Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATARAK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga
Program Profesi Ners Angkatan XI
Disusunoleh :
KHG.D21061
D. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan
pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien , katarak dapat dibagi dalam :
a. Katarak kongenital , katarak yang ditemukan pada bayi ketika
lahir ( sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenil , katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan
dibawah usia 40 tahun
c. Katarak presentil ,katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjdi pada usia lebih dari 40
tahun. Jenis katarak ini merupakan proses degeneratif
(kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis
1) Katarak insipien: pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal , ahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat perriksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
sering kali tidak merasa akan keluhan atau gangguan pada
pengelihatannya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh bagian lensa
sehngga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan membaca , penglihatan
kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari- hari
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang
sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan
peradangan pada struktur mata yang lainnya.
F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,Ā
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 ā 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. PemeriksaanĀ lampuĀ slit.
l. A-scanĀ ultrasoundĀ (echography).
m. PenghitunganĀ selĀ endotelĀ pentingĀ untukĀ fakoemulsifikasiĀ &Ā implantasi.
n. USGĀ mataĀ sebagaiĀ persiapanĀ untukĀ pembedahanĀ katarak.
H. Penatalaksanaan Medis
Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu
ekstraksi katarak intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak
ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari pembedahan adalah kehilangan
penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau katarak yang
menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan
rawat jalan. Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan
terjadi kecuali dilakukan pembedahan(Baughman, 2000).
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis
umumnya dengan jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada
lokasi,ukuran dan kepadatan katarak.Katarak akan dibedah bila sudah
terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total.Lapisan
mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa intraokuler).pembedahan
katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh.Lensa dapat
dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.kadang
kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap
keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan
sayatan (3mm) pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat
fakoemulsifikasi dipergunakan untuk mengambil lensa yang
mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa tanam
permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea
kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan
penglihatan segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi
memakan waktu 20-30 menit dan hanya memerlukan pembiusan
topical atau tetes mata selama operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang,
agar dapat mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa
lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil
digantikan dengan lensa tanam permanent. Diakhiri dengan
menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior
ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi
retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan
untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
ļ· Lensa diangkat seluruhnya
ļ· Keuntungannya prosedur mudah dilakukan
ļ· Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal
detachment (lepasnya retina )
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini
dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu
keparahan. Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang
bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah
saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome
yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein
menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah
lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak secara
bertahap ādiicuciā shg lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa
cairan kental berwarna putih kekuningan.
SARAN
Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak
mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C, vit.A,
dan vit E.
I. Komplikasi
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior,
yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina.
Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang
mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap
pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius,
namun jarang terjadi.