Jurnal Aisyah
Jurnal Aisyah
Research Study of Transparent Solid Soap Using The Rosella Flower Cloth (Hibiscus
sabdariffa L.) As a Natural Antiseptic
ABSTRAK
Penggunaan bahan kimia sebagai bahan antibakteri dinilai dapat menyebabkan
iritasi dan berbahaya dalam kesehatan. Maka banyak peneliti menggunakan bahan
alami sebagai alternatif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan senyawa dan mekanisme kerja bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) sebagai antiseptik alami dalam sabun padat transparan. Dilakukan
identifikasi terkait mekanisme atau aktivitas bunga rosella sebagai antiseptik alami
dengan melakukan pengkajian berdasarkan sumber jurnal/artikel yang kemudian
dilakukan skrining hingga memperoleh poin atau cakupan yang dibutuhkan.
Jurnal/artikel yang dikumpulkan sebanyak 33 jurnal/artikel dari beberapa situs.
Penulusuran jurnal/artikel dilakukan di beberapa situs seperti Google Cendekia,
Elsevier, MDPI, dan ReseachGate. Jurnal/artikel yang telah diskrining dan digunakan
dalam menganalisis pada bagian pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan dari
jurnal/artikel tersebut. Ditunjukkan dalam bunga rosella terdapat senyawa yang
termasuk dalam metabolit sekunder (senyawa fenolik) yang terdiri dari alkaloid,
flavonoid (antosianin dan katekin), saponin dan tanin yang memiliki efek antibakteri.
Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki kemampuan sebagai antiseptik karena
mampu bekerja dalam menghambat atau membunuh bakteri yang terdapat pada kulit
seperti Staphylococcus aureus, Salmonella typhii, Escherichia coli, Streptococcus
mutans, Pseudomonas sp., dan sebagainya.
1
ABSTRACT
The use of chemicals as antibacterial agents is considered to be irritating and
dangerous to health. So many researchers use natural ingredients as an alternative as
antibacterial. The purpose of this study was to determine the compound content and
mechanism action of roselle flowers (Hibiscus sabdariffa L.) as a natural antiseptic in
transparent solid soap. Identification of the mechanism or activity of roselle flowers as
a natural antiseptic was identified by conducting an assessment based on journal/article
sources, which were then screened to obtain the points or coverage needed.
Journals/articles collected as many as 33 journals/articles from several sites.
Journal/article research is conducted on several sites such as Google Scholar, Elsevier,
MDPI, and ReseachGate. Journals/articles that have been screened and used in the
analysis in the introduction, methods, results, and conclusions of the journal/article. It is
shown that in roselle flowers, there are compounds included in secondary metabolites
(phenolic compounds) consisting of alkaloids, flavonoids (anthocyanins and catechins),
saponins and tannins which have antibacterial effects. Roselle flower (Hibiscus
sabdariffa L.) has the ability as an antiseptic because it can work to inhibit or kill
bacteria found on the skin like Staphylococcus aureus, Salmonella typhii, Escherichia
coli, Streptococcus mutans, Pseudomonas sp., etc.
2
3
sebelumnya maka dilakukan kajian dalam (DOI), dan memiliki terbitat dalam
jurnal atau sumber informasi untuk bentuk daring (online). Hasil atau jumlah
kualitatif dengan metode studi literatur dimasukkan dalam tabel analisis dari
pendekatan kualitatif (Sidiq, 2019; 4). aktivitas antibakteri pada bunga rosella
merupakan salah satu contoh tanaman polimer dari senyawa fenolik, padahal
herbal yang masuk dalam famili polifenol merupakan satu senyawa yang
Malvaceae. Rosella tumbuh di iklim memiliki lebih dari satu gugus fenol
herbal. Dalam bunga rosella terkandung yang menempel di cincin aromatik. Ada
alkaloid, tanin flavonoid, dan saponin. senyawa fenolik, dari yang sederhana
Senyawa tersebut mampu mengganggu hingga kompleks. Saat ini, para peneliti
sebagai obat herbal karena memiliki dinilai tidak esensial dibutuhkan untuk
bahan antiseptik. Senyawa fenolik yang Metabolit sekunder tidak terlalu krusial
fenolik juga diperlukan (Hanin, 2017; kematian pada sel bakteri (Rahman,
deoksiribonukleat (DNA), juga dengan biji, dan akar (Oktaviani, 2018; 346).
sel bakteri, sehingga dinding sel tidak proses penyisipan ikatan hidrogen dalam
membran dengan membentuk ikatan dan mengikat zat besi yang dibutuhkan
lengkap dengan protein di luar sel dan oleh bakteri sehingga menghambat
sehingga proses metabolisme terganggu kematian pada sel bakteri (Unita, 2018;
terdapat dalam bunga rosella adalah membran sitoplasma pada bakteri dan
antosianin dan katekin (Sudarwati, menyebabkan komponen enzim yang
senyawa flavonoid yang memberi warna memperoleh sumber energi sehingga sel
pigmen pada tumbuhan dan memiliki mati. Bakteri dikelilingi membran tipis
kepolarannya, yakni glikon atau yang dan akan bereaksi dengan komponen
aglikon atau antosianidin. (Priska, 2018; Proses metabolisme pada bakteri akan
pada antosianin yang memiliki aktivitas senyawa komplek yang terdiri dari
Selain itu, saponin bersifat Mekanisme kerja yang lain dari tanin
lipofilik dan hidrofilik yang akan adalah melalui perusakan membran sel
fenolik yang tidak larut dalam air. Tanin menghambat pembentukan enzim
1000 – 3000, sedangkan tanin satu satu bentuk produk yang banyak
1000 – 1500 pada galotanin dan 1000 – transparan menghasilkan busa denga
3000 pada elagitanin. Tanin memiliki tekstur yang lembut dibanding sabun
dua cincin aromatik yang diikat dengan jenis lain. Beberapa faktor yang
tiga ikatan karbon. Tanin memiliki rasa mengakibatkan suatu produk sabun
yang sepat dan sulit mengkristal apabila menjadi transparan antara lain kualitas
berikatan lapisan dinding sel yang perhatikan pemilihan alkohol gula, serta
9
fungsi sebagai pelembab dan sebagai dalam tubuh baik melalui mulut,
lemak bahan ini dalam minyak atau kuman yang ada di tangan dapat
minyak/lemak yang dipilih dalam tertentu seperti antiseptik. Hal ini dapat
merupakan bakteri yang dapat tumbuh banyak orang yang buang air kecil
dengan baik pada suhu 37oC dengan pH maupun buang air besar mengalami
optimum 7,4. Bakteri ini biasanya kontaminasi urin dan feses di tangannya
terdapat di jaringan hidup seperti kulit. dan lupa untuk membersihkan tangan
bersamaan dengan air. Sabun terbagi mikroorganisme di benda. Maka dari itu,
dalam dua berdasarkan bentuknya yaitu antiseptik lebih aman digunakan pada
sabun cair dan sabun padat. Sabun yang jaringan kulit dibanding desinfektan.
sedang diminati masyarakat adalah Namun, antiseptik yang bersifat kuat dan
lembut terhadap kulit. Efektifitas sabun seperti pada fenol yang dapat dialih
sebesar 27% terhadap bakteri dan durasi paparan. Kadar bahan mampu
terhadap bakteri E.coli dan Streptoccus utama. Dalam kadar rendah, beberapa
jaringan hidup. Antiseptika tidak sama menganggu kinerja dalam sel bakteri,
mikroorganisme yang terdapat dalam protein dalam sel dan komponen lain
11
acid). Durasi paparan suatu antiseptik permukaan sel yang dapat menyebabkan
rusak sangat relevan. Cara kerja suatu menyerang polipeptida dinding sel
komponen dalam bakteri atau bersifat Dinding sel bakteri gram positif
toksik pada sel (Dewi, 2014; 4). sebagian besar terdiri atas beberapa
Suatu antiseptik memiliki lapisan peptidoglikan yang membentuk
mekanisme kerja yang dibagi atas struktur yang tebal dan kaku . Dinding
kematian sel. Senyawa flavonoid mampu sekunder yang tergolong dalam senyawa