Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FIQH MUAMALAH KONTEMPORER

WAKALAH

RADEN FATAH
PALEMBANG

DOSEN PENGAMPU :

DR. Ulil Amri, Lc., M.H.I

NIP : 198308032011011005

Disusun Oleh :

KELOMPOK 02
1. M. Tegar Pratama (2010603004)
2. Wardatul Ummi Weka Putri (2010603011)
3. Vinka Cindy Meidelin
(2020603120)
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Perbankan Syariah

Tahun Akademik 2021


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulilah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , atas karunia-Nya yang
tak terhingga , serta shalawat serta salam senantiasa bagi Rasulullah SAW, keluarga , sahabat serta
pengikut setianya hingga akhir zaman . Rasa syukur mendalam kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Fiqh
Muamalah Kontemporer tentang Wakalah.

Dan kami juga sangat berterima kasih banyak kepada Bapak DR. Ulil Amri ,Lc, M.H.I selaku
dosen pembibing mata kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer , yang telah senantiasa membimbing kami
dengan sabar . Dan tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Dalam makalah ini, kami berusaha menguraikan pengertian dan pemahaman materi tentang
Wakalah , Jenis-jenis wakalah, Dasar hukum wakalah dan contoh dari wakalah. Sebagai penyusun, kami
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang , 03 September 2021

Penyusun
Daftar Isi
Cover............................................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................................ ii

Daftar Isi....................................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan..................................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Wakalah..................................................................................................... 2

2.2 Macam - Macam Wakalah.......................................................................................... 5

2.3 Rukun dan Syarat Wakalah......................................................................................... 6

2.4 Dasar Hukum Wakalah .............................................................................................. 8

2.5 Ketentuan Berakhirnya Wakalah................................................................................ 11

2.6 Aplikasi Wakalah Dalam Lembaga Keuangan Syariah............................................. 11

2.7 Implementasi Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah...................................... 12

BAB III Penutup.......................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 15

3.2 Daftar Pustaka............................................................................................................. 16


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman banyak sekali berdiri bank-bank syari’ah baik di Indonesia maupun
di luar negeri. Itu berarti pertumbuhan bisnis syariah semakin pesat dan khususnya didunia akuntansi
syariah. Kita sebagai umat muslim harus paham mengenai makna, landasan hukum, syarat transaksi
berbasis syari’ah.

Dengan demikian kami menulis makalah tentang “Wakalah” ini selain kami berikan untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqih Muamalah, kami berikan juga kepada seluruh umat muslim
yang membaca makalah ini. Karena isi dan makna dari makalah “Wakalah” ini sangatlah penting untuk
kehidupan khususnya didunia perbankan. Mengapa kita harus mempelajarinya? Karena kita harus mengerti
prosedur hutang piutang dengan baik dan benar menurut syariat islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian wakalah dan macam-macam akad wakalah?
2. Bagaimana dasar hukum Wakalah ?
3. Bagaimana syarat dan rukun wakalah ?
4. Bagaimana penggunaan akad wakalah dalam perbankan Kapan berakhirnya wakalah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam akad wakalah
2. Untuk mengetahui dasar hukum Wakalah
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun wakalah
4. Untuk mengetahui penggunaan akad wakalah dalam perbankan berakhirnya wakalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wakalah

Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti menyerahkan atau mewakilkan

1
urusan sedangkan wakalah adalah pekeijaan wakil. 1 u91 c/^gAU Jl Artinya: “Aku serahkan urusanku
kepada Allah.” Wakalah juga diartikan dengan: al-hifzhu, yang artinya: menjaga atau memelihara. Seperti
pernyataan berikut: “Wakkaltu fulanan idzass tahfazhtuhu (aku meminta sifulan untuk menjaga)” atau
“wakkaltul amra ilaihi idzaa fawwadhtuhu ilaihi (aku menyerahkan urusan kepadanya)”

Al-Wakalah secara terminology : lic'l '(_& t

di; Artinya: “Akad pemberian kuasa yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai wakilnya

dalam bertindak (bertasharruf).”

<—flj \or »_> g J 6__L“’ O__<_>£ d O £dl d d

Artinya: "Akad yang dengan akad itu seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain untuk mengelolanya."

Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan pemeliharaan (al-Hifdh) 2. Menurut kalangan
Syaff'iyah arti wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-
wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an- naqbalu anniyabah) dan
dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi
kuasa masih hidup.3 Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan keahlian atau
perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk
mengambil alih atas suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain. 4

1Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, him. 693


2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2008, him. 120-121
3 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 20
4 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, him. 529.

2
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa wakalah adalah akad yang memberikan
kuasa kepada pihak lain untuk melakukan suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi
melakukan kegiatan tersebut. Akad wakalah pada hakikatya adalah akad yang digunakan oleh seseorang
apabila dia membutuhkan orang lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri dan
meminta orang lain untuk melaksanakannya.

Pengertian Wakalah Secara bahasa kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan: Artinya: “aku serahkan urusanku
kepada Allah”.Wakalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ialah Akad pelimpahan kekuasaan oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Dalam wakalah sebenarnya pemilik
urusan (muwakkil) itu dapat secara sah untuk mengeijakan pekeijaannya secara sendiri. Namun, karena
satu dan lain hal urusan itu ia serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu untuk menggantikannya.
Oleh karena itu, jika seorang (muwakkil) itu adalah orang yang tidak ahli untuk mengeijakan urusannya itu
seperti orang gila atau anaka kecil maka tidak sah untuk mewakilkan kepada orang lain. Contoh wakalah,
seorang mewakilkan kepada orang lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak
perempuannya. Contoh lain seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacarannya. Muhammad
Syafi"i Antonio, mengemukakan definisi wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak
pertama.

Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Wakalah termasuk salah
satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah dapat diterima. Wakalah itu berarti
perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah), tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-
tafwidh), yang diartikan juga dengan memberikan kuasa atau mewakilkan. Adapula pengertian-pengertian
lain dari wakalah yaitu5:

1) Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian .


2) Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada orang lain
sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya
melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun
apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung
jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.
56

5Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta:PT Raja Grafmdo Persada,Cet. 3,2002),20.


6
Wakalah menurut pandangan para ulama :

1. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak (bertasharruf). 7
2. Menurut Sayyid Sabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.8
3. Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya kepada orang lain
untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya yang tindakan itu tidak dikaitkan
dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab jika dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti
sudah berbentuk wasiat.
4. Menurut Ulama Syafi’iah mengatakan bahwa Wakalah adalah suatu ungkapan yang mengandung
suatu pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain supaya orang lain itu melaksanakan
apa yang boleh dikuasakan atas nama pemberi kuasa.
5. Ulama hanafiah mengtakan Wakalah adalah seseorang mempercayakan orang lain menjadi ganti
dirinya untuk bertasysrruf dalam bidang-bidang tertentu yang boleh diwakilkan. 9

Dengan pendapat para ulama tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian wakalah

1. Adanya perjanjian antara seseorang dengan orang lain.


2. Isi peijanjian berupa pendelegasian.
3. Tugas yang diberikan oleh pemberi kuasa terhadap penerima kuasa untuk melakukan suatu
tindakan tertentu.
4. Objek yang dikuasakan merupakan sesuatu yang boleh dikuasakan atau diwakilkan.

Contoh wakalah :
seorang mewakilkan kepada orang lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak
perempuannya. Contoh lain seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacarannya. mewakilkan
suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama.

7 Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqi, Hukum-Hukum Fiqh Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2001), 391
8 Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnahjuz V(Beirut al fikr,1983),235
9 Ibid,237
4
Contoh Kasus terkait akad wakalah :

Vinka ingin menjual sebagian tanahnya yang berada di kota Palembang. Dikarenakan Vinka yang
memiliki tanah mengalami kesulitan dalam masalah penjualan tanah karena disibukkan oleh kegiatan
lainnya, maka Vinka membutuhkan orang lain sebagai wakil untuk membantunya dalam menjual tanah
agar tanah miliknya segera terjual. Vinka lalu menyewa kuasa pamannya untuk menjadi wakil dan
menjualkan tanah milik Vinka . Pada waktu itu Vinka berkata “ Saya serahkan urusan tanah ini kepada
kuasa saya yaitu paman saya “ . Hal ini merupakan suatu kerjasama saling membantu. Dan menurut Vinka
(pemilik tanah), dengan adanya wakil maka proses jual beli tanah akan cepat terselesaikan dan Vinka juga
tidak harus mengeluarkan tenaganya sendiri untuk melakukan promosi tentang penjualan tanah. Demikian
juga dengan Wakil (penerima kuasa), ia juga mendapatkan pekerjaan tersebut sebagai kerja sampingan
yang mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, karena setiap melakukan pekerjaan
tersebut ia akan mendapatkan imbalan sebagai bayaran dari hasil kerjanya. Hal tersebut ialah salah satu
contoh dari wakalah, karena Vinka menyerahkan urusan penjualan tanah kepada wakilnya yaitu pamannya.

Contoh Kasus terkait akad wakalah yang kedua :


Wardatul sebaagai ketua HMPS tidak bisa menghadiri rapat organisasi HMPS dikarenakan sedang
tidak enak badan , lalu Wardatul meminta Tegar untuk menjadi wakil nya dalam rapat HMPS . Sebagai
imbalannya Wardatul akan memberikan uang senilai Rp. 20.000 kepada Tegar yang telah mewakilkan
dirinya dalam rapat HMPS .Hal tersebut menjadi contoh wakalah karna Wardatul telah menyerahkan
tugasnya dkepada Tegar .

2.2 Macam-macam Wakalah

1) Wakalah muthlaq adalah perwakilah yang tidak terikat syarat yaitu perwakilan dari sebab nasab,
yang mempunyai hak yang utama dari yang lain yaitu ayah , untuk menguasakan akad dibawah
perwakilannya.
2) Wakalah muqayyadan adalah perwakilan yang terikat oleh syarat-syarat yang telah ditentukan dan
disepakati bersama, misalnya seseorang ditunjuk menjadi wali berdasarkan surat wasiat atau
ditunjuk berdasarkan keputusan pengadilan.10

Menurut Ayub (2009), terdapat tiga jenis wakalah, yaitu sebagai berikut:

1) Al-wakalah al-khosshoh, adalah prosesi pendelegasian wewenang untuk menggantikan sebuah


posisi pekerjaan yang bersifat spesifik. Dan spesifikasinyapun telah jelas, seperti halnya membeli
Honda tipe X atau menjadi advokat untuk menyelesaikan kasus tertentu.

10 Muhammad Syaff'i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang: Azkia Publisher, 2009), 34.
5
2) Al-wakalah al-ammah, adalah prosesi pendelegasian wewenang bersifat umum, tanpa adanya
spesifikasi. Seperti belikanlah aku mobil apa saja yang kamu temui.. . Dalam praktik perbankan
syariah, wakalah ini sering sekali digunakan sebagai perlengkapan transaksi suatu akad atau
sebagai jembatan atas keterbatasan ataupun hambatan dari pelaksanaan suatu akad.
Misalnya, untuk pelaksanaan murabahah, seharusnya bank syariahlah yang memberi suatu asset
yang akan diikat dalam bentuk akad murabahah. Oleh karena itu, bank membuatkan wakalah
kepada calon nasabah, untuk membeli barang atas nama bank bersangkutan. Setelah barang secara
prinsip menjadi milik bank barulah dibuatkan akad murabahah antara nasabah dari bank, untuk
mengalihkan kepemilikan tersebut kepada nasabah.
3) Al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah mutlaqoh, adalah akad dimana wewenang dan
tindakan si wakil dibatasi dengan syarat-syarat tertentu. Misalnya juallah mobilku dengan harga
100 juta jika kontan dan 150 juta jika kredit. Sedangkan al-wakalah al-muthlaqoh adalah akad
wakalah dimana wewenang dan wakil tidak dibatasi dengan syarat atau kaidah tertentu, misalnya
juallah mobil ini, tanpa menyebutkan harga yang diinginkan 11.

2.3 Rukun dan Syarat-Syarat Wakalah

Rukun dan Syarat - syarat Wakalah :

1) Syarat yang mewakilkan (Al-Muwakkil)


Orang yang mewakilkan haruslah seorang pemilik yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang ia
wakilkan. Jika ia bukan sebagai pemilik yang dapat bertindak, perwakilannya tidak sah. Seorang
yang terkena gangguan jiwa atau anak kecil yang belum dapat membedakan suatu pilihan tidak
dapat diwakilkan yang lainnya. Keduanya telah kehilangan, kepemilikan, ia tdiak memiliki hak
bertindak.
2) Syarat yang mewakili (Al-Wakil)
Sama dengan yang mewakilkan, pihak yang dapat mewakili adalah orang yang berakal.
Seorang yang mengalami gangguan jiwa, idiot, serta anak kecil yang tidak dapat membedakan,
tidak sah untuk mewakilkan. Ada perbedaan menyangkut sah tidaknya perwakilan oleh anak kecil
yang dapat membedakan. Mazhab Hanafi membolehkan bila yang

11Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
6
menjadi wakil itu adalah anak yang sudah balig, serta menyangkut persoalan-persoalan yang ia
pahami. Ada juga yang berpendapat bahwa balig tidak menjadi keharusan. Pendapat ini
mengambil pijakan kisah Amar bin Ummu Salamah yang mengawinkan ibunya dengan Rsulullah
Saw. Saat itu, Amar hanya seorang anak kecil yang belum balig.
3) Syarat untuk hal yang diwakilkan (Muwakkal Fih)
Syarat utama yang diwakilkan (muwakkal fih) adalah bahwa hal tersebut bukan tindakan buruk.
Selain itu, seluk beluk muwakkal fih harus diketahui persis oleh orang yang mewakilkannya,
kecuali bila hal tersebut diserahkan penuh kepadanya

• Menerima penggantian, maksudnya bolah diwakilkan pada orang lain untuk


mengerjakannya, maka tindaklah sah mewakilkan untuk mengerjakan shalad, puasa,
dan membaca ayat Al-quran, karena hal ini tidak bisa diwakilkan.
• Dimiliki oleh orang yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka batal mewakilkan
sesuatu yang akan di beli.
• Diketahui denga jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang masih samar, seperti
seseorang berkata: “ aku jadikan engaku sebagai wakilku untuk mengawinkan salah
seorang anakku”12.
4) Shigat
yaitu lafazh mewakili. Shigat, hendaknya berupa lafal yang menunjukan arti “mewakilkan” yang
diiringi kerelaan dari muwakkil seperti “saya wakilkan atau serahkan pekeijaan ini kepada kamu
untuk mengerjakan pekerjaan ini” kemudian diterima oleh wakil. Dalam shigat qabul si wakil
tidak syaratkan artinya seandainya si wakil tidak mengucapkan qabul tetap dianggap sah.
Akad dalam wakalah terjadi dan diakui secara hukum bila dilakukan ijab dan qabul. Ijab qabul
dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, isyarat atau perbuatan/tindakan. Meskipun orang yang
mewakilkan telah melakukan ijab, namun orang yang dituju untuk menerima perwakilan menolak,
maka wakalah semacam ini tidak sah13.

Syarat sighah yaitu,

• pertama, wakala harus dengan ucapan, tulisan atau perbuatan yang menunjukan adanya kerelaan
untuk mewakilkan, baik secara ekplisit maupun implisit. Kedua, sighah tidak terikat dan
terbatas oleh syara.

