Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP BELAJAR

Dosen Pengampu : Yuliati Amperaningsih,.SKM., M.Kes

Anggota Kelompok 10 :
Galuh Regina Pitaloka (2014301015)
Nabila Tiara Suci (2014301022)
Dea Elvia Pidela (2014301048)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih
sayang-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah dengan
judul “Konsep Belajar” dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Psikologi.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
proses pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil.
Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat luas nantinya.

Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 14 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Informasi Manajemen.......................................................3

2.2 Sistem Informasi Manajemen Keperawatan...............................................5

2.3 Kelebihan Sistem Informasi Manajemen....................................................5

2.4 Kekurangan Sistem Informasi Manajemen................................................6

2.5 Program-Program Yang di Rancang Dalam Sistem Informasi

Manajemen Keperawatan.................................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................10

3.2 Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita. Seperti di
era sekarng ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang wajib bagi
setiap orang. Tidak hanya bagi mereka yang masih muda, akan tetapi mereka yang
sudah dewasa atau terbilang sudah tua dituntut untuk belajar agar mampu untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Belajar dijalankan selama hayat di kandung badan atau bisa dikatakan seumur
hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah masyarakat
mengemuka ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan tersebut
dimaksudkan bahwa setiap orang muda sudah semestinya mempersiapkan diri
untuk memperoleh segala sesuatu yang berguna bagi hidupnya di kemudian hari.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari belajar?
2.      Apa saja teori-teori belajar?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar?
4.      Apa saja jenis-jenis belajar?
5.      Bagaimana prinsip belajar efektif?

C.     Tujuan Masalah
1.      Mengetahui definisi belajar
2.      Mengetahui teori-teori belajar
3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar
4.      Mengetahui jenis-jenis belajar
5.      Mengetahui prinsip belajar efektif

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Belajar

Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah suatu usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu.
Beberapa ahli menguraikan definisi dari belajar sebagai berikut :
a.      Arthur J. Gates
Belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan
(learnig is the modification of behavior through experience and training).
b.      L.D. Crow and A. Crow
Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah
hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (learning is an active process
that need to be simulated and guided toward desirable outcome. Learning is the
acquisition of habits, knowledge, and attitudes).
c.       Gregory A. Kimble
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas
tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan
atau praktik yang diperkuat dengan pemberian hadiah. (learning as a relatively
permanent change in behavioral potentiality that occurs as a result of reinforced
practice).
d.      Morgan
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
e.       Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penugasan
tertentu sesuatu yang dipelajari. Penugasan tersebut dapat berupa memahami
(mengerti), merasakan, dan dapat melakukan sesuatu. 

5
Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kualitas
kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal adalah usaha menyelesaikan
program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan bimbingan guru atau
dosen. Sedangkan belajar secara otodidak atau disebut juga selfstudy atau belajar
mandiri adalah belajar yang dilakukan di luar program pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil dari belajar tersebut
dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan nilai.

2.2 Teori-Teori Belajar

1) Teori Behavioristik
Penggagas teori belajar behavioristik adalah Gagne dan Berliner. Teori ini
menekