dan paling murah. Air
berfungsi sebagai reaktor (± 25% berat semen) semen dan pelumas antar butir-butir
agregat. Selain itu, air juga diperlukan untuk perawatan beton.
Persyaratan Air untuk campuran beton (SNI 03-6861.1-2002) :
a) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya
yang dapat dilihat secara visual
b) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter
c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam-
asam, zat organik dsb) lebih dari 15 gram/liter.
d) Kandungan khlorida (Cl) < 0,50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1 gram/liter
sebagai SO3.
e) Bila dibandingkaan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan
air suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
f) Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/liter.
Kualitas air memainkan peran penting dalam persiapan beton. Konstituen kimia yang
ada dalam air dapat berpartisipasi dalam reaksi kimia dan dengan demikian
mempengaruhi pengaturan, pengerasan dan pengembangan kekuatan beton. Tolok
ukur yang populer tentang kelayakan air untuk membuat beton adalah bahwa jika
layak untuk diminum, maka layak untuk membuat beton (Rao et al., 2004). Beberapa
penulis telah mengerjakan beton. Umoru dkk. (2003) menyelidiki dan
membandingkan karakteristik korosi tulangan tulangan pada beton yang terpapar
media asam, garam dan alkali terpilih. Praskal dkk. (2006) mempelajari aksi kimia air
c) Kandungan kimia dan atau organik dalam air mempengaruhi kualitas beton :
Air laut mengandung 3,50% larutan garam (sodium klorida dan magnesium
sulfat) yang dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20%. Adanya garam ini
dan menyebabkan baja-tulangan atau baja-prategang terkorosi, maka air laut
tidak boleh dipergunakan untuk campuran beton yang menggunakan baja-
tulangan/baja-prategang.
Air yang mengandung gula > 0,05%, memperlambat ikatan awal dan
menurunkan kekuatan beton
Air yang mengandung seng klorida akan memperlambat ikatan awal beton,
bahkan dalam jumlah yang cukup banyak akan menyebabkan beton yang
berumur 2 – 3 hari belum memiliki kekuatan awal
Pengaruh dan Ukuran :
a) Jumlah air mempengaruhi sifat mudah dikerjakan (workability) beton segar,
kualitas beton segar dan kekuatan beton.
b) Jumlah air ditentukan oleh perbandingan berat terhadap berat semen (fas) dan
tingkat kemudahan pengerjaan. Nilai fas < 0,35 menyebabkan beton segar sulit
dikerjakan (tanpa bahan tambah).
c) Kelebihan air (berdasarkan fas) dari yang dibutuhkan untuk reaksi kimia
dengan semen dipakai sebagai pelumas. Penambahan air (dari jumlah air
b) PENGARUH AIR
Pengaruh kualitas air terhadap kuat tekan beton dievaluasi dalam penelitian ini.
Sebanyak 100 kubus beton (150 x 150 x 150 mm) dicor dengan perbandingan
campuran 1:2:4. Kubus beton yang mengeras dikeluarkan dari cetakan 24 jam setelah
kubus dicor dan direndam dengan hati-hati dalam tangki pengawetan yang diisi
dengan air.
Sifat fisika-kimia air yang digunakan dalam pencampuran beton ditentukan menurut
prosedur standar. Slump test dilakukan untuk mengetahui workability beton.
Pengujian tekan dilakukan pada beton yang mengeras pada umur 7, 14, 28 hari
berturut-turut.
Dalam pembuatan beton, air menjadi sangat penting karena air dapat bereaksi dengan
semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga berpengaruh terhadap kuat
tekan beton karena kelebihan air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu
air bersama-sama semen akan naik keatas permukaan beton segar yang baru saja
dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekat antara lapisan-lapisan beton dan
membuat menjadi lemah.
Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap:
a) Sifat workability adukan beton.
b) Besar kecilnya nilai susut beton.
c) Kelangsungan reaksi dengan semen Portland sehingga dihasilkan dan
kekuatan selang beberapa waktu.
d) Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
b) Tidak mengandung garam-garam yang merusak beton (asam dan zat organik)
lebih dari 15 gram/liter.
c) Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 5 gram/liter.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.