Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI

GMA402217 Model Pembelajaran Matematika

Oleh :
Miftahul Jannah (06081382025067)
Nabila Putri (06081182025005)
Nur Atun Suryani (06081382025069)
Tasya Faricha Amelia (06081282025033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan Ridho-Nya. Makalah “Model
Pembelajaran Inquiry” dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan pengetahuan bagi
mahasiwa/i FKIP Matematika maupun para pembaca.

Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Model
Pembelajaran Matematika. Dalam penulisan makalah kami berusaha menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu
sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pembaca untuk penyempurnaan makalah
menjadi lebih baik. Kepada anggota yang telah membuat makalah ini diucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga makalah ini memberikan manfaat untuk kita semua Aamiin.

Palembang, 29 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan...............................................................................................................................1

1.4 Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Filosofi Model Pembelajaran Matematika............................................................................3

2.2 Konsep Model Pembelajaran Matematika............................................................................4

2.3 Prinsip Model Pembelajaran Matematika.............................................................................5

2.4 Sintaks Model Pembelajaran Matematika............................................................................7

2.5 Skenario Model Pembelajaran Matematika ...........................................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14

3.2 Saran................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pembelajaran inquiry merupakan satu komponen penting dalam pendekatan


konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaruan pendidikan.
Dalam pembelajaran dengan penemuan inquiry, siswa didorong untuk belajar sebagian besar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Piaget memberikan definisi
pendekatan Inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan
eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas
pertanyaan yang mereka ajukan. Metode Inquiry yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa filosofi dari model pembelajaran inquiry?
2. Apa konsep dari model pembelajaran inquiry?
3. Apa saja prinsip dari model pembelajaran inquiry?
4. Bagaimana sintaks model pembelajaran inquiry?
5. Bagaimana skenario model pembelajaran inquiry?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui filosofi dari model pembelajaran inquiry.
2. Untuk mengetahui konsep dari model pembelajaran inquiry.
3. Untuk mengetahui prinsip dari model pembelajaran inquiry.
4. Untuk mengetahui sintaks model pembelajaran inquiry.

1
5. Untuk mengetahui skenario model pembelajaran inquiry.

1.4 Manfaat
1. Agar kita mengetahui apa filosofi dari model pembelajaran inquiry.
2. Agar kita mengetahui apa konsep dari model pembelajaran inquiry.
3. Agar kita mengetahui apa saja prinsip dari model pembelajaran inquiry.
4. Agar kita mengetahui bagaimana sintaks model pembelajaran inquiry.
5. Agar kita mengetahui bagaimana skenario model pembelajaran inquiry.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Model Pembelajaran Inquiry

Inkuiri atau inquiry berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan (Sutarti &
Wibawa, 2018). Inkuiri adalah proses yang dilakukan manusia untuk mencari tahu atau
memahami suatu informasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Inkuiri
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Model pembelajaran inkuiri
dikembangkan oleh tokoh yang bernama Suchman. Beliau mengatakan bahwa setiap siswa
memiliki rasa keingintahuan yang besar akan segala sesuatu. Hal ini dikuatkan dengan teori-teori
mendasar, yaitu :
• Alaminya, manusia memiliki kecenderungan untuk mencari tahu segala sesuatu yang
menarik perhatiannya.
• Manusia akan menyadari keingintahuannya itu dan akan belajar menganalisis strategi
atau ilmu berpikirnya tersebut.
• Strategi atau ilmu baru tersebut dapat diajarkan secara langsung dan digabungkan
dengan strategi atau ilmu lama yang telah dimiliki siswa.
• Penelitian yang kooperatif dapat memperkaya kemampuan berpikir siswa dalam belajar
suatu ilmu dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.

Model pembelajaran inkuiri ini dibangun dengan anggapan bahwa manusia sejak lahir
memiliki keinginan untuk menemukan sendiri akan pengetahuannya. Rasa ingin tersebut sudah
menjadi kodrat manusia sejak manusia itu lahir ke dunia dengan menggunakan kelima indra
yang ada. Keingintahuan ini terus berkembang seiringnya usia dengan menggunakan pikiran dan
otaknya. Pengetahuan menjadi lebih bermakna jika didasari dari keingintahuan manusia tersebut.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah :
• Membuat siswa dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan cara memberikan pertanyaan dan mendapat jawaban dari dasar keingintahuan
mereka.
• Mengembangkan nilai dan sikap agar siswa dapat berpikir secara ilmiah seperti :
• Keterampilan mengekspresikan dan melakukan pengamatan, pengumpulan data,
merumuskan dan menguji hipotesis.
• Kemampuan berpikir logis
• Kemandirian belajar
• Kesadaran bahwa ilmu itu bersifat tentatif dan dinamis

3
2.2 Konsep Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Mardiah & Rinaldi (2018) mengatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan
inkuiri ini dapat meningkatkan keterampilan proses matematika pada siswa. Hal ini dikarenakan
model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif
dalam menemukan sendiri mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
pengalaman langsung yang dilakukan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis (Shoimin
dikutip dalam Lintuman & Wijaya, 2020). Dengan kata lain, siswa diberi kesempatan untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Model ini menggunakan pendekatan student center atau
pendekatan dengan siswa sebagai subjeknya. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Sanjaya
(dikutip dalam Sutarti & Wibawa, 2018) bahwa ciri-ciri dari pembelajaran inkuiri adalah :
• Siswa lebih ditekankan untuk mencari dan menemukan sehingga siswa lebih mandiri dan
bertanggung jawab, artinya pembelajaran inkuiri ini menggunakan pendekatan siswa
sebagai sumber belajar.
• Siswa diarahkan untuk mencari tahu dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
ditanyakan. Hal ini dapat menumbuhkan sikap percaya diri dari seorang siswa.
• Dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa sebagai bagian dari proses
perkembangan mental.
Menurut Trianto & Sujatmiko (2020), model inkuiri dibagi menjadi empat metode, yaitu :

• Inkuiri terkonfirmasi/eksplorasi
Inkuiri terkonfirmasi/eksplorasi merupakan metode yang mana siswa telah mengetahui
dan memahami materi pembelajaran yang ditanyakan. Metode ini sangat efektif jika guru
ingin mereview suatu materi atau mengajarkan kepada siswa bagaimana melakukan suatu
eksperimen atau penelitian.

• Inkuiri terstuktur
Inkuiri terstuktur merupakan metode dimana siswa diberikan kesempatan untuk
menganalisis data dari pertanyaan yang diberikan dan menghasilkan kesimpulan sendiri
berdasarkan fakta dan bukti data yang mereka miliki dengan menggunakan metode
pengerjaan yang telah ditentukan oleh guru.

• Inkuiri terbimbing
Inkuiri terbimbing merupakan metode dimana guru memberikan suatu masalah atau
pertanyaan dan siswa diberi kebebasan dalam menentukan metode pengerjaan dan solusi
pemecahan masalah tersebut. Tujuan metode ini adalah untuk mengembangkan pola pikir
siswa yang logis, kritis dan sistematis, membentuk mental dan meningkatkan kemampuan
intelektual.

• Inkuiri terbuka/bebas

4
Di metode ini siswa berperan penuh dalam pembelajaran dimana mereka diharuskan
untuk merumuskan masalah, mengembangkan metode penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang didapat.

Untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri secara maksimal, diperlukan aspek-aspek


sebagai berikut.

• Suasana dikelas terbuka untuk mengundang siswa berdiskusi dengan nyaman, artinya
tidak ada tekanan atau hambatan untuk siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
• Inkuiri befokus pada hipotesis, artinya ilmu pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada
kebenaran yang bersifat mutlak tetapi kebenaran yang bersifat sementara. Oleh karena itu
tak masalah jika terdapat berbagai kesimpulan dari siswa yang masing-masing memiliki
argumen yang benar.
• Penggunaan fakta sebagai bukti, siswa mengggunakan fakta dalam pengujian
hipotesisnya.
Selama proses pengajaran, siswa aktif dan tidak hanya menerima informasi dari
guru saja. Guru hanya menjelaskan materi secara verbal sehingga dalam penyelidikan
proses pemecahan masalah diharapkan siswa dapat mencarinya sendiri mengenai materi
pelajaran.

2.3 Prinsip Model Pembelajaran Inquiry

Dalam penggunaan model pembelajaran inquiry terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh setiap guru yaitu: prinsip pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip
bertanya, prinsip belajar berfikir, prinsip keterbukaan.

• Prinsip berorientasi pada pengemabangan intelektual

Tujuan utama model pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir.


Dengan demikian model pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa
melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak
pasti, sehingga setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.

• Prinsip interaksi

5
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan
pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

Melalui pembelajaran berbasis inkuiri, siswa didorong untuk selalu berinteraksi dengan
semua siswa lainnya melalui diskusi-diskusi. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran.
Guru harus mampu membuat siswa termotivasi untuk berkolaborasi dengan teman-teman di
dalam kelompoknya, juga dengan teman-teman lain di kelasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dikehendaki.

• Prinsip bertanya

Peran guru dalam pembelajaran inquiry adalah guru sebagai penanya, sebab kemampuan
siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inquiry sangat diperlukan.

Pertanyaan-pertanyaan diarahkan sehingga siswa terpacu untuk berpikir dan


mengembangkan kemampuan kognitifnya. Sedemikian penting pertanyaan yang dilontarkan
oleh guru, jauh lebih penting lagi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa menunjukkan seberapa dalam mereka
berpikir. Makin baik kualitas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan siswa, maka makin
bagus pembelajaran berbasis inkuiri yang dilaksanakan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan ini
kemudian harus dicari sendiri oleh siswa pemecahan dan jawabannya. Karena, pembelajaran
berbasis inkuri adalah pembelajaran yang membantu siswa mengembangkan sendiri
pengetahuannya berdasarkan rasa ingin tahunya.

• Prinsip belajar untuk berpikir

Prinsip penting pembelajaran berbasis inkuiri adalah belajar berpikir. Ketika siswa diberi
rangsangan atau stimulasi di awal pembelajaran, maka akan muncul rasa ingin tahu pada diri
mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka berpikir. Ketika mereka melontarkan pertanyaan-
pertanyaan, itu menunjukkan bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu, dan juga berpikir.

6
Selanjutnya guru tinggal mengarahkan mereka untuk memuaskan rasa ingin tahu dan
melanjutkan proses berpikir tersebut sehingga mereka secara mandiri dan atas dasar
keinginan sendiri menemukan pengetahuan dan fakta-fakta yang relevan.

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan, baik otak neptil, otak limbik, maupun otak neorkorteks. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

• Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebiasaan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalh pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenaranya. Tugas guru adalah
menyiapkan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2.4 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry

Hosnan (2014: 342-344) menemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode


inquiry yaitu:

1. Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah.

2. Merumuskan Masalah
Pada langkah ini membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.

7
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis.

4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inquiry, mengumpulkan data merupakan
proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh karena itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis
Pada tahap ini yaitu menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan yaitu tujuan akhir dalam
proses pembelajaran.

2.6 Skenario Model Pembelajaran Inquiry

A. Mata Pelajaran
Matematika

B. Sasaran
Siswa kelas XII SMA semester genap

8
C. Durasi
2 × 45 menit

D. Materi
Peluang Kejadian saling lepas

E. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

F. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2. Mendeskripsikan dan menentukan 3.2.1. Menjelaskan peluang kejadian
peluang kejadian majemuk (peluang saling lepas dari suatu percobaan
kejadian-kejadian saling bebas , saling acak.

9
lepas, dan kejadian bersyarat) dari 3.2.2. Menentukan peluang kejadian
suatu percobaan acak saling lepas dari suatu percobaan
acak .

G. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan peluang kejadian saling lepas dari suatu percobaan
acak secara individu dengan benar.
2. Peserta didik mampu menentukan peluang kejadian saling lepas dari suatu percobaan
acak secara individu dengan benar.

H. Pengantar
Metode Inquiry yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuan dengan penuh percaya diri.

I. Media dan sumber


Alat tulis, Buku Matematika kelas XII Kemendikbud, revisi 2017, dan sumber bahan ajar
yang lainnya.

J. Skenario
Skenario ini disesuaikan dengan sintaks yang ada di model pembelajaran inquiry dengan
materi peluang saling lepas dan tidak saling lepas :

Kegiatan Deskripsi kegiatan


Pembuka
Orientasi  Guru membuka pertemuan dengan
memberikan salam dan meminta ketua
Langkah orientasi merupakan langkah
kelas untuk memimpin doa menurut
untuk membina suasana atau iklim agama dan kepercayaannya masing-
masing sebelum pembelajaran dimulai.
pembelajaran yang responsif. Guru
 Guru mengisi lembar kehadiran dan

