Anda di halaman 1dari 9

AHMAD FANDI, A. F. (2018).

 Asuhan Keperawatan pada Ny, Y Dengan post Laparatomi


dan Kolostomi atas indikasi ca colon di ruangan abun suri lantai 2 RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi (Doctoral dissertation, STIKes PERINTIS PADANG).
Sakiyan, S. (2014). ACTION RESEARCH HYPNOTHERAPI PADA PENANGANAN NYERI
DAN KECEMASAN PASIEN KANKER KOLON. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 1(1), 1-12.
Widya, H. (2020). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
KEMOTERAPI DENGAN CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT.

Pajong, Y. E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. JM Dengan Diagnosa Medik Kanker Usus Di
Ruang Asoka Rsud Prof. Dr. WZ Johanes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kupang).

Latar belakang

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan
akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel kanker akan menyusup ke jaringan sekitarnya
(invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ-organ
penting (Indah, Yunita, 2010).
Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian
akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah
benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,
2018). Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari
kolon (bagian terpanjang dari usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Di Amerika Serikat, karsinoma kolorektal merupakan penyebab ketiga dari semua kematian
akibat kanker, baik pada pria maupun wanita (Haggar, 2009). Dengan perkiraan 134.000
kasus baru per tahun dan sekitar 55.000 kematian, penyakit ini merupakan penyebab
hampir 15% kematian disebabkan kanker di Amerika Serikat (Robbins, 2012). Di Asia,
karsinoma kolorektal juga merupakan masalah yang penting (Yee, 2009). Insiden di Jepang
yang dahulu rendah, sekarang meningkat hingga level pertengahan seperti di Inggris
(Robbins, 2012).
Menurut Syamsuhidajat, terdapat berbagai faktor yang berkaitan dengan peningkatan resiko
kanker jenis ini, yaitu faktor umur, riwayat polip kolon, riwayat penyakit inflammatory bowel
disease, riwayat keluarga, diabetes tipe 2, asupan makan (kebiasaan makan), kurang
aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Faktor asupan makan (kebiasaan
makan) yang saat ini paling banyak mendapat perhatian adalah rendahnya kandungan serat
sayuran yang tidak dapat diserap dan tingginya kandungan lemak dari daging (Robbins,
2012).
Penyakit kanker kolon ini menimbulkan perubahan pada pola buang air besar termasuk
diare, atau konstipasi, pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses,
rasa tidak nyaman pada bagian abdomen, perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya
kosong sesudah buang air besar, rasa cepat lelah dan penurunan berat badan secara
drastis tanpa diketahui penyebab jelasnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).
DEFENISI

Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistem
pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan
kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah
keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus
besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang umum terjadi bila dibandingkan
dengan kanker usus kecil. Kanker ini mengacu pada malignasi kolon. Kanker
menyebar secara invasif langsung dan melalui sistem limfe serta aliran darah
(Diyono&Mulyanti, 2013). Kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi
pada jaringan kolon atau usus besar (Indah, Yunita, 2010). Kanker kolon ini
paling sering ditemukan di daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah,
dan kolon sigmoid (Mardalena, 2014).

ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker kolon belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
risiko yang diduga bisa menyebabkan munculnya kanker kolon, antara lain (Mardanelna,
2014) :
a.Usia lebih dari 40 tahun
b.Riwayat polip kolon
c.Adanya polip adematosa
d.Riwayat keluarga dengan kanker kolondalam keluarga
e.Riwayat penyakit usus inflamasi klonis
f.Makanan yang mengandung zat-zat kimia
g.Makanan tinggi lemak

Faktor Risiko kanker kolon antara lain (Diyono & Mulyanti, 2013) :
a.Usia lebih 50 tahun
b.Kolitis ulserativa kronis (peningkatan risiko setelah riwayat 10 Tahun).
c.Penyakit Chron.
d.Riwayat kanker kolon
e.Diet tinggi lemak dan rendah serat.
f.Predisposisi genetik.
g.Sindrom poliposis.
h.Penyakit imunodefisiensi.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau Konstipasi atau perubahan
pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini berlangsung selama beberapa
minggu hingga bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan
bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras, lalu lunak, dan
seterusnya)
b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, seringkali hanya
dapat dideteksi di laboratorium
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas atau rasa sakit
yang berulang
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air besar
e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih
f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya

KOMPLIKASI

Menurut Wijaya & Putri (2013), komplikasi pada Carcinoma Colorectal yaitu :

1) Penyumbatan usus sebagian atau lengkap diikuti penyempitan lumen akibat lesi.

2) Hemorrhage (pendarahan).

3) Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tumor yang diikuti kontaminasi

dari rongga peritoneal oleh usus.

4) Syok akibat peritonitis (radang membran yang melapisi dinding perut) dan sepsis

(komplikasi infeksi yang merusak beberapa sistem organ).

5) Metastase atau penyebaran kanker ke organ lain yang berdekatan, terjadi fistel atau yang

menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus ataupun ke organ lain seperti

vagina.

KLASIFIKASI

PATOFISIOLOGI DAN WOC

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor
yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi
antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologi (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak,
yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke
dalam struktur sekitarnya. Kanker kolon dapat berupa masa poliploid, besar, tumbuh ke dalam
lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular
lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi poliploid yang datar lebih sering terjadi
pada sekum dan kolon asendens. Kanker kolon dapat menyebar melalui :

1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke
sistem portal.

PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Medis

Pembedahan

Kadang operasi ca colon ini memerlukan tindakan kolostomi. Prosedur kolostomi dilakukan dengan
membuat lubang dinding perut atau abdomen yang berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan
feses (Kozier & Erb,2009).

Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar
gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga
membunuh kanker.

Kemotherapy

Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar.

Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari
sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara
bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen

Keperawatan

• Dukungan adaptasi dan kemandirian.

• Meningkatkan kenyamanan.

• Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

• Mencegah komplikasi.

• Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Endoskopi:

Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang
khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan biopsi.

Radiologis

Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium
enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru. Pemeriksaan
dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan
letaknya.

Ultrasonografi (USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

Laboratorium

Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 :
210).

Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound

Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)

Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui
sum – sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

ASKEP

Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).

a. Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan, pendidikan,
alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan
perkerjaan. Pada ca colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering ditemukan ca
colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti.

b. Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan tindakan laparatomi juga
kolostomi, jadi klien merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang, lagi pula kalau klien
ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat
anusnya di tutup maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak bisa bergerak
banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan
menurun.

 Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi,
ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein,
tinggi lemak, tinggi serat.

 Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi kanker yang menyerang tubuh atau ca
colon adalah turunan yang sifatnya dominan.

d. Pemeriksaan fisik

1). Mata : Kunjungtiva anemis.

2). Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-

pecah dan berbau

3). Leher : Distensi vena jugularis (JVP).

4). Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa,

penurunan bissing usus dan kembung.

5). Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan

malnutrisi).

e. Pengkajian fungsional

1). Aktivitas dan Istirahat

Biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tiduran
semalaman karena akibat reaksi nyeri sudah pembedahan.

2). Pernafasan

Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan
takipnea dan frekuensi menurun.

3). Sirkulasi

Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri), ada perubahan
pada tanda-tanda vital misalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan cepat, suhu
meningkat.

4). Intergritas ego

Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak berdaya /tak ada harapan.
5). Eliminasi

Biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang kolostomi di bagian area abdomen.

6). Makan /cairan

Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien setelah dilakukan operasi, maka dari itu
akan menimbulkan penurunan berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal post operasi
tetapi lama kelamaan sudah terbiasa.

7). Muskulosketal

Biasanya klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi pembedahan itu hanya untuk
sementara saja.

8). Seksualitas

Biasanya tidak bisa melakukan hubungan seksual/ fekuensi menurun.

9). Hubungan sosial

Biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan besosialitas dengan masyarakat karena sakit.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (infeksi)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056).

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,

mencerna, dan mengabsorpsi makanan (D.0019).

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

(D.0149).

5. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

(D.0034).

4.1 Judul Artikel, peneliti, tahun penelitian

Judul artikel : ACTION RESEARCH HYPNOTHERAPI PADA PENANGANAN NYERI DAN KECEMASAN
PASIEN KANKER KOLON

Peneliti : Sakiyan

Tahun penelitian : 2014

4.2 Jenis dan jumlah Populasi/Sampel/Responden

Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker kolon yang sudah menjalani operasi
pengangkatan kanker dan mendapatkan kemoterapi yang mengalami nyeri dan kecemasan di RSU
Banyumas. Pengambilan partisipan menggunakan teknik purposif sampling berdasarkan karakteristik
bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan dalam lembar persetujuan dan tidak terdapat
gangguan komunikasi verbal maupun nonverbal, setelah dilakukan penelitian di dapatkan partisipan
sebanyak 6 orang.

4.3 Jenis tindakan/intervensi/penanganan

Jenis tindakan/intervensi/penanganan : penanganan nyeri dan kecemasan pasien kanker kolon


dilakukan dengan hypnoterapi. Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh semua partisipan setelah
proses hypnoterapi di lakukan terlihat dari penurunan skala nyeri yang di keluhkan partisipan,
walaupun rasa nyeri muncul lagi sebelum hypnotherapi tahap berikutnya.

Pada pelaksanaan hypnotherapi peneliti menggunakan komunikasi terapeutik dengan pendekatan


interpersonal agar supaya segala sesuatu yang berkaitan dengan nyeri dan kecemasan partisipan
dapat terungkap dan kemudian pesan-pesan hynotherapi dapat diterima sehingga akan membawa
manfaat/ efektif pada nyeri dan kecemasan yang dialami partisipanhal ini sesuai dengan Nurindra
(2008), hypnosis adalah suatu seni komunikasi yang persuasif untuk membuka pintu gerbang alam
sadar seseorang sehingga sugesti bisa di berikan, Sendjaja (2004) juga menyampaikan bahwa dalam
komunikasi interpersonal memliki karakter humanistik yaitu keterbukaan, empati, perilaku suportif,
perilaku positif.

4.4 Pembahasan hasil penelitian

4.5 Kesimpulan hasil penelitian

Kesimpulan

Penelitian ini mendapatkan gambaran tentang manfaat hypnotherapi untuk mengatasi nyeri dan
kecemasan pada pasien dengan kanker kolon yang sedang menjalani kemotherapi, gambaran
tersebut sebagai berikut : Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh semua partisipan setelah
hypnoterapi di lakukan pada masing- masing siklus.

Penurunan tingkat nyeri yang paling besar dirasakan pada hypnotherapi tahap 3, rata-rata
penurunan scala nyeri pasca hypnotherapi siklus 1 adalah 4, pada hypnotherapi siklus 2 adalah 4,3
dan pada hypnotherapi siklus 3 sebesar 6,3.Penurunan tingkat kecemasan dirasakan oleh semua
partisipan setelah dilakukan pada masing-masing siklus. Pada penurunan kecemasan paling besar
terjadi pada siklus 3, dengan rata-rata rata-rata penurunan kecemasan pada hypnotherapi tahap 1
adalah sebanyak 15,8 pada tahap 2 sebanyak 7, pada tahap hypnotherai 3 sebanyak 9,83.

Anda mungkin juga menyukai