Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PROGRAM RAWAT INAP JIWA

No.Dokumen : 440/017/2/412.43/30/2016

No.Revisi :0

PEDOMAN Tanggal Terbit : 5 Januari 2016

Halaman : 1/18
BOJONEGORO
UPTD PUSKESMAS Dr.IBNU RUSYDI

KALITIDU NIP.1979220 200501 1 001

PEDOMAN PROGRAM RAWAT


INAP JIWA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOJONEGORO
UPTD PUSKESMAS KALITIDU
TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahNya, kami dapat menyelesaikan pedoman PROGRAM RAWAT INAP JIWA.
Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk mmberikan kemudahan dalam
pelaksanaan program rawat inap jiwa di Puskesmas Kalitidu.
Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksana seluruh kegiatan
pelayanan melalui dokumentasi damn penelusuran, karena pada prinsip akreditasi,
seluruh kegiatan harus tertulis dan apa yang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai.
Buku ini berisi contoh contoh dokumen yang digunakan dalam menyusun dokumen
akreditasi.
Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih
dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyususnan Pedoman
Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas Kalitidu tahun 2016.
Semoga dengan digunakan buku ini dapat mempermudah pembaca dalam
menyiapkan dokumen akreditasi

Kalitidu, Januari 2016


Kepala UPTD Puskesmas Kalitidu

Dr. Ibnu Rusyidi

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. MAKSUD DAN TUJUAN
C. SASARAN
D. RUANG LINGKUP
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
BAB III STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
BAB IV TATALAKSANAAN PELAYANAN
A. RUANG LINGKUP
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan seorang individu
berkembang secara fisik,mental,spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri,dapat mengatasi tekanan/stress,dapat bekerja secara produktif dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.Kondisi ini sangat dibutuhkan dalam membangun
kesehatan masarakat untuk mewujudkan derajad kesehatan optimal.
Kesehatan jiwa merupakan amanah Undang Undang No 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa,yang dipandang penting karena permasalahan kesehatan jiwa cukup besar dan
menimbulkan beban akibat kesehatan yang sangat signifikan.Jika kesehatan jiwa tidak
ditanggulangi akan menurunkan kesehatan fisik,menurunkan produktifitas kerja dan kualitas
sumberdayamanusia,menimbulkan disharmoni keluarga,dan meningkatkan masalah
psikososial.masalah kesehatan jiwa dan psikososial di masarakat antara lain
kekerasan/keagresifan dimasarakat termasuk KDRT,masalah bunuh diri,pemasungan orang
dengan gangguan jiwa,penyalahgunaan napza,masalah kesehatan jiwa pada bencana dan masalah
kesehatan jiwa ditempat kerja maupun keluarga.
Prevalensi gangguan jiwa/mental emosional berdasar Riskesdas 2013 cukup besar yaitu
6% untuk usia 15 tahun keatas yang berarti hamper 14 juta jiwa di seluruh Indonesia.Untuk
gangguan jiwa berat/psikosis prevalensinya 1,7 per 1000 penduduk atau kira kira 400 000 orang
dari 422 juta penduduk Indonesia.Untuk kasus penggunaan napza ,berdasarkan laporan
BNN ,sekitar 2,2% penduduk atau 3,8 juta jiwamerupakan pengguna napza.
Masalah lain yang berhubungan dengan gangguan jiwa adalah masalah
kekerasan,masalah bunuh diri,pada penderita depresi,psikotik atau gangguan jiwa yang
lain,angka kejadianya menurut Mabes Polri 0,5 per 100 000 penduduk atau 1.170 kasus dalam
satu tahun
Masalah yang tak kalah pentingnya lagi adalah pemasungan penderita gangguan
jiwa,masih merupakan masalah yang cukup serius yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gangguan jiwa dan penangananya,ditambah masalah
ekonomi,stigma,minimnya akses pelayanan kesehatan nbagi odgj.mMenurut Riskesdas tahun
2013,angka pemasungan di Indonesia adalah sekitar 14,3% atau 57000 kasus..
Kesenjangan pengobatan (treatman gap) terhadap ODGJ di indonesia lebih dari 85%
artinya baru 10%-15% ODGJ yang mendapatkan pengobatan,maka penguatan dan pemanfaatan
terhadap sumber daya kesehatan jiwa yang telah dimiliki secara optimal menjadi sangat
mendesak,dalam hal ini menjadi tugas Puskesmas yang merupakan tempat layanan kesehatan
primer.

4
Kementrian Kesehatan,melalui Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019,menetapkan prioritas penanganan kesehatan jiwa dengan mengembangkan Upaya
Kesehatan jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan
bersama masyarakat,mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat.
B Tujuan
Tujuan disusunya pedoman ini adalah sebagai dasar pelaksanaan pelayanan rawat inap jiwa di
unit rawat inap jiwa puskesmas Kalitidu.
C Sasara
Sasaran disusunya pedoman kegiatan ini adalah :
1.Petugas kesehatan yang bekerja dalam unit rawat inap jiwa Puskesmas Kalitidu..
2.Petugas kesehatan di puskesmas puskesmas di seluruh wilayah kabupaten Bojonegoro
Jejaring pelaksanaan progaram kesehatan jiwa..
3.Pekerja yang berkontak dengan masalah dan upaya kesehatan jiwa (guru,polisi,tokoh
masyarakat,tokoh agama,dll).
4.Masyarakat peduli kesehatan jiwa dan kader kesehatan jiwa,yang bekerja atau telah dilatih
dalam pekerjaan terkait pelayanan kesehatan jiwa.

D Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Unit Rawat Inap Jiwa Puskesmas Kalitidu :
1. Penderita gangguan jiwa berat akut dan kronis(seperti Psikotik akut dan
Skizophrenia)
2. Gangguan jiwa yang lain yang permulaanya adalah gangguan jiwa ringan tapi
dalam perjalananya menjadi berat sehingga penderita mengalami hambatan berat
dalam hidupnya(seperti anxietas berat,depressi berat gangguan
somatoform,gangguan waham menetap dll).
3. Ganguan mental organik yang telah mendapatkan penanganan kasus utamanya
dan mengalami gangguan jiwa hingga mengalami hambatan berat dalam fungsi
sosialnya(seperti epilepsy,demensia,strok,DM, dll).
4. Gangguan perkembangan berat yang telah mendapatkan penanganan masalah
utamanya dan mengalamai gangguan jiwa sehingga mengalami hambatan berat
dalam fungsi sehari harinya(seperti idiot dari berbagai tingkatan).
Pelayanan Rawat Inap Jiwa Puskesmas Kalitidu meliputi aspek promotif,preventif,kuratif dan
rehabilitative dalam rangka mencegah dan menanggulangi masalah dan gangguan kesehatan jiwa
masyarakat.
Prinsip dan Upaya.
Dalam kontek Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat,prinsip pelayanan adalah prasyaratan yang
harus dipenuhi,berikut prinsip pelayanan Kesehatan kesehatan jiwa masyarakat;

5
1. Keterjangkauan.

Yang paling utama dalam prinsip ini adalah keterjangkauan biaya dan jarak.
2. Keadilan

Pelayanan Kesehatan Jiwa Masarakat harus adil dan merata tanpa pandangbulu.
3. Perlindungan HAM

Hak fundamental individu dengan gangguan jiwa harus dihormati,seperti halnya p


Penderita gangguan fisik.
4. Terpadu,Terkoordinasi dan Berkelanjutan.

Upaya ini dikelola sebagai satu kesatuan dari berbagai pelayanan dan program da
dan mempertimbangkan aspek sosial,kesejahteraan,perumahan pekerjaan,pendidi
kan dllsecara terkoordinasi dan berkelanjutan
5. Efektif

Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif,maksudnya


Setiap tindakan memberikan hasil yang konsisten berdasar penelitian.
5. Hubungan lintas sector

Harus ada kegiatan menjalin jejaring dengan upaya dan pelayanan kesehatan lain
Dan sektor lain,baik pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
6. Pembagian wilayah pelayanan

Yaitu pelayanan kesehatan jiwa dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.


7. Kewajiban

Pelayanan Kesehatan Masyarakat bertanggungjawab terhadap kondisi kesehatan


Jiwa seluruh(populasi di wilayah kerjanya
E. Batasan Operasional

1. Rawat Inap Jiwa


Adalah suatupendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis rawat inap,
prioritas pelayanan adalah kuratif,dengan tidak meninggalkan upaya promotif
preventif dan rehabilitative.
2. Psikiatri Komunitas
Adalah penyediaan pelayanan kesehatan jiwa untuk masyarakat setempat.
3. Psikiatri Sosial
Adalah bidang psikiatri yang fokus pada faktor faktor lingkungan sosial yang
mempengaruhi masalah masalah kesehatan jiwa yang terdapat di masyarakat.
4. Psikiater
Adalah dokter yang telah menyelesaikan program dokter spesialis ilmu
Kedokteran jiwa dan mendapatkan ijazah dokter spesialis jiwa dari institusi berwenang.
5. Psikolog

6
Adalah sarjana psikologi yang telah menyelesaikan pendidikan provesi di fakultas
psikologi yang mampu dan boleh melakukan analisis tahap tahap normal psikologis,
melakukan konseling ,psikoterapi dan penilaian rehabilitasi yang sesuai kebutuhan
Individu. .
6. Perawat Kesehatan jiwa
Perawat akesehatan Jiwa adalah seseoarang yang telah menyelesaikan program
pendidikan kepertawatan minimal D3 keperawatan dan memberikan pelayanan kesehat
tan jiwa.
7. Sistem Rujukan
Adalah tatanan pelayanan yang berjenjang dan saling berinteraksi antara unit unit
pelayanan dari berbagai tingkatan.
8. Wilayahy cakupan
Adalah daerah kerja pelayanan kesehatan jiwa dimana tersedia unit unit pelayanan
institusionsl dan pelayanan komunitas.
9. Deteksi Dini
Adalah sustu upaya untuk mengenal jenis dan status gangguan jiwa yang dialami
seseorang pada pemeriksaan pertama terhadap kasus.
10. Konseling
Suatu proses komunikasi timbal balik antara 2 orang,yaitu antara konselor dan
klien/konseli.
11. Pelayanan Kedaruratan psikiatri
Adalah pelayanan yang diberikan pada pasien yang datang dalam keadaan dapat
membahayakan dirinya dan orang lain.
12. Tindakan medis psikiatrik
Adalah tindakan medis selain pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan jiwa berat,contoh ECT.
F.Landasan Hukum
1. Undang – undang No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
2.Surat KeputusanMenteri Kesehatan Nomor:406/Menkes/SK/VI/2009 tentang
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT.
3.Direrktorat Bina Kesehatan Jiwa Dirjend Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015 tentang

PETA STRATEGI Kesehatan Jiwa Masyarakat 2015-2019.

4.Dirjend Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Tahun 2009
Tentang Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar.

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Rawat Inap Jiwa adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Koordinator Rawat Inap DIII Perawatan Bersertifikat Pelatihan
Perawatan Jiwa
2 Perawat Pelaksana/B D III Perawatan/ Bersertifikat Pelatihan
Perawatan Jiwa
3 Dokter Puskesmas Dokter Umum Bersertifikat Pelatihan
Kedokteran Jiwa

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Rawat Inap Jiwa di Puskesmas kalitidu adalah Seorang Koordinator
Rawat Inap(Seorang Perawat) bertempat di unit pelayanan jiwa puskesmas Kalitidu Jalan
Kalitidu Ngasem No 96 Desa Kalitidu,sedangkan dalam melaksanakan tugas tugas
lapangan,melibatkan tenaga perawat poskesdes(4 orang) dan perawat magang( 4 orang) dibagi
dalam 3 shift jaga pagi,siang,sore dan satu shift libur.Penanganan medis pasien baru dan visite
harian di laksanakan oleh dokter puskesmas dan tiap satu bulan sekali ada kunjungan dokter
spesialis jiwa dari Rumah sakit Jiwa Menur.

C. Pengaturan Pelayanan Kesehatan Jiwa masarakat


I. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat
 Diskripsi
Rawat Inap Jiwa adalah pelayanan keperawatan yang komperhensip. yang holistic
dan paripurna berfokus pada Individu yang mengalami gangguan jiwa ,rentan
terhadap stress,dan sedang dalam tahap pemulihan serta pencegahan
kekambuhan.Pelayanan bersifat komperhensif karena mencakup pencegahan
primer terhadap masyarakat yang sehat jiwa,sekunder bagi masyarakat yang
mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa,serta tersier bagi pasien yang
mengalami gangguan jiwa dalam proses pemuluhan.

8
 Tujuan
Tujuan model ini adalah untuk meningkatkan status kesehatan jiwa Individu,dengan
mencegah terjadinya gangguan jiwa,mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan individu dan keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa.
 Pelayanan yang di sediakan
Tingkatan pelayanan ini adalah pelayanan Kesehatan Jiwa Primer.Kegiatan terpusat
di Puskesmas ,dan tenaga yang memberikan pelayanan adalah dokter puskesmas,
perawat kesehatan yang terlatih perawatan jiwa
Pelayanan mencakup aspek bio-psiko-sosial dan spiritual,dan cultural,antara lain
_ Pelayanan kesehatan jiwa akibat cacad fisik/kehilangan anggota tubuh ,akibat
bencana.
_ Penanganan berbagai masalah psikologis yang di alami masyarakat seperti
Ketakutan,trauma kecemasan maupun kondisi yang lebih berat akibat berbagai
Situasi.
_ Pelayanan kesehatan jiwa akibat kehilangan suami/isteri/anak/keluarga dekat
kehilangan pekerjaan,tempat tinggal,harta benda serta adanya konflik panjang.

_Pelayanan kesehatan jiwa untuk mengembangkan budaya tolong menolong


dan kekeluargaan dalam mengatasi berbagai permasalahan.

 Proses keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


Tahap tahap keperawatan jiwa masyarakat sebagai berikut;
1.Pengkajian
Menggunakan pengkajian awal 2 menit berdasarkan keluhan pasien.Bila di
Temukan tanda tanda gangguan jiwa dilanjutkan dengan format kesehatan jiwa
2.Diagnosis keperawatan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian,bila ditemukan gangguan
Jiwa ,maka kasus ditangani sesuai kebutuhan dan keadaannya.Perawat harus
Hati hati menyampaikan kepada keluarga dan individu.
3.Perencanaan keperawatan
Rencana tindakan perawatan dilaksanakan mengikuti standar asuhan perawatan
Jiwa yang sudah baku.
4.Tindakan keperawatan
Tindakan perawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat,sesuai
dengan kondisi individu dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhannya
dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
5.Evaluasi asuhan keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan keadaan individu dan keluarga

9
II. Pengaturan / Model Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat
1.Diskripsi
Model ini merupakan bentuk pelayanan kesehatan jiwa tingkat
primer dengan kegiatan berpusat di Puskesmas Kecamatan,berbasis
kemandirian Puskesmas Kecamatan setempat,di kembangkan karena tingginya
permintaan pelayanan kesehatan jiwa dan tersedianya berbagai tenaga profesi
terkait.
2.Tujuan
Tujuanya adalah Penanganan gangguan jiwa,mempertahankan dan
Meningkatkan kemampuan individu dan keluarga dalam memelihara kesehatan
Jiwa.
3.Pelayanan yang disediakan
_Pelayanan klinik,mulai dari deteksi dini ,pengobatan sampai dengan rujukan.
_Pelayanan Kesehatan Jiwa,terutama berupa promosi kesehatan,pengem
pengembangan kemitraan dan peran serta masyarrakat.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Terlampir
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana

Ruang Koordinator Rawat Inap Jiwa Jiwa puskesmas Kalitidu berada satu lokasi
dengan unit Rawa Jalan (Poli Jiwa) berada di Gedung II
Jalan Kalitidu Ngasem No 96 Desa Kalitidu,sedangkan ruang penunjang lainya adalah ruang
Pendaftaran,Kamar Obat,Ruang Tindakan,Ruang Periksa dan Ruang Pertemuan.

II. Peralatan
a. Alat – alat Tindakan Gaduh Gelisah di Lapangn.
1. Alat fiksasi mekanik dari bahan kain.
2. Alat fiksasi mekanik dari logam(satu pasang borgol)
3. Peralatan kunjungan rumah(home care set) terdiri dari form Perawatan Keluarga,form
perawatan gangguan jiwa ,blangko inform concern.

10
4. Peralatan dan obat obatan gawat darurat psikiatri ,terdiri dari Haloperidol 5 mg
injeksi,Diazepam 10 mg injeksi,Diphenhydramin injeksi,sput 2,5cc,spuit 5cc yang
disimpan dalam tempat khusus disertai kartu kendali .
5. Peralatan pengukuran tanda tanda vital tensi meter,thermometer, penlight,patella
reflek,stetoskop..
6. Lemari khusus penyimpanan peralatan yang diberi identitas yang menyatakan isi
masing masing ruanganya.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

II. Lingkup kegiatan

 Pelayanan kesehatan jiwa akibat cacad fisik/kehilangan anggota tubuh akibat

bencana.

 Penanganan berbagai masalah psikososial yang dialami masyarakat seperti

Ketakutan,trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat akibat berbagai

situasi

 Pelayanan kesehatan jiwa akibat kehilangan suami/istri/keluarga dekat atau

Pekerjaan,tempat tinggal atau harta benda atau adanya konflik panjang

_ Pelayanan kesehatan jiwa untuk mengembangkan budaya tolong menolong

dan kekeluargaan untuk mengatasi berbagai masalah .

III. Metode

_ Pelayanan rawat inap jiwa Puskesmas Kalitidu bekerjasama dengan Rumah Sakit
Menur melalui MOU oleh Dinas Kesehatan Bojonegoro,yang menugaskan Spesial
Spesialis Jiwa sebulan sekali sesuai jadwal, dilakukan pemeriksaan dan
Pengobatan pasien lama dan baru sesuai kebuttuhan dan menerima pasien rujukan
Dari puskesmas lain di wilayah kerja kabupataen Bojonegoro.

IV. Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tingkat primer

Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas.Puskesmas menerima kasus secara


langsung yaitu yang datang sendiri bersama keluarga atau di antar petugas ,maupun
tidak langsung,yaitu yang dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik
perorangan maupun lembaga.Kasus juga bisa di jemput oleh Puskesmas setelah

11
mendapat laporan/permintaan dari masyarakat.Selain itu kasus juga bias dirujuk dari
fasilitas yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit atau lembaga non-kesehatan yang ada
di masyarakat.Adapun proses pelayanan didalam Puskesmas sebagai berikut;
.
A.Pendaftaran
- Pendaftaran dilakukan oleh penderita sendiri,petugas,keluarga atau pihak lain
yang merujuk bias perorangan dan lembaga dengan menyerahkan identitas diri
-Apabila pendeita tidak mempunyai identitas diri maka petugas berkoordinasi
Dengan pihak ketiga,bias petugas perujuk atau yang lain.
B.Pemeriksaan fisik
-Pemeriksaan fisik menggunakan metode per system dan head to toe terutama
tanda tanda vital.
C.Penilaian Psikiatrik
-Penilaian psikiatrik mengacu pada Metode Pemeriksaan 2 Menit di buku
Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Faskes Dasar,Sedangkan diagnose
menggunakan pedoman diagnose ICD 10 dari WHO.
D.Tindakan Medis
- Tindakan medis dilakukan setelah diagnose medis ditegakkan,juga menyesuaikan
dengan ketrsediaan obat obatan serta sarana prasarana yang ada.

III. Tatalaksana Rujukan

 Petugas Penanggung jawab

-Dokter/Perawat

-Sopir Ambulan

- Petugas keamanan/Satpam

- Petugas operator

 Perangkat kerja

-Thelephon

-Handphone

-Kendaraan Ambulan

-Alat alat pengekangan(tali-borgol)

-Obat obatan gawat darurat psikiatri

- Pelaksanaan

-Kasus psikiatri yang dirujuk adalah kasus psikiatri yang gawat darurat dan telah

12
dilakukan prosedur sesuai protap berespon tidak efektif,atau kasus dengan penyakit

penyerta,atau pasien lama yang memerlukan konsul/therapy khusus.

-Sebelum merujuk berkomunikasi dengan keluarga tentang keadaan penderita dan

kebutuhan pengobatannya.

-Meminta inform concent kepada keluarga.

-Mengajak keluarga menghubungi perangkat desa untuk melengkapi persyaratan

Administrasirujukan(foto copy ktp,kk,kartu bbjs kesehatan)

-Dokter Puskesmas menghubungi psikiater tempat rujukan untuk siap menerima

Rujukan.

-Mempersiapkan keluarga ikut serta saat merujuk ke Rumah Sakit Jiwa.

-Untuk pasien gaduh gelisah dan tidak kooperatif 30 menit-60 menit sebelum merujuk

pasien diberikan suntikan haloperidol 5 mg injeksi dan diazepam 10 mg injeksi.

-Dokter/perawat dapat mempertimbangkan fiksasi mekanik selama dalam perjalanan

-Apabila dalam perjalanan penderita gelisah,agresif,dokter/perawat bias bias member

Suntikan ulang diazepam 10 mg.

-Setiba di Rumah Sakit rujukan dokte/perawat melakukan serah terima pasien dan

menyerahkan surat pengantar rujukan dan kelengkapan administarasi lainya.

-Dokter/perawat dan pendamping diijinkan pulang setelah mendapatkan persetujuan

tertulis dari Rumah Sakit Rujukan.

BAB V
LOGISTIK

Standar Obat
I. OBAT LIVE SAVING
-Mengacu pada Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. OBAT PENUNJANG
-Mengacu pada Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
-Untuk obat obatan psikotropika mengacu pada kebutuhan,menurut Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatann Jiwa Di fasilitas Kesehatan Dasar,dari Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Jiwa.

13
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Kamar Obat.
Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan berdasarkan
analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai 1 bulan yang lalu dengan cadangan 10 %,
diajukan kepada Panitia pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat
dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Puskesmas.
Distribusi obat, alat medis dan bahan habis pakai dari Kamar Obat dilakukan tiap 1 bulan
. Pendistribusian obat dilaksanakan tidak lebih dari 3 jam sesudah order diterima oleh
Kamar Obat.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien/Benda/Orang lain ( Patient Safety and All)

Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
 Melakukan tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien,benda lain,orang lain di Puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien

14
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :

15
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter /sop
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
Perilaku kekerasan adalah sustu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain serta
lingkungan.Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif.Dalam keadaan tersebut pasien rata rata tidak kooperatif karena belum
bias diajak komunikasi.
Petugas kesehatan lapangan sebagai ujung tombak pelayanan dan bertanggung jawab
24 jam dalam sehari sering menghadapi keadaan gaduh-gelisah berteriak,mengumpat
melempar rumah mobil disertai dengan ancaman kekerasan terhadap orang lain bahkan
telah melakukan kekerasan dan sering kita dengar pasien telah menghilangkan
nyawa,setelah keadaan yang demikian tak jarang pasien di aniaya massa dan kadang
sampai mati.Dalam situasi lain penderita mengancam menyakiti dirinya sendiri, tidak
jarang yang telah melakukan bercobaan bunuh diri,kadang berhasil dan tidak berhasil.
Untuk keadaan yang pertama maka diperlukan suatu prosedur agar petugas selamat
pasien selamat,orang lain selamat dan benda lain selamat.
Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari resiko perilaku kekerasan.

16
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi menjadi sasaran perilaku kekerasan dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.
II. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Pengetahuan yang kurang mengenai mekanisme perilaku kekerasan pada pasien.
b. Pelatihan penanganan perilaku kekerasan yang masih kurang.
c. Pembentukan tim yang kurang dari segi jumlah orang,dan kekompakan.
d. Pemimpin tim kurang mampu berkomunikasi terhadap anggota tim.
e. Tehnik komunikasi yang salah terhadap pasien.
III. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur keselamatan ini adalah 3 siap,yaitu siap pengetahuan,siap
tenaga,siap mental dan kompak.Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 7 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
a. Bentuk satu tim minimal beranggotakan 5 orang.
b. Tunjuk satu orang sebagai pemimpin tim.
c. Pemimpin tim memberi brifing singkat sebelum bergerak,tentang tugas anggota
Tim,satu tangan kanan,tangan kiri,kaki kanan dan satu lagi kaki kiri.
d. Perlu di selidiki apakah penderita membawa senjata tajam.
e. Pemimpin regu member aba aba bergerak pada keempat anggotanya,dan masing
masing bergerak sesuai instruksi yang telah diberikan pemimpin tim.
f . Pasien di tali dengan kain atau di borgol.
g Lakukan tindakan sesuai indikasi.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Kalitidu dalam memberikan pelayanan


adalah angka ketepatan penanganan kegawat daruratan dengan varaibel jumlah kerusakan yang
ditimbulkan,dari segi materi maupun non materi berbanding jumlah penderita sesuai indikasi
dalam kurun waktu satu bulan.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva bulanan dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap tribulan pada tim mutu dan Kepala Puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

17
18

Anda mungkin juga menyukai