10
mengkondisikan siswa agar siap memeriksa kerapihan pakaian, posisi, dan
tempat duduk peserta didik yang
melaksanakan proses pembelajaran. Guru
disesuaikan dengan kegiatan
merangsang dan mengajak siswa untuk pembelajaran.
 Guru mulai merangsang dan mengajak
berpikir memecahkan masalah.
siswa untuk masuk ke dalam masalah
seperti :
“pernah tidak bermain monopoli?
bagaimana cara bermain monopoli? Ada
berapa dadu yang dipakai? Menurut
kalian, bisa tidak kita mendapatkan angka
6 di kedua mata dadu tersebut secara
sengaja? Atau semua angka hanya
kebetulan keluar? Bisa tidak kita
menghitung setiap kemungkinan mata
dadu tersebut keluar?
Inti
Merumuskan Masalah  Guru memberikan suatu permasalahan :
“Jika rani dan manda itu sedang bermain
Pada langkah ini membawa siswa pada
monopoli. Dan sekarang giliran manda
suatu persoalan yang mengandung teka- yang melempar dadu. Berapakah
kemungkinan bahwa jumlah dari kedua
teki. Persoalan yang disajikan adalah
mata dadu itu bilangan prima? Berapakah
persoalan yang menantang siswa untuk kemungkinan bahwa jumlah dari kedua
mata dadu itu lebih dari 7? Berapakah
berpikir memecahkan masalah dan mencari
kemungkinan bahwa jumlah dari kedua
jawaban yang tepat. mata dadu itu kurang dari 5? Berapakah
kemungkinan kedua mata dadu itu
berjumlah prima namun lebih dari 7? Dan
berapakah kemungkinan kedua mata dadu
itu lebih dari 7 atau kurang dari 5?”
Merumuskan Hipotesis  Dari pertanyaan yang diberikan, siswa
mulai berpikir secara logika dan
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
merumuskan hipotesis dari cara
suatu permasalahan yang dikaji dan perlu berpikirnya itu. Mungkin siswa akan
membuat dan menggunakan tabel dadu
diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai
untuk menentukan kemungkinan-
hipotesis bukan sembarang perkiraan, kemungkinan yang telah ditanyakan. Dan
kemungkinan juga siswa akan menjawab
tetapi harus memiliki landasan berpikir
banyaknya anggota suatu kejadian yang
yang kokoh sehingga hipotesis yang ditanyakan bukan peluang suatu kejadian
yang ditanyakan.
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
 Siswa akan menjawab bahwa :
“Kemungkinan jumlah kedua mata dadu
bilangan prima ada 15. Kemungkinan
bahwa jumlah dari kedua mata dadu itu

11
lebih dari 7 ada 15. kemungkinan bahwa
jumlah dari kedua mata dadu itu kurang
dari 5 ada 6. kemungkinan kedua mata
dadu itu berjumlah prima namun lebih dari
7 ada 2. Dan kemungkinan kedua mata
dadu itu lebih dari 7 atau kurang dari 5
ada 21”
Mengumpulkan data  Disini guru menanyakan apa yang mereka
dapat dan siswa mengeluarkan
Mengumpulkan data merupakan aktivitas
pendapatnya terkait jawaban dari
menjaring informasi yang dibutuhkan permasalahan dan alasan dan cara hasil itu
didapat.
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
 Guru mulai menjaring informasi dengan
Dalam metode inquiry, mengumpulkan mengingatkan siswa bahwa dalam
data merupakan proses mental yang sangat menentukan suatu kemungkinan atau
peluang adalah banyaknya anggota suatu
penting dalam pengembangan intelektual. kejadian yang ditanyakan dibagi banyak
Oleh karena itu, tugas dan peran guru anggota ruang sampel, seperti :
“kemungkinan itu kan kata lain dari
dalam tahapan ini adalah mengajukan peluang ya? Apa cukup menentukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat peluang hanya dengan menentukan
banyak anggota saja? coba kalian ingat
mendorong siswa untuk berpikir mencari kembali materi kemarin, dibaca buku
informasi yang dibutuhkan. cetak dan catatannya mengenai cara
mencari nilai peluang, apa yang kalian
butuhkan?
Dengan begitu siswa mengerti akan
kesalahan dan kekeliruannya.
Menguji Hipotesis  Pada tahap ini siswa mulai menentukan
jawaban yang menurut mereka benar
Pada tahap ini yaitu menentukan jawaban
sesuai dengan informasi yang didapat.
yang dianggap diterima dengan data atau  Mereka mulai menghitung dengan
informasi yang diperoleh berdasarkan menggunakan data atau rumus yang
ditemukan yang sesuai dengan yang
pengumpulan data. Menguji hipotesis diarahkan guru.
berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.

12
 Siswa mempresentasikan hasil yang
Merumuskan Kesimpulan didapatkan bahwa :
Merumuskan kesimpulan merupakan “Kemungkinan jumlah kedua mata dadu
bilangan prima ada 15/36. Kemungkinan
proses mendeskripsikan temuan yang bahwa jumlah dari kedua mata dadu itu
diperoleh berdasarkan hasil pengujian lebih dari 7 ada 15/36. kemungkinan
bahwa jumlah dari kedua mata dadu itu
hipotesis. Merumuskan kesimpulan yaitu kurang dari 5 ada 6/36 atau 1/6.
tujuan akhir dalam proses pembelajaran. kemungkinan kedua mata dadu itu
berjumlah prima namun lebih dari 7 ada
2/36. Dan kemungkinan kedua mata dadu
itu lebih dari 7 atau kurang dari 5 ada
21/36”.
 Guru memberikan tanggapan, mengoreksi,
dan memberikan feedback terkait jawaban
siswa bahwa
“Yang kalian lakukan dengan mencari
kemungkinan kedua mata dadu itu
berjumlah prima namun lebih dari 7
adalah cara menentukan kejadian tidak
saling lepas dan dengan mencari
kemungkinan kedua mata dadu itu lebih
dari 7 atau kurang dari 5 adalah cara
menentukan kejadian saling lepas.
 Guru memberikan sedikit penjelasan dan
contoh terkait peluang kejadian saling
lepas dan tidak saling lepas.
Penutup
Penutup  Peserta didik membuat refleksi
kesimpulan terkait hasil belajar selama
pertemuan hari ini.
1. Apa yang dipelajari hari ini?
2. Apa yang belum dipahami dan masih
bingung terkait pembelajaran hari ini?
3. Ada yang ingin ditanyakan terkait
pembelajaran hari ini?
 Guru memberikan soal evaluasi atau
pekerjaan rumah terkait peluang saling
lepas dan saling tidak lepas
 Kegatan belajar ditutup dengan doa yang
dipimpin oleh ketua kelas.
 Guru mengucapkan salam penutup untuk
menutup pertemuan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa inkuiri
atau inquiry adalah proses yang dilakukan manusia untuk mencari tahu atau memahami suatu
informasi. Inquiry sendiri dikembangkan oleh suchman. Model pembelajaran inkuiri merupakan
model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam menemukan sendiri mengenai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui pengalaman langsung yang dilakukan
secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Terdapat 4 macam metode inquiry, yaitu inkuiri
terkonfirmasi/eksplorasi, inkuiri terstuktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri terbuka/bebas.
Terdapat juga 4 prinsip dalam penggunaan model pembelajaran inquiry ini, yaitu prinsip
pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar berfikir, prinsip
keterbukaan. Sintaks atau tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menerapkan model
pembelajaran ini adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran, guru tetap berperan
untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator,
pengarah.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih
fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebh
banyak tentunya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hadisi, L. (2014). Inkuiri: Sebuah strategi menuju pembelajaran bermakna. Al-TA'DIB: Jurnal


Kajian Ilmu Kependidikan, 7(2), 85-98.

Lintuman, A., & Wijaya, A. (2020). Keefektifan model pembelajaran berbasis inkuiri ditinjau
dari prestasi belajar dan kepercayaan diri dalam belajar matematika siswa SMP. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 7(1), 13-23.

Mardiah, S., & Rinaldi, A. (2018). Pengembangan modul pembelajaran matematika berbasis
etnomatematika menggunakan metode inkuiri. Desimal: Jurnal Matematika, 1(2), 119-
126.

Mulyana, A. (2019, September 19). MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI. Dipetik Januari 28,
2022, dari ainamulyana.blogspot.com: https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/model-
pembelajaran-inkuiri.html?m=1

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Dipetik Januari 28, 2022, dari


novehasanah.blogspot.com: http://novehasanah.blogspot.com/2016/01/prinsip-
pembelajaran-berbasis-inkuiri.html

Salamah, F. (2014). PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK


PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK
BAHASAN LOGARITMA (PTK Pada Siswa Kelas X AK Semester Ganjil SMK
Prawira Marta Kartasura Tahun 2013/2014). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 9-
10.

Sutarti, N. S. E., & Wibawa, I. C. (2018). Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
media konkret untuk meningkatkan hasil belajar muatan pelajaran matematika. Journal of
Education Action Research, 2(4), 295-305.

Trianto, I. N., & Sujatmiko, B. (2020). STUDI LITERATUR ANALISIS PENERAPAN


MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM KURIKULUM 2013 (K-13) PADA
SISWA MENENGAH ATAS. IT-Edu: Jurnal Information Technology and
Education, 5(2), 782-793.

15

Anda mungkin juga menyukai