Oleh:
Efander Tampubolon, S.Ked
G1A216107
Pembimbing:
dr. Elvi Roza, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh:
Efander Tampubolon, S.Ked
G1A216107
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat 2 di Puseksmas Olak Kemang yang berjudul “Anemia pada Kehamilan”.
Penulisan laporan kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan
klinik senior di bagian kesehatan masyarakat 2 di Puskesmas Olak Kemang. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Elvi Roza, M.Kes sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
3
BAB I
LAPORAN KASUS
I. STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.D /Perempuan/38 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : IRT / SMA
c. Alamat : RT. 04 Pasir Panjang
4
4. Aspek psikologis keluarga : Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang
lain baik.
II. Anamnesa
Keluhan Utama:
Sejak 1 minggu yang lalu, pasien merasa lemas. Keluhan lemas yang dirasa
lebih berat dari biasanya, pasien juga merasa lesu dan cepat capek jika
Keluhan lemas dan lesu ini juga disertai dengan sakit kepala, tetapi sakitnya
Kebiasaan makan pada pasien yaitu 3-4 kali sehari tetapi jumlahnya sedikit.
5
- Tidak ada dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan, kejiwaan
dan penyakit menular.
Riwayat perkawinan
- Pasien menikah pada tanggal 14 Februari 2009.
Riwayat menstruasi
- Menarche 15 tahun, teratur, tidak sakit, siklus haid 28 hari lamanya 5-7
hari, banyaknya 2 pembalut/hari, nyeri haid tidak ada
- HPHT: 5 April 2018
-
Status generalis
KU/kes : Tampak sakit ringan / CM
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 102 x/m
RR : 21 X/m
T : 36,7 C
TB : 148 cm
BB : 45 kg
IMT : 21,42 (normal)
Pemeriksaan Organ
Kepala : normocephal
Kelopak : normal
Kornea : normal
6
Lensa : normal, keruh (-)
Mulut
Bibir : kering
Leher
JVP : dbn
Thorax
Bentuk : simetris
Pulmo
Pemeriksaan
Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris
7
Auskultasi Vesikuler (+) normal Vesikuler (+) normal
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Ekstremitas Atas
Ekstremitas bawah
Abdomen :
Inspeksi: tampak membesar simetris, linea mediana hiperpigmentasi, striae (-),
Sikatrik (-)
Palpasi :
Leopold I : Tinggi fundus pertengahan simpisis dan umbilikus, 16 cm, Teraba
Ballotmen
8
Leopold II : Belum dilakukan
Leopold III : Belum Dilakukan
Leopold IV : Belum dilakukan
Auskultasi : bising usus (+) normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 8,5 g/dl
VII. DIAGNOSIS
G3P2 A0 gravida 15 – 16 minggu belum inpartu, Anemia Kehamilan et.
VIII. PROGNOSIS
IX. MANAJEMEN
a. Preventif :
9
- Hindari stress
b. Promotif :
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Bed rest
Medikamentosa
SF 1 x 1 tablet
B com 1 x 1 tablet
Kalk 1 x 1 tablet
d. Rehabilitatif
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pada saat kehamilan terjadi perubahan faali maupun metabolisme yang dapat
volume plasma namun penambahan ini tidak sebanding dengan penambahan sel
darah. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel, kadar hemoglobin, dan
hematokrit. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka dapat menyebabkan suatu
keadaan anemia yang berlangsung selama kehamilan. Keadaan ini memiliki pengaruh
yang tidak baik bagi ibu, janin maupun proses kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Maka penting untuk diketahui penyebab serta penanganan anemia dalam kehamilan.
DEFINISI
Kata anemia selama ini sering disalahartikan sebagai suatu diagnosis, anemia
adalah suatu kumpulan dari tanda dan gejala yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab utamanya. Secara klinis anemia dapat diukur secara
kuantitatif dari jumlah sel darah merah, konsentrasi hemoglobin (Hb) dan hematokrit
11
(Hct). Nilai-nilai ini harus diinterpretasikan secara hati-hati karena dapat dipengaruhi
akibat dari hemodilusi, dimana peningkatan volume plasma tidak sebanding dengan
peningkatan sel-sel darah. Akibat dari peningkatan volume plasma, maka nilai-nilai
tersebut diatas akan menurun tanpa berakibat pada massa sel darah merah (MCV).
Batasan dari anemia adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dl pada
perempuan tidak dalam masa kehamilan, sedangkan pada masa kehamilan dan masa
nifas bila konsentrasi hemoglobin kurang dari 10 g/dl. Peningkatan volume darah
pada kehamilan dimulai sejak kehamilan berumur 10 minggu dan terus meningkat
selama trimester pertama, pada trimester kedua peningkatan akan semakin nyata dan
cepat, sedangkan pada trimester ketiga peningkatan akan berjalan perlahan dan akan
berhenti beberapa minggu sebelum kelahiran. Oleh karena itu WHO dan The Centers
for Disease Control and Prevention membatasi anemia sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua. Penurunan kadar Hb, hematokrit (Ht<0,33) dan jumlah eritrosit akan
(moderate) dimana kadar Hb >7g/dL dan anemia berat (severe) dimana kadar Hb
<7g/dL.
pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester
12
anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih
besar dari 50%. Dan anemia pada kehamilan trimester III berkisar 50-79%.
Masyarakat Unhas 2004 diperoleh kesimpulan bahwa jarak kelahiran dan umur ibu
kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun beresiko lebih besar untuk menderita
anemia.
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran
berikutnya. Hal ini dapat menjadi penyebab anemia dikarenakan kondisi ibu masih
belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi belum optimal, sudah harus
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20
tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia
< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum
Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
13
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang
anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi, dari keluhan yang sangat ringan
gangguan proses persalinan (inertia uteri, partus lama, perdarahan atonia uterus),
gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres
kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, pertumbuhan fetus yang terhambat, BBLR, kematian perinatal, dan lain-
ke sel tubuh maupun ke otak. Pada wanita dengan anemia berat dapat memicu
terjadinya preeklamsia.
WHO menyebutkan bahwa anemia juga merupakan salah satu sebab kematian
ibu. Ada penelitian menunjukkan angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang
Pada ibu hamil yang menderita anemia secara umum didapatkan gejala kulit
dan mukosa pucat, mukosa, lemah, mudah letih, sesak nafas, emosi yang tidak stabil,
ETIOLOGI ANEMIA
Pencarian penyebab terjadinya anemia pada kehamilan harus dengan seksama karena
14
1. Anemia yang didapat
c. Anemia megaloblastik
a. Thalassemias
Dua penyebab utama paling sering pada anemia selama kehamilan dan masa
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada
ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sebelum dan selama
kehamilan yang dapat disebabkan karena gangguan resorpsi atau terlalu banyak zat
besi yang digunakan atau dikeluarkan, misalnya pada perdarahan selama kehamilan.
Pada kehamilan dengan satu janin, ibu hamil memerlukan zat besi mencapai
1000 mg dimana 300 mg digunakan untuk janin dan 500 mg untuk penambahan
hemoglobin. Kurang lebih 200 mg lagi dikeluarkan melalui urine, usus dan kulit.
15
Jumlah total dari kebutuhan zat besi yaitu 1000 mg dihabiskan dari penyimpanan zat
Diagnosis
Pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi didapatkan gejala-gejala mudah
lelah, lesu dan sering pusing, kulit yang kering, perubahan warna kuku, rambut yang
kering dan mudah patah, mukosa oral yang atrofi, disfagia, gangguan pengecapan
Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan hapusan darah tepi dapat dijumpai
morfologi eritrosit yang mikrositer dan hipokrom. Tetapi hal ini tidak selalu dijumpai
dengan jelas pada anemia dalam taraf ringan atau sedang yang dalam kehamilan
dibandingkan dengan anemia tidak dalam kehamilan. Evaluasi yang utama pada
wanita hamil dengan anemia harus dilakukan pengukuran terhadap kadar Hb,
Dapat disimpulkan pada wanita hamil dengan anemia defisiensi besi akan
didapatkan kadar Hb yang rendah (<11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir dan
<10,5 g/dl pada trimester kedua), hapusan sel darah merah dengan morfologi
hipokrom dan mikrositik, kadar besi serum yang rendah <60ug/dl, kadar serum feritin
<15ug/L, daya ikat besi serum tinggi (300-500mg), tidak ditemukan hemosiderin
Terapi
preparat besi peroral seperti sulfas ferrosus, fumarate, gluconate sebanyak 200 mg,
16
Apabila pasien tidak bisa dengan pemberian peroral karena adanya gangguan
penyerapan, kehamilan sudah tua maka dapat diberikan secara parenteral dalam
bentuk ferri. Dapat juga diberikan secara intramuskular tetapi pasien akan merasa
nyeri pada tempat suntikkan, juga secara intravena dalam bentuk dekstran besi dengan
hipovolemia akibat perdarahan yang banyak atau adanya prosedur operatif selama
Bagi wanita hamil baik pada trimester awal maupun lanjut dianjurkan untuk
mengkonsumsi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari dan diberi nasihat
untuk mengkonsumsi protein (daging, ikan, telur, susu) dan sayur-sayuran yang
Prognosa
Anemia defisiensi besi dalam kehamilan memiliki prognosa yang baik bagi
ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung tanpa banyak perdarahan ataupun
komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati pada kehamilan muda dapat
17
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang anemia defisiensi besi tidak menunjukkan
Hb yang rendah namun dalam beberapa bulan kemudian dapat nampak sebagai
Anemia akibat kehilangan darah yang akut dapat terjadi pada kehamilan muda
maupun kehamilan lanjut dan postpartum. Pada kehamilan muda anemia akibat
perdarahan akut dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu dan
mola hidatidosa. Anemia pada kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh solution
plasenta dan dari semuanya terbanyak adalah anemia akibat dari perdarahan post
partum.
Terapi
1). Mengganti cairan : dengan pemberian cairan kristaloid tiga kali banyaknya dari
2). Penggantian darah : Transfusi dilakukan bila kadar Hb kurang dari 8g/dL dan bila
hematokrit kurang dari 25%. Bila penderita kehilangan darah masive dan keadaan
18
umum tidak stabil maka diberikan whole blood, bila keadaan baik dan perdarahan
maka sisa anemia dapat diatasi dengan pemberian zat besi minimal 3 bulan.
Angka kejadian hal ini juga rendah, namun pernah ditemukan kasus hemolisis
yang dimulai pada awal kehamilan dan berakhir beberapa bulan setelah melahirkan.
Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kelainan pada eritrosit. Hemolisis ini juga
terjadi pada janin sehingga diperkirakan akibat dari sistem imunologik. Pengobatan
Disebabkan mutasi abnormal dari X-linked gen yang diberi istilah PIG-A yang
menyebabkan keabnormalan protein membran sel sehingga lisis. Dapat dipicu oleh
akibat dari transfusi, infeksi dan pembedahan. Pengobatan yang pasti adalah dengan
a. Sferositosis
oleh karena defisiensi akyrin dan spektrin. Diagnosis pasti dengan adanya sferosit,
retikulosit pada hapusan sel darah tepi serta peningkatan fragilitas osmotik sel darah
dan ikterik walau tidak memperbaiki defek membran eritrosit. Juga diberikan asam
19
folat pada wanita hamil. Kehamilan dengn sferositosis umumnya dapat berlangsung,
ada yang berakhir dengan abortus dan lahir prematur. Neonatus yang mewariskan
Gb.4.Peripheral smear showing classic spherocytes with loss of central pallor in the erythrocyt
20
b. Defisiensi Enzym Eritrosit
walaupun anemia akibat hal ini jarang sekali terjadi. Diturunkan sebagai autosom
resesive. Dapat juga dicetusan oleh obat-obatan dan infeksi. Pengobatan secara
konservatif dengan pemberian asam folat dan zat besi serta menghindari infeksi
dan obat-obatan bersifat oxidan dapat diberikan. Janin dalam kandungan juga
21
BAB III
ANALISA KASUS
22
dicegah dengan pemberian pengobatan nonmedikamentosa berupa makan-
makanan tinggi protein dan pengobatan preparat sulfas ferosus untuk
menambah kehilangan besi pada pasien ini.
23
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom
KD. Infections. In : William Obstetrics. 22nd ed. McGraw – Hill
Companies. New York 2005 : 1282 – 84, 1289 – 91.
2. Amiruddin Ridwan, Wahyuddin. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis
Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros
Tahun 2004. Available from: http://med.unhas.ac.id/en/index.php?
option=comcontent&task=view&id=160&Itemid=116.
3. Conrad, Marce. Anemia.Available from:
http://www.emedicine.com/MED/topic120.htm
4. Poggi, Sarah. Hematologic Disease and Pregnancy. Available from:
http://www.emedicine.com /med/ topic 3254.htm
5. Jolita, Said Makari, Laima Senkien. Anemia during pregnancy. Available
from: http://www.otispregnancy.org/anemia.pdf.
24