Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN

PADA KANTOR DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN

Analisis Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau


(RTH) di Kota Medan

Dosen Pembimbing : Jehan Ridho Izharsyah,S.Sos.,M.SI

Kelompok 6 :

Nama NPM Prodi


Imam Aulia Pratama 1803100079 Ilmu Administrasi Publik
Hawa Maha Putri 1803100046 Ilmu Administrasi Publik
Fitri Nurhazizah Nainggolan 1803100094 Ilmu Administrasi Publik
Regina Nadya Miranthy 1803100007 Ilmu Administrasi Publik
Tri Nurani 1803100088 Ilmu Administrasi Publik
Rizky Apriliani 1803100032 Ilmu Administrasi Publik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim…
Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan hasil
Laporan kami ini dengan judul “Analisis Perencanaan Pembangunan Program
Ruang Terbuka Hijau (RTH)” di Kota Medan

Penyusunan proposal PPL ini sebagai salah satu syarat untuk membuat
tugas akhir dan mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam meraih gelar
sarjana di Program Studi SI Ilmu Administrasi Publik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara serta sebagai wahana studi lapangan bagi
mahasiswa untuk dapat mengetahui secara langsung lingkungan kerja.

Kami juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing yaitu kepada :
1) Bapak Dr.Arifin Saleh,S.Sos,MSP Dekan FISIP Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
2) Bapak Ananda Mahardika,S.Sos,M.SP Kaprodi Ilmu Administrasi Publik
3) Bapak Jehan Ridho Izharsyah,S.Sos.,M.SI Dosen Pembimbing Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL)
4) Bapak Tondi Nasha Yusuf Nst ,ST,MT Sekretaris Kepala Dinas
Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan
Serta seluruh pihak yang bersangkutan, sekali lagi kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
kalian semua.
Medan,18 November 2021

Imam Aulia Pratama

NPM 1803100079

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2.Maksud Dan Tujuan.......................................................................................6
1.3.Ruang Lingkup...............................................................................................6
1.4.Dasar Hukum................................................................................................. 7
1.5.Gambaran Umum Kondisi Daerah.................................................................9
BAB II
URAIAN TEORITIS (PENGUAT TINJAUAN PUSTAKA)............................... 12
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN......................................................... 17
3.1.Lokasi...........................................................................................................17
3.2.Waktu Dan Tahapan Pelaksanaan................................................................18
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL KEGIATAN..................................................................21
4.1.Visi,Misi Tujuan Dan Sasaran..................................................................... 21
4.2 Permasalahan dan isu staretegi daerah.........................................................24
4.2.1.Permasalahan Aspek Geografi dan Demografi.................................... 24
4.2.2.Permasalahan Aspek Kesejahteraan Sosial.......................................... 25
4.2.3.Permasalahan Aspek Pelayanan umum................................................ 26
4.2.3.1. Sarana dan Prasarana......................................................................26
4.3.Isu Strategi Daerah.......................................................................................27
4.3.1.Isu Strategi RPJM Nasional..................................................................27
4.3.2.Isu Strategi RPJMD Provinsi................................................................29
4.3.3.Isu Strategi RPJMD Kabupaten/Kota...................................................30
4.3.4.Tahapan Perencanaan Pembangunan....................................................32
4.3.4.1.Tugas Pokok dan Fungsi................................................................. 33
ii
4.3.5.Analisis Swot (Strategi , Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan).. 34
BAB V
HASIL DAN REKOMENDASI............................................................................ 45
5.1.Hasil............................................................................................................. 45
5.2.Rekomendasi................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................48
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Isu mengenai masalah lingkungan hidup semakin menjadi bahasan yang


sangat menarik dewasa ini. Salah satu permasalahan yang kini dihadapi oleh
hampir seluruh perkotaan di Indonesia adalah semakin berkurangnya
lingkungan dan ruang publik. Terutama ruang terbuka hijau, kota-kota besar
pada umumnya memiliki ruang terbuka hijau dengan luas dibawah 10% dari luas
kota itu sendiri. Kondisi tersebut sangat jauh dibawah ketentuan pemerintah
pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang ruang terbuka hijau yang mewajibkan
pengelola perkotaan yang menyediakan ruang terbuka hijau publik dengan
luas sekitar 20% dari luas kota tersebut. Kurangnya proporsi ruang terbuka
hijau dikawasan perkotaan disebabkan oleh lebih tingginya permintaan lahan
untuk kegiatan perkotaan.

Sementara banyak pihak menganggap ruang terbuka hijau memiliki nilai


ekonomi yang lebih rendah sehingga termarjinalkan. Dengan berlakunya
undang-undang tentang penataan ruang, banyak pemerintah daerah yang
merasakan kesulitan dalam memenuhi ketentuan penyediaan ruang terbuka
hijau publik seluas 20% dari luas kawasan perkotaan. Kekurangan proporsi
ruang terbuka hijau yang ada di kota-kota di Indonesia disebabkan oleh
pembangunan yang tidak merata dan kian mempersempit ruang terbuka hijau
yang ada. Berikut merupakan data mengenai luas RTH kota-kota besar di
Indonesia :

No Nama Kota Proporsi


1 Jakarta 9,97%
2 Bandung 8,76%
3 Bogor 19,32%
4 Surabaya 9%
5 Surakarta 16%

1
6 Malang 4%
7 Makassar 3%
8 Medan 8%
9 Jambi 4%
10 Palembang 5%
Rata–rata luas RTH di kota-kota 8,69%
besar Indonesia
Sumber : Nirwono Joga, Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Perkotaan
Berkelanjutan, Presentasi dalam Workshop Nasional Pembangunan Kota yang
Berkelanjutan, Medan 13 Februari 2015
Berdasarkan Tabel 1. tentang proporsi ruang terbuka hijau di kota-kota
yang ada di Indonesia, kota-kota besar yang ada di Indonesia belum memenuhi
syarat ruang terbuka hijau seperti yang ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Kota Bogor menjadi satu-satunya kota yang memiliki
proporsi ruang terbuka hijau dengan luas 19,32% dari luas keseluruhan kota.
Pembenahan ruang terbuka hijau yang ada di kota-kota besar di Indonesia mutlak
diperlukan guna memenuhi ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Dalam upaya memenuhi kekurangan ruang terbuka hijau diperlukan kerja
sama di setiap elemen. Upaya pemenuhan ruang terbuka hijau bukan hanya
menjadi tugas pemerintah, masyarakat pun dituntut agar peduli dengan
keberadaan ruang terbuka hijau dengan menjaga kelestarian ekologis yang ada di
dalamnya.

Pembangunan yang ada di kota-kota besar di Indonesia umumnya tidak


memperhatikan unsur Ruang Terbuka Hijau. Kesulitan dalam hal pemenuhan
proporsi ruang terbuka hijau yang kini dirasakan dikota-kota besar mulai tertular
ke kota-kota kecil. Namun, pengelola perkotaan dan masyarakat yang tidak
menghargai nilai Ruang Terbuka Hijau juga masih terlihat banyak kota kecil yang
semakin gersang karena pepohonannya, ditebang untuk pelebaran jalan atau
kegiatan perkotaan lainnya. Perkembangan kota akhir-akhir ini sering kali hanya
berorientasi pada peningkatan aspek ekonomi tanpa mempertimbangkan unsur
ekologi.

2
Pembangunan gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, serta industri-
industri baik besar maupun industri kecil sangat gencar dilakukan. Namun
sebaliknya maraknya fenomena tersebut tidak terjadi dalam hal pembangunan
taman-taman, hutan kota, kawasan penyangga serta pembangunan lain yang
berorientasi pada keseimbangan lingkungan. Padahal keseimbangan lingkungan
merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi kota yang sehat dan
nyaman. Kejenuhan akibat maraknya pembangunan serta kompleksnya masalah
perkotaan mengakibatkan proses berpikir akan pentingnya pembangunan kota
yang ekologis atau berwawasan lingkungan. Suatu kota yang ekologis dapat
menciptakan peristiwa dimana terjadi hubungan interaksi yang baik dan saling
menguntungkan antara manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya.

Meningkatkan kualitas ekologis suatu kota dapat dilakukan dengan


membentuk Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan. Hal tersebut
ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, yang menyatakan bahwa
tujuan pembentukan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan antara lain meningkatkan
mutu lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana
penanganan Iingkungan perkotaan serta dapat menciptakan keserasian lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan,
yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan hal ini dapat
juga dirasakan di kota Medan. Menurunnya kualitas permukiman di kota Medan
bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh
yang rentan dengan bencana banjir serta semakin hilangnya ruang terbuka
(Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat.

Selama ini keberadaan taman di Medan masih minim. Berdasarkan data


Dinas Pertamanan Pemerintah Kota Medan, hanya ada 19 taman di kota ini
dengan luas keseluruhan sekitar 124.664 meter persegi dari luas kota Medan yang
mencapai 26.510 hektare (ha). Selain itu, Medan hanya memiliki 9 taman air
mancur yang berada di Taman Beringin, Taman Soedirman, Taman Teladan,
3
Tugu Sister City, Tugu Adipura, Taman Kantor Pos,Taman Guru
Patimpus,Taman Juanda,dan Taman Majestic. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Medan hanya berkisar 7,5%-10%. Keberadaan taman di kota ini masih minim,
akibatnya, masyarakat lebih banyak yang memilih mencari lokasi rekreasi
bersama keluarga dengan mengunjungi pusat perbelanjaan modern. Padahal,
perkembangan anak yang selalu mengunjungi mall-mall itu tidak baik.

Pemerintah Kota Medan berupaya memenuhi taman dan Ruang Terbuka


Hijau (RTH) di Medan dengan mengalokasikan dana di Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Dana ini untuk membeli lahan sekitar 300- 400 meter per
tahun sebagai upaya untuk menambah RTH. Saat ini pemerintah sudah memiliki
Perda Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) yang mencantumkan
adanya 30% RTH. Untuk bisa mewujudkan hal itu,maka setiap tahun akan
dianggarkan dana untuk membeli lahan sekitar 300- 400 meter dan
memberikannya kepada stakeholder untuk dijadikan RTH.

Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat


mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang
sosial, ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara
gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat. Ruang
terbuka menciptakan karakter masyarakat kota. Tanpa ruang-ruang publik
masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat maverick yang nonkonformis-
individualis-asosial, yang anggota-anggotanya tidak mampu berinteraksi apalagi
bekerja sama satu sama lain. Agar efektif sebagai mimbar, ruang publik haruslah
netral. Artinya, bisa dicapai (hampir) setiap penghuni kota. Tidak ada satu pun
pihak yang berhak mengklaim diri sebagai pemilik dan membatasi akses ke ruang
publik sebagai sebuah mimbar politik.

Ciri-ciri atau karakteristik sosial daerah perkotaan dalam konsentrasi


penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan pemerintahan pada tata
ruang perkotaan adalah esensial. Konsentrasi spasial (tata ruang) adalah fakta
utama, lahan perkotaan yang tersedia adalah terbatas, sedangkan kegiatan
perkotaan mengalami pertumbuuhan yang pesat, urbanisasi meningkat,
4
menimbulkan kecenderungan terjadinya kepadatan (dalam perumahan dan lalu
lintas), dampaknya terhadap perekonomian adalah ketidakefektivan dan
ketidakefisienan, serta berpengaruh terhadap kesejahteraan warga kota. Masalah-
masalah perkotaan tersebut merupakan objek pembahasan ilmiah secara terus-
menerus dan cenderung bertambah semakin kompleks seiring dengan
pertumbuhan kota yang makin pesat dan makin luas. Masalah perkotaan yang
dihadapi sangat luas, baik masalah makro maupun masalah mikro. Masalah makro
adalah yang berkaitan dengan fungsi kota bagi wilayah sekitarnya, sedangkan
masalah mikro meliputi masalah-masalah internal kota.

Bahwa sesuai Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Pasal 11 ayat (2), pemerintah daerah kota mempunyai wewenang dalam
pelaksanaan penataan ruang wilayah kota yang meliputi perencanaan tata ruang
wilayah kota, pemanfaatan ruang wilayah kota dan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kota. Perencanaan tata ruang wilayah kota harus dilakukan dengan
berasaskan pada kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan,
keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antar wilayah
baik di dalam kota itu sendiri maupun dengan kota sekitarnya. Untuk mendukung
terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, dibutuhkan
regulasi yang mampu melindungi hak dan kewajiban stukeholders dalam menata
ruang kota.

Beberapa peraturan perundang-undangan telah diterbitkan seperti Undang-


Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang; Peraturan Pemerintah No 15
tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; Peraturan Pemerintah No 68
tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang, serta peraturan-peraturan tentang penataan ruang lainnya merupakan
regulasi yang saling mendukung dan perlu untuk diketahui, dipahami, dan
dijalankan oleh segenap warga negara. Untuk itu maka sesuai dengan
kewajibannya, pemerintah harus mensosialisasikan esensi, makna dan substansi
peraturan yang terkait dengan penataan ruang sehingga masyarakat dapat
mengetahui dan mengerti peran mereka dalam penataan ruang.

5
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
Medan”

1.2.Maksud Dan Tujuan

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan


diatas, Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan laporan PPL ini yaitu :
1) Bagaimana Analisis Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Kota Medan?

2) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Perencanaan Pembangunan


Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan?

1.3.Ruang Lingkup

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang
dalam wilayah administrasi Kota dengan tingkat ketelitian skala 1 : 20.000
berjangka waktu perencanaan 20 tahun. RTRW Kota disusun berdasarkan
perkiraan kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya.
Penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan dilakukan dengan berdasarkan
kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, dan kesinambungan dalam lingkup kota dan kaidahnya dengan
provinsi dan kabupaten/kota sekitarnya.

Kota Medan terletak antara 2 .27 -2 .47 Lintang Utara dan 98 .35 -
98 .44 Bujur Timur. Kota Medan berada 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut.
Kota Medan beriklim tropis, dengan suhu terendah 23,0C - 24,1C, suhu tertinggi
30,6 C - 33,1 C, dan suhu malam 26C - 30,8C. Selain itu kelembaban rata- rata
di pusat kota Medan adalah 78%-82%. Beberapa wilayah Kota Medan yang sangat
dekat dengan laut dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi. Akibatnya,
suhu di Kota Medan menjadi cukup panas.

6
Kota Medan meliputi wilayah seluas 26.510 hektar (265,10 km2), terhitung
3,6% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Oleh karena itu, luas kota Medan
kecil dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Secara geografis Kota Medan
terletak pada 3° 30 -3° 43 LU dan 98° 35 -98° 44 BT. Oleh karena itu, kota
Medan cenderung miring ke arah utara, terletak antara 2,5-37,5 mdpl. Wilayah
administrasi Kota Medan telah mengalami banyak perkembangan wilayah. Dilihat
dari jumlah penduduk dan industri yang berkembang, perkembangan kawasan
sejalan dengan perkembangan kota. Dengan berkembangnya kota, tuntutan
masyarakat juga semakin meningkat.