12Muhammad Syaff'i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang: Azkia Publisher, 2009), 34.
13 Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.
7
• Persyaratan kedua ini adalah persyaratan yang dikemukakan kalangan Syaff'iyyah. Persyaratan
yang terkait dengan orang yang mewakilkan adalah ia harus cakap hukum. Muwakkil harus
berakal, baligh. Tidak sah hukumnya akad wakalah dari orang gila atau anak kecil yang belum
mumayyiz. Anak kecil boleh mewakilkan bila seizin walinya. Selain itu, muwakkil harus pihak
yang berwenang untuk melakukan sesuatu yang akan diwakilkan. Misalnya dalam penerimaan
pembayaran utang, ia memang pihak yang berwenang untuk menerima pembayaran utang
tersebut. Syarat yang terkait dengan orang yang menerima perwakilan atau wakil adalah, ia
harus berakal dan baligh. Meskipun ada persyaratan baligh, dalam wakalah sah apabila adalah
anak kecil yang berakal dan sudah mumayyiz. Selain itu, wakil harus mengetahui tentang
kewenangan yang diwakilkan kepadanya. Menurut Ibnu Rusyd, disyaratkan bagi orang yang
terhalang kewenangannya untuk menjalankan kewenangan yang diwakilkan tersebut 14

2.4Dasar Hukum Wakalah

Fatwa terkait akad wakalah ialah Fatwa Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah. Wakalah
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha
Pembiayaan Syariah didefinisikan sebagai pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil) kepada penerima
kuasa (wakil) dalam hal yang boleh diwakilkan, dimana penerima kuasa (wakil) tidak menanggung risiko
terhadap apa yang diwakilkan, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi sedangkan wakalah bil ujrah
didefinisikan sebagai wakalah dengan pengenaan imbal jasa (ujrah). Wakalah adalah salah satu akad yang
digunakan dalam kegiatan pembiayaan jasa perusahaan pembiayaan syariah. Pasal 1 angka 9 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah
menyebutkan bahwa pembiayaan jasa adalah pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk pemberian
manfaat atas suatu barang, pemberian pinjaman (dana talangan) dan/atau pemberian pelayanan dengan dan/
atau tanpa pembayaran imbal jasa (ujrah) sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh
para pihak Islam mensyari’atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang
mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusan sendiri. Pada suatu
kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekeijaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya.

14Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Gaung Persada, Jakarta, 2006, him. 65.
8
1. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya al-wakalah adalah sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut

Z^*4'
: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengalaman. ” (Yusuf: 55)15

Dalam hal ini, nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah menjaga Federal Reserve negeri
Mesir.

Dalam surat al-Kahfi juga menjadi dasar al-wakalah yang artinya berikut:

IjllS jl lijl LuJ IjllS ^$11

M J t’artVfoj Ali Jjjjj


“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkata salah seorang diantara mereka agar saling bertanya, ‘Sudah berapa lamakah kamu berdiri di sini?
'Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada di sini satu atau setengah hari. ’ Berkata yang lain, ‘Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi
ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat
manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang
pun. ” (al-Kahfi: 19)16.

Ayat di atas menggambarkan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan atas nama
rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.

QS. An-Nisa' Ayat 35

15 Al-Qur'an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur'an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama
Republik Indonesia, Jakarta, 2012, him. 358.
16 Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 19, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur'an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama
Republik Indonesia, Jakarta, 2012, him. 411 9
Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru
damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya
(juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-
istri itu. Sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengenal.

