Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH AL-HADIS

Dosen Pengampu : Didih Syakir munandar M,Pd.I.

Disusun oleh :

DALVA NURUL WAHIDAH (2108000371)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD)

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

CIAMIS-JAWA BARAT
BEBERAPA HADIS BESERTA KOMENAN DAN INPIRASI

1.1 Hadis tentang Ikhlas beramal

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ْ ‫ان‬66‫وْ لِ ِه و َم ْن َك‬6‫ور ُس‬


‫َت‬ ْ ‫ت وِإنَّما لِ ُك ِّل امري ٍء ما نَ َوى فَ َم ْن َكان‬
َ ِ‫هُ إلى هللا‬6ُ‫َت ِهجْ َرتُهُ إلى هللاِ و َرسُولِ ِه ف ِهجْ َرت‬ ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬
َ ‫ص ْيبُها أو امرأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا ف ِهجْ َرتُهُ إلى ما ه‬
‫َاج َر إلي ِه‬ ِ ُ‫ِهجْ َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي‬

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena
wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan
Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Hadits ini menjelaskan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat. Dan setiap
orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan. Balasannya sangat mulia ketika
seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda dengan seseorang yang berniat beramal
hanya karena mengejar dunia seperti karena mengejar wanita. Dalam hadits disebutkan
contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah
karena mengejar dunia.
 Dengan adanya hadis diatas kita dapat mengetahui bahwa segala perkara harus
diawali dengan niat yang ikhlas karena kita dalam mencapai segala sesuatu harus
dengan niat dan kita juga harus berikhtiar atau berusaha.

2.2 Hadis tentang Keimanan dan Realisasi Iman dalam kehidupan sosial

َ .»‫ ِه‬6‫ا ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس‬66‫ ِه َم‬6‫ ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ َأِل ِخ ْي‬6‫ْؤ ِمنُ َأ َح‬6ُ‫ «اَل ي‬:‫ا َل‬66َ‫ ق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ُ‫﴿ر َواه‬ َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
ِ ‫س َر‬
‫ي َو ُم ْسلِم وَأحْ َمد والنَّ َساِئي‬ ّ ‫َار‬
ِ ‫)البُخ‬

Artinya: “Dari Anas rađiyaLlāhu ‘anhu tentang Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Tidaklah seseorang dari kalian dianggap benar-benar beriman sampai dia mampu
mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś
no. 12) (Adab An-Nabawy: 4)
ْ‫رًا َأو‬6‫لْ خَ ْي‬66ُ‫ ِر فَ ْليَق‬6‫وْ ِم اآْل ِخ‬66َ‫ْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬6ُ‫انَ ي‬66‫ « َم ْن َك‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ال‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
َّ ُ‫ ﴿ َر َواه‬.»ُ‫ ْيفَه‬6 ‫ض‬
ِ ‫ ْي َخ‬6 ‫الش‬
‫ان‬ َ ‫ر ْم‬6 ِ 6‫ ِر فَ ْليُ ْك‬6‫ت َو َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَاَل يُْؤ ِذ َجا َرهُ َو َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ‬
ْ ‫لِيَصْ ُم‬
‫ي‬ ِ ‫)وابْنُ َما َجه َواللَّ ْفظُ لِ ْلب‬
ّ ‫ُخَار‬ َ
Artinya : “Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah şallaLlāhu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata
yang baik-baik atau hendaknya ia diam. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari
Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 5994)
(Adab An-Nabawy:47)
 Dari hadis diatas bahwa kita sebagai manusia kita harus beriman kepada Allah SWT.
Dan kita juga harus bisa sampai mncintai sesama manusia saling mengajak sesama
untuk beriman kepada Allah SWT.Dan kita sebagai muslim harus saling
menghargai ,menyayangi jangan saling menyakiti dan kita harus memuliakan seorang
tamu karena dengan memuliakan seorang tamu itu sangat besar pahalanya.
2.3 Hadis tentang Tingkah Laku Terpuji
Berikut adalah beberapa dalil tentang perintah untuk berperilaku jujur.
َ 6َ‫الجنَّ ِة لِ َم ْن ت‬
َ‫رك‬6 َ ‫ْض‬ِ ‫ت فِي َرب‬ ِ ‫ا ز‬66َ‫ «َأن‬:‫لَّ َم‬6 ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
ٍ ‫َعي ٌم ببَ ْي‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫لي َر‬ ِّ ‫ع َْن َأبِي ُأ َما َمةَ البَا ِه‬
.»ُ‫ه‬6ُ‫نَ ُخلُق‬6‫الجنَّ ِة لِ َم ْن َح ُس‬
َ ‫ت في أعلَى‬ ٍ ‫ َوبِبَ ْي‬،ً‫ا‬6‫ازح‬ِ ‫انَ َم‬66‫إن َك‬ ْ ‫ َو‬،‫ب‬ َ ‫الجنَّ ِة لِ َم ْن تَ َركَ ال َك ِذ‬ ٍ ‫ َوبِبَ ْي‬،ً‫إن َكانَ ُم ِحقّا‬
َ ‫ت في َو َس ِط‬ ْ ‫ َو‬،‫ال ِم َرا َء‬
َ ‫(﴿ر َواهُ َأبُو دَا ُود بِِإ ْسنَا ٍد‬
‫ص ِحيْح‬ َ
Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat
menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun
ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta
meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang
baik budi pekerlinya. " (H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
Di dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 33-35 dijelaskan bahwa orang-orang yang
bertakwa merupakan orang yang berkata benar atau berkata jujur, ayat tersebut berbunyi,
ٰۤ ُ ۤ
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُمتَّقُوْ ن‬ َ ‫ص َّد‬
‫ق بِ ٖ ٓه ا‬ َ ‫ق َو‬ ِ ‫َوالَّ ِذيْ َجا َء بِالصِّ ْد‬
ۤ
َ‫ك َج ٰزُؤا ْال ُمحْ ِسنِ ْي ۚن‬ َ ِ‫لَهُ ْم َّما يَ َش ۤاءُوْ نَ ِع ْن َد َربِّ ِه ْم ۗ ٰذل‬
َ‫لِيُ َكفِّ َر هّٰللا ُ َع ْنهُ ْم اَ ْس َواَ الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا َويَجْ ِزيَهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن الَّ ِذيْ َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
Dan orang yang membawa kebenaran(Nabi Muhammad SAW) dan orang yang
membenarkannya,mereka itulah yang bertaqwa.”
 Kita sebaagai manusia harus memiliki sifat terpuji seperti sifat jujur karena jarang
orang yang memiliki sifat jujur dan malah banyak orang mencari orang jujur untuk
menjalankan sebuah amanah seperti kalau di sebuah perusahaan dan juga pahala
orang yang jujur itu sangat besar sudah dijelaskan dalam hadis diatas maka kita
sebagai makhluk Allah mari kita tanamkan sifat jujur pada hati dan diri kita.
2.4 Hadis tentang Dosa-dosa Besar
Macam-macam dosa besar
Rasulallah SAW bersabda:

‫ا ه َُّن؟‬66‫ُول هَّللا ِ َو َم‬ ِ ‫ «اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ال ُموبِقَا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ يَا َرس‬:‫ قَالُوا‬،»‫ت‬ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ُ‫ذف‬6ْ 6َ‫ َوق‬،‫ف‬
ِ ْ‫ َوالتَّ َولِّي يَوْ َم ال َّزح‬،‫ َوَأ ْك ُل َما ِل اليَتِ ِيم‬،‫ َوَأ ْك ُل ال ِّربَا‬،ِّ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل بِال َحق‬
ِ ‫ َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬،ُ‫ َوالسِّحْ ر‬،ِ ‫ك بِاهَّلل‬
ُ ْ‫ «ال ِّشر‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬
)‫ والنسائي‬،‫ وأبو داود‬،‫ (رواه الشيخان‬.»‫ت‬ ِ َ‫ت الغَافِال‬ ِ ‫ت ال ُمْؤ ِمنَا‬ِ ‫صنَا‬َ ْ‫ال ُمح‬.

Dari Abu Huroiroh –semoga Alloh merdihoinya-, dari Nabi shalallahu alaihi wa
salam, beliau berkata: “Jauhilah oleh kalian 7 (tujuh) dosa yang membinasakan!”. Mereka
(para shahabat) bertanya: “Wahai Rosululloh dan apa saja dosa-dosa yang membinasakan
itu?” Beliau berkata: “Menyekutukan Alloh, sihir, membunuh jiwa (yang jiwa tersebut) telah
Alloh haromkan melainkan (membunuhnya dengan) cara yang benar, memakan riba,
memakan harta anak yatim, berpaling (lari) pada hari pertempuran dan menuduh wanita yang
beriman, yang suci, yang menjaga kehormatannya dengan tuduhan berbuat zina“.
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhory, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’iy).
 Dijelskan bahwa dalam hadis diatas beberapa dosa besar maka kita harus
menjauhkan diri dari melaksanakan dosa tersebut karena siksaannya sangat
besar tapi walaupun sudah ada hadis tersebut masih banyak orang yang
melakukan dosa tersebut dan melihat kondisi sekarang sudah banyak orang
yang tidak takut dan merasa malu oleh Allah SWT dan manusia mereka
melakukan dosa dengan terang-terangan tanpa melihat tempat dan siapa orang
yang melakukan dosa besar di beri siksaanya di dunia juga sudah diperlihatkan
apalagi nanti diakhirat maka dari itu mari kita banyak berdzikir kepada Allah
SWT.dan bertobat kepada Allah bagi yang melaksanakan dosa tersebut.
2.5 Hadis tentang Tingkah Laku Tercela
Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus Sholihin: ke 152 (
‫)رياض الصالحين‬

َ‫ َأ َّن َرسُوْ َل هللا‬.‫ض‬.‫َوع َْن َأبِى هُ َري َْرةَ ر‬ ‫قمص‬ َ ،ُ‫ك َأ َخاكَ بِ َما يُ ْك َره‬ َ َ‫ ق‬،‫ هللاُ َو َرسُوْ لُهُ َأ ْعلَ ُم‬:‫ال َأتَ ْدرُوْ نَ بِ ْال ِغ ْيبَ ِة؟ قَالُوْ ا‬
َ ‫ ِذ ْك ُر‬:‫ال‬ َ
)‫ (رواه مسلم‬،ُ‫ َواِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما تَقُوْ ُل فَقَ ْد بَهَتَه‬،ُ‫ اِ ْن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُوْ ُل فَقَ ِد ا ْغتَ ْبتَه‬:‫َأفَ َرَأيْتَ اِ ْن َكانَ فِي َأ ِخي َما َأقُوْ لُ؟ قَا َل‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah
kalian apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Nabi bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya:
Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau
memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa
yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)
 Hadits diatas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan kejelekan orang
yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka meskipun hal itu
benar, sedangkan buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya
terjadi dan merupakan suatu kebonhongan belaka. Ghibah dan buhtan
merupakan perbuatan yang dilarang dalam islam dan pelakunya akan di azab
oleh Allah swt selain itu, ghubah juga dapat memicu permusuhan dan
pertengkaran diantara sesama muslim orang yang melakukannya bagaikan
memakan daging bangkai saudaranya. Oleh karena itu hendaklah bagi umat
islam untuk menjaga perkataanya agar tidak tergelincir untuk menceritakan
kejelekan orang lain sehingga tidak terjerumus kedalam perbuatan ghibah.
Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan
orang lain sesungguhnya ia telah berbuat dosa. Selain itu, apabila orang yang
diceritakan tersebut mendengar bahwa kejelekannya diceritakan tentu ia akan
marah dan akan menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap orang islam
harus berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih baik
diam itu akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat.
2.6 Hadis Tanggung Jawab Kepemimpinan

