Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
R= (7-3)
dengan: m = massa molal (berat atau bobot molekul), gr/gmol
atau kg/kmol
= konstanta gas umum (universal), J/kgmol.K
= 8314,3 J/kgmol.K
= 1544 ftlbf/lbmol.R
Suatu kilogram mole gas adalah jumlah kilogram massa gas yang sama
dengan berat molekul gas tersebut.
Contoh: satu kilogram mole oksigen O2 = 32 kg (MO2 = 32 kg/kmol)
Konstanta gas yang khas untuk gas tertentu hubungannya dengan panas jenis
adalah:
R = Cp - Cv = konstan (7-4)
dengan: Cp = panas jenis pada tekanan konstan
102
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
dengan: Cp = (7-6)
Cv = (7-7)
Pada temperatur standar nilai panas jenis untuk udara:
Cpu = 1005 J/kgK, dan Cvu = 718 J/kgK
Ru = 287 J/kgK, dan Mu = 28,97 kg/kmol
s2 – s1 = Cv ln + R ln (7-9)
dengan:
s2 – s1 = Cv ln + R ln (7-10)
dan untuk: Tds = dh + dP (7-11)
ds = = Cp
s2 – s1 = Cv ln + R ln (7-12)
103
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
s2 – s1 = Cv ln + R ln (7-13)
atau s2 – s1 = Cp ln - R ln (7-14)
Persamaan untuk dT = =–
atau + = + = 0, (7-17)
104
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
karena P = R T, atau = ,
maka untuk gas ideal (sempurna) dalam proses (aliran) isentropik untuk seksi
masuk (awal) titik (1) dan seksi keluar (akhir) titik (2) berlaku persamaan:
= = , atau = = (7-19)
Udara mengalir sepanjang saluran (lihat gambar berikut) dengan laju 0,15
kg/s. Tekanan, temperatur dan kecepatan pada seksi (sisi) masuk adalah 188
kPa, 440 K dan 210 m/s dan pada seksi (sisi) keluar adalah 213 kPa dan 351
K.
Hitunglah:
a. luas saluran (A),
b. perubahan entalpi (h),
c. perubahan energi dalam (u),
d. perubahan entropi (s)
Jawaban
Diasumsikan bahwa aliran steady dengan laju konstan dan seragam pada
setiap seksi dan udara adalah gas ideal.
Laju aliran massa = v A = konstan, atau
1 v1 A1 = 2 v2 A2, dan A1 = A2 = A = konstan
1 = = = 1,49 kg/m3
a. luas saluran
105
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
A= = = 4,79.10-4 m2
b. perubahan entalpi untuk gas ideal (persamaan 7-16)
h = h2 – h1 = Cp dT = Cp (T2 – T1)
dengan Cp = 1005 J/kgK, maka:
h = 1005 J/kgK (351 – 440) K = 89,445 kJ/kg
c. perubahan energi dalam (persamaan 7-15)
u = u2 – u1 = = Cv (T2 – T1),
dengan Cv = 718 J/kgK, maka:
u = 718 J/kgK (351 – 440) K = 63,9 kJ/kg
d. perubahan entropi Tds = dh - dP,
dengan: P = R T, atau P = R T, atau
ds = = Cp R
s = s2 – s1 =
s = Cp ln R ln = 1005 ln 287 ln
Sebuah silinder yang berisi 2 kg nitrogen pada tekanan P1 = 140 kPa dan T1
= 50C dimampatkan secara isentropik sampai P2 = 300 kPa. Hitunglah suhu
akhir (T2) dan kerja yang diperlukan.
Jawaban
Proses isentropik atau proses adiabatik mampu balik dimana s = konstan (s2
= s1)
= =
106
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Energi dalam:
u = u2 – u1 = = Cv (T2 – T1)
Kerja, W = m Cv (T2 – T1), dengan m = 2 kg dan Cv = 741 J/kgK
= 2 kg (741 J/kgK) (345,6 – 278) K
= 100183 J = 100,2 kJ (dibulatkan)
Jadi laju bunyi di udara dengan = 1,4 dan R = 287 J/kgK, maka:
a= = 20,045 (m/s)
107
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Pada kondisi ini gelombang kejut dan aliran yang lain berubah sangat
kuat (perubahan cukup besar).
aliran y
x
v =0
dx P = Po
+ d T = To
vx vx + dvx tabung aliran
A A + dA (stream tube)
P P + dP
T T + dT
Dari persamaan kontinuitas diperoleh:
vx A = ( + d) (vx + dvx) (A + dA) (7-22)
Dari persamaan momentum, gaya permukaan dapat ditulis dalam bentuk:
FSx = dRx + PA (P + dP) (A + dA)
Jadi FSx = dA + PA PA P dA A dP dP dA
= P dA + + PA – PA – P dA – A dP – dP dA
dP A = vx( vxA) + (vx+dvx) {(+d) (vx+dvx)(A+dA)} (7-23)
Jika persamaan (7-22) dan (7-23) digabung diperoleh:
dP A = (vx + vx + dvx) ( vx A)
selanjutnya, dP = vx dvx = d
atau +d =0 (7-24)
108
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
P = C dan =
diintegralkan antara keadaan mula-mula (P) dan keadaan stagnasi atau macet
(Po), diperoleh:
d = C1/ ,
= C1/ = C1/
= C1/
= P( -1)/ =
atau =1+ ,
dan = =
= = dengan
Jadi hubungan antara tekanan mula-mula (P) dengan tekanan stagnasi (Po)
untuk aliran gas ideal adalah:
= (7-26)
109
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= atau =
= = , = , dan =
Jadi hubungan antara keadaan stagnasi atau macet (Po, To dan o) dan
keadaan awal (P, T dan ) untuk aliran isentropik secara lengkap dapat
ditulis dalam bentuk persamaan:
= (7-27a)
= (7-27b)
= (7-27c)
Jika (1) adalah keadaan awal dan (2) adalah keadaan akhir, maka:
, dan
Untuk suatu aliran sonik (Ma = 1) atau sering disebut sebagai kondisi (nilai)
kritis. Tuliskanlah hubungan antara keadaan kritis dan keadaan stagnasi
(macet). Kondisi (nilai) kritis diberi tanda bintang (*), dengan (Ma = 1) atau
v = a, dengan: = 1,4.
Jawaban
= = = 0,5283
= = = = 0,6339
= = = = 0,8333
110
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Udara mengalir secara steady melalui sebuah talang (pipa) dengan tekanan
350 kPa (abs), temperatur 600C dan kecepatan aliran 183 m/s pada keadaan
keluar dan pada kondisi lokal stagnasi isentropik adalah: tekanan 385 kPa
(abs) dan temperatur 350 K. Hitunglah: (a) tekanan, dan temperatur
(stagnasi) isentropik pada bagian (seksi) masuk (P01 dan T01), (b) tekanan dan
temperatur statik pada bagian (seksi) keluar pipa (P2 dan T2), dan (c)
perubahan entropinya (S2 – S1), buat diagram untuk keadaan (1) dan (2).
Jawaban
= =
= = 1,186
P01 = P1 .1,186 = 350 kPa.1,186 = 415 kPa
Untuk = = 1,05, maka: T01 = 1,05 T1 = 1,05.333 K = 350 K
b. = = = 2,77
P2 = = = 139 kPa
= = = 1,338
T2 = = = 262 K
111
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
P1 P2
T2 = 262 K
s
Jawaban:
112
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Aliran isentropik gas ideal untuk kondisi kritis dengan aliran adalah sonik
(Ma = 1)
Tentukan perbandingan tekanan, temperatur dan densitas untuk aliran sonic
(Ma = 1) atau sering disebut sebagai nilai kritis (diberi tanda bintang).
Jawaban
Untuk kondisi kritis: = = 1,893
= = 1,200
= = 1,577
aliran
aliran
113
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau = (7-28)
atau = =
= = (7-30)
dan = (7-31)
atau A2 = A1 = A1
A2 = A1 , dengan = , maka:
A2 = A1 = A1
Jadi A2 = A1 (7-32)
114
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= = 1,893 = 0,5283
= = 1,577
= = =
115
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= = (7-34)
Udara mengalir secara isentropik dalam suatu saluran dengan: Ma1 = 0,3, A1
= 0,001 m2, P1 = 650 kPa, T1 = 62oC dan Ma2 = 0,8
Tentukan atau carilah:
a. gambar sketsa penampang saluran
b. gambar diagram T-s
c. kondisi parameter pada titik akhir (2)
Jawaban:
b. T P01 = P02
T01 = T02 aliran isentropik s = konstan
P1 P01 = P02 dan T01 = T02
T1 udara = 1,4
P2
T2
s
116
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= = 0,696, dan
A2 = A1 = 5,12.10-4 m2
= 689 kPa
Tekanan stagnasi seharusnya konstan untuk aliran isentropik, namun
setelah dihitung diperoleh:
= 692 kPa.
Perbedaan antara tekanan P02 terhadap P01 disebabkan oleh penggunaan
nilai temperatur hasil perhitungan atau yang digunakan. Namun harus
dicacat bahwa untuk aliran isentropik berlaku T01 = T02 dan P01 = P02.
Untuk data sama dengan soal nomor (1) diatas, dan dengan menggunakan
tabel berikut, hitung kembali keadaan atau kondisi pada titik akhir (2).
Jawaban
117
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
P0 t Pb
T0
v0
Aliran katup
Pe
P/P0 daerah I
P*/Po
Pemin = P*
daerah II
t = tenggorokan nosel
isentropik dengan
Pe = Pb , Pe = tekanan keluar (exit pressure), dan
Pb = tekanan balik (back pressure)
daerah (II), jika < , maka aliran pada tenggorokan isentropik, tetapi
118
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Jawaban
= atau 1 +
Me = 0,9
b. ṁe = e ve Ae = e Me ae Ae , dengan: ae = dan e =
Me = atau ve = Me ae
Te = = = 287 K
ae = = = 340 m/s
e = = = 7,18 kg/m3
119
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Jawaban
At = A1 = A1 = A1
= = = =
= = (1,2)3,5 = 1,89
120
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Pt = = = 38,1 psia
At = A1 = 0,013
Pada tenggorokan (leher) bilangan Mach Mt = 1, dan laju aliran massa pada
tenggorokan adalah:
ṁ = * v* A*, dengan A* = At
121
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Jawaban:
To = 350 K
Po = 1000 kPa
Pe = Pb = 954 kPa (aliran isentropik pada tenggorokan atau leher)
Mt = 0,68 dan Ae = 0,001 m2
a. =1+ (Mt)2 = 1 + 0,2 (0,68)2 = 1,09248
Tt = = = 320 K
= = (1,09248)3,5 = 1,3628
Pt = = = 734 kPa
t = = = 7,99 kg/m3
b. =
1+ Me2 =
Me2 =
Me = = 0,26
122
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
123
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
1 v 1 = 2 v 2 = (7-35)
b. Hukum I termodinamika
Diasumsikan bahwa:
- Aliran adiabatik =0
- dan
- Efek gravitasi atau berat massa diabaikan.
s2 – s1 = Cp ln - R ln (7-38)
d. Untuk gas ideal
Persamaan gas ideal P = R T
h = h2 – h1 = Cp T= Cp (T2 – T1) (7-39)
Interseksi garis Fanno dan Rayleigh sebagai penjabaran kejut normal yaitu:
124
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Skema proses kejut normal (normal shock) diperlihatkan pada diagram T-s:
Sebuah gelombang kejut normal terjadi dalam saluran dimana udara yang
mengalir dengan kondisi atau keadaan: sebelum gelombang kejut T1 = 5oC,
P1 = 65 kPa, v1 = 668 m/s dan setelah gelombang kejut T2 = 469 K.
Hitung sifat-sifat udara pada kondisi setelah kejut (v2, 2, P2) dan perubahan
entropi (s2 – s1).
Jawaban
125
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
1 = = = 0,815
Ma1 = = =2
126
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= Cp ln – R ln = – 287 ln
= 97,8 J/kgK = 0,0978 J/kgK
atau =
(7-40)
dimana temperatur stagnasi konstan melintasi gelombang kejut
(shock wave)
Perbandingan kecepatan:
= = =
atau = (7-41)
= = (7-42)
127
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
P1 A – P2 A = ṁ v2 ṁ v1 (7-43)
jadi P1 = P2 , karena = = Ma
= (7-46)
maka diperoleh: =
atau =
= = (7-48)
= = Ma12
(7-49)
gunakan persamaan (7-47) dan persamaan (7-49), maka persamaan (7-48)
dapat ditulis dalam bentuk:
128
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
= (7-50)
Sebuah kejut normal berdiri di dalam saluran, dimana fluida yang mengalir
adalah udara yang dianggap sebagai gas ideal. Sifat-sifat udara sebelum
shock (kejut) adalah: T1 = 5oC, P1 = 65 kPa, v1 = 668 m/s. Hitung sifat-sifat
udara setelah shock dan s2 – s1, serta gambarkan diagram T-s
C1 = =
= 334 m/s
Ma1 = = = 2,0
dari tabel berikut ditunjukkan perbandingan sifat-sifat “normal shock” pada
Ma1 = 2,0, yaitu:
2 = = 2,18 kg/m3
129
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
130
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
c. Ketika tekanan fluida di dalam nosel (pada bagian keluar) lebih besar dari
tekanan di luar nosel, maka pada kondisi ini pancaran nosel (jet) disebut
“under expanded” atau “imperfectly expanded”.
Pada prakteknya pengoperasian nosel atau pancaran jet untuk kondisi
“correctly expanded” sangat jarang ditemukan, dimana pada kondisi
tersebut struktur pancaran jet tidak nampak (belum terjadi) sel dan
gelombang kajut. Pada kondisi operasi nosel dimana pancaran jet
“imperfectly expanded” (over expanded atau under expanded), struktur
aliran yang terjadi nampak adanya sel kejut (shock cell) dan gelombang kejut
(shock wave). Bentuk struktur aliran fluida (gas) sangat berpengaruh
terhadap terjadinya bunyi dan tingkat intensitas atau kekuatan bunyi yang
ditimbulkan. Pada Gambar (7-3) diperlihatkan bentuk struktur gelombang
kejut (shock wave structure) aliran gas jet supersonik dan aliran air hasil
penelitian oleh Zapryagaev (2002) dan Makhsud (2009).
131
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
132
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
133
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
134
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau
maka (7-51a)
dan atau
135
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau
Hubungan antara tebal lapisan batas dengan jarak x untuk aliran pada pelat
datar berlaku:
Aliran laminar (berlapis): (7-53)
Jawaban
* =
136
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
diperoleh:
Tebal energi (E):
diperoleh:
7-5-2 Analisis Von Karman (aliran lapisan batas pada pelat datar)
Persamaan integral momentum digunakan untuk memperoleh tegangan geser
pada dinding (w) sepanjang pelat datar.
Gambar 7-7 Analisis Volume Atur dan Perkembangan Lapisan Batas pada
Pelat Datar
Pada Gambar (7-7) untuk daerah persegi empat (0-h--L-0) adalah suatu
volume atur untuk aliran inkompresibel dan stedi (tunak) berlaku persamaan:
Gaya pada arah sumbu x: Fx = D =
= ,
diitegralkan
diperoleh:
diintegralkan diperoleh:
137
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau , dengan ,
maka
untuk 0 y (x)
138
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau (7-60)
atau (7-61)
Tebal lapisan batas untuk aliran laminar dapat diturunkan dari persamaan
tegangan geser dan tebal momentum:
, dengan ,
, atau , dengan
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk lain yaitu membagi dengan x
dan memasukkan bilangan Reynolds, sehingga diperoleh:
, atau , dengan
Persamaan
(7-62)
dikenal sebagai tebal lapisan batas untuk aliran laminer dari hasil pendekatan
teori integral momentum Von Karman.
Bandingkan dengan persamaan dari penyelesaian eksak Blasius (1908) yaitu:
139
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
, dengan
(7-63)
Selanjutnya, kita dapat menurunkan koefisien tegangan geser dinding
(sepanjang pelat) atau disebut sebagai gesekan kulit (skin friction). Koefisien
gesekan kulit dituliskan dalam bentuk persamaan:
analog dengan faktor gesekan (f) pada talang. (7-64)
Untuk , maka ,
(7-65)
(7-67)
140
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Selanjutnya, untuk ,
dengan , dan ,
, maka:
, atau
dan ,
, dan , maka
tebal lapisan batas untuk aliran turbulen dapat ditulis dalam bentuk:
(7-70)
Koefisien gesekan kulit (skin friction coefficient) untuk aliran turbulen
adalah:
dengan , maka:
(7-71)
7-5 Aerodinamika
141
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
7-6-1 Aerofoil
Aerofoil adalah model sayap yang dapat menghasilkan gaya angkat dan gaya
drag. Aerofoil sering digunakan untuk mendesain kincir angin, blade mesin
kapal, turbin angin dan air, sayap pesawat terbang dan blade helikopter.
Aerofoil yang sederhana digunakan seperti NACA (National Advisory
Committe for Aeronautics) untuk dapat memberikan gaya angkat (lift force).
Contoh NACA aerofoil yang umum diketahui adalah NACA 0012, 2209,
2215 dan lain-lain.
142
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Leading Edge
Leading edge adalah bagian yang terkena aliran udara (fluida) lebih
awal pada aerofoil
Mean Camber Line
Mean Camber Line adalah garis tengah yang membagi antara upper
surface dan lower surface
(7-72)
(7-73)
Gaya hambat pada pelat datar (lihat gambar berikut) yang diturunkan oleh
Von Karman dan telah dinyatakan pada persamaan (7-56)
, dan persamaan (7-57) , dengan b
adalah lebar pelat.
143
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
(7-74)
Nilai ½ diberikan dalam persamaan adalah merupakan definisi untuk faktor
gesek sebagai (serupa) dengan bentuk tekanan dinamik. Sedang luas A
mempunyai tiga pengertian yaitu:
a. Luas benda apabila dilihat dari arah aliran, untuk bentuk benda seperti:
bola, selinder, mobil, roket dan lain-lain (disebut sebagai luas muka:
tebal dan pendek).
b. Luas benda dilihat dari atas, untuk bentuk benda yang lebar dan pipih
seperti: sayap pesawat (aerofoil) dan hydrofoil (disebut luas denah).
c. Luas basah untuk perahu dan kapal laut.
Koefisien hambat untuk aliran di atas pelat datar paralel tergantung pada
distribusi tegangan geser sepanjang pelat, dengan panjang pelat (L) dan lebar
pelat (b).
a. Untuk aliran laminar Re < 5.105
Koefisien tegangan geser (shear stress coefficient) dituliskan dalam
bentuk:
144
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
atau (7-77)
Suatu perbaikan yang diperoleh data data eksperimen bahwa konstanta 0,072
Persamaan (7-76) berlaku untuk bilangan Reynolds ReL < 107, dan untuk
bilangan Reynolds ReL < 109 digunakan persamaan empiris Schlicting yaitu:
(7-79)
dengan:
(7-80a)
atau (7-80b)
Variasi koefisien hambat untuk aliran pada pelat datar paralel diperlihatkan
pada gambar berikut:
145
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Sebuah pelat datar yang panjangnya 30 m dan lebar 3 m, ditarik melalui air
yang diam pada suhu 20oC dengan kecepatan 6 m/s. Tentukan hambatan
terhadap satu sisi pelat tersebut dan hambatan terhadap 3 m dari ujung awal
pelat.
U = 6 m/s
3m 30 m
m/s m/s
Jawaban
Dari tabel sifat-sifat air pada suhu 20oC diperoleh (Tabel 1-2):
massa jenis = 998,23 kg/m3 dan viskositas = 1,002.10-6 m2/s.
Bilangan Reynolds =
karena ReL < 109, maka:
0,00196
N (Newton)
146
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Untuk L = 3 m
=
0,00274
N (Newton)
Gambar 7-11 Efek Botton Spin pada Bola yang Bergerak dalam Fluida
Viskos
Gaya angkat pada benda yang bundar (bola) diperlihatkan dapa Gambar (7-
10a) bahwa pusingan (spin) mengubah distribusi tekanan dan juga
147
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Gambar 7-12 Bentuk Aliran dan Koefisien Angkat pada Bola dalam
Aliran Seragam
Gambar 7-13 Aliran Tidak Viskos Melewati Sebuah Aerofoil. (a) Tanpa
sirkulasi; tanpa gaya angkat atau hambatan. (b) Dengan sirkulasi; dengan
gaya angkat, tetapi tanpa hambatan.
148
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Sebuah bola tennis dengan massa 57 gram dan diameter 64 mm. Bola
tersebut dipukul pada kecepatan 25 m/s dengan putaran 7500 rpm. Hitung:
(a) gaya angkat aerodinamik bola, dan (b) radius lengkungan pada arah
vertical (jika bola berputar).
Jawaban
149
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
150
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
Soal Latihan
151
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
a. u = 0 pada y = 0
b. u = U pada y =
c. pada y =
d. pada y = 0
e. pada y =
Dengan menggunakan syarat batas diatas, buktikan bahwa:
a. (persamaan linear), gunakan syarat batas (a dan b)
152
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi
153