2. Al-Hadis
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan.
Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan
unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.
!
j (J- J! I ■—i j. I I- j Cf-c/»-J- yl i (J' u*3 £.3^ f J ‘r’- £. k J - b j j j,-f JkjJ-J’l l-t-i jJ j

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah saw. Mewakilkan kepada Abu Ra"i dan seorang Anshor untuk
mewakilkan mengawini Maimunah binti-Harits.”17
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan.
Diantaranya adalah membayar utang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan
pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lainlain

3. Ijma’
Para ulama sepakat dengan ijma dibolehkannya wakalah, bahkan mereka cenderung
mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong-menolong atas
kebaikan dan taqwa. Dalam perkembangan fiqih Islam, status wakalah sempat diperdebatkan: apakah
wakalah masuk dalam kategori niabah, yaitu sebatas mewakili atau kategori wilayah atau wali. Hingga
kini, dua pendapat itu masih terus berkembang. Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah adalah
niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini wakil tidak dapat menggantikan seluruh fungsi muwakkil. 18
Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena khilafah (menggantikan)
dibolehkan untuk mengarah kepada yang lebih baik sebagaimana dalam jual bel, melakukan pembayaran
secara tunai lebih baik walaupun diperkenankan secara kredit. Dalam kehidupan perbankan, aktivitas
wakalah adalah nasabah ataupun investor (muwakil) berhubungan timbal balik dengan bank (wakil) yang
terikat dengan kontrak dan fee, sedangkan muwakil dimanfaatkan untuk taukil (agency, administration,
payment, co arranger, dan sebaginya).

17Muhammad Syaff'i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), 122
18Muhammad Syaffi Antonio, Op. Cit., him. 122 1
0
2.5 Ketentuan Berakhirnya Wakalah
Wakalah bukanlah akad yang berlaku abadi, tetapi bisa menjadi batal atau dibatalkan. Menurut
Dewan Syariah Nasional (2006), terdapat beberapa hal yang menyebabkan wakalah menjadi batal dan
berakhir, yaitu sebagai berikut:

1. Ketika salah satu pihak yang berwakalah itu wafat atau gila.
2. Apabila maksud yang terkandung dalam wakalah itu sudah selesai pelaksanaannya atau dihentikan
maksud dari pekerjaan tersebut.
3. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang menerima kuasa dan berakhir karena
hilangnya kekuasaannya atau hak pemberi kuasa atas sesuatu obyek yang dikuasakan.
4. Dihentikannya aktivitas/pekerjaan dimaksud oleh kedua belah pihak.
5. Pembatalan akad oleh pemberi kuasa terhadap penerima kuasa, yang diketahui oleh penerima
kuasa.
6. Penerima kuasa mengundurkan diri dengan sepengetahuan pemberi kuasa.
7. Gugurnya hak pemilikan atas barang bagi pemberi kuasa.19

2.6 Aplikasi Wakalah Dalam Lembaga Keuangan Syariah

Dalam praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau dapur. Keberadaannya kurang
dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa pentingnya. Ini karena transaksi wakalah sering hanya
menjadi transaksi pendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat saja trasaksi pembiayaan
murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan transaksi wakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa
transaksi wakalah niscaya bank syariah akan sangat kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena
harus membeli sendiri barang yang dibutuhkan debitor.

Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekeijaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan
transfer uang . Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
Khususnya pada pembukaan letter of credit, apabila dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian
L/C dapat dilakukan dengan pembiayaan murabbahah, salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah.Tugas,
wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang
dilakukan harus mengatasnamakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya
tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama. Pemberian kuasa berakhir
setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank 20.

19Dewan Syariah Nasional. 2006. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: Gaung Persada.
11
20Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta. PT Raja Grafmdo Persada, 2008), him. 81
12
2.7 Implementasi Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Wakalah dalam praktik di LKS biasanya terkait dengan akad lain yang di lakukan oleh nasabah.
Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS mewakilkan kepada nasabah untuk mencari
barang yang akan di beli dengan pembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istishna, ijarah dan
akad lainnya yang menurut adanya perwakilan pihak LKS oleh nasabah.

1. Kiriman Uang (Transfer)


Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad Wakalah, dimana
prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap bank
sebagai Al-Wakil untuk melakukan perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer
sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (jika
transfer dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank mengkreditkan
sejumlah dana kepada rekening tujuan. Berikut adalah beberapa contoh proses dalam transfer
uang yaitu:
• Wesel Pos Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung dari Al-
Muwakkil kepada Al-wakil, dan Al-wakil memberikan uangnya secara langsung kepada
nasabah yang dituju.
• Transfer Uang Melalui Cabang Suatu Bank Dalam proses ini Al-Muwakkil memberikan
uangnnya secara tunai kepada bank yang merupakan Al-Wakil, namun bank tidak
memberikannya secara langsung kepada nasabah yang di kirim. Tetapi bank
mengirimkannya kepada rekening nasabah yang di tuju tersebut.
• Transfer Melalui ATM Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian
untuk mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil
kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, nasabah Al- Muwakkil meminta bank
untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk
menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya
sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana
nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM
2. Kliring
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta
kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam
rangka penagihan warkat antarbank yang berasal dari wilayah kliring yang sama. Warkat
yang dapat dilakukan dalam transaksi kliring antara lain: cek, bilyet giro, dan surat
berharga lainnya. Biasanya proses kliring memakan waktu satu hari pada umumnya.
Warkat merupakan alat pembayaran nontunai yang diperhitungkan atas beban nasabah
dan/atau untuk keuntungan rekening nasabah bank.21

3. Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk
menagihkan, atau memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan
begitu saja kepada pihak yang bersaangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar
negeri) atas suratsurat berharga, dalam rupiah atau valuta asing seperti wesel, cek,
kwintansi, surat askep (promissory notes), dan lain-lain. Inkaso merupakan jasa penagihan
yang diberikan oleh bank terhadap warkat kliring dan/atau surat berharga yang diterbitkan
oleh bank yang berada di luar wilayah kliring. Warkat yang diinkasokan sama halnya
dengan warkat kliring antara lalin: cek, bilyet giro, dan warkat lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Kegiatan ini memakan waktu lima hari keija. Bentuk wakalah dalam inkaso
adalah adanya pemberian otoritas oleh pihak tertentu kepada pihak bank untuk melakukan
penagihan. Artinya bank mewakili pihak yang memberikan perwakilan kepadanya.
4. Penitipan
Yaitu akad pendelegasian pembelian barang, terjadi apabila seseorang menunjuk orang lain
sebagai pengganti dirinya untuk membeli sejumlah barang dengan menyerahkan uang
dengan harga penuh sesuai dengan harga barang yang akan dibeli dalam kontrak wadiah.
Agen (wakil) membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan muwakkil untuk
membeli barang. Bank menitipkan sejumlah uang kegiatan penitipan barang bergerak, yang
penata usahaannya dilakukan oleh Bank untuk kepentingan. Nasabah berdasarkan suatu
akad. Sebagai contoh bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang
dengan menggunakan akad wakalah

dan akad murabahah bisa dilakukan secara prinsip apabila barang yang sudah dibeli
melalui wakalah telah menjadi milik bank.
5. Letter Of Credit Letter of credit (L/C)

21 Marla, Y. (2010). Penerapan Akad Wakalah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah Murabahah Bank BTN Syariah Cabang Batam. Universitas
Gadjah Mada.

1
3
adalah surat pernyataan akan membayar kepada yang diterbitkan oleh Bank untuk
kepentingan Importir / Eksportir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip syariah L/C syariah dalam pelaksanaannya dapat menggunakan akad- akad:
Wakalah bil Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/ Istishna, Mudharabah, Musyarakah, dan
Hawalah, Ijarah. Bagi L/C yang menggunakan akad Wakalah tugas wewenang dan
tanggung jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap yang dilakukan
harus mengatas namakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan
tugasnya tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama.
Pemberian kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah
dengan bank.
6. Wali Amanat
Yaitu melakukan kegiatan wali amanat. Dalam layanan ini, Bank dipercayakan untuk
mewakilkan kepentingan seluruh pemegang obligasi atau Medium Term Notes (MTN) baik
di dalam maupun di luar pengadilan mengenai pelaksanaan hak-hak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.22
7. Anj ak Piutang (Factoring)
Yaitu kegiatan penagihan piutang dagang jangka waktu pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang berdasarkan akad wakalah.
8. Payment Merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam melaksanakan
pembayaran untuk kepentingan nasabah. Bank akan mendapat fee atas pelayanan jasa yang
diberikan. Beberapa pelayanan jasanya adalah yaitu: a. Pembayaran telepon b. Pembayaran
rekening listrik c. Pembayaran pajak, dan lain sebagainya 23
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Wakalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ialah Akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Menurut Karim (2002), wakalah adalah ungkapan
atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis
pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu anniyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan
ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.

Macam-macam Wakalah

1. Wakalah muthlaq adalah perwakilah yang tidak terikat syarat yaitu perwakilan dari sebab nasab, yang

22Lathif, A. (2013). Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia. AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah, 12, 74-75
23Nuhyatia, I. (2013). Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah. Economic: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, 3(2),
114-115.

1
4
mempunyai hak yang utama dari yang lain yaitu ayah , untuk menguasakan akad dibawah
perwakilannya.
2. Wakalah muqayyadan adalah perwakilan yang terikat oleh syarat-syarat yang telah ditentukan dan
disepakati bersama, misalnya seseorang ditunjuk menjadi wali berdasarkan surat wasiat atau ditunjuk
berdasarkan keputusan pengadilan.

Rukun wakalah :
a) wakil (Penerima kuasa);
b) Muwakil (Pihak yang meminta diwakilkan);
c) Obj ek akad berupa barang atau j asa;
d) Ijab kabul / serah terima.

Syarat wakalah :
a) seorang muwakil, diisyaratkan harus memiliki otoritas penuh atas suatu pekerjaan yang akan
didelegasikan kepada orang lain. Dengan alasan orang yang tidak memiliki otoritas tersebut
kepada orang lain.
b) Seorang wakil, disyaratkan haruslahorang yang berakal dan tamyiz.
c) Obyek yang diwakilkan harus diketahui oleh wakil, wakil mengetahui secara jelas apa yang harus
dikerjakan dengan spesifikasi yang diinginkan. Obyek tetrsebut memang bisa diwakilkan kepada
orang lain.
d) Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modem

DAFTAR PUSTAKA

Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, him. 693

Muhammad Syafi ’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2008, him. 120-
121

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 20

Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, him. 529.

Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta:PTRaja Grafmdo Persada,Cet. 3,2002),20.

Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqi, Hukum-Hukum Fiqh Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra,2001), 391

SayyidSabiq, Fiqh al Sunnah juz V(Beirutal fikr, 1983), 235

Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muhammad Syafi Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang: Azkia Publisher,

1
5
2009), 34.

Lathif, A. (2013). Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia. AHKAM:
Jurnal Ilmu Syariah, 12, 74-75

Marla, Y. (2010). Penerapan Akad Wakalah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah Murabahah Bank
BTN Syariah Cabang Batam. Universitas Gadjah Mada.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta. PT Raja Grafmdo Persada, 2008), him. 81 Dewan

Syariah Nasional. 2006. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: Gaung Persada.

Muhammad Syafi "i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), 122

Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., him. 122

Al-Qur ’an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur ’an, Al-
Qurandan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012, him. 358.

Al-Qur ’an Surat Al-Kahfi ayat 19, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur ’an, Al-
Qurandan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012, him. 411

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Gaung Persada, Jakarta, 2006,
him. 65.

Nuhyatia, I. (2013). Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah. Economic:
Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, 3(2), 114 115.

Lubis, abdul fatah dan abu ahmadi, Fikih Islam Lengkap, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004 Ascarya, Akad

dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafmdo Persada, 2006

1
6

Anda mungkin juga menyukai