Anda di halaman 1dari 15

Studi Literatur Sabun Padat Transparan Menggunakan Kelopak Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Antiseptik Alami

Research Study of Transparent Solid Soap Using The Rosella Flower Cloth (Hibiscus
sabdariffa L.) As a Natural Antiseptic

Faridha Yenny Nonci1, Dwi Wahyuni Leboe2 , Nur Aisyah3


Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Jalan H.M Yasin Limpo No. 36 Samata, Gowa-Sul-Sel, Indonesia. Telp/Fax: 0411-841879/0411-
8211400
Email : 70100116004@uin-alauddin.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan bahan kimia sebagai bahan antibakteri dinilai dapat menyebabkan
iritasi dan berbahaya dalam kesehatan. Maka banyak peneliti menggunakan bahan
alami sebagai alternatif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan senyawa dan mekanisme kerja bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) sebagai antiseptik alami dalam sabun padat transparan. Dilakukan
identifikasi terkait mekanisme atau aktivitas bunga rosella sebagai antiseptik alami
dengan melakukan pengkajian berdasarkan sumber jurnal/artikel yang kemudian
dilakukan skrining hingga memperoleh poin atau cakupan yang dibutuhkan.
Jurnal/artikel yang dikumpulkan sebanyak 33 jurnal/artikel dari beberapa situs.
Penulusuran jurnal/artikel dilakukan di beberapa situs seperti Google Cendekia,
Elsevier, MDPI, dan ReseachGate. Jurnal/artikel yang telah diskrining dan digunakan
dalam menganalisis pada bagian pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan dari
jurnal/artikel tersebut. Ditunjukkan dalam bunga rosella terdapat senyawa yang
termasuk dalam metabolit sekunder (senyawa fenolik) yang terdiri dari alkaloid,
flavonoid (antosianin dan katekin), saponin dan tanin yang memiliki efek antibakteri.
Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki kemampuan sebagai antiseptik karena
mampu bekerja dalam menghambat atau membunuh bakteri yang terdapat pada kulit
seperti Staphylococcus aureus, Salmonella typhii, Escherichia coli, Streptococcus
mutans, Pseudomonas sp., dan sebagainya.

Kata Kunci : Bunga rosella, Senyawa fenolik, Antiseptik.

1
ABSTRACT
The use of chemicals as antibacterial agents is considered to be irritating and
dangerous to health. So many researchers use natural ingredients as an alternative as
antibacterial. The purpose of this study was to determine the compound content and
mechanism action of roselle flowers (Hibiscus sabdariffa L.) as a natural antiseptic in
transparent solid soap. Identification of the mechanism or activity of roselle flowers as
a natural antiseptic was identified by conducting an assessment based on journal/article
sources, which were then screened to obtain the points or coverage needed.
Journals/articles collected as many as 33 journals/articles from several sites.
Journal/article research is conducted on several sites such as Google Scholar, Elsevier,
MDPI, and ReseachGate. Journals/articles that have been screened and used in the
analysis in the introduction, methods, results, and conclusions of the journal/article. It is
shown that in roselle flowers, there are compounds included in secondary metabolites
(phenolic compounds) consisting of alkaloids, flavonoids (anthocyanins and catechins),
saponins and tannins which have antibacterial effects. Roselle flower (Hibiscus
sabdariffa L.) has the ability as an antiseptic because it can work to inhibit or kill
bacteria found on the skin like Staphylococcus aureus, Salmonella typhii, Escherichia
coli, Streptococcus mutans, Pseudomonas sp., etc.

Key Words : Roselle flower, Phenolic compounds, Antiseptic.

2
3

PENDAHULUAN dibanding sabun jenis lain (Widyasanti,


Kulit melindungi bagian dalam 2016; 126).
tubuh dari gangguan-gangguan di Sabun yang dapat membasi
lingkungan luar. Kulit mengeluarkan mikroorganisme disebut sabun
sisa metabolisme (ekskresi) berupa antiseptik. Sabun ini memiliki bahan
keringat (Sukawaty, 2016; 15). khusus yang bekerja sebagai antibakteri.
Fungsi barrier kulit terdapat di Sabun antiseptik juga memiliki kriteria
epidermis, di stratum korneum. Hal khusus, harus mampu menyingkirkan
tersebut karena intrase lipid menjadi kotoran dan bakteri serta aman bagi
salah satu penyusunnya. Kulit juga kesehatan atau tidak menyebabkan iritasi
berfungsi sebagai tempat keluarnya sisa pada kulit (Dimpudus, 2017; 209).
metabolisme. Zat berlemak, air, ion-ion, Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
dan keringat adalah contoh dari sisa berpotensi sebagai antiseptik, diuretik,
metabolisme (Wahyuni, 2018; 1). meningkatkan sistem imun tubuh,
Salah satu produk kesehatan yang antihipertensi,iiiiiiantikolesterol,iiiantiba
bisa digunakan untuk kulit adalah sabun. kteri dan antioksidan (Syahrana, 2017;
Sabun adalah pencampuran garam 1).
natrium dengan asam lemak dan Zat aktif dari bunga rosella yaitu
memiliki fungsi menghilangkan debu, antosianin dan flavonoid. Warna merah
bakteri, jamur, dan lain-lain (Dimpudus, pada bunga rosella dihasilkan oleh
2017; 209). antosianin dan hibiscin. Bunga Rosella
Sabun padat yang beredar mengandung katekin yang dapat
terdapat tiga jenis yaitu sabun opaque, merusak protein sel bakteri sehingga
translucent, dan transparan. Pada sabun menyebabkan kematian sel, ada pula
transparan memiliki visual yang unik vitamin (C, B1, B2 dan karotenoid) serta
dan harganya relatif tinggi, karena asam organik dan turunannya serta
memiliki tampilan yang ekslusif pada saponin dan alkaloid. Kelopak bunga
umumnya (Zebua, 2019; 2). rosella mempunyai beberapa khasiat,
Sabun padat transparan memiliki salah satunya sebagai antibakteri.
visual yang menarik. Sabun transparan Kemampuan antibakterinya dapat
cenderung memiliki busa yang halus membunuhiiiiiPseudomonasiiiiaeuro-
4

ginosa, Klebsiella pneumoniae, berdasarkan kriteria inklusi yaitu

Staphylococcus aureus dan Escherichia jurnal/artikel tersebut memiliki

coli (Arifianti, 2015: 7). International Standard Serial Number

Untuk itu berdasarkan uraian (ISSN) atau Digital Object Identifier

sebelumnya maka dilakukan kajian dalam (DOI), dan memiliki terbitat dalam

jurnal atau sumber informasi untuk bentuk daring (online). Hasil atau jumlah

mengetahui kandungan senyawa dan jurnal/artikel yang telah diskrining

mekanisme kerja bunga rosella (Hibiscus diperoleh sebanyak 33 jurnal/artikel.

sabdariffa L.) sebagai antiseptik alami 3. Analisis Data


dalam sabun padat transparan Dalam analisis data dalam

berdasarkan kajian literatur. penelitian ini yang telah melalui tahap

METODE PENELITIAN skrining kemudian dianalisis dengan

1. Jenis Penelitian memahami setiap bagian dari jurnal

Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendahuluan, metode, hasil, dan

dalam penelitian ini adalah penelitian kesimpulan. Hasil yang diperoleh

kualitatif dengan metode studi literatur dimasukkan dalam tabel analisis dari

secara deskriptif, yang dilakukan setiap jurnal. Setelah itu memahami

dengan mencari jurnal/artikel untuk setiap kandungan dan mekanisme kerja

menyusun ulasan ini. Tujuan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

dilakukannya penelitian kualitatif ialah sebagai antiseptik alami dalam sabun

menemukan jawaban dan intisari dari padat transparan

suatu kejadian atau permasalahan yang HASIL DAN PEMBAHASAN

dikaji secara sistematis menggunakan Penelitian yang berkaitan dengan

pendekatan kualitatif (Sidiq, 2019; 4). aktivitas antibakteri pada bunga rosella

2. Pengumpulan Data telah banyak dilakukan. Pada

Pengumpulan data yang pengkajian ini telah diperoleh beberapa

dilakukan harus sesuai dengan kriteria jurnal/artikel dari beberapa sumber

eksklusi yaitu jurnal/artikel harus dengan menggunakan kata kunci atau

terstandar dan diperoleh dari situs-situs istilah “bunga rosella sebagai

resmi. Jurnal/artikel yang telah antibakteri, kandungan pada bunga

terkumpul kemudian diskrining rosella, mekanisme senyawa antibakteri


5

pada bunga rosella, senyawa fenolik fenolik merupakan senyawa yang

sebagai antibakteri, antibacterial memiliki minimal satu gugus fenol.

potential of rosella, rosella as bacterial Mengenai senyawa fenolik, tidak jarang

agent, compound of rosella”. disamakan dengan polifenol. Istilah

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) polifenol terkadang diartikan sebagai

merupakan salah satu contoh tanaman polimer dari senyawa fenolik, padahal

herbal yang masuk dalam famili polifenol merupakan satu senyawa yang

Malvaceae. Rosella tumbuh di iklim memiliki lebih dari satu gugus fenol

tropis maupun subtropis. Bagian-bagian (Nurung, 2016; 45).

dari tumbuhan ini dapat dipergunakan Senyawa fenolik merupakan


untuk bahan obat, khususnya obat senyawa yang memiliki gugus hidroksil

herbal. Dalam bunga rosella terkandung yang menempel di cincin aromatik. Ada

senyawa-senyawa kimia seperti 8.000 jenis senyawa yang tergolong

alkaloid, tanin flavonoid, dan saponin. senyawa fenolik, dari yang sederhana

Senyawa tersebut mampu mengganggu hingga kompleks. Saat ini, para peneliti

pertumbuhan bakteri. (Putri, 2019; 141). mulai berminat untuk mengolah

Bunga rosella mengandung senyawa fenolik dari bahan alam. Pada

beberapa senyawa fenolik antara lain tumbuhan, hampir di seluruh bagiannya

flavonoid, saponin, tanin, antosianin terdapat senyawa fenolik yang termasuk

(pigmen merah), dan alkaloid. Bunga dalam metabolit sekunder. Metabolit

rosella digunakan oleh masyarakat sekunder merupakan senyawa yang

sebagai obat herbal karena memiliki dinilai tidak esensial dibutuhkan untuk

banyak manfaat, salah satunya sebagai proses pertumbuhan suatu organisme.

bahan antiseptik. Senyawa fenolik yang Metabolit sekunder tidak terlalu krusial

terdapat pada bunga rosella mampu dalam proses pertumbuhan, tetapi

menghambat pertumbuhan bakteri mampu melindungi tumbuhan. Dengan

(Nafisa, 2018; 12). kata lain, kebutuhan metabolit sekunder

Senyawa fenolik merupakan lebih sedikit dibanding metabolit primer

senyawa yang memiliki satu atau lebih (Haryanto, 2018; 1).

gugus hidroksil yang berikatan dengan Kebanyakan senyawa fenolik

cincin aromatik atau benzena. Senyawa dihasilkan oleh tumbuhan. Senyawa


6

fenolik berfungsi dalam proteksi alkaloid bereaksi pada peptidoglikan,

terhadap sinar UV dan asam maka integritas penyusun dinding sel

deoksiribonukleat (DNA) dari akan terganggu dan tidak terbentuk

kerusakan. Maka dari itu, senyawa sempurna sehingga menyebabkan

fenolik juga diperlukan (Hanin, 2017; kematian pada sel bakteri (Rahman,

51). 2017; 6).

Alkaloid merupakan derivat Flavonoid merupakan salah satu

amino dan diklasifikasi berdasarkan senyawa metabolit sekunder yang

kerangka penyusunnya. Sifat basa dapat terdapat dalam tumbuhan dengan

dijadikan sebagai agen antibakteri struktur C6-C3-C6.Flavonoid memiliki


karena mampu menembus barier dan banyak fungsi bagi makhluk hidup dan

mencapai reseptor biologis (Friskancelli, biasanya disebut dengan bioflavon. Ada

2018; 2). 4.000 jenis flavonoid yang tersebar di

Senyawa alkaloid dapat alam (Salmia, 2016; 17).

menghambat pertumbuhan bakteri Dalam beberapa penelitian

dengan berinterkalasi dengan asam menyatakan bahwa bunga rosella

deoksiribonukleat (DNA), sehingga mengandung senyawa flavonoid yang

menghambat sintesis asam terdapat di bagian daun, batang, bunga,

deoksiribonukleat (DNA), juga dengan biji, dan akar (Oktaviani, 2018; 346).

melepaskan adhesin asam lipoteikoat Flavonoid memiliki mekanisme

dari permukaan sel sehingga kerja sebagai anti bakteri beberapa

mengganggu permeabilitas membran sistem, yaitu: mengganggu sintesa

(Mawan, 2018; 66). DNA, penghambatan kinerja membran

Mekanisme kerja alkaloid serta penghambatan metabolisme yang

sebagai antibakteri ialah menganggu diperlukan. Sistem flavonoid dalam

komponen penyusun peptidoglikan pada mengganggu sintesa DNA dilakukan

sel bakteri, sehingga dinding sel tidak proses penyisipan ikatan hidrogen dalam

sempurna dan menyebabkan kematian susunan basa kemudia menghambat

pada bakteri. (Kholifah, 2014; 18). proses sintesis asam deoksiribonukleat

Peptidoglikan adalah bagian dri dan asam ribonukleat. Flavonoid

penyusun dinding sel bakteri. Apabila melakukan penghambatan kinerja


7

membran dengan membentuk ikatan dan mengikat zat besi yang dibutuhkan

lengkap dengan protein di luar sel dan oleh bakteri sehingga menghambat

konsisten membran terganggu. metabolisme bakteri. Sintesis yang tidak

Flavonoid melakukan penghambatan sempurnaiiimenyebabkaniiiiketidakseim

metabolisme dengan menghambat bangan tekanan osmotik di dalam dan di

perpindahan energi yang diperlukan luar sel sehingga menyebabkan

sehingga proses metabolisme terganggu kematian pada sel bakteri (Unita, 2018;

(Rahman, 2017; 5). 68).

Golongan flavonoid yang Senyawa katekin merusak

terdapat dalam bunga rosella adalah membran sitoplasma pada bakteri dan
antosianin dan katekin (Sudarwati, menyebabkan komponen enzim yang

2016; 14). penting pada sel akan rusak. Hal ini

Antosianin merupakan golongan menyebabkan bakteri tidak bisa

senyawa flavonoid yang memberi warna memperoleh sumber energi sehingga sel

pigmen pada tumbuhan dan memiliki mati. Bakteri dikelilingi membran tipis

kepolaran yang baik. Antosianin terbagi yang disebut membran sitoplasma.

atau dua macam berdasarkan Katekin akan melepaskan ion hidrogen

kepolarannya, yakni glikon atau yang dan akan bereaksi dengan komponen

biasa disebut dengan antosianin, dan penyusun dari membran sitoplasma.

aglikon atau antosianidin. (Priska, 2018; Proses metabolisme pada bakteri akan

78). terganggu dan menyebabkan komponen

Senyawa antosianin memiliki intrasel akan keluar dan menyebabkan

aktivitas antibakteri dengan cara kematian pada bakteri tersebut

berinteraksi dengan membran sel dan (Rustanti, 2015; 150).

intraseluler dari senyawa ini. Konstituen Senyawa saponin adalah

pada antosianin yang memiliki aktivitas senyawa komplek yang terdiri dari

anti mikroba adalah derivatnya senyawa gula (glikon) dan non-gula

(antosianindin dan sianidin) (Rakasari, (aglikon) sebagai bentuk hidrolisis

2019; 222). (Bintoro, 2017; 85).

Selain itu antosianin akan Senyawa saponin memiliki

mengahambat proses oksidasi glukosa aktivitas antibakteri dengan memicu


8

defisiensi metabolisme gula pada sel kemudian akan mempengaruhi proses

bakteri (Mawan, 2018; 66). protease di dalam sel bakteri (Mawan,

Di sisi lain, saponin 2018; 66).

meningkatkan permeabilitas imembran Selain itu, tanin mampu

sehingga membran menjadi tidak stabil menonaktifkan adhesin pada bakteri,

dan mengakibatkan sel pecah (Rahman, menghambat kerja enzim, menghambat

2017; 5). transport protein pada selubung sel.

Selain itu, saponin bersifat Mekanisme kerja yang lain dari tanin

lipofilik dan hidrofilik yang akan adalah melalui perusakan membran sel

mempengaruhi tekanan dalam sel bakteri karena tanin bersifat racun


sehingga menyebabkan kerusakan pada (Rahman, 2017; 5).

sel tersebut (Estri, 2015; 12). Kandungan tanin dalam bunga

Tanin merupakan senyawa rosella memiliki efek antibakteri dengan

fenolik yang tidak larut dalam air. Tanin menghambat pembentukan enzim

memiliki dua jenis, tanin terhidrolisis transkripnase dan dan asam

dan tanin terkondensasi. Tanin deoksiribonukleat (DNA) sehingga

terhidrolisis terbagi menjadi dua yakni bakteri tidak bisa berkembang

galotanin dan elagitanin. Tanin (Arifianti, 2015; 592).

terkondensasi memiliki berat molekul Sabun padat transparan adalah

1000 – 3000, sedangkan tanin satu satu bentuk produk yang banyak

terhidrolisis memiliki berat molekul diminati oleh masyarakat. Sabun padat

1000 – 1500 pada galotanin dan 1000 – transparan menghasilkan busa denga

3000 pada elagitanin. Tanin memiliki tekstur yang lembut dibanding sabun

dua cincin aromatik yang diikat dengan jenis lain. Beberapa faktor yang

tiga ikatan karbon. Tanin memiliki rasa mengakibatkan suatu produk sabun

yang sepat dan sulit mengkristal apabila menjadi transparan antara lain kualitas

berinteraksi dengan protein (Mabruroh, alkohol yang digunakan, warna gula,

2015; 12-13). serta gliserin yang digunakan pada

Mekanisme kerja tanin sebagai produk sabun. Produk sabun dibuat

antibakteri adalah dengan cara dalam bentuk transparan, maka

berikatan lapisan dinding sel yang perhatikan pemilihan alkohol gula, serta
9

gliserin. Bahan gliserin dinilai baik patogen utama pada manusia.

untuk kesehatan kulit karena memiliki Staphylococcus aureus akan masuk ke

fungsi sebagai pelembab dan sebagai dalam tubuh baik melalui mulut,

pembentuk fase gel dalam sabun. inhalasi, maupun pada kulit.

Komponen terpenting pada sabun adalah Staphylococcus aureus dapat

minyak/lemak dengan garam basa. menyebabkan penyakit infeksi pada

Penentuan jenis minyak/lemak folikel rambut dan kelenjar keringat,

mempengaruhi produk sabun yang bisul, jerawat, meningitis, impetigo dan

diperoleh, karena pada tiap sebagainya. Mencuci tangan adalah

minyak/lemak akan mempengaruhi hasil suatu hal yang sederhana untuk


yang berbeda pada produk sabun. Asam menghilangkan kotoran dan mengurangi

lemak bahan ini dalam minyak atau kuman yang ada di tangan dapat

lemak, sehingga penentuan jenis dilakukan dengan menambah bahan

minyak/lemak yang dipilih dalam tertentu seperti antiseptik. Hal ini dapat

produksi suatu sabun sangat mengurangi jumlah bakteri yang terdapat

berpengaruh. Demi memperoleh produk pada tangan (Oktaviani, 2017; 49).

sabun berkualitas baik, maka gunakan Selain bakteri Staphylococcus

bahan-bahan berkualitas baik pula. aureus, bakteri E. coli dan Salmonella

Penambahan komponen lain sebagai sp. merupakan kontaminan yang

eksipien dalam produksi sabun padat biasanya terdapat di tempat-tempat

transparan juga mampu mempengaruhi umum. Sebagai contoh, kontaminan ini

hasil sabun yang akan diperoleh muncul dari kemungkinan keberadaan

(Widyasanti, 2016; 126). kontaminasi feses pada pada permukaan

Staphylococcus aureus toilet. Ini mungkin disebabkan karena

merupakan bakteri yang dapat tumbuh banyak orang yang buang air kecil

dengan baik pada suhu 37oC dengan pH maupun buang air besar mengalami

optimum 7,4. Bakteri ini biasanya kontaminasi urin dan feses di tangannya

terdapat di jaringan hidup seperti kulit. dan lupa untuk membersihkan tangan

Staphylococcus aureus merupakan salah (Bhaskara, 2019; 2).

satu bakteri yang dapat menyebabkan Sabun merupakan surfaktan yang

penyakit infeksi dan juga merupakan mampu untuk mencuci serta


10

membersihkan ketika digunakaan tubuh, desinfektan mampu mematikan

bersamaan dengan air. Sabun terbagi mikroorganisme di benda. Maka dari itu,

dalam dua berdasarkan bentuknya yaitu antiseptik lebih aman digunakan pada

sabun cair dan sabun padat. Sabun yang jaringan kulit dibanding desinfektan.

sedang diminati masyarakat adalah Namun, antiseptik yang bersifat kuat dan

sabun transparan. Sabun transparan dapat dapat menyebabkan iritasi pada

mempunyai tampilan yang berkilau dan jaringan kemungkinan besar dapat

menghasilkan lebih banyak busa yang dialih fungsikan menjadi desinfektan

lembut terhadap kulit. Efektifitas sabun seperti pada fenol yang dapat dialih

transparan dalam menjaga kesehatan fungsikan sebagai desinfektan pada


kulit dapat ditingkatkan lebih lanjut situasi tertentu. Penggunaan antiseptik

dengan menambahkan bahan yang sangat direkomendasikan sebagai

mengandung komponen bioaktif. Salah pencegahan penyakit dalam situasi

satu komponen bioaktif yang biasanya pandemi suatu penyakit sehingga

digunakan adalah antiseptik. Bahan yang membantu dalam menghambat

dinilai memiliki potensi sebagai penyebaran penyakit tersebut.

antiseptik adalah bunga rosella. Efektivitas suatu antiseptik untuk

Penambahan ekstrak bunga rosella 30 g membasmi mikroorganisme dipengaruhi

menghasilkan aktivitas antibakteri faktor-faktor, antara lain kadar bahan

sebesar 27% terhadap bakteri dan durasi paparan. Kadar bahan mampu

Staphylococcus aureus dan 26% membantu dalam penyerapan bahan

terhadap bakteri E.coli dan Streptoccus utama. Dalam kadar rendah, beberapa

mutans (Joseph, 2019; 162). antiseptik mampu mempengaruhi kinerja

Antiseptik merupakan senyawa membran sel bakteri, walaupun tidak

dengan fungsi menghambat atau mematikan bakteri. Jika kadar antiseptik

membunuh pertumbuhan dari tinggi, maka bahan tersebut mulai

mikroorganisme yang terdapat di bereaksi masuk dalam bagian sel dan

jaringan hidup. Antiseptika tidak sama menganggu kinerja dalam sel bakteri,

dengan antibiotika atau desinfektan, misalnya menghambat proses biosintesis

pada antibiotika mampu mematikan pembentukan molekul dan persipitasi

mikroorganisme yang terdapat dalam protein dalam sel dan komponen lain
11

(Deoxyribonucleic acid atau Ribonucleic sehingga dapat menurunkan tegangan

acid). Durasi paparan suatu antiseptik permukaan sel yang dapat menyebabkan

dengan jumlah sel mikroorganisme yang hancurnya bakteri. Tanin dapat

rusak sangat relevan. Cara kerja suatu menyerang polipeptida dinding sel

antiseptik pada tiap mikroorganisme sehingga menyebabkan kerusakan sel.

tidak sama, misalnya dengan Dinding sel bakteri terdiri atas

mendehidrasi bakteri, terjadinya oksidasi peptidoglikan (protein dan gula) dengan

sel pada bakteri, menggumpalkan kandungan lipid sebesar 1%-4%.

komponen dalam bakteri atau bersifat Dinding sel bakteri gram positif

toksik pada sel (Dewi, 2014; 4). sebagian besar terdiri atas beberapa
Suatu antiseptik memiliki lapisan peptidoglikan yang membentuk

mekanisme kerja yang dibagi atas struktur yang tebal dan kaku . Dinding

beberapa macam, di antaranya sel bakteri gram positif mengandung

pengaktifan enzim, denaturasi protein, senyawa asam teikoat dan lipoteikoat.

perubahan permeabilitas membran pada Adanya kemampuan ekstrak etanol

sitoplasma, interkalasi ke dalam DNA, bunga rosella dalam membunuh dan

dan pembentukan kelat yang semuanya menghambat Staphylococcus aureus

akan menyebabkan kematian sel yang tergolong dalam bakteri gram

(Ahmad, 2012; 23-25). positif (Putri, 2019; 141).

Senyawa yang berperan sebagai KESIMPULAN

antibakteri pada bunga rosella adalah Bunga rosella (Hibiscus

alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. sabdariffa L) dinilai berpotensi sebagai

Senyawa alkaloid dapat mengganggu antiseptik alami. Hal ini didukung

komponen penyusun peptidoglikan sel karena dalam bunga rosella (Hibiscus

bakteri, sehingga lapisan dinding sel sabdariffa L.) terdapat beberapa

tidak terbentuk utuh dan menyebabkan senyawa yang termasuk metabolit

kematian sel. Senyawa flavonoid mampu sekunder yang tergolong dalam senyawa

menghambat sintesis asam nukleat, fenolik dan memiliki kemampuan

mengganggu fungsi membran sitoplasma sebagai antibakteri. Senyawa-senyawa

dan metabolisme energi bakteri. Saponin tersebut di antaranya alkaloid dengan

memiliki molekul hidrofilik dan lipofilik menganggu komponen penyusun


12

Review Artikel Vol. 1 No. 1.


peptidoglikan pada sel bakteri, senyawa Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang. 2014.
flavonoid menghambat sintesis asam
Dimpudus, S, A. Formulasi Sediaan
nukleat, saponin meningkatkan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak
Etanol Bunga Pacar Air
permeabilitas membran sel, dan tanin (Impatiens balsamina L.) dan Uji
Efektivitasnya Terhadap Bakteri
menonaktifkan adhesin bakteri. Sabun Staphylococcus aureus Secara In
Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi.
padat transparan ekstrak bunga rosella Vol. 6 No. 3. Universitas Sam
Ratulangi: Manado. 2017.
dinilai memiliki beberapa keunggulan Estri, Ryaniarti. Uji Daya Hambat Air
Rebusan Bunga Rosella
dibanding jenis atau bentuk sabun lain, (Hibiscus sabdariffa L.)Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Esherichia
karena memiliki kualitas busa yang lebih coli. Jurnal Wiyata Vol. 2 No.1.
Iik Bhakti Wiyata: Kediri. 2015.
lembut, melembutkan kulit, dan visual
Friskancelli, Faradilla Dwi. Isolasi dan
yang lebih menarik. Karakterisasi Senyawa Alkaloid
Ekstrak Metanol Sponge
KEPUSTAKAAN Haliclona sp. Skripsi. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Ahmad, Fitriani Fajri. Formulasi dan Uji 2018.
Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Hanin, Naovi Nur. Kandungan Fenolik,
Ekstrak Sabut Kelapa (Cocos Flavonoid dan Aktivitas
nucifera L.). Skripsi. Fakultas Antioksidan Ekstrak Daun Paku
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Laut (Acrostichum aureum L.)
Makassar: Gowa. 2012. Fertil dan Steril. Journal of
Arifianti, S. R. Daya Antibakteri Air Tropical Biodiversity and
Rebusan Bunga Rosella Biotechnology Vol. 2 No. 1.
(Hibiscus sabdariffa Linn) dan Universitas Gadjah Mada:
Daun Teh Hitam (Camellia Yogyakarta. 2017
sinensis varian Assamica) Haryanto, Brian Y. Optimasi Ekstraksi
Terhadap Penurunan Jumlah Senyawa Fenolik Kulit Jeruk
Koloni Bakteri Pada Sikat Gigi.
Purut Dengan Metode
Fakultas Kedokteran Gigi Ultrasound-Assisted Extraction.
Universitas Jember: Jember. Skripsi. Universitas Katolik
2015. Widya Mandala: Surabaya. 2018.
Bhaskara, Ida. Identifikasi Bakteri Joseph, J. Sabun Transparan Berbahan
Escherichia coli, Staphylococcus Dasar Minyak Kelapa Murni
aureus, dan Salmonella Sp. Pada dengan Penambahan Ekstrak
Kenop Pintu Keluar Toilet Umum Bunga Rosella. Jurnal
Pria dan Wanita di Kampus Agroindustri Halal Vol. 5 No. 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Universitas Riau: Riau. 2019.
Udayana Denpasar. Jurnal
Medika Udayana Vol. 8 No. 8. Kholifah. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol
Universitas Udayana: Bali. 2019. dan Ekstrak Air Buah Pare
(Momordica charantia L)
Bintoro, Adi. Analisis dan Identifikasi Terhadap Daya Hambat
Senyawa Saponin Dari Daun Pertumbuhan Bakteri
Bidara (Zhizipus mauritania L.). Edwardsiella tarda Penyebab
Jurnal Itekima Vol. 2 No. 1. Penyakit Edwardsiellosis Pada
Sekolah Tinggi Analisis Kimia Ikan. Skripsi. Universitas Islam
Cilegon: Banten. 2017. Negeri Maulana Malik Ibrahim:
Dewi, Linda. Pembuatan Gel Ekstrak Malang. 2014.
Daun Pepaya Dengan Mabruroh, Asasu Iqonil. Uji Aktivitas
Variasi Penambahan Antioksidan Ekstrak Tanin Dari
Hydroxypropyl Methyl Cellulose. Daun Rumput Bambu
13

(Lophatherum gracile Brongn) Rahman, Friska Ani. Tokimia dan


dan Identifikasinya. Skripsi. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Universitas Islam Negeri Etanol Daun Sirsak (Skrining
Maulana Malik Ibrahim: Malang. Annona muricata L.) Pada
2015. Streptococcus mutans ATCC
35668. Artikel Penelitian.
Mawan, Agni Rimba. Aktivitas Universitas Gadjah Mada:
Antibakteri Ekstrak Metanol Yogyakarta. 2017.
Buah Syzygium polyanthum
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Rakasari, Ni Made Gress. Kandungan
Escherchia coli. Jurnal Senyawa Flavonoid dan
Bioeksperimen Vol. 4 No. 1. Antosianin Ekstrak Kayu Secang
Universitas Negeri Malang: (Caesalpinia sappan L.) Serta
Malang. 2018. Aktivitas Antibakteri Terhadap
Vibrio cholerae. Jurnal Ilmu Dan
Nafisa, Durotun. Efficacy of Extract Teknologi Pangan Vol. 8 No. 2.
Antibacterial Flower Rosella Universitas Udayana: Bali. 2019.
Flower (Hibiscus sabdariffa
Linn) Against Streptococcus Rustanti, Elly. Uji Aktivitas Antibakteri
sanguis. Journal of Dentistry Vol. Senyawa Katekin Dari Daun Teh
18 No. 1. Universitas Padjajaran: (Cameliasinensis L.Var
Bandung. 2018. assamica) Terhadap Bakteri
Micrococcusluteus. Jurnal
Nurung, Sri H. Penentuan Kadar Total Alchemy Vol. 2 No. 2. Uin
Fenolik, Flavonoid, dan Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Karotenoid Ekstrak Etanol 2015.
Kecambah Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) Menggunakan Salmia. Analisis Kadar Flavonoid Total
Spektrofometer UV-Vis. Ekstrak Kulit Batang Kedondong
Universitas Islam Negeri Bangkok (Spondias dulcis)
Alauddin Makassar: Gowa. 2016. Dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis. Universitas Islam Negeri
Oktaviani, Shofri. Identifikasi Alauddin Makassar: Gowa. 2016.
Staphylococcus aureus Sebelum
dan Sesudah Mencuci Tangan Sukawaty, Yullia. Formulasi Sediaan
Dengan Sabun Antiseptik Pada Sabun Mandi Padat Ekstrak
SWABTangan Perawat di Ruang Etanol Umbi Bawang Tiwai
OK RSUD Petala Bumi (Eleutherine bulbosa (Mill.)
Pekanbaru. Jurnal Analisis Urb.). Akademi Farmasi
Kesehatan Klinikal Sains Vol. 5 Samarinda: Samarinda. 2016.
No. 2. Universitas Abdurrab: Sudarwati, Dwi. Uji Aktivitas Senyawa
Pekanbaru. 2017. Antibakteri Pada Ekstrak Daun
Oktaviani, Trie. Review: Aktivitas Kelor dan Bunga Rosella.
Farmakologi Ekstrak Rosella Indonesian Journal of Chemical
(Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal Science Vol. 5 No. 1. Universitas
Farmaka Vol. 16 No. 1. Negeri Semarang: Semarang.
Universitas Padjajaran: Bandung. 2016.
2018. Syahrana, Nur Azizah. Efek Serbuk
Putri, Reanza Musmulya. Perbandingan Bunga Rosella Merah (Hibiscus
Uji Aktivitas Antibakteri Dari sabdariffa L.) terhadap Ekspresi
Ekstrak Etanol Bunga, Daun dan IL-10 pada Sukarelawan Sehat.
Akar Tumbuhan Rosella Jurnal Farmasi Dan Ilmu
(Hibiscus sabdariffa L.) Kefarmasian Indonesia. Vol. 4
Terhadap Bakteri Staphylococcus No. 1. Universitas Ahmad
aureus. Jurnal Dunia Farmasi Dahlan: Yogyakarta. 2017.
Vol. 3 No. 3. Institut Kesehatan Wahyuni, Sri. Formulasi dan Uji
Helvetia: Medan. 2019. Aktivitas Antibakteri Sabun
Priska, Melania. Review: Antosianin dan Padat Transparan Ekstrak
Pemanfaatannya. Jurnal Cakra Lengkuas (Alpinia Galanga (L.)
Kimia Vol. 6 No. 2. Universitas Willd.) dan Ekstrak Kulit Batang
Flores: Ende. 2018. Banyuru (Pterospermum
Celebicum Miq.) Terhadap
14

Bakteri Gram Positif dan Gram


Negatif. Universitas Hasanuddin:
Makassar. 2018.
Widyasanti, Asri. Pembuatan Sabun
Padat Transparan Menggunakan
Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil)
dengan Penambahan Bahan Aktif
Ekstrak Teh Putih (Camellia
sinensis). Universitas
Padjadjaran: Bandung. 2016.
Zebua, Nilsya Febrika. Formulasi dan
Evaluasi Sabun Transparan dari
Kolagen Tulang Sapi (Bos Sp.)
Sebagai Pelembab. Universitas
Tjut Nyak Dien: Medan. 2019.

Anda mungkin juga menyukai