Sesuai dengan perkembangan kota, wilayah administrasi Kota Medan


telah mengalami banyak perkembangan. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22
Republik Indonesia Tahun 1973, Kota Medan selanjutnya mengalami pemekaran
wilayah mencapai 26.510 hektar, yang terdiri dari 11 kecamatan dan 116
kecamatan. Berdasarkan wilayah administrasi yang sama, Kota Medan
memperluas Kelurahan menjadi 144 Kelurahan melalui Surat Persetujuan No.
140/2271/PUOD yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 5 Mei
1986. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan No.
140.22/2772.K/1996 dari KDH Tingkat 1 Gubernur Sumatera Utara tanggal 30
September 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Tingkat II Medan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah. Republik Indonesia No. 35 Tahun 1992 Kota
setingkat kabupaten menetapkan sejumlah peraturan kecamatan. II Medan, secara
administratif Kota Medan kembali dimekarkan, terbagi menjadi 21 kecamatan.

1.4.Dasar Hukum

Proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan, penataan ruang


sekaligus juga merupakan produk yang memiliki landasan hukum (legal
instrument). Di Indonesia, penataan ruang telah ditetapkan melalui Undang-
Undang Nomor 26 tahun 2007 yang kemudian diikuti dengan penetapan berbagai
Peraturan Pemerintah (PP) untuk operasionalnya. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 tersebut, khususnya pasal 3, termuat tujuan penataan ruang,

7
yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Sedangkan sasaran penataan ruang adalah:

1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan


buatan.

2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan


sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

3) Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif


terhadap Lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penataan ruang telah ditetapkan melalui Undang- Undang Nomor 26 tahun


2007 yang kemudian diikuti dengan penetapan berbagai Peraturan Pemerintah (PP)
untuk operasionalnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
tersebut, khususnya pasal 3, termuat tujuan penataan ruang, yakni mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

a) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)

b) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103)

c) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta


Rencana Tata Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393)

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun 2011-2031 ditetapkan pemerintah daerah
Kota Medan sebagai pedoman untuk:

8
a. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

b. Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota

c. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunandalam wilayah


kota

d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan Pemerintah,


masyarakat dan swasta

e. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota dan

f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wolayah kota yang meliputi


penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif, serta pengenaan
sanksi, dan acuan dalam administrasi pertanahan.

1.5.Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kondisi umum Kota Medan ditinjau dari kepentingan ekonomi


memberikan keuntungan kompetitif, karena relatif datar dalam hamparan yang
sangat luas dan merupakan kota pelabuhan di Selat Malaka. Hal ini terlihat dari
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Kota Medan yang selalu berada diatas
rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional.

Secara fisik, kondisi umum Kota Medan kurang menguntungkan karena


merupakan daerah yang datar, memiliki permeabilitas tanah yang rendah dan
kedalaman air tanah yang dangkal. Kondisi ini menyulitkan drainase dan
pengelolaan limbah cair, maka hal ini akan terus menjadi masalah laten di Kota
Medan.

9
Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi
Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya dan
tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota
Medan menyangkut kondisi geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemahaman terhadap kondisi Kota
Medan tersebut menjadi dasar dalam perencanaan khususnya dalam rangka
merumuskan strategi dan arah kebijakan serta program pembangunan Kota Medan.

Berdasarkan data Pemko Medan, kota Medan sebagai salah satu daerah
otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peran
Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota
Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di


pulau Sumatera dan salah satu dari tiga kota metropolitan baru di Indonesia,
memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis sebagai pintu gerbang utama bagi
kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regional/internasional di kawasan
barat Indonesia.

10
Kota Medan secara administratif pemerintahan saat ini terdiri dari 21
Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan.
Berdasarkan batas wilayah administratif, Kota Medan relative kecil dibanding
kota lainnya, tetapi posisi secara ekonomi regional Kota Medan sangat penting
karena berada dalam wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumber daya alam
yang relative besar dan beragam, serta dukungan ke pelabuhan.

11
BAB II

URAIAN TEORITIS (PENGUAT TINJAUAN PUSTAKA)

A.Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun
yang berupa badan air. Ruang terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi
tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas
antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta
yang ditanami tumbuhan. Ruang terbuka hijau publik, adalah RTH yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan
untuk kepentingan masyarakat secara umum.

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas wilayah, selain
sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk perlindungan habitat
tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan
kualitas atmosfer serta menunjang kelestarian air dan tanah. Klasifikasi bentuk
RTH umumnya antara lain RTH Konservasi atau Lindung dan RTH
Binaan. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan
pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis
Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang
yang cukup bagi :

a) Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis

b) Kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi


c) Area pengembangan keanekaragaman hayati

12
d) Area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan
e) Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat
f) Tempat pemakaman umum
g) Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan
h) Pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis
i) Penyediaan RTH bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta
kriteria pemanfaatan
j) Area mitigasi/evakuasi bencana
k) Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan
perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
RTH memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
1) Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi
udara (paru-paru kota);
2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami
dapat berlangsung lancar;
3) Sebagai peneduh;
4) Produsen oksigen;
5) Penyerapan air hujan;
6) Penyedia habitat satwa;
7) Penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta;
8) Penahan angin.
b. Fungsi Tambahan (ekstrinsik) yaitu:
1) Fungsi sosial dan budaya
2) Fungsi ekonomi, dan
3) Fungsi estetika
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
1) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);

13
2) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan keberlangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan
fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau
binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan.
Diliat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial bidaya, estetika, dan
ekonomi.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan
struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH
publik dan RTH privat.
B.Tata Ruang

Tata Ruang dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional, dan lokal. Secara nasional
disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
(RTRWK).

Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang
(2016) karya Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin
lingkup kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan
kebudayaan.

Tata Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan
penyelenggaraan penataan ruang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,
dan pengawasan penataan ruang terdapat dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.

14
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur Ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola Ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

C.Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang


dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih
baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam
wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber
daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap,
tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).

Haruo (2000), menyatakan bahwa regional development adalah suatu


bidang ilmu yang membutuhkan integrasi berbagai disiplin ilmu. Sedangkan
Sukla (2000) menyatakan bahwa pengembangan (development) bergantung pada
suatu sistem perencanaan ilmiah. Sedang menurut Rudiyanto (2008)
pengembangan wilayah (regional development) merupakan cara pandang untuk
memahami kondisi, ciri dan hubungan sebab-akibat (causal effect) dari unsur-
unsur pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber
daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan. Melalui cara pandang
tersebut selanjutnya dirumuskan tujuan, sasaran, dan target pengembangan
wilayah.

15
Pengembangan wilayah didasarkan pada suatu pandangan bahwa
keseluruhan unsur manusia (dan makhluk hidup lainnya) dan kegiatannya beserta
lingkungan berada di dalam suatu sistem wilayah. Dapat dikatakan bahwa
regional planning adalah ilmu yang mempelajari agar suatu daerah atau wilayah
berkembang. Sedang Regional development adalah mempelajari mengapa suatu
daerah berkembang.

Pelaksanaan perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil


akhir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang. Penyelenggaraan penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan. Selain itu, penataan ruang diharapkan dapat
mengefisiensikan pembangunan dan meminimalisasi konflik kepentingan dalam
pemanfaatan ruang serta meminimalisasi dampak bencana yang akan muncul
seperti banjir, tanah longsor, dan penurunan kualitas lingkungan penduduk
terutama di perkotaan akibat ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan rencana
tata ruang (Pemendagri No. 28,2008).

16
BAB III

METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

3.1.Lokasi

Daerah penelitian sangat penting untuk memperoleh data dalam hal


penyusunan, oleh karena itu peneliti memiliki lokasi penelitian . Penelitian ini
dilaksanakan di Dinas Perumahan , Kawasan Pemungkiman Dan Penataan Ruang
Kota Medan,adapun alasan penelitian mengambil objek pusat penelitian di
wilayah tersebut adalah: Karena RTH di kota Medan merupakan salah satu aset
yang bisa di bermanfaat bagi masyarakat untuk berolah raga dan lain sebagainya.

Gambar : Peta Dinas Perumahan, Kawasan Pemungkiman Dan Penata Ruang


Kota Medan

17
3.2.Waktu Dan Tahapan Pelaksanaan

A.Waktu

Waktu pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan(PPL) dimulai tanggal


29 November 2021 sampai dengan 4 Desember 2021 sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan fakultas.

B.Tahapan Pelaksanaan

Berikut Tahapan Pelaksanan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)


di Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang kota Medan.

No Hari/Tgl Kegiatan Keterangan Dokumentasi


Observasi dan Perkenalan
Kepada Kepala Dinas , Staff
1. Senin, dan Pegawai Dinas
29 November 2021 Perumahan Kawasan
Permukiman dan Penataan
Ruang Kota Medan

Ikut Serta Membantu dan


mendata letak lokasi ruang
2. Selasa, terbuka hijau di Taman Kota
30 November 2021 Medan

Melaksanakan kegiatan
Survei pertama Lokasi
3. Rabu, Taman Terbuka Hijau Kota
1 Desember 2021 Medan

Melaksanakan kegiatan
Survei Lokasi Kedua Taman
4. Kamis, Terbuka Hijau Kota Medan
2 Desember 2021

Melakukan kegiatan
wawancara kepada warga
5. Jumat, sekitar Taman
3 Desember 2021

18
Meminta data-data RTH yang
di perlukan untuk melengkapi
6. Sabtu, Proposal Laporan PPL
4 Desember 2021

Meminta izin selesai


pelaksanaan PPL kepada
7. Senin, Staff Pegawai Dinas
6 Desember 2021 Perumahan Kawasan
Pemukiman RTH Kota
Medan

1.) Jenis Penelitian

Salah satu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif .
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan faktadi lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara
peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kuatitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

2.) Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk


menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.
Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian
karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses
yang disebut pengumpulan data. Menurut Ulber Silalahi (2009) pengumpulan data

19
adalah satu proses mendapatkan data empiris melaluiresponden dengan
menggunakan metode tertentu.Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa
proses pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang
akan digunakan sebagai bahan penelitian

a.Observasi

“Pada observasi ini, peneliti mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan


sejenisnya disertai dengan daftar yang perlu diobservasi” (Sulistyo Basuki, 2006).
Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan membawa data observasi yang
telah disusun sebelumnya untuk melakukan pengecekan kemudian peristiwa yang
diamati dicocokkan dengan data observasi.

b.Wawancara

Dalam wawancara yang di lakukan bentuk pertanyaan yang di buat dalam


bentuk pedoman wawancara, pedoman wawancara tersebut berisi beberapa pola
pertanyaanan diantaranya bagaimana proses penataan ruang terbuka hijau udayana
kota mataram, bagaimana pemanfaatan ruang terbuka hijau udayana kota mataram,
bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka
hijau Kota Medan

c.Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data sekunder yang dipandang perlu dalam


penelitian ini, dalam upaya mendukung dan melengkapi data wawancara dan
observasi, sehingga data ini menjadi lengkap dan jelas atau terarah, Dalam hal ini,
data dari monografi desa, catatan, buku, foto, kebijakan,peraturan, dan Biro pusat
statisik dan arsip lokasi yang bersangkutan dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan dokumentasi di Kota Medan

20
BAB IV

ANALISIS DAN HASIL KEGIATAN

4.1.Visi,Misi Tujuan Dan Sasaran

A.Visi

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata


Ruang dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu "Terwujudnya Kota
Medan Yang Tertata, Nyaman, Modern dan Berdaya Saing. "

B. Misi

Pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :

1) Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan


ruang dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan
dengan melibatkan stake holder / shareholder.

2) Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana


Prasarana yang berkelanjutan.

3) Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan


mengembangkan teknologi sistem informasii
4) Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui
pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan.
5) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota dan
bangunan.
C. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan


tujuan sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5
(Lima) tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan
misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin

43
dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas
pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi :

1) Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan


tata bangunan.

2) Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana


Prasarana yang berkelanjutan.

3) Meningkatnya kelancaran dalam pelaksanaan tugas urusan pemerintahan


bidang tata ruang dan bangunan.

4) Melaksanakan pelayanan umum pada masyarakat.4Mengendalikan


kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan,
penertiban dan koordinasi pembangunan.

5) Mengupayakan secara optimal peraturan bidang tata ruang dan tata


bangunan

6) Meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,


pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

D. Sasaran :

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik,
terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan

a) Tersusunya rencana tata ruang dan rencana tata bangunan yang berkualita
dan berkesinambungan

b) Meningkatnya ketersediaan kebijakan penataan ruang kota dan penataan


bangunan yang mendukung peningkatan daya saing kota

c) Meningkatnya kualitas data-data dan peta untuk penataan ruang dan aspek
pembangunan lainnya

44
d) Terlaksananya evaluasi secara berkala rencana dan kebijakan tata ruang
dan tata bangunan

e) Menigkatnya kualitas manajemen organisasi kerja melalui penyusunan


standart, monitoring dan evaluasi

f) Meningkatnya kemampuan teknis dan oprasional aparatur melalui


pelatihan dan pembinaan

g) Mendorong terlaksananya trasnfaransi akuntabilitas kinerja melalui


penyusunan rencana kerja, laporan keuangan tahunan dan LAKIP

h) Meningkatnya ketersediaan dan perawatan sarana dan prasarana kerja.

i) Meningkatnya index kepuasan pelanggan terhadap pelayanan perizinan


dan informasi rencana kota

j) Mendorong penyebarluasan informasi pelayanan penataan ruang dan


banguna kepada masyarakat secara merata dan berkesinambung

k) Meningkatnya pengawasan dan monitoring pelaksanaan kebijakan rencana


tata ruang dan tata bangunan

l) Terselenggaranya peningkatan pemahaman dan kepatuhan terhadap


rencana tata ruang dan tata bangunan melalui pembinaan, sosialisasi dan
penyebaran informasi

m) Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam perumusan kebijakan,


perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang

45
4.2 Permasalahan dan isu staretegi daerah

4.2.1.Permasalahan Aspek Geografi dan Demografi

Secara geologis, Kota Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º -
98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur
Kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota
Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa
baik itu domestic maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah
dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota
Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab


berbatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian Utara, sehingga relative dekat
dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang atau jasa yang relative besar. Hal ini
tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relative besar dimana tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regional/nasional.

Secara demografis, karena Kota Medan merupakan dataran alluvial,


sebuah daerah yang ideal untuk pertanian intensif dan tanaman industri yang
memiliki nilai jual tinggi seperti tembakau. Sehingga Kota Medan tempo dulu
sudah menjadi wilayah hunian yang padat karena merupakan sentra pertanian
yang berada di kota pelabuhan. Artinya permasalahan yang muncul akibat
kepadatan penduduk sudah melekat kepada Kota Medan dari waktu ke waktu.

