Anda di halaman 1dari 7

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pertempuran Ciseupan" dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapa T selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertempuran 4 Februari 1949 di Kampung Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang sebab khususnya
dilatarbelakangi ketika itu Pasukan Tentara Siliwangi Batalyon 301 Kian Santang sedang beristirahat di
Kampung Ciseupan diserang oleh Tentara Belanda yang bermarkas di wilayah Gardusayang, Kasomalang,
dan Jalancagak. Belanda melakukan penyerangan karena mereka anggap Tentara Siliwangi merupakan
musuh besarnya, maka ketika tentara Siliwangi memasuki wilayah kekuasannya, segera tentara Belanda
melakukan penyerangan tanpa terkecuali. Perlawanan yang dilakukan oleh Tentara Siliwangi Batalyon
Kian Santang didukung sepenuhnya oleh masyarakat serta bantuan dari Badan-badan perjuangan
daerah. Tentara, Badan-badan perjuangan, dan masyarakat merupakan satu front perjuangan. Hal
tersebut sangat diperlukan untuk melakukan strategi perang gerilya dalam pertempuran dengan tujuan
untuk mempertahankan kemerdekaaan Republik Indonesia dengan menghancurkan kekuatan Belanda
di Subang. Peristiwa Pertempuran Ciseupan merupakan peristiwa sejarah yang terjadi di lokalitas
kampung. Peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah terjadi ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sejarah lokal atau bahkan sejarah nasional. Perlawanan terhadap Tentara Belanda yang
dilakukan oleh Tentara Siliwangi Batalyon 301 Kian Santang bersama masyarakat Subang terutama yang
berada di daerah Ciseupan merupakan salah satu bukti bahwa rakyat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Subang pada khususnya akan senantiasa memperjuangkan dan mempertahan kemerdekaan
negara Republik Indonesia dari segala bentuk penjajahan.

Fokus kajian penelitian ini adalah perjuangan Tentara Siliwangi beserta Rakyat Ciseupan melawan
serangan dari Tentara Belanda. Ada beberapa alasan mengapa Pertempuran 4 Februari 1949 di
Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang ini penting untuk dikaji, diantaranya adalah:

1. Pertempuran 4 Februari 1949 yang terjadi di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang merupakan
suatu peristiwa sejarah lokal, sehingga tidak banyak orang yang mengetahui peristiwa tersebut secara
mendalam. Bahkan masyarakat Subang banyak yang belum mengetahui peristiwa sejarah yang terjadi di
Ciseupan tersebut.

2. Menurut sepengetahuan penulis dan berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang Veteran,
bahwa Pertempuran di Ciseupan belum banyak yang mengkaji dalam bentuk tulisan. Hal itu dapat
dibuktikan sangat minimnya sumber tertulis. Karena kurangnya sumber-sumber mengenai sejarah lokal
pada umumnya dan peristiwa-peristiwa sejarah pada khususnya. Peristiwa Peristiwa sejarah yang
pernah terjadi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sejarah lokal atau bahkan sejarah
nasional. Selain itu, kurangnya kesadaran pemerintah dalam melestarikan sejarah lokal. 3. Sangat
penting mengkaji sejarah lokal ini bertujuan untuk menggali peristiwa peristiwa sejarah yang terdapat di
Kabupaten Subang. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan suatu pengetahuan baru
tentang sejarah pertempuran yang terjadi di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang khususnya bagi
penulis umumnya bagi masyarakat Subang. Dikhawatirkan apabila sejarah ini tidak diperhatikan
kemungkinan besar akan terlupakan. Oleh 4
Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang, penulis mendefinisikan
Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang adalah suatu kontak senjata
yang dilakukan oleh Tentara Siliwangi Batalyon 301 Kian Santang yang dipimpin oleh Mayor Engkong
Darsono beserta masyarakat sekitar dalam rangka penghadangan terhadap serangan Tentara Belanda
yang mengepung wilayah Ciseupan kecamatan Tanjungsiang Subang dengan menggunakan taktik
perang Gerilya.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas. Maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas sebagai kajian dalam makalah ini. Permasalahan utama yang menjadi pokok kajiannya
adalah:

1.Bagaimanakah Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang?

2. Bagaimanakah proses terjadinya Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang


Subang?