ِ ‫ةٌ على بَ ْي‬6َ‫رْ َأةُ َرا ِعي‬6‫ُئو ٌل َع ْنهم َو ْال َم‬6‫ َو َم ْس‬6ُ‫ه َوه‬66‫ ِل بيت‬6‫اع على َأ ْه‬
‫ده وهي‬66‫ا وول‬66‫ت بعله‬ ِ ‫ ُل َر‬6‫ؤل عنهم َوال َّر ُج‬66‫و مس‬6‫وه‬
ٍ ‫ اال ف ُكلُّ ُك ْم َر‬.‫ه‬66‫ُئو ٌل َع ْن‬6‫َو َم ْسُئولَةٌ َع ْنهم والبعد راع على مال َسيِّ ِد ِه وهو َو َم ْس‬
‫اري‬66‫ه البخ‬66‫ه ( أخرج‬66ِ‫ُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّت‬6‫اع وكلكم َم ْس‬
)‫با ب كراهية التطاول على الفيق‬: :‫ كتاب العتق‬- : ‫فى‬
Artinya :
Dari Ibn Umar r.a. Berkata bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda :”Kalian semuanya adalah
pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawaban terhadap rakyatnya. pemimpin akan
ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami pemimpin keluargnya dan akan di tanya
tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan
akan di tanya tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta
majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua
pemimpin dan akan dituntut ( diminta pertanggung jawaban ) tentang hal yang dipimpinnya.”
 Kita sebagai seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas apa yang kita
pimpin.Tapi kebanyakan seorang pemimpin tidak memimpin sesuai dengan
tugas karena yang mereka inginkan hanya sebuah gelar padahal kita sebagai
pemimpin harus bsa melaksanakan tugas seorang pemimpi.Dan melihat
pemimpin kita sekarang kebanyakan ada yang korupsi maka daari itu pilihlan
pemimpin yang benar-benar ingin memimpin dengan baik dan mau merelakan
dirinya untuk kepentingan orang banyak.

2.7 Hadis tentang Etos Kerja

Hadis tentang kerja tangan sendiri:

‫ى هَّللا ِ دَا ُو َد – َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم – َكانَ يَْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه‬


َّ ِ‫ وَِإ َّن نَب‬، ‫ط خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْن يَْأ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه‬
ُّ َ‫َما َأ َك َل َأ َح ٌد طَ َعا ًما ق‬
“Tidaklah seseorang suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makandari hasil
kerja keras tangannya sendiri.”(HR.Bukhari,no.2072,dari Al-Miqdad).
Hadis tentang larangan meminta-minta:
Dari Hubsyi bin Junadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫َم ْن َسَأ َل ِم ْن َغي ِْر فَ ْق ٍر فَ َكَأنَّ َما يَْأ ُك ُل ْال َج ْم َر‬
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan
bara api.” (HR. Ahmad, 4:165. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata bahwa hadits ini sahih
dilihat dari jalur lain).

 Hadis diatas menjelaskan bahwa beda rasanya kit memakan


sesuatu makanan kalau hasil tangan kita sendiri dari pada
hasil orang lain kaalau hasil sendiri kita akan merasakan
capenya mencari uang untuk makan.Dan juga diatas
dijelaskan bahwa kita dilarang meminta-minta kepada orang
karena ada pepatah mengatakan lebih baik tangan diatas dari
pada di bawah dan juga ada dalam kitab riyadlus’sholihin
bahwa kalau kita meminta kepada orang lain ibaratkan kita
mencakar wajah kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai