Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhamad Kemal Roihan

NIM : 191420172

Prodi/Semester : Perbankan Syariah 6/E

Mata Kuliah : Auditing Perbankan Syariah

Judul Tugas : Konsep Dasar Auditing Syariah

Tugas Ringkasan Pertemuan III

A. Konsep Dasar Auditing Syariah


1. Definisi Auditing Syariah
Dari segi etimologis, “audit” diartikan pemeriksaan pembukuan keuangan. Menurut
Arens dan Leobeecke, auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi yang
dilakuka oleh orang yang kompeten dan independen dalam menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam Pelaksanaan Audit, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut
a. Proses yang sistematis
b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
d. Menentukan tingkat kesesuaian
e. Kriteriia yang ditentukan
f. Menyampaikan hasil-hasilnya
g. Para pemakai yang berkepentingan
2. Esensi Auditing Syariah
Berdasarkan AAOIFI-GSIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial – Governance Standard for Islamic Financial Instituions), audit syari’ah
adalah laporan internal syari’ah yang bersifat independen atau bagian dari audit
internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan
syariah, fatwa-fatwa, instruksi, dan sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan
Lembaga supervisi Syariah. Esensinya Audit merupakan salah satu unsur pendekatan
administratif maka administratif menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh
karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan
pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.
3. Tujuan dan Fungsi Auditing Syariah
Tujuan audit syariah adalah memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan
prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam
mengoperasikan bank syariah. Lima standar auditing AAOIFI untuk audit lembaga
keuangan syariah yaitu:
a. Tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing)
b. Laporan auditor (auditor’s report)
c. Ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement)
d. Lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board)
e. Tinjauan syariah (syari’a review)
Secara operasional tujuan audit dalam islam yaitu:
a. Menilai tingkat penyelesaian dari suatu tindakan
b. Memperbaiki kesalahan
c. Memberikan ganjaran baik atas keberhasilan pekerjaan
d. Memberikan ganjaran buruk untuk kegagalan pekerjaan
4. Landasan Auditing Syariah
Q.S. Al-Hujurat (49) ayat 6 :
“wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka lihatlah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali
perbuatan itu.” (Q.S. Al-Hujurat (49) ayat 6

B. Teori, Konsep, Dasar Auditing dan Standar Auditing


Prof. C.W Schandl pada tahun 1978 mengembangkan pemikiran dari Mautz dan Sharaf,
mengemukakan elemen-elemen dasar teori, yaitu postulat, teori, struktur, prinsip, standar.
Substansi kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Postulat Auditing
Postulat adalah konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. Menurut
Mautz dan Sharaf," postulat merupakan syarat penting dalam pengembangan disiplin,
tidak perlu diperiksa kebenarannya lagi, sebagai dasar dalam pengambilan
kesimpulan, dasar dalam membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan. Mautz dan Sharaf mengemukakan beberapa tentatif
konsep auditing, yaitu sebagai berikut:
a. Bukti (evidence), Bukti dapat diperoleh dengan cara:
1) Authoritarianisme,
2) Mistikisme,
3) Rasionalisasi,
4) Empidikisme,
5) Pragmatisme,
b. Pelaksanaan audit yang hati-hati
c. Penyajian atau pengungkapan yang wajar. Konsep ini dijabarkan lagi dalam tiga
subkonsep, yaitu:
1) Accounting propriety yang berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi
tertentu, dalam kondisi tertentu;
2) Adequate disclosure yang berkaitan dengan jumlah dan luasnya
pengungkapan;
3) Audit obligation yang berkaitan dengan kewajiban auditor untuk bersikap
independen dalam memberikan pendapat.
d. Independensi, Konsep independensi berkaitan dengan independensi pada diri
pribadi auditor secara individual (practitioner-independence), dan independen
pada seluruh auditor secara bersama-sama dalam profesi (profession-
independence). yaitu:
1) Practioner-independence
2) Profession independence
e. Etika perilaku, Pengguna laporan keuangan yang diaudit mengharapkan auditor
untuk:
1) Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi, dan
objektivitas;
2) Mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja;
3) Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan.
2. Teori Auditing
Kegunaan teori auditing adalah sebagai berikut:
a. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar auditing dalam menyusunnya;
b. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah Auditing dalam hal
tidak adanya standar resmi;
c. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgment” dalam penyusunan strategi
atau program audit;
d. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pelaku audit terhadap pelaksanaan
auditing;
e. Meningkatkan kualitas audit.
3. Struktur Auditing
Proses struktur penetapan standar audit, yaitu sebagai berikut :
a. Sifat, Pekerjaan, dan Struktur Kantor Akuntan. Kantor Akuntan Publik
(KAP) menyediakan jasa audit serta jasa atestasi assurance lainnya. Jasa
tambahan yang biasanya diberikan oleh KAP, antara lain:
1) Jasa akuntansi dan pembukuan
2) Jasa perpajakan
3) Jasa konsultasi manajemen
b. Struktur Kantor Akuntan. Tiga faktor utama yang memengaruhi struktur
organisasi KAP adalah:
1) kebutuhan akan independensi dari klien;
2) pentingnya struktur untuk memicu kompetensi;
3) meningkatkan risiko tuntutan hukum yang dihadapi auditor.

Struktur Kantor Akuntan (KAP) sesuai dengan PMK 17/2008 ada dua, yaitu
Perusahaan perseorangan (proprietorship) dan Persekutuan (partnership)

c. Peran PCAOB dan Efek UU SOA pada Profesi CPA


Sarbanes-Oxley Act (SOA) membentuk Public Company Accounting Oversight
Board (PCAOB), yang ditunjuk dan diawasi oleh Securities and Exchange
Commission (SEC). PCAOB mengawasi auditor perusahaan publik atau terbuka,
menetapkan standar audit dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan
terbuka, serta melakukan pemeriksaan atas pengendalian mutu di kantor-kantor
yang melakukan audit.
d. Peran SEC pada Bidang Akuntansi dan Auditing
Securities and Exchange Commission (SEC) dibentuk pada tahun 1934 yang
peran utamanya adalah mengatur penerbitan dan transaksi perdagangan sekuritas
oleh emiten kepada khalayak ramai (publik). SEC juga mewajibkan perusahaan
publik agar laporan keuangan eksternalnya diaudit oleh akuntan independen.
e. Peran Utama AICPA
AICPA menetapkan standar dan aturan yang harus diikuti seluruh anggota serta
praktisi lainnya. AICPA memiliki wewenang dalam menetapkan standar dan
pembuatan aturan dalam lima bidang utama, yaitu standar auditing, standar
kompilasi dan review, standar atestasi lainnya, standar konsultasi, kode perila
profesional.

Standar auditing terdiri atas tiga bagian :

a. Standar Umum Standar umum. Bagian yang mengatur mutu profesional auditor
persyaratan pribadi auditor
b. Standar Pekerjaan Lapangan. Bagian yang mengatur pertimbangan yang harus
digunakan dalam pelaksanaan audit (standar pekerjaan pribadi).
c. Standar Pelaporan. Standar laporan merupakan bagian yang mengatur
pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit (standar laporan).

C. Etika dalam Praktik Audit


Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Dilihat
dari sisi arah pelaksanaannya, audit dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Auditing eksternal
b. Auditing internal
c. Auditing sektor publik

Dalam praktiknya, profesi akuntan publik di Indonesia memiliki suatu standar yang
dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaannya , yaitu Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP). Ada beberapa tipe yang dikodifikasikan, sebagai berikut:
a. Standar auditing, yaitu panduan audit atas laporan keuangan historis
b. Standar atestasi, yaitu memberikan kerangka untuk fungsi atestasi terdiri atas 11
standar dan diperinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi (PSAT).
c. Standar jasa akuntansi dan review, yaitu memberikan kerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik, yang diperinci dalam bentuk (PSAR).
d. Standar jasa konsultasi, yaitu memberikan panduan bagi praktisi yang memberi jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik.
e. Standar pengendalian mutu, yaitu memberi kan panduan bagi kantor akuntan publik
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa.

D. Tahapan Proses Penyelesaian Audit


1. Review Peristiwa Subsequent Event
Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca,
tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang memepunyai akibat yang material
terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan tersebut. SAS 1, Codifacation of statments on ausiting standards (AU 560,
subsequent events) menunjukkan ada dua jenis peristiwa kemudian :
a. Subsequent events jenis 1 memberikan bukti tambahan berkenaan dengan
kondisis yang ada pada tanggal neraca dan memengaruhi estimasi yang inherren
dalam proses penyususnan laporan keuangan;
b. Sunsequent events jenis 2 mmeberikan bukti berkenaan dengan kondisis yang
tidak ada pada tanggal neraca, tetapi muncul setelah tanggal itu.
Pengaruh jawaban terhadap laporan auditor yaitu kelalaian untuk mencatat atau
mengungkapkan secara tepat subsequent events dala laporan keuangan akan
menimbulkan penyimpangan dan laporan standar auditor.
2. Membaca Risalah Rapat
Risalah rapat pemegang saham dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite
keungan dan komite audit, dapat mebuat hal-hal yang memepunyai signifikansia
audit.
3. Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim dan Penilaian
FASB dalam SFAS 5, Accounting for Contingencies mendefinisikan kontinensi
sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada yang melibatkan ketidak
pastian mengenai kemungkinan keuantungan atau kerugian yang akan diperoleh
apabilasatu atau lebih peristiwa masa depan tejadi atau tidak terjadi.
a. Pertimbangan Audit
b. Surat pertanyaan audit
c. Pengaruh jawaban terhadap laporan auditor
4. Mendapatkan Surat Representasi Klien
a. Isi surat representasi : laporan keuangan, kelengkapan informasi, pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan peristiwa kemudian
b. Pengaruh terhadap laporan auditor : Apabila auditor menerima surat representasi
dan ia mmapu mendukung representasi manajemen, suatu laporan audit standar
dapat dikeluarkan.
5. Melakukan Prosedur Analitis
Prosedur ini disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas
laporan keuangan.
6. Mengevaluasi Temuan, Auditor mempunyai tujuan dalam mengevaluasi temuan
a. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan
b. Menentukan GAAS telah terpenuhi dalam audit atau belum
Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor menyelesaikannya dengan langkah berikut.
1) Membuat penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit
2) Mengevaluasi kelanjutan usaha
3) Melakuka review teknis atas laporan keuangan
4). Merumuskan pendapat dan menulis naskah laporan audit
5). Melakukan review akhir atas kertas kerja
7. Komunikasi dengan Klien
Mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal
Mengomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan audit
Menyiapkan surat manajemen.
8. Tanggung Jawab setelah Audit
a. Subsequent events antara tanggal dan penerbitan laporan
b. Ikhtisar tanggung jawab auditor dalam penyelesaian audit
1) Penyelesaian pekerjaan lapangan
2) Evaluasi temuan
3) Komunikasi dengan klien
c. Penemuan fakta yang ada pada tanggal laporan

Kota Serang, 22 Februari 2022


Penulis,

Muhamad Kemal Roihan


NIM : 191420172

Anda mungkin juga menyukai