3. Bagaimanakah peran Tentara Siliwangi dan Badan-badan Perjuangan Daerah dalam Pertempuran 4
Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang?

4. Bagaimanakah dampak dari adanya Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan


Tanjungsiang Subang terhadap Tentara Siliwangi dan Masyarakat setempat?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah

1. Menjelaskan kondisi sosial politik daerah kabupaten Subang pasca kemerdekaan, yaitu bagaimana
pandangan rakyat Subang dalam menyikapi kemerdekaan Republik Indonesia dan perjuangan fisik pada
masa revolusi serta situasi politik daerah Subang pasca kemerdekaan.

2. Menjelaskan latar belakang terjadinya Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan


Tanjungsiang Subang, dengan menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa, baik dilihat dari
segi politik, sosial, dan pertahanan keamanan.

3. Menjelaskan proses terjadinya Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang


Subang, meliputi siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam perjuangan, bentuk dan dukungan rakyat,
serta bentuk dan strategi perang Pasukan Siliwangi.
4. Mendeskripsikan peran Tentara Siliwangi dan Badan-badan Perjuangan daerah dalam Pertempuran 4
Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang Subang.

5. Memaparkan dampak dari adanya Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang
Subang, baik bagi masyarakat setempat maupun bagi Tentara Siliwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran umum mengenai keadaan sosial politik pasca kemerdekaan Republik
Indonesia dan Perjuangan fisik pada masa revolusi di daerah Subang.

2. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa pada masa revolusi fisik di kampung Ciseupan Desa
Cibuluh Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang telah terjadi pertempuran sebagaimana akan dikaji
dalam skripsi ini dengan judul Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang
Subang.

3. Penelitian diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan sejarah lokal di Kabupaten Subang pada
saat ini dan mendatang agar tetap menjaga serta melestarikannya. 7

4. Penelitian diharapkan dapat memberikan semangat perjuangan bagi masyarakat Subang pada
umumnya dan masyarakat Ciseupan pada khususnya.

BAB 2

PEMBAHASAN
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00
pagi di Pegangsaan Timur 56, Jakarta merupakan puncak perjuangan Bangsa Indonesia. Berita tersebut
menyebar pada esok harinya di daerah Subang. Setelah proklamasi, banyak hal yang diputuskan di
Jakarta yang menyangkut dan mempengaruhi perkembangan di daerah-daerah, seperti pembentukan
Badan-badan Perjuangan sebagai akibat Maklumat tanggal 3 November 1945. Setelah adanya keputusan
tersebut, barulah kemudian di daerah Subang lahir Badan-badan Perjuangan seperti BKR, Barisan
Benteng, Hizbullah, dan Fisabilillah. Untuk menghadapi Pasukan Belanda, para pejuang yang terdapat di
daerah Subang, yaitu TNI, Badan-badan Perjuangan, Kelaskaran, dan masyarakat menjalin kerjasama.
Rakyat memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Dapur dapur umum dibentuk oleh
masyarakat untuk membantu para pejuang yang sedang bertempur melawan Belanda (Imadudin,
2006:109). Pada 21 Juni 1947 ketika masuk pertahanan Belanda ke daerah Subang ada beberapa
batalyon, pertama Batalyon IV dipimpin Mayor Djamhari, kedua Batalyon Kaleri dipimpin oleh Kapten
Ahmad, ketiga bagian teritorial SW.III/B dipimpin oleh Mayor Hadi (sekarang SW. III/B itu teritorial
seperti KORAMIL, KODIM, KODAM, KOREM/PASUKAN 312).

