Anda di halaman 1dari 3

Kestabilan Emulsi

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok

kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat

seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan

dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang

sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-

partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,

2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang

bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1. Tegangan antarmuka rendah

2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3. Tolakkan listrik double layer

4. Relatifitas phase pendispersi kecil

5. Viskositas tinggi.
Zat Pengemulsi (Emulgator)

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat penstabil yang

disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi akan segera pecah dan

terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang ringan terapung di atas yang berat.

Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi karena emulgator menurunkan

tegangan permukaan secara bertahap. Adanya penurunan tegangan permukaan secara bertahap akan

menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk pembentukan emulsi menjadi semakin minimal.

Artinya emulsi akan menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk

menurunkan energi bebas pembentukan emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah energi bebas

pembentukan emulsi maka emulsi akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan menurun

karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada permukaan cairan dengan bagian ujung yang polar berada

di air dan ujung hidrokarbon pada minyak.

Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik dalam minyak

maupun dalam air. Bila emulgator tersebut lebih terikat pada air atau larut dalam zat yang polar maka

akan lebih mudah terjadi emulsi minyak dalam air (M/A), dan sebaliknya bila emulgator lebih larut

dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan terjadi emulsi air dalam minyak (A/M). Emulgator

membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu lapisan tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak

dapat bergabung membentuk fase kontiniyu. Bagian molekul emulgator yang non polar larut dalam

lapisan luar butir-butir lemak sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut air.

Pada beberapa proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi harus dijaga

agar tidak terjadi pemecahan emulsi. Zat pengemulsi atau emulgator juga dikenal sebagai koloid

pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan emulsi, contohnya:Gelatin, digunakan

pada pembuatan es krim; Sabun dan deterjen; Protein; Cat dan tinta; Elektrolit
Emulsi

Jenis koloid yang kedua yaitu Emulsi. Emulsi dibagi menjadi 3, yaitu:

1.Emulsi Padat (Gel)

   Emulsi Padat merupakan koloid dengan fase terdipersi cair dan medium

pendispersi padat. Contoh: jelly, keju, mentega, nasi.

2.Emulsi Cair (Emulsi)

   Emulsi Cair merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium

pendispersi cair. Contoh: susu, mayones, krim.

3.Emulsi gas (Aerosol Cair)

   Emulsi Gas merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi

gas. Contoh: awan, kabut, hairspray, obat nyamuk semprot

Anda mungkin juga menyukai