46
4.2.2.Permasalahan Aspek Kesejahteraan Sosial

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997


membawa pada pertumbuhan ekonomi nasional negatif. Kondisi ini juga
berpengaruh terhadap perekonomian Kota Medan, dimana laju pertumbuhan
ekonmo mengalami penurunan hingga 18,11%. Namun pada tahun 2001, laji
pertumbuhan ekonomi Kota Medan trus meningkat hingga mengalami
pertumbuhan sebesar 5,23%. Walaupun belum pulihnya perekonomian nasional,
para pelaku ekonomi sudah mulai melakukan perbaikan dan antisipasi dibidang
ekonomi dan didukung dengan suku bunga bank yang menurun sehingga
kengiatan ekonomi sektor rill mulai bergerak menyebabkan laju pertumbuhan
ekonomi di Kota Medan mengalami kenaikan positif.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan


merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena
penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah,
maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Sejalan dengan
peningkatan PDRB ADH Konstan 2000 Kota Medan selama periode 2004±2006,
pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-
rata di atas 5 persen per tahun yaitu 6,98 persen dari tahun 2004-2005 dan 7,77
persen dari tahun 2005-2006. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif
tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi
selama periode 2004±2006 juga menunjukkan trend positif, dimana pertumbuhan
tahun 2006 relatif tinggi (7,77 persen). Hal ini menunjukkan perkembangan
perekonomian yang terjadi, lebih disebabkan faktor-faktor fundamental ekonomi
yang terus membaik, walaupun pada bulan Oktober 2005 Pemerintah telah
menaikkan harga bahan bakar minyak. Berdasarkan kesimpulan :

a) Kota Medan memiliki persentase penduduk miskin yang relatif besar


karena jumlahnya mencapai 212.300 jiwa atau sekitar 10,05% dari jumlah
penduduk Kota Medan pada tahun 2010.

47
b) Pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat rata ± rata di atas 5%
pertahun yaitu 6.98 persen pada tahun 2004 meningkat menjadi 7,7 persen
pada tahun 2006. Hal ini disebabkan faktor ± faktor fundamental yang
terus membaik setiap tahunnya.

c) Inflasi Kota Medan semakin meningkat setiap tahunnya. Ini bisa dilihat
lonjakan peningkatannya pada tahun 2004 sebesar 6,64%, sedangkan pada
tahun 2006 menjadi 22.91%.

d) Tingkat pengangguran di Kota Medan relatif tinggi. Hal ini disebabkan


karena laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju
pertumbuhan kesempatan kerja.

e) Bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita berpengaruh


negatif dan signifikan secara statistik terhadap jumlah penduduk miskin di
kota Medan.

f) Bahwa inflasi dan pengangguran berpengaruh positif dan signifikan secara


statistik terhadap jumlah penduduk miskin dikota Medan.

4.2.3.Permasalahan Aspek Pelayanan umum

4.2.3.1. Sarana dan Prasarana

Kawasan ruang terbuka publik atau taman telah menjadi kebutuhan


penting dalam perkembangan kota tersebut. Kota Medan saat ini telah mengalami
pertumbuhan dalam hal jumlah penduduk yang berdampak pada perubahan dalam
memanfaatkan lahan di kota Medan, dengan terus bertambahnya pembangunan
berbagai fasilitas dan infrastruktur perkotaan. Penurunan kualitas udara pada
sebuah kota dapat ditanggulangi dengan pemeliharaan taman-taman kota dengan
lebih baik. Faktor kenyamanan merupakan bagian yang dapat menjadi
pertimbangan perencanaan atau perancangan taman yang juga sebagai produk
arsitektur yang berhubungan dengan segala interaksi manusia dengan
lingkungannya, untuk itu perlu dikaji pendapat dari pengguna taman kota sebagai

48
salah satu cara untuk mengetahui kualitas kenyamanan taman kota agar dapat
digunakan secara maksimal. Salah satu taman kota atau ruang terbuka hijau yang
dapat dimanfaatkan masyarakat ialah taman Teladan.

Taman Teladan ini merupakan taman yang berfungsi sebagai ruang


terbuka bagi masyarakat yang ada di sekitar Kecamatan Medan Kota. Secara
umum keberadaan taman ini bertujuan memberikan tempat bagi masyarakat dan
berinteraksi. Namun kondisi fasilitas serta jumlah sarana dan prasarana yang
terdapat pada taman ini dinilai masih kurang mendapat perhatian maksimal, hal
lain terkait kebersihan dan perawatan tanaman yang kurang maksimal masih
adanya pemalakan uang parkir tulisan penanda taman sudah rusak. Untuk itu
peneliti mencoba menganalisis bagaimana kenyamanan pengunjung terhadap
taman Teladan sebagai ruang terbuka hijauyang mempengaruhi kenyamanan
penguna taman Teladan yang selanjutnya dapat memberikan masukan dalam
peningkatan kualitas taman kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik
berdasarkan pandangan para pengunjung

4.3.Isu Strategi Daerah

4.3.1.Isu Strategi RPJM Nasional

Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan sinkron dengan rencana tata
ruang, yang ditandai dengan:
a) Terbatasnya ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
berkualitas sebagai acuan perizinan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala 1 : 5.000;
b) Belum berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal
dikarenakan belum tersedianya instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang;
c) Adanya tumpang tindih perizinan pemanfaatan ruang yang akan
diselesaikan melalui pelaksanaan Kebijakan Satu Peta yang diintegrasikan
dalam pelaksanaan Satu Data Indonesia

49
d) Desa-desa dalam kawasan hutan dan perkebunan besar tidak dapat
melaksanakan kewenangannya terutama untuk pembangunan infrastruktur
(sekitar 25.000 desa)
e) Kejadian bencana akibat pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan
rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar 2.000 kasus kejadian banjir,
longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya).

MISI Program Aksi langkah


Mencapai Pengembangan 1) Melanjutkan kebijakan
Lingkungan Kebijakan Tata Ruang satu peta untuk
Hidup yang Terintegrasi menghindari tumpang
Berkelanjutan tindih penggunaan
ruang.
2) Pengendalian dan
pengawasan kepatuhan
pelaksanaannya serta
menindak tegas
penyimpangannya
Mitigasi Perubahan 1) Memperbanyak hutan
Iklim kota dan ruang terbuka
hijau di perkotaan
2) Melanjutkankonservasi
lahan gambut
Penegakan Hukum 1) Merehabilitasi kerusakan
dan Rehabilitasi lingkungan untuk
Lingkungan Hidup menjamin daya dukung
lingkungan secara
berkelanjutan termasuk
rehabilitasi hutan dan
lahan, konservasi laut,

50
serta Daerah Aliran
Sungai (DAS).

4.3.2.Isu Strategi RPJMD Provinsi

Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara


tahun 2017-2037 menjadi salah satu dokumen yang harus diperhatikan
dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2019-2023.
Perumusan substansi RTRW Provinsi Sumatera Utara dimaksudkan untuk
menjaga sinkronisasi dan konsistensi pelaksanaan penataan ruang serta
mengurangi penyimpangan implementasi indikasi program utama yang
diharapkan akan lebih mampu merespon tantangan dan menjamin
keberlanjutan pembangunan.

Adapun substansi dari RTRW Provinsi Sumatera Utara, meliputi


antara lain:

a) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi;

b) Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi yang meliputi Rencana


Sistem Perkotaan, Rencana Sistem Jaringan Transportasi, Rencana
Sistem Jaringan Energi, Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi,
Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air, serta Rencana Sistem
Jaringan Prasarana Lingkungan;

c) Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi yang meliputi Kawasan


Lindung dan Kawasan Budi Daya;

d) Penetapan Kawasan Strategis Provinsi;

e) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi yang berisi Indikasi


Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan, dan

51
f) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi yang
berisi Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi, Arahan
Perizinan, Arahan Insentif dan Disinsentif, serta arahan sanksi.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penataan ruang Provinsi


Sumatera Utara adalah ”Mewujudkan Wilayah Provinsi Sumatera
Utara Yang Sejahtera, Merata, Berdaya saing dan Berwawasan
Lingkungan”.

Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Sumatera Utara antara


lain:

a) Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat;

b) Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan


daya saing dan diversifikasi produk;

c) Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang


ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif;

d) Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan


ekosistem;

e) Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi


perkembangan wilayah; dan meningkatkan aksesibilitas dan
memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke seluruh wilayah provinsi.

Dalam rangka untuk mewujudkan Visi dan Misi, tujuan dan sasaran
yang telah dirumuskan, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan
sumatera utara dan program prioritas pembangunan daerah Provinsi
Sumatera Utara 2019-2023.

4.3.3.Isu Strategi RPJMD Kabupaten/Kota

Kebijakan untuk pengembangan pola ruang tahun 2011-2015 mengacu


kepada desain 2010-2030, meliputi :

52
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kawasan
lindung adalah kawasan yang tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan
produksi karena alasan tata lingkungan, seperti: kawasan hutan manggrove (hutan
bakau sekunder) kawasan sempadan sungai, pantai dan danau, kawasan sosial
budaya, serta ruang terbuka hijau. Kebijakan pengembangan kawasan lindung
terdiri dari:
1.) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup,dengan
strategi sebagai berikut:
a) Menetapkan dan melestarikan fungsi kawasan lindung
b) Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi
ekosistemnya
c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah dan
d) Mengembangkan kerjasama antar kabupaten perbatasan dalam
meningkatkan fungsi lindung.
2). Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
a) Mewajibkan kajian yang berkaitan dengan dampak lingkungan hidup bagi
kegiatan yang berdampak bagi kawasan lindung dan lingkungan hidup
b) Meningkatkan upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
c) Mendorong kegiatan-kegiatan pengendalian dan penegakan hukum bagi
kegiatan yang merusak kawasan lindung dan lingkungan hidup dan
d) Meningkatkan peran masyarakat dalam pengendalian, pemanfaatan dan
pemantauan kawasan lindung dan lingkungan hidup.
3). Peningkatan fungsi, kuantitas dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Mewujudkan RTH paling sedikit 30 % meliputi 20% RTH public dan
paling sedikit 10% RTH privat

53
b) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi kawasan
lindung
c) Memperbaiki dan merehabilitasi kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan fungsi lindung
d) Melarang kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi kawasan lindung
dan
e) Mensinergikan kegiatan budidaya produktif yang dapat selaras dan
mendukung fungsi kawasan lindung
4.3.4.Tahapan Perencanaan Pembangunan (Penyusunan , Penetapan ,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan )

Pada tahun 1963, Dinas Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 (dua)


dinas; yaitu Dinas pengawasan Bangunan- bangunan dan dinas planologi. Dalam
hal ini, dinas planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya
KDH Tingkat II Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963.

Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata KotaMadya Dati II Medan yang
diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II
Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada
tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No.
1tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota
Kotamadya Dati II Medan.

Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No.4 tahun 2001 tentang
Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Dinas- Dinas Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang
merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangunan- bangunan dan
penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963.
Penggabungan Dinas Tata Kota dengan sebagian Dinas Bangun- Bangunan
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan
penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Perda

54
tersebut menjelaskan kedudukan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan adalah
unsure pelaksana Pemerintahan Kota Medan dalam bidang penataan kota yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah No. 3 tahun 2009 tentang Struktur


Organisasi maka lahirlah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan
sebagai perubahan dan pengganti Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan disertai
dengan beberapa perubahan Tupoksi. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
adalah pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata ruang dan tata
bangunan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

4.3.4.1.Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2009 tentang
Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang
disahkan dan di tuangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010
Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota
Medan. Pada Bagian Kesembilan pasal 54 dan 55 dari Perda tersebut menetapkan
tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, Dinas
Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintah daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
Kota Medan menyelenggarakan fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan

2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata


ruang dan tata bangunan

3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan tata bangunan;
dan

4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya

55
Ada pun tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota
Medan berdasarkan peraturan Kota Medan No. 3 tahun 2009 disebutkan bahwa,
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
kesekreatariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program. Dengan fungsi :

a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan

b) pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c) pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan


Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas

d) pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan


organisasi, dan ketatalaksanaan

e) pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas- tugas Dinas

f) penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

g) pelaksanaan monitoring evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

h) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

4.3.5.Analisis Swot (Strategi , Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan)

Mengacu pada hasil analisis SWOT pada matriks hasil penelitian,


diperoleh beberapa isu strategis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.) Kekuatan :

a. Dalam pasal 29 ayat 2, Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang


Penataan Ruang disebutkan proporsi ruang terbuka hijau pada
wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M Tahun 2008


tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan.

56
c. Peraturan Walikota Medan No. 35 tahun 2013 tentang penyediaan
ruang terbuka hijau pada setiap persil bangunan di kota Medan.

2.) Kelemahan :

a. Kurangnya monitoring dan evaluasi dari pemerintah selaku pihak yg


berwenang dengan program RTH dikota medan

b. Masyarakat tidak menjaga RTH dengan baik yang menyebabkan ruang


terbuka hijau kehlangan fungsinya

c. Kurangnya lahan dikota medan untuk dijadikan sebagai ruang terbuka


hijau.

3.) Peluang :

a. PT. Sofara Cipta Kirana selaku pengembang Perumahan Taman


Alamanda Indah dan PT. Buana Makna Wira selaku pengembang
Perumahan Menteng Indah Cluster The Cozy menyerahkan PSU ke
pemko medan salah satunya taman (Ruang Terbuka Hijau) dengan
total luas lahan 302,90 M² serta utilitas berupa lampu PJU sebanyak
37 titik.

b. Pemko Medan berkomitmen menata kota Medan menjadi lebih


baik, salah satunya menata Kawasan Kota Lama Kesawan
termasuk mengembalikan fungsi lap. Merdeka sebagai lokasi cagar
budaya dan menjadikanya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

c. Kota Medan di Provinsi Sumatera Utara terpilih menjadi lokasi


program Global Covenant of Mayors for Climate and Energy
(GCoM) Asia Project mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

4.) Ancaman :

a. Bobby menuturkan, alokasi lahan untuk ditetapkan sebagai ruang


terbuka hijau (RTH) di Medan masih terbatas. Saat ini RTH yang

57
dimiliki dan dikelola Pemko Medan hanya sebesar 5 persen dari
target yang sudah ditetapkan. Karena banyaknya pembagunan
gedung yang menghabiskan banyak lahan hijau
b. Banyaknya premanisme dan perdagangan yan dilakkan di
lingkungan taman kota (RTH) meyebabkan hilangny rasa nyaman
sebagai salah satu fungsi RTH
c. Banyaknya penebangan pohon yang dilakukan secara semena
mena oleh masayarakat kota medan yang kurangnya ikut
partisipasi dalam pembangunan ruang terbuka hijau ini.

• Kekuatan • Kelemaha
(Strengths) n
(Weakness
es)

• Peluang • Ancaman
(Opportun (Threats)
ities)

a. Hasil :

1.) S – O

Penyelenggaraan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Medan akan berjalan


secara maksimal dengan memanfaatkan peluang di sektor politik yang aman dan
kondusif, peraturan – peraturan yang mengikat dari daerah dan pusat, strategi
organisasi maupun kemajuan teknologi.

2.) S – T

a. Sosialisasi dan koordinasi antara pemerintah kota dengan masyarakat agar


aktivitas ekonomi masyarakat bersifat penghijauan.

58
b. Membangkitkan pemahaman dan mindset masyarakat dengan berbagai
gerakan – gerakan penghijauan.

3.) W – O

a. Mempertegas peraturan - peraturan daerah dan undang – undang yang


telah disusun.

b. Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengelola ruang terbuka hijau


(RTH) dan memperbaikai sarana dan prasarana kerja kantor dalam
pengelolaan, pendataan dan erawatan ruang terbuka hijau (RTH) dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi.

4.) W – T

a. Mempertegaskan aturan – aturan, agar komitmen anggota organisasi dapat


tersadarkan.

b. Untuk kekurangan anggaran, dilakukan keaktifan masyarakat untuk


perawatan taman dan bekerjasama dengan pihak ke – 3 dalam
pembangunan dan perawatan taman.

59
60
61
62
63
64
No Kriteria pertanyaan Pertanyaan

Bagaimana proses penataan 1. Bagaimana bentuk penataan yang


dilakukan oleh pemerintah pada
ruang RTH Kota Medan
saat ini
2. Apakah penataan taman di Kota
Medan sudah ditata rapi atau
belum tertata
3. Menurut pendapat bapak ibu
tempat duduk pengunjung Apakah
sudah tersedia dengan baik atau
belum
4. Apakah fasilitas public sudah
memadai dan apa saja fasilitasnya
5. Apakah penataan ruang terbuka
melibatkan masyarakat dalam
perencanaannya atau bagaimana
6. Apakah ada dukungan pemerintah
dan masyarakat yang dilakukan
untuk penataan ruang terbuka
hijau
7. Menurut bapak ibu apa rencana
yang dilakukakn oleh pemerintah
dan masyarakat
8. Bagaimaan model penataan RTH
yang dilakukan oleh pemerintah
9. Apakah hambatan dalam penataan
ruang RTH Kota Medan
2 Pemanfataan ruang terbuka 1. Bagaimana bentuk pemanfaatan
ruang RTH Kota medan
hijau (RTH) kota medan
2. Bagaimana model pemanfaatan

65
ruang terbuka hijau Kota medan
3. Apakah ada mamfaat RTH kota
medan untuk rekreasi
4. Bagaimana dampak RTH kota
medan terhadap kondisi ekonomi
5. Menurut bapak,ibu Berapa kira-
kira yang berkunjung di taman
kota medan
6. Apakah masyarakat sudah puas
dengan adanya taman di Kota
medan
3 Bagaimana upaya 1. Apa upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat
pemerintah dan masyarakat
dalam mengelolaan RTH
dalam pengelolaan RTH 2. Apakah ada kebijakan yang di
kelarkan oleh pemerintah daerah
dalam hal pengelolaan RTH
3. Apa rencana pemerintah untuk
pengelolaan RTH untuk jangkah
panjang
4. Bagaimana upaya pemerintah
untuk memberikan menyadarkan
masyarakt dalam menjaga dan
ikut melestarikan

66
BAB V

HASIL DAN REKOMENDASI

5.1.Hasil

Kondisi pengelolaan RTH publik di Kota Administrasi kota Medan


berdasarkan 3 (tiga) faktor aspek (kondisi fisik, fungsi, dan manajerial), yaitu
sebagai berikut:

a.) Potensi pengelolaan RTH public


1) Aspek Fisik: distribusi RTH publik sebagian besar tersebar di
seluruh kecamatan, penataan RTH publik sebagian besar sudah baik,
RTH publik yang ada dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya.
2) Aspek Fungsional : kurangnya penyuluhan dan pemasangan slogan
dalam meningkatkan informasi aktif kepada masyarakat untuk
mempertahankan fungsi optimal.
3) Aspek Manajerial : adanya RTH publik yang dilindungi oleh undang
undang, adanya rencana rinci yang memuat program jangka pendek
pengelolaan RTH publik, adanya prosedur pelaksanaan teknis dalam
pengelolaan RTH publik, tidak adanya tumpang tindih tugas dalam
pemeliharaan, adanya dana investasi dari swasta dan retribusi
masyarakat.
b.) Permasalahan Pengelolaan RTH Publik
1) Aspek Fisik : adanya sebaran yang tidak merata, tidak semua RTH
memiliki kualitas yang baik, tidak semua RTH publik memiliki
kualitas dan kuantitas fasilitas yang baik.
2) Aspek Fungsional : belum semua fungsi RTH publik di tetapkan
dalam rencana , pemanfaatan RTH publik menjadi belum optimal
karena adanya peralihan fungsi RTH atau penyalahgunaan fungsi
RTH.

67
3) Aspek Manajerial : kebijakan yang ada masih menggunakan
kebijakan nasional yang lama dan sudah habis masa berlakunya,
belum semua RTH publik dilindungi oleh undang-undang khusus,
penyusunan program di dalam rencana belum sesuai dengan
prosedurnya, koordinasi antar pemerintah dalam pengelolaan masih
kurang, banyaknya pelaksana teknis dalam pengelolaan RTH publik
menjadi tidak optimal pelaksanaanya, masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan, peran swasta dalam pengelolaan RTH
masih rendah, terbatasnya dana pemeliharaan yang dialokasikan.
Dari hasil analisis SWOT yang di dapat berdasarkan potensi dan
permasalahan kondisi pengelolaan RTH publik di Kota Medan, maka dapat
dirumuskan strategi pengelolaan RTH publik Kota Medan berdasarkan 3 faktor
(tiga) aspek (kondisi fisik, fungsi, dan manajerial), yaitu sebagai berikut:
a. Strategi untuk aspek kondisi fisik, mempertahankan dan menata
persebaran RTH Publik secara merata, mempertahankan dan
meningkatkan kuantitas (luasan) RTH publik, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas RTH publik, serta mempertahankan dan
meningkatkan kualitas dan atau kuantitas fasilitas RTH publik.
b. Strategi untuk aspek fungsional, adalah mengoptimalan pemanfaatan
RTH publik, meningkatan komunikasi dan informasi aktif,
sertamempertahankan dan menetapkann fungsi RTH publik dalam
rencana.
c. Strategi untuk aspek manajerial, adalah kebijakan pengelolaan RTH
publik, menegakan hukum yang tegas bagi pelaku pengalihfungsian
RTH publik, penyusunan program-program oleh pemerintah,
meningkatan kinerja instansi yang berwenang dalam pengelolaan
RTH publik, meningkatan kerjasama terhadap pihak-pihak terkait,
dan meningkatan penambahan pendapatan dalam pengelolaan RTH.
Semua alternatif strategi yang dihasilkan sangat mungkin diterapkan,
apabila ada kerjasama yang baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Kerjasama dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan RTH publik akan

68
menghasilkan hasil yang baik dengan kualitas lingkungan yang baik pula
khususnya di Kota Medan.
5.2.Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait pembangunan, pengembangan,


dan pengelolaan RTH publik di Kota Medan, adalah sebagai berikut:
1) Pembaharuan dan pengadaan dokumen rencana RTH kota baik RTRW
maupun masterplan RTH dengan melibatkan para ahli di bidang ruang
terbuka hijau khususnya RTH.
2) Pengendalian fungsi RTH publik oleh pemerintah dengan cara pemberian
sanksi bagi perubah fungsi RTH dan pemberian kompensasi bagi pihak-
pihak yang membantu dalam pemeliharaan RTH publik.
3) Peningkatan kualitas SDM dalam pelaksanaan pengelolaan RTH public
dengan pengadaan pelatihan dan mengkaji standar pendidikan minimum
yang bekerja di instansi terkait.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam proses
perencanaan, pemanfaatan, sampai dengan pengendalian RTH publik
dengan melakukan informasi aktif atau penyuluhan kepada masyarakat
atau dengan pengadaan perlombaan penghijauan dengan imbalan hadiah
oleh pemerintah.
5) Peningkatan peran serta swasta dalam pemeliharaan , pengelolaan ,
pengadaan dengan sistem insentif dengan kompensasi penempatan simbol
perusahaan.
6) Peningkatan kinerja dan koordinasi antar instansi terkait kewajibannya
dalam pengelolaan RTH publik yang ada, baik secara vertikal (dinas, suku
dinas, dan seksi kecamatan),maupun horizontal (Bapeda,DTK, pertamanan
dan pemakaman, kelautan dan pertanian bidang kehutanan, dan dinas
lainnya yang terkait) dengan membentuk 1 (satu) tim khusus dalam
pelaksanaanpengelolaanRTH.

69
DAFTAR PUSTAKA

1
Izharsyah, Jehan Ridho, Imam Aulia Pratama, Hawa Maha Putri, Regina Nadya
Miranthy, Fitri Nurhazizah, Tri Nurani, and Rizky Apriliani. “Analisis
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota
Medan.” JURNAL TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN INDONESIA, no.
26 (2007): 1–13.

Lestari, Sugiyanti Puji, Irwan Noor, and Heru Ribawanto. “Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Dalam Upaya Mewujudkan Sustainable City.” Jurnal
Administrasi Publik (JAP) 2, no. 3 (2012): 381–387.

Medan, Perda Kota, Rtrw Kota, and Medan Tahun. “Perda Kota Medan Tentang
RTRW Kota Medan Tahun 2011 - 20311 1” (2011): 1–41.

2
Muliana, R ., Astuti, P ., & Fadli, A. (2018). Kajian Pusat-Pusat Pelayanan di
Kabupaten Kampar. Jurnal Saintis Volume 18 Nomor 1.

Pane, Teguh Achmad. (2013). Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di


Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Medan: Universitas Sumatera Utara.

3
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035.

Pontoh, Nia K dan Iwan Kustiawan. (2008). Pengantar Perencanaan Perkotaan.


Bandung: ITB.

1
Jehan Ridho Izharsyah et al., “Analisis Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Di Kota Medan,” JURNAL TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN INDONESIA, no.
26 (2007): 1–13.
2
Sugiyanti Puji Lestari, Irwan Noor, and Heru Ribawanto, “Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Dalam Upaya Mewujudkan Sustainable City,” Jurnal Administrasi Publik (JAP) 2, no. 3
(2012): 381–387.
3
Perda Kota Medan, Rtrw Kota, and Medan Tahun, “Perda Kota Medan Tentang RTRW Kota
Medan Tahun 2011 - 20311 1” (2011): 1–41.

70
Putra, Dewa Raditya dan Wisnu Pradoto. (2016). Pola Dan Faktor Perkembangan
Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Maranggen, Kabupaten Demak. Jurnal
Pengembangan Kota (2016) Volume 4 No. 1

RDTR Kecamatan Medan Johor.

RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030.

Setiawan, Bambang. (2004). Pengaruh Struktur Kota Terhadap Pola Pergerakan di


Kota Semarang dan Kota Surakarta. Semarang. Universitas Diponegoro

Sinulingga, B. D. (2005). Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal.


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

SNI 03-1733-2004 Tentang Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di


Perkotaan.

Adisasmita, Sakti Adjizahd. (2011). Jaringan Transportasi. Yogyakarta. Graha


Ilmu. Apriana, M ., & Iwan, R. (2020). Penentuan Pusat Pelayanan
Perkotaan di Kota

Tanjungpinang. Jurnal Tunas Geografi Vol. 09 No. 01 2020.

Aryunto, Primus. (2012). Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Terhadap


Struktur Ruang Kota (Studi Kasus Kabupaten Gresik). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).

BPS (2020) Statistik Daerah Kota Medan, Bapan Pusat Statistik Kota Medan.

Budiarto, Jerzi dan Suwandono, Djoko. (2014). Identifikasi Perubahan Struktur


Ruang Pada Jalan Utama Kecamatan Kraton D.I Yogyakarta. Jurnal
Ruang Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014. ISSN 1858-3881.

Burgess, E. W. (1925). The Growth of The City in R. E. Park; E.W Burgess and
R.D McKenzie, The City. Chicago, University of Chicago Press.

Dokumen Profil Kota Medan. BPS Kota Medan.

71
Dwiyanto, T. A., & Sariffuddin, S. (2013). Karakterisktik Belanja Warga
Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kecamatan Banyumanik Kota Semarang).
2013, 1 (2) 118- 127.

Filipus, Theodorus ., Tondobala, Linda ., & Rengkung, Michael M. (2019).


Analisis Struktur Ruang Berdasarkan Pusat Pelayanan di Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Spasial Vol. 6 No. 1, 2019. ISSN 244-3262.

Ilma, Faradina dan Rakhmatulloh, Anita Ratnasari. (2014). Pembentuk Struktur


Ruang Kompak di Kawasan Banyumanik Kota Semarang. Jurnal
Pembangunan Wilayah & Kota. Volume 10 (2): Juni 2014.

Lahagina, Jason J. Geovani P ., Poluan, R. J ., dan Mononimbar, Windy. (2015).


Kajian Struktur Ruang Kota Tomohon. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

M. Irzan Fausan. (2018). Kajian Struktur Ruang Kawasan Perdagangan Di Kota


Makassar. Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

Malau, Febri Irwandi ., Mononimbar, Windy ., dan Rate, Johannes Van. (2018).
Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Sekitar Jalan Lingkar Kota
Manado. Jurnal Spasial Vo. 5. No. 3, 2018. ISSN 2442-3262.

Masrianto ., Soetomo, Soegiono ., Poerwo, Poernomosidhi ., dan Riyanto,


Bambang. (2012). Pembangunan Jaringan Jalan Perkotaan Berdasarkan
Kajian Struktur Ruang dan Aksesibilitas Kota. Jurnal Transportasi Vol. 12
No 2 Agustus 2012.

Toriki, Pransiska Archivianti dan Nurini. (2012). Kajian Pola Ruang Kampung
Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke ’ Te Kesu, Kabupaten
Toraja Utara. Jurnal Teknik PWK Volume 1 Nomor 1 2012.

Ullman, Harris. (1945). Graphic Repared. Department of Geography and Earth


Sciens Charlotte: University of North Carolina.

72
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.

Utoyo, B . (2007). Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia


Purna.

Viduri, Vika, Badjuri dan Andjar Widjajanti. (2015). Analisis Pengembangan


Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di
Kabupaten Banyuwangi dalam Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015. Jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Jember (UNEJ).

Wibowo, Awal. (2014). Studi Tentang Struktur Kota dan Sistem Transportasi Di
Perkotaan Purwokerto Tahun 2013. Geodukasi Volume III Nomor 1, Maret
2014.

Yunus, Hadi Sabari. (2014) Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

73

Anda mungkin juga menyukai