Pada pertengahan tahun 1947 terjadi gerilya, kota-kota diduduki Belanda bersama Polisi Belanda.
Ketika itu 1daerah yang diduduki Belanda adalah markas Kasomalang, Gardusayang, Cisalak, Cikaramas
(Wawancara dengan Bapak Sumarna/ 12/ 04/ 2010). Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda
melancarkan serangan terhadap wilayah Republik Indonesia (RI) yang dikenal dengan sebutan Agresi
Militer II. Pada serangan itu, Belanda berhasil menduduki ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan
menawan Sukarno-Hatta dan beberapa pemimpin tertinggi Indonesia. Jenderal Sudirman berikut semua
kekuatan militernya masuk ke hutan dan memimpin perlawanan terhadap Belanda secara bergerilya.
Keesokan harinya, Pasukan Siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta melakukan long march ke Jawa Barat.
Kembalinya Tentara Siliwangi ke daerah Jawa Barat, maka seranganserangan terhadap kedudukan
Belanda semakin meningkat. Pertempuran besarbesaran terjadi di daerah Ciseupan, Subang.
Pertempuran ini terjadi ketika Batalyon Engkong Darsono sedang beristirahat di Kampung Ciseupan
kemudian diserang oleh Tentara Belanda dari empat penjuru. Dengan semangat, pasukan Engkong
Darsono melakukan perlawanan. Berkat kemampuan serta keberanian pasukan tersebut, akhirnya
serangan Belanda dapat dipatahkan bahkan beberapa tentara Belanda mati terbunuh dan tertawan
serta sejumlah besar senjata tentara Belanda dapat direbut. Pertempuran 4 Februari 1949 di Ciseupan
merupakan suatu peristiwa yang terjadi di Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. Berdasarkan
hasil pengetahuan dan pengamatan penulis, peristiwa ini kurang mendapat perhatian. Bahkan, sebagian
besar masyarakat Subang dewasa ini tidak mengetahui bahwa 2 masa revolusi Indonesia di Subang
pernah terjadi pertempuran besar-besaran antara Batalyon 301 Kian Santang yang dipimpin oleh Mayor
Engkong Darsono dengan pendudukan Belanda di Ciseupan. Peristiwa-peristiwa sejarah yang sering
dikaji selama ini hanya terbatas pada peristiwa besar yang mempunyai pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap dinamika perjuangan rakyat Indonesia, seperti Bandung Lautan Api
dan Pertempuran Surabaya. Karena peristiwa-peristiwa lokal hanya dipandang sebagai pelengkap dalam
sejarah nasional. Dalam telaah mengenai revolusi Indonesia, pada umumnya titik perhatian hanya
difokuskan pada perkembangan berbagai peristiwa di tingkat nasional. Gejolak daerah hanya berperan
sebagai pelengkap semacam paduan suara yang mengiringi tema-tema dominan dalam sejarah nasional
(Cribb, 1991: 1 ). Sebagaimana telah diketahui bahwa kajian sejarah lokal kurang diminati oleh peneliti
sejarah dikarenakan kesulitan mendapatkan sumber dan mereka beranggapan bahwa peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada lokasi kecil, desa atau kota kecil pada umumnya tidak menarik perhatian,
karena tidak mempunyai dampak yang luas sehingga dianggap kurang penting, karena tidak mempunyai
dampak nasional atau representatif bagi perkembangan nasional (Kartodirdjo, 1992:73-74). Padahal
kenyataannya, jika dikaji lebih dalam sejarah lokal dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap
penulisan sejarah nasional.

BAB 3

KESIMPULAN

Apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Subang pada umumnya dan masyarakat yang berada di
daerah Ciseupan merupakan sikap yang sangat berani. Sikap tersebut merupakan suatu bentuk rasa
cinta tanah air serta rasa ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Mereka berusaha
dengan sekuat tenaga saling membantu dan mendukung demi tercapainya tujuan bersama yaitu
menghancurkan dan mengusir dari wilayah Subang. Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi menjaga
dan melindungi mayarakat dari segala bentuk penjajahan. Usaha-usaha tersebut merupakan bukti nyata
semangat perjuangan masyarakat untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia. Terungkapnya
perjuangan masyarakat Ciseupan dan masyarakat Subang dalam mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan potensi juang bagi generasi muda sekarang.
Dengan mempelajari sejarah dapat membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap Tanah Air dan
Bangsanya dalam menanamkan rasa tanggungjawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan bangsa
dan tanah air dimasa yang akan datang. Keinginan untuk mempelajari serta meneliti sejarah daerahnya
sendiri adalah suatu ciri dari manusia yang beradab serta bertanggungjawab terhadap daerah dan
bangsanya. Kebanggaan dan kegembiraan akan timbul karena dalam skripsi ini berisi bahan hasil
penelitian dan analisis penulis akan menjadi sumber ilmu pengetahuan dan para pembacanya akan
dapat menarik pelajaran dari pengalaman orang lain. Dengan demikian generasi mendatang akan dapat
mengambil hikmah dan manfaat dari keberhasilan atau kegagalan yang pernah dialami oleh generasi
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai