Kelompok 6 :
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim…
Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan hasil
Laporan kami ini dengan judul “Analisis Perencanaan Pembangunan Program
Ruang Terbuka Hijau (RTH)” di Kota Medan
Penyusunan proposal PPL ini sebagai salah satu syarat untuk membuat
tugas akhir dan mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam meraih gelar
sarjana di Program Studi SI Ilmu Administrasi Publik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara serta sebagai wahana studi lapangan bagi
mahasiswa untuk dapat mengetahui secara langsung lingkungan kerja.
Kami juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing yaitu kepada :
1) Bapak Dr.Arifin Saleh,S.Sos,MSP Dekan FISIP Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
2) Bapak Ananda Mahardika,S.Sos,M.SP Kaprodi Ilmu Administrasi Publik
3) Bapak Jehan Ridho Izharsyah,S.Sos.,M.SI Dosen Pembimbing Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL)
4) Bapak Tondi Nasha Yusuf Nst ,ST,MT Sekretaris Kepala Dinas
Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan
Serta seluruh pihak yang bersangkutan, sekali lagi kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
kalian semua.
Medan,18 November 2021
NPM 1803100079
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2.Maksud Dan Tujuan.......................................................................................6
1.3.Ruang Lingkup...............................................................................................6
1.4.Dasar Hukum................................................................................................. 7
1.5.Gambaran Umum Kondisi Daerah.................................................................9
BAB II
URAIAN TEORITIS (PENGUAT TINJAUAN PUSTAKA)............................... 12
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN......................................................... 17
3.1.Lokasi...........................................................................................................17
3.2.Waktu Dan Tahapan Pelaksanaan................................................................18
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL KEGIATAN..................................................................21
4.1.Visi,Misi Tujuan Dan Sasaran..................................................................... 21
4.2 Permasalahan dan isu staretegi daerah.........................................................24
4.2.1.Permasalahan Aspek Geografi dan Demografi.................................... 24
4.2.2.Permasalahan Aspek Kesejahteraan Sosial.......................................... 25
4.2.3.Permasalahan Aspek Pelayanan umum................................................ 26
4.2.3.1. Sarana dan Prasarana......................................................................26
4.3.Isu Strategi Daerah.......................................................................................27
4.3.1.Isu Strategi RPJM Nasional..................................................................27
4.3.2.Isu Strategi RPJMD Provinsi................................................................29
4.3.3.Isu Strategi RPJMD Kabupaten/Kota...................................................30
4.3.4.Tahapan Perencanaan Pembangunan....................................................32
4.3.4.1.Tugas Pokok dan Fungsi................................................................. 33
ii
4.3.5.Analisis Swot (Strategi , Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan).. 34
BAB V
HASIL DAN REKOMENDASI............................................................................ 45
5.1.Hasil............................................................................................................. 45
5.2.Rekomendasi................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................48
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
6 Malang 4%
7 Makassar 3%
8 Medan 8%
9 Jambi 4%
10 Palembang 5%
Rata–rata luas RTH di kota-kota 8,69%
besar Indonesia
Sumber : Nirwono Joga, Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Perkotaan
Berkelanjutan, Presentasi dalam Workshop Nasional Pembangunan Kota yang
Berkelanjutan, Medan 13 Februari 2015
Berdasarkan Tabel 1. tentang proporsi ruang terbuka hijau di kota-kota
yang ada di Indonesia, kota-kota besar yang ada di Indonesia belum memenuhi
syarat ruang terbuka hijau seperti yang ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Kota Bogor menjadi satu-satunya kota yang memiliki
proporsi ruang terbuka hijau dengan luas 19,32% dari luas keseluruhan kota.
Pembenahan ruang terbuka hijau yang ada di kota-kota besar di Indonesia mutlak
diperlukan guna memenuhi ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Dalam upaya memenuhi kekurangan ruang terbuka hijau diperlukan kerja
sama di setiap elemen. Upaya pemenuhan ruang terbuka hijau bukan hanya
menjadi tugas pemerintah, masyarakat pun dituntut agar peduli dengan
keberadaan ruang terbuka hijau dengan menjaga kelestarian ekologis yang ada di
dalamnya.
2
Pembangunan gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, serta industri-
industri baik besar maupun industri kecil sangat gencar dilakukan. Namun
sebaliknya maraknya fenomena tersebut tidak terjadi dalam hal pembangunan
taman-taman, hutan kota, kawasan penyangga serta pembangunan lain yang
berorientasi pada keseimbangan lingkungan. Padahal keseimbangan lingkungan
merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi kota yang sehat dan
nyaman. Kejenuhan akibat maraknya pembangunan serta kompleksnya masalah
perkotaan mengakibatkan proses berpikir akan pentingnya pembangunan kota
yang ekologis atau berwawasan lingkungan. Suatu kota yang ekologis dapat
menciptakan peristiwa dimana terjadi hubungan interaksi yang baik dan saling
menguntungkan antara manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya.
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan,
yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan hal ini dapat
juga dirasakan di kota Medan. Menurunnya kualitas permukiman di kota Medan
bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh
yang rentan dengan bencana banjir serta semakin hilangnya ruang terbuka
(Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat.
5
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
Medan”
1.3.Ruang Lingkup
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang
dalam wilayah administrasi Kota dengan tingkat ketelitian skala 1 : 20.000
berjangka waktu perencanaan 20 tahun. RTRW Kota disusun berdasarkan
perkiraan kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya.
Penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan dilakukan dengan berdasarkan
kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, dan kesinambungan dalam lingkup kota dan kaidahnya dengan
provinsi dan kabupaten/kota sekitarnya.
Kota Medan terletak antara 2 .27 -2 .47 Lintang Utara dan 98 .35 -
98 .44 Bujur Timur. Kota Medan berada 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut.
Kota Medan beriklim tropis, dengan suhu terendah 23,0C - 24,1C, suhu tertinggi
30,6 C - 33,1 C, dan suhu malam 26C - 30,8C. Selain itu kelembaban rata- rata
di pusat kota Medan adalah 78%-82%. Beberapa wilayah Kota Medan yang sangat
dekat dengan laut dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi. Akibatnya,
suhu di Kota Medan menjadi cukup panas.
6
Kota Medan meliputi wilayah seluas 26.510 hektar (265,10 km2), terhitung
3,6% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Oleh karena itu, luas kota Medan
kecil dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Secara geografis Kota Medan
terletak pada 3° 30 -3° 43 LU dan 98° 35 -98° 44 BT. Oleh karena itu, kota
Medan cenderung miring ke arah utara, terletak antara 2,5-37,5 mdpl. Wilayah
administrasi Kota Medan telah mengalami banyak perkembangan wilayah. Dilihat
dari jumlah penduduk dan industri yang berkembang, perkembangan kawasan
sejalan dengan perkembangan kota. Dengan berkembangnya kota, tuntutan
masyarakat juga semakin meningkat.
1.4.Dasar Hukum
7
yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Sedangkan sasaran penataan ruang adalah:
8
a. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
e. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota dan
9
Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi
Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya dan
tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota
Medan menyangkut kondisi geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemahaman terhadap kondisi Kota
Medan tersebut menjadi dasar dalam perencanaan khususnya dalam rangka
merumuskan strategi dan arah kebijakan serta program pembangunan Kota Medan.
Berdasarkan data Pemko Medan, kota Medan sebagai salah satu daerah
otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peran
Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota
Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.
10
Kota Medan secara administratif pemerintahan saat ini terdiri dari 21
Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan.
Berdasarkan batas wilayah administratif, Kota Medan relative kecil dibanding
kota lainnya, tetapi posisi secara ekonomi regional Kota Medan sangat penting
karena berada dalam wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumber daya alam
yang relative besar dan beragam, serta dukungan ke pelabuhan.
11
BAB II
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas wilayah, selain
sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk perlindungan habitat
tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan
kualitas atmosfer serta menunjang kelestarian air dan tanah. Klasifikasi bentuk
RTH umumnya antara lain RTH Konservasi atau Lindung dan RTH
Binaan. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan
pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis
Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang
yang cukup bagi :
12
d) Area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan
e) Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat
f) Tempat pemakaman umum
g) Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan
h) Pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis
i) Penyediaan RTH bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta
kriteria pemanfaatan
j) Area mitigasi/evakuasi bencana
k) Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan
perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
RTH memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
1) Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi
udara (paru-paru kota);
2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami
dapat berlangsung lancar;
3) Sebagai peneduh;
4) Produsen oksigen;
5) Penyerapan air hujan;
6) Penyedia habitat satwa;
7) Penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta;
8) Penahan angin.
b. Fungsi Tambahan (ekstrinsik) yaitu:
1) Fungsi sosial dan budaya
2) Fungsi ekonomi, dan
3) Fungsi estetika
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
1) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);
13
2) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan keberlangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan
fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau
binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan.
Diliat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial bidaya, estetika, dan
ekonomi.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan
struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH
publik dan RTH privat.
B.Tata Ruang
Tata Ruang dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional, dan lokal. Secara nasional
disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
(RTRWK).
Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang
(2016) karya Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin
lingkup kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan
kebudayaan.
14
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur Ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola Ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
C.Perencanaan Wilayah
15
Pengembangan wilayah didasarkan pada suatu pandangan bahwa
keseluruhan unsur manusia (dan makhluk hidup lainnya) dan kegiatannya beserta
lingkungan berada di dalam suatu sistem wilayah. Dapat dikatakan bahwa
regional planning adalah ilmu yang mempelajari agar suatu daerah atau wilayah
berkembang. Sedang Regional development adalah mempelajari mengapa suatu
daerah berkembang.
16
BAB III
3.1.Lokasi
17
3.2.Waktu Dan Tahapan Pelaksanaan
A.Waktu
B.Tahapan Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan
Survei pertama Lokasi
3. Rabu, Taman Terbuka Hijau Kota
1 Desember 2021 Medan
Melaksanakan kegiatan
Survei Lokasi Kedua Taman
4. Kamis, Terbuka Hijau Kota Medan
2 Desember 2021
Melakukan kegiatan
wawancara kepada warga
5. Jumat, sekitar Taman
3 Desember 2021
18
Meminta data-data RTH yang
di perlukan untuk melengkapi
6. Sabtu, Proposal Laporan PPL
4 Desember 2021
Salah satu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif .
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan faktadi lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara
peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kuatitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
19
adalah satu proses mendapatkan data empiris melaluiresponden dengan
menggunakan metode tertentu.Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa
proses pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang
akan digunakan sebagai bahan penelitian
a.Observasi
b.Wawancara
c.Dokumentasi
20
BAB IV
A.Visi
B. Misi
43
dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas
pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi :
D. Sasaran :
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik,
terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan
a) Tersusunya rencana tata ruang dan rencana tata bangunan yang berkualita
dan berkesinambungan
c) Meningkatnya kualitas data-data dan peta untuk penataan ruang dan aspek
pembangunan lainnya
44
d) Terlaksananya evaluasi secara berkala rencana dan kebijakan tata ruang
dan tata bangunan
45
4.2 Permasalahan dan isu staretegi daerah
Secara geologis, Kota Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º -
98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur
Kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota
Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa
baik itu domestic maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah
dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota
Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C.
46
4.2.2.Permasalahan Aspek Kesejahteraan Sosial
47
b) Pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat rata ± rata di atas 5%
pertahun yaitu 6.98 persen pada tahun 2004 meningkat menjadi 7,7 persen
pada tahun 2006. Hal ini disebabkan faktor ± faktor fundamental yang
terus membaik setiap tahunnya.
c) Inflasi Kota Medan semakin meningkat setiap tahunnya. Ini bisa dilihat
lonjakan peningkatannya pada tahun 2004 sebesar 6,64%, sedangkan pada
tahun 2006 menjadi 22.91%.
48
salah satu cara untuk mengetahui kualitas kenyamanan taman kota agar dapat
digunakan secara maksimal. Salah satu taman kota atau ruang terbuka hijau yang
dapat dimanfaatkan masyarakat ialah taman Teladan.
Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan sinkron dengan rencana tata
ruang, yang ditandai dengan:
a) Terbatasnya ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
berkualitas sebagai acuan perizinan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala 1 : 5.000;
b) Belum berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal
dikarenakan belum tersedianya instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang;
c) Adanya tumpang tindih perizinan pemanfaatan ruang yang akan
diselesaikan melalui pelaksanaan Kebijakan Satu Peta yang diintegrasikan
dalam pelaksanaan Satu Data Indonesia
49
d) Desa-desa dalam kawasan hutan dan perkebunan besar tidak dapat
melaksanakan kewenangannya terutama untuk pembangunan infrastruktur
(sekitar 25.000 desa)
e) Kejadian bencana akibat pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan
rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar 2.000 kasus kejadian banjir,
longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya).
50
serta Daerah Aliran
Sungai (DAS).
51
f) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi yang
berisi Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi, Arahan
Perizinan, Arahan Insentif dan Disinsentif, serta arahan sanksi.
Dalam rangka untuk mewujudkan Visi dan Misi, tujuan dan sasaran
yang telah dirumuskan, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan
sumatera utara dan program prioritas pembangunan daerah Provinsi
Sumatera Utara 2019-2023.
52
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kawasan
lindung adalah kawasan yang tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan
produksi karena alasan tata lingkungan, seperti: kawasan hutan manggrove (hutan
bakau sekunder) kawasan sempadan sungai, pantai dan danau, kawasan sosial
budaya, serta ruang terbuka hijau. Kebijakan pengembangan kawasan lindung
terdiri dari:
1.) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup,dengan
strategi sebagai berikut:
a) Menetapkan dan melestarikan fungsi kawasan lindung
b) Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi
ekosistemnya
c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah dan
d) Mengembangkan kerjasama antar kabupaten perbatasan dalam
meningkatkan fungsi lindung.
2). Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
a) Mewajibkan kajian yang berkaitan dengan dampak lingkungan hidup bagi
kegiatan yang berdampak bagi kawasan lindung dan lingkungan hidup
b) Meningkatkan upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
c) Mendorong kegiatan-kegiatan pengendalian dan penegakan hukum bagi
kegiatan yang merusak kawasan lindung dan lingkungan hidup dan
d) Meningkatkan peran masyarakat dalam pengendalian, pemanfaatan dan
pemantauan kawasan lindung dan lingkungan hidup.
3). Peningkatan fungsi, kuantitas dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Mewujudkan RTH paling sedikit 30 % meliputi 20% RTH public dan
paling sedikit 10% RTH privat
53
b) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi kawasan
lindung
c) Memperbaiki dan merehabilitasi kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan fungsi lindung
d) Melarang kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi kawasan lindung
dan
e) Mensinergikan kegiatan budidaya produktif yang dapat selaras dan
mendukung fungsi kawasan lindung
4.3.4.Tahapan Perencanaan Pembangunan (Penyusunan , Penetapan ,
Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata KotaMadya Dati II Medan yang
diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II
Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada
tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No.
1tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota
Kotamadya Dati II Medan.
Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No.4 tahun 2001 tentang
Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Dinas- Dinas Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang
merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangunan- bangunan dan
penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963.
Penggabungan Dinas Tata Kota dengan sebagian Dinas Bangun- Bangunan
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan
penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Perda
54
tersebut menjelaskan kedudukan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan adalah
unsure pelaksana Pemerintahan Kota Medan dalam bidang penataan kota yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2009 tentang
Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang
disahkan dan di tuangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010
Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota
Medan. Pada Bagian Kesembilan pasal 54 dan 55 dari Perda tersebut menetapkan
tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, Dinas
Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintah daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
Kota Medan menyelenggarakan fungsi :
3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan tata bangunan;
dan
4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya
55
Ada pun tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota
Medan berdasarkan peraturan Kota Medan No. 3 tahun 2009 disebutkan bahwa,
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
kesekreatariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program. Dengan fungsi :
h) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
1.) Kekuatan :
56
c. Peraturan Walikota Medan No. 35 tahun 2013 tentang penyediaan
ruang terbuka hijau pada setiap persil bangunan di kota Medan.
2.) Kelemahan :
3.) Peluang :
4.) Ancaman :
57
dimiliki dan dikelola Pemko Medan hanya sebesar 5 persen dari
target yang sudah ditetapkan. Karena banyaknya pembagunan
gedung yang menghabiskan banyak lahan hijau
b. Banyaknya premanisme dan perdagangan yan dilakkan di
lingkungan taman kota (RTH) meyebabkan hilangny rasa nyaman
sebagai salah satu fungsi RTH
c. Banyaknya penebangan pohon yang dilakukan secara semena
mena oleh masayarakat kota medan yang kurangnya ikut
partisipasi dalam pembangunan ruang terbuka hijau ini.
• Kekuatan • Kelemaha
(Strengths) n
(Weakness
es)
• Peluang • Ancaman
(Opportun (Threats)
ities)
a. Hasil :
1.) S – O
2.) S – T
58
b. Membangkitkan pemahaman dan mindset masyarakat dengan berbagai
gerakan – gerakan penghijauan.
3.) W – O
4.) W – T
59
60
61
62
63
64
No Kriteria pertanyaan Pertanyaan
65
ruang terbuka hijau Kota medan
3. Apakah ada mamfaat RTH kota
medan untuk rekreasi
4. Bagaimana dampak RTH kota
medan terhadap kondisi ekonomi
5. Menurut bapak,ibu Berapa kira-
kira yang berkunjung di taman
kota medan
6. Apakah masyarakat sudah puas
dengan adanya taman di Kota
medan
3 Bagaimana upaya 1. Apa upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat
pemerintah dan masyarakat
dalam mengelolaan RTH
dalam pengelolaan RTH 2. Apakah ada kebijakan yang di
kelarkan oleh pemerintah daerah
dalam hal pengelolaan RTH
3. Apa rencana pemerintah untuk
pengelolaan RTH untuk jangkah
panjang
4. Bagaimana upaya pemerintah
untuk memberikan menyadarkan
masyarakt dalam menjaga dan
ikut melestarikan
66
BAB V
5.1.Hasil
67
3) Aspek Manajerial : kebijakan yang ada masih menggunakan
kebijakan nasional yang lama dan sudah habis masa berlakunya,
belum semua RTH publik dilindungi oleh undang-undang khusus,
penyusunan program di dalam rencana belum sesuai dengan
prosedurnya, koordinasi antar pemerintah dalam pengelolaan masih
kurang, banyaknya pelaksana teknis dalam pengelolaan RTH publik
menjadi tidak optimal pelaksanaanya, masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan, peran swasta dalam pengelolaan RTH
masih rendah, terbatasnya dana pemeliharaan yang dialokasikan.
Dari hasil analisis SWOT yang di dapat berdasarkan potensi dan
permasalahan kondisi pengelolaan RTH publik di Kota Medan, maka dapat
dirumuskan strategi pengelolaan RTH publik Kota Medan berdasarkan 3 faktor
(tiga) aspek (kondisi fisik, fungsi, dan manajerial), yaitu sebagai berikut:
a. Strategi untuk aspek kondisi fisik, mempertahankan dan menata
persebaran RTH Publik secara merata, mempertahankan dan
meningkatkan kuantitas (luasan) RTH publik, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas RTH publik, serta mempertahankan dan
meningkatkan kualitas dan atau kuantitas fasilitas RTH publik.
b. Strategi untuk aspek fungsional, adalah mengoptimalan pemanfaatan
RTH publik, meningkatan komunikasi dan informasi aktif,
sertamempertahankan dan menetapkann fungsi RTH publik dalam
rencana.
c. Strategi untuk aspek manajerial, adalah kebijakan pengelolaan RTH
publik, menegakan hukum yang tegas bagi pelaku pengalihfungsian
RTH publik, penyusunan program-program oleh pemerintah,
meningkatan kinerja instansi yang berwenang dalam pengelolaan
RTH publik, meningkatan kerjasama terhadap pihak-pihak terkait,
dan meningkatan penambahan pendapatan dalam pengelolaan RTH.
Semua alternatif strategi yang dihasilkan sangat mungkin diterapkan,
apabila ada kerjasama yang baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Kerjasama dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan RTH publik akan
68
menghasilkan hasil yang baik dengan kualitas lingkungan yang baik pula
khususnya di Kota Medan.
5.2.Rekomendasi
69
DAFTAR PUSTAKA
1
Izharsyah, Jehan Ridho, Imam Aulia Pratama, Hawa Maha Putri, Regina Nadya
Miranthy, Fitri Nurhazizah, Tri Nurani, and Rizky Apriliani. “Analisis
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota
Medan.” JURNAL TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN INDONESIA, no.
26 (2007): 1–13.
Lestari, Sugiyanti Puji, Irwan Noor, and Heru Ribawanto. “Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Dalam Upaya Mewujudkan Sustainable City.” Jurnal
Administrasi Publik (JAP) 2, no. 3 (2012): 381–387.
Medan, Perda Kota, Rtrw Kota, and Medan Tahun. “Perda Kota Medan Tentang
RTRW Kota Medan Tahun 2011 - 20311 1” (2011): 1–41.
2
Muliana, R ., Astuti, P ., & Fadli, A. (2018). Kajian Pusat-Pusat Pelayanan di
Kabupaten Kampar. Jurnal Saintis Volume 18 Nomor 1.
3
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035.
1
Jehan Ridho Izharsyah et al., “Analisis Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Di Kota Medan,” JURNAL TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN INDONESIA, no.
26 (2007): 1–13.
2
Sugiyanti Puji Lestari, Irwan Noor, and Heru Ribawanto, “Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Dalam Upaya Mewujudkan Sustainable City,” Jurnal Administrasi Publik (JAP) 2, no. 3
(2012): 381–387.
3
Perda Kota Medan, Rtrw Kota, and Medan Tahun, “Perda Kota Medan Tentang RTRW Kota
Medan Tahun 2011 - 20311 1” (2011): 1–41.
70
Putra, Dewa Raditya dan Wisnu Pradoto. (2016). Pola Dan Faktor Perkembangan
Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Maranggen, Kabupaten Demak. Jurnal
Pengembangan Kota (2016) Volume 4 No. 1
BPS (2020) Statistik Daerah Kota Medan, Bapan Pusat Statistik Kota Medan.
Burgess, E. W. (1925). The Growth of The City in R. E. Park; E.W Burgess and
R.D McKenzie, The City. Chicago, University of Chicago Press.
71
Dwiyanto, T. A., & Sariffuddin, S. (2013). Karakterisktik Belanja Warga
Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kecamatan Banyumanik Kota Semarang).
2013, 1 (2) 118- 127.
Malau, Febri Irwandi ., Mononimbar, Windy ., dan Rate, Johannes Van. (2018).
Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Sekitar Jalan Lingkar Kota
Manado. Jurnal Spasial Vo. 5. No. 3, 2018. ISSN 2442-3262.
Toriki, Pransiska Archivianti dan Nurini. (2012). Kajian Pola Ruang Kampung
Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke ’ Te Kesu, Kabupaten
Toraja Utara. Jurnal Teknik PWK Volume 1 Nomor 1 2012.
72
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
Wibowo, Awal. (2014). Studi Tentang Struktur Kota dan Sistem Transportasi Di
Perkotaan Purwokerto Tahun 2013. Geodukasi Volume III Nomor 1, Maret
2014.
Yunus, Hadi Sabari. (2014) Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
73