Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A216107/Juli / 2018


** Pembimbing : dr. Elvi Roza, M.Kes

ANEMIA PADA KEHAMILAN

Oleh:
Efander Tampubolon, S.Ked
G1A216107

Pembimbing:
dr. Elvi Roza, M.Kes

PROGRAM PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ANEMIA PADA KEHAMILAN

Oleh:
Efander Tampubolon, S.Ked
G1A216107

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Simpang Kawat
2018

Jambi, Juli 2018


Pembimbing

dr. Elvi Roza, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat 2 di Puseksmas Olak Kemang yang berjudul “Anemia pada Kehamilan”.
Penulisan laporan kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan
klinik senior di bagian kesehatan masyarakat 2 di Puskesmas Olak Kemang. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Elvi Roza, M.Kes sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Juli 2018

Penulis

3
BAB I

LAPORAN KASUS

I. STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.D /Perempuan/38 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : IRT / SMA
c. Alamat : RT. 04 Pasir Panjang

2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak :2
c. Status ekonomi keluarga :
Cukup
d. KB :-
e. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal dirumah
panggung, lantai papan, dinding
papan dan atap genteng. Rumah
pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga 3 ruang tidur, 1 dapur,
dan kamar mandi dengan jamban leher angsa di bagian belakang. Sumber
air bersih berasal dari PDAM dan sumber penerangan berasal dari PLN.

3. Kondisi lingkungan keluarga : Pasien merupakan seorang IRT yang memiliki


1 orang suami, 2 orang anak. Suami pasien merupakan pekerja swasta.
Keharmonisan keluarga pasien baik. Tidak ada masalah dalam hubungan satu
sama lain.

4
4. Aspek psikologis keluarga : Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang
lain baik.

II. Anamnesa

Keluhan Utama:

Badan terasa lemas sejak 1 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

 Sejak 1 minggu yang lalu, pasien merasa lemas. Keluhan lemas yang dirasa

lebih berat dari biasanya, pasien juga merasa lesu dan cepat capek jika

mengerjakan sesuatu pekerjaan rumah.

 Keluhan lemas dan lesu ini juga disertai dengan sakit kepala, tetapi sakitnya

tidak begitu berat dan pasien masih bisa beraktifitas.

 Riwayat perdarahan pervaginam disangkal

 Riwayat demam tidak ada, riwayat trauma tidak ada.

 Buang air besar dan buang air kecil normal.

 Kebiasaan makan pada pasien yaitu 3-4 kali sehari tetapi jumlahnya sedikit.

Pasien belum ada minum susu hamil karena sering mual.

Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat sakit maag disangkal
- Riwayat Alergi : Obat (-), makanan (-)
- Riwayat sakit malaria disangkal.
- Riwayat perdarahan disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

5
- Tidak ada dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan, kejiwaan
dan penyakit menular.

Riwayat perkawinan
- Pasien menikah pada tanggal 14 Februari 2009.

Riwayat menstruasi
- Menarche 15 tahun, teratur, tidak sakit, siklus haid 28 hari lamanya 5-7
hari, banyaknya 2 pembalut/hari, nyeri haid tidak ada
- HPHT: 5 April 2018
-

III. Pemeriksaan Fisik

Status generalis
KU/kes : Tampak sakit ringan / CM
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 102 x/m
RR : 21 X/m
T : 36,7 C
TB : 148 cm
BB : 45 kg
IMT : 21,42 (normal)

Pemeriksaan Organ
Kepala : normocephal

Mata Exopthalmus/enophtal : (-)

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis +/+

Sklera : ikterik (-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+

6
Lensa : normal, keruh (-)

Hidung : tak ada kelainan

Telinga : tak ada kelainan

Mulut

Bibir : kering

Bau pernafasan : normal

Gigi geligi : lengkap

Palatum : deviasi (-)

Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)

Selaput Lendir : normal

Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)

Leher

KGB : tak ada pembengkakan

Kel.tiroid : tak ada pembesaran

JVP : dbn

Thorax

Bentuk : simetris

Pergerakan dinding dada: tidak ada yang tertinggal

Pulmo

Pemeriksaan
Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor


Batas paru-hepar :ICS VI
kanan

7
Auskultasi Vesikuler (+) normal Vesikuler (+) normal
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen  lihat status obstetri

Ekstremitas Atas

Edema (-), akral dingin.

Ekstremitas bawah

Edema (-), akral dingin.

IV. STATUS OBSTETRI

Muka : Kloasma gravidarum (-)


Mammae : Membesar, papila hiperpigmentasi

Abdomen :
Inspeksi: tampak membesar simetris, linea mediana hiperpigmentasi, striae (-),
Sikatrik (-)
Palpasi :
Leopold I : Tinggi fundus pertengahan simpisis dan umbilikus, 16 cm, Teraba
Ballotmen

8
Leopold II : Belum dilakukan
Leopold III : Belum Dilakukan
Leopold IV : Belum dilakukan
Auskultasi : bising usus (+) normal

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hb : 8,5 g/dl

Protein Urin : (-)


SADT :
Kesan : Hipokromik Mikrositik

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN


Feritin, SI, TIBC

VII. DIAGNOSIS
G3P2 A0 gravida 15 – 16 minggu belum inpartu, Anemia Kehamilan et.

Causa Susp, Defisiensi Besi + JTH intrauterin

VIII. PROGNOSIS

Ibu : Dubia ad bonam

Janin : dubia ad bonam

IX. MANAJEMEN

a. Preventif :

- Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan

dalam jumlah kecil tetapi sering, makan makanan yang bergizi.

9
- Hindari stress

b. Promotif :

 Melakukan penyuluhan kepada warga masyarakat khususnya ibu hamil

mengenai antenatal care (ANC) serta mengadakan penyuluhan tentang

informasi mengenai anemia pada kehamilan.

c. Kuratif :

Non Medikamentosa

 Bed rest

 Makanan yang bergizi dan kaya zat besi.

Medikamentosa

 SF 1 x 1 tablet

 Paracetamol tab 3x500 mg

 Vitamin C tab 1 x 1 tablet

 B com 1 x 1 tablet

 Kalk 1 x 1 tablet

d. Rehabilitatif

 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang

bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Pada saat kehamilan terjadi perubahan faali maupun metabolisme yang dapat

saling mempengaruhi serta mempengaruhi keadaan ibu maupun janin. Perubahan

tersebut diantaranya adalah penambahan volume darah yang diakibatkan penambahan

volume plasma namun penambahan ini tidak sebanding dengan penambahan sel

darah. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel, kadar hemoglobin, dan

hematokrit. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka dapat menyebabkan suatu

keadaan anemia yang berlangsung selama kehamilan. Keadaan ini memiliki pengaruh

yang tidak baik bagi ibu, janin maupun proses kehamilan, persalinan dan masa nifas.

Maka penting untuk diketahui penyebab serta penanganan anemia dalam kehamilan.

DEFINISI

Kata anemia selama ini sering disalahartikan sebagai suatu diagnosis, anemia

adalah suatu kumpulan dari tanda dan gejala yang memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk mengetahui penyebab utamanya. Secara klinis anemia dapat diukur secara

kuantitatif dari jumlah sel darah merah, konsentrasi hemoglobin (Hb) dan hematokrit

11
(Hct). Nilai-nilai ini harus diinterpretasikan secara hati-hati karena dapat dipengaruhi

oleh perubahan volume plasma.

Dalam kehamilan normal terjadi peningkatan volume darah (40-45%) sebagai

akibat dari hemodilusi, dimana peningkatan volume plasma tidak sebanding dengan

peningkatan sel-sel darah. Akibat dari peningkatan volume plasma, maka nilai-nilai

tersebut diatas akan menurun tanpa berakibat pada massa sel darah merah (MCV).

Batasan dari anemia adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dl pada

perempuan tidak dalam masa kehamilan, sedangkan pada masa kehamilan dan masa

nifas bila konsentrasi hemoglobin kurang dari 10 g/dl. Peningkatan volume darah

pada kehamilan dimulai sejak kehamilan berumur 10 minggu dan terus meningkat

selama trimester pertama, pada trimester kedua peningkatan akan semakin nyata dan

cepat, sedangkan pada trimester ketiga peningkatan akan berjalan perlahan dan akan

berhenti beberapa minggu sebelum kelahiran. Oleh karena itu WHO dan The Centers

for Disease Control and Prevention membatasi anemia sebagai kadar hemoglobin

kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir dan kurang dari 10,5 g/dl pada

trimester kedua. Penurunan kadar Hb, hematokrit (Ht<0,33) dan jumlah eritrosit akan

berlangsung sampai 7 hari postpartum.

Ada beberapa pendapat yang membagi anemia menjadi anemia sedang

(moderate) dimana kadar Hb >7g/dL dan anemia berat (severe) dimana kadar Hb

<7g/dL.

FREKUENSI ANEMIA PADA KEHAMILAN

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia

pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester

ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Prevalensi

12
anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya

banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih

besar dari 50%. Dan anemia pada kehamilan trimester III berkisar 50-79%.

FAKTOR RESIKO TERJADINYA ANEMIA PADA KEHAMILAN

Berdasarkan hasil penelitian dari studi kontrol Fakultas Kesehatan

Masyarakat  Unhas 2004 diperoleh kesimpulan bahwa jarak kelahiran dan umur ibu

kurang dari 20 tahun dan lebih  35 tahun beresiko lebih besar  untuk  menderita

anemia.

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran

berikutnya. Hal ini dapat menjadi penyebab anemia dikarenakan kondisi ibu masih

belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi belum optimal, sudah harus

memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur

reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20

tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia 

< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan  zat – zat gizi selama kehamilannya.

Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan

13
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,

perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang

anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat

mentolerir kehilangan darah.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi, dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur,

gangguan proses persalinan (inertia uteri, partus lama, perdarahan atonia uterus),

gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres

kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,

mikrosomi, pertumbuhan fetus yang terhambat, BBLR, kematian perinatal, dan lain-

lain). Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen  yang ditransfer

ke sel tubuh maupun ke otak. Pada wanita dengan anemia berat dapat memicu

terjadinya preeklamsia.

WHO menyebutkan bahwa anemia juga merupakan salah satu sebab kematian

ibu. Ada penelitian menunjukkan angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang

anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia.

Pada ibu hamil yang menderita anemia secara umum didapatkan gejala kulit

dan mukosa pucat, mukosa, lemah, mudah letih, sesak nafas, emosi yang tidak stabil,

depresi, sakit kepala, dan rasa nyeri pada otot.

ETIOLOGI ANEMIA

Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab.

Pencarian penyebab terjadinya anemia pada kehamilan harus dengan seksama karena

berhubungan dengan efek terhadap kehamilan bagi ibu dan janin.

Anemia dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

14
1. Anemia yang didapat

a. Anemia defisiensi besi

b. Anemia karena kehilangan darah yang akut

c. Anemia megaloblastik

d. Anemia karena penyakit kronis dan keganasan

e. Anemia hemolitik didapat

f. Anemia aplastik atau hipoplastik

2. Anemia yang diturunkan secara genetik

a. Thalassemias

b. Sickel sel hemoglobinopati

c. Hemoglobinopati yang lain

d. Anemia hemolitik herediter

Dua penyebab utama paling sering pada anemia selama kehamilan dan masa

nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut.

A. ANEMIA DEFISIENSI BESI

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada

ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Kekurangan ini dapat

disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sebelum dan selama

kehamilan yang dapat disebabkan karena gangguan resorpsi atau terlalu banyak zat

besi yang digunakan atau dikeluarkan, misalnya pada perdarahan selama kehamilan.

Pada kehamilan dengan satu janin, ibu hamil memerlukan zat besi mencapai

1000 mg dimana 300 mg digunakan untuk janin dan 500 mg untuk penambahan

hemoglobin. Kurang lebih 200 mg lagi dikeluarkan melalui urine, usus dan kulit.

15
Jumlah total dari kebutuhan zat besi yaitu 1000 mg dihabiskan dari penyimpanan zat

besi yang mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi zat besi.

Diagnosis

Pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi didapatkan gejala-gejala mudah

lelah, lesu dan sering pusing, kulit yang kering, perubahan warna kuku, rambut yang

kering dan mudah patah, mukosa oral yang atrofi, disfagia, gangguan pengecapan

(pada taraf yang berat).

Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan hapusan darah tepi dapat dijumpai

morfologi eritrosit yang mikrositer dan hipokrom. Tetapi hal ini tidak selalu dijumpai

dengan jelas pada anemia dalam taraf ringan atau sedang yang dalam kehamilan

dibandingkan dengan anemia tidak dalam kehamilan. Evaluasi yang utama pada

wanita hamil dengan anemia harus dilakukan pengukuran terhadap kadar Hb,

hematokrit, kadar besi serum, feritin.

Dapat disimpulkan pada wanita hamil dengan anemia defisiensi besi akan

didapatkan kadar Hb yang rendah (<11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir dan

<10,5 g/dl pada trimester kedua), hapusan sel darah merah dengan morfologi

hipokrom dan mikrositik, kadar besi serum yang rendah <60ug/dl, kadar serum feritin

<15ug/L, daya ikat besi serum tinggi (300-500mg), tidak ditemukan hemosiderin

(stainable iron) dalam sumsum tulang.

Terapi

Pengobatan pada anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan pemberian

preparat besi peroral seperti sulfas ferrosus, fumarate, gluconate sebanyak 200 mg,

1-3 kali perhari.

16
Apabila pasien tidak bisa dengan pemberian peroral karena adanya gangguan

penyerapan, kehamilan sudah tua maka dapat diberikan secara parenteral dalam

bentuk ferri. Dapat juga diberikan secara intramuskular tetapi pasien akan merasa

nyeri pada tempat suntikkan, juga secara intravena dalam bentuk dekstran besi dengan

dosis total 1000-2000mg sekaligus.

Penatalaksanaan dengan transfusi darah jarang diberikan kecuali adanya

hipovolemia akibat perdarahan yang banyak atau adanya prosedur operatif selama

persalinan pada pasien dengan anemia berat.

Scheme for the interpretation of the Hb and serum ferritin level


Hb concentration less than 110 g/l and:
- Serum ferritin >50 ng/ml anemia is
not due to iron deficiency. - Serum ferritin 12-50
ng/ml, iron supplementation is recommended. -
Serum ferritin less than 12 ng/ml, treat the iron deficiency anemia.
Pencegahan

Bagi wanita hamil baik pada trimester awal maupun lanjut dianjurkan untuk

mengkonsumsi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari dan diberi nasihat

untuk mengkonsumsi protein (daging, ikan, telur, susu) dan sayur-sayuran yang

mengandung banyak mineral dan vitamin.

Prognosa

Anemia defisiensi besi dalam kehamilan memiliki prognosa yang baik bagi

ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung tanpa banyak perdarahan ataupun

komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati pada kehamilan muda dapat

menyebabkan abortus, sedangkan pada kehamilan tua dapat menyebabkan partus

lama, perdarahan postpartum dan infeksi.

17
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang anemia defisiensi besi tidak menunjukkan

Hb yang rendah namun dalam beberapa bulan kemudian dapat nampak sebagai

anemia infantum yang disebabkan oleh kurangnya cadangan besi.

Gb.1. Eritrosit dengan defisiensi Fe, gambaran mikrositik hipokrom

B. ANEMIA AKIBAT KEHILANGAN DARAH AKUT

Anemia akibat kehilangan darah yang akut dapat terjadi pada kehamilan muda

maupun kehamilan lanjut dan postpartum. Pada kehamilan muda anemia akibat

perdarahan akut dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu dan

mola hidatidosa. Anemia pada kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh solution

plasenta dan dari semuanya terbanyak adalah anemia akibat dari perdarahan post

partum.

Terapi

Pada perdarahan masif yang dilakukan pertama kali adalah

1). Mengganti cairan : dengan pemberian cairan kristaloid tiga kali banyaknya dari

perkiraan hilangnya darah.

2). Penggantian darah : Transfusi dilakukan bila kadar Hb kurang dari 8g/dL dan bila

hematokrit kurang dari 25%. Bila penderita kehilangan darah masive dan keadaan

18
umum tidak stabil maka diberikan whole blood, bila keadaan baik dan perdarahan

tidak masih dapat diberikan pack red blood cell.

Bila hipovolemia telah diatasi dan keseimbangan hemostatis sudah dicapai

maka sisa anemia dapat diatasi dengan pemberian zat besi minimal 3 bulan.

Anemia Hemolitik Akibat Kehamilan

Angka kejadian hal ini juga rendah, namun pernah ditemukan kasus hemolisis

yang dimulai pada awal kehamilan dan berakhir beberapa bulan setelah melahirkan.

Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kelainan pada eritrosit. Hemolisis ini juga

terjadi pada janin sehingga diperkirakan akibat dari sistem imunologik. Pengobatan

yang diberikan adalan kortikosteroid yang biasanya cukup efektif.

Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria

Ditandai dengan adanya kelainan susunan granulosit, platelet dan eritrosit.

Disebabkan mutasi abnormal dari X-linked gen yang diberi istilah PIG-A yang

menyebabkan keabnormalan protein membran sel sehingga lisis. Dapat dipicu oleh

akibat dari transfusi, infeksi dan pembedahan. Pengobatan yang pasti adalah dengan

transplantasi sumsum tulang.

Anemia Hemolitik Herediter Akibat dari Defek Sel Eritosit

a. Sferositosis

Diturunkan secara autosom dominan dan resesif. Kemungkinan disebabkan

oleh karena defisiensi akyrin dan spektrin. Diagnosis pasti dengan adanya sferosit,

retikulosit pada hapusan sel darah tepi serta peningkatan fragilitas osmotik sel darah

merah. Penatalaksanaan dengan splenektomi dapat menurunkan hemolisis, anemia

dan ikterik walau tidak memperbaiki defek membran eritrosit. Juga diberikan asam

19
folat pada wanita hamil. Kehamilan dengn sferositosis umumnya dapat berlangsung,

ada yang berakhir dengan abortus dan lahir prematur. Neonatus yang mewariskan

sferositosis herediter dapat menjadi anemia dan hiperbilirubinemia, kadar Hb dapat

turun hingga 5 g/dL dalam waktu 5 minggu setelah lahir.

Gb.4.Peripheral smear showing classic spherocytes with loss of central pallor in the erythrocyt

20
b. Defisiensi Enzym Eritrosit

Kebanyakan disebabkan oleh karena defisiensi enzime piruvat kinase

walaupun anemia akibat hal ini jarang sekali terjadi. Diturunkan sebagai autosom

resesive. Dapat juga dicetusan oleh obat-obatan dan infeksi. Pengobatan secara

konservatif dengan pemberian asam folat dan zat besi serta menghindari infeksi

dan obat-obatan bersifat oxidan dapat diberikan. Janin dalam kandungan juga

dapat mengalami defisensi enzym yang sama.

Tabel 1. Classification of the Hemolytic Disorders


Hereditary Acquired
Intracorpuscular Hereditary spherocytosis Vitamin B-12 and folic acid
defect Hereditary elliptocytosis deficiency
Hemoglobinopathies Paroxysmal nocturnal
Thalassemias Hemoglobinuria
Congenital dyserythropoietic Severe iron deficiency
anemias
Hereditary RBC enzymatic
deficiencies
Rarer hereditary abnormalities
Extracorpuscular Physical agents: Burns, cold exposure
defect Traumatic: Prosthetic heart valves,
march hemoglobinemia, DIC
Chemicals: Drugs and venoms
Infectious agents: Malaria,
toxoplasmosis, mononucleosis,
hepatitis, primary atypical pneumonia,
clostridial infections, bartonellosis,
Malignancies: Particularly
hematologic neoplasia

21
BAB III

ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


 Tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang
diderita.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga:


 Penyakit ini mempunyai hubungan dengan status ekonomi keluarga secara
tidak langsung, dimana dengan status ekonomi yang cukup seharusnya
pasien dapat mengkonsumsi makanan yang lebih sehat dan bergizi. Selain
itu secara tidak langsung memiliki hubungan dengan latar pendidikan
keluarga, dimana keluarga dengan latar pendidikan cukup memiliki
pengetahuan tentang bagaimana pola hidup yang sehat.
 Status ekonomi dan latar pendidikan keluarga pasien cukup.
 Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita
pasien

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar:
 Perilaku kesehatan pasien seperti dengan seringnya mengkonsumsi makanan
yang sehat, bergizi, dan tinggi protein secara tidak langsung berpengaruh
terhadap penyakit pasien saat ini. Namun os sering mengalami mual dan
menjadi sulit makan.
 Terdapat hubungan antara perilaku pasien dengan penyakit yang diderita.

Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


 Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini yaitu adanya kekurangan
asupan zat besi pada saat pasien karena pasien dalam beberapa minggu ini
tidak napsu makan karena mual secara terus menerus. Keluhan ini dapat

22
dicegah dengan pemberian pengobatan nonmedikamentosa berupa makan-
makanan tinggi protein dan pengobatan preparat sulfas ferosus untuk
menambah kehilangan besi pada pasien ini.

Analisis untuk mengurangi paparan


 Pada pasien ini kita edukasi mengenai penyakit yang diderita dan terapi
yang diberikan. Dengan pengobatan non medikamentosa berupa edukasi
pentingnya makanan yang bergizi tinggi protein dan bersamaan dengan
pemberian medikamentosa berupa pengobatan Preparat sulfas ferosus dan
preparat vitamin C untuk membantu absorbsi preparat sulfas ferosus yang
diberikan.

23
Daftar Pustaka

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom
KD. Infections. In : William Obstetrics. 22nd ed. McGraw – Hill
Companies. New York 2005 : 1282 – 84, 1289 – 91.
2. Amiruddin Ridwan, Wahyuddin. Studi  Kasus Kontrol Faktor Biomedis
Terhadap  Kejadian Anemia  Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros
Tahun 2004. Available from: http://med.unhas.ac.id/en/index.php?
option=comcontent&task=view&id=160&Itemid=116.
3. Conrad, Marce. Anemia.Available from:
http://www.emedicine.com/MED/topic120.htm
4. Poggi, Sarah. Hematologic Disease and Pregnancy. Available from:
http://www.emedicine.com /med/ topic 3254.htm
5. Jolita, Said Makari, Laima Senkien. Anemia during pregnancy. Available
from: http://www.otispregnancy.org/anemia.pdf.

24

Anda mungkin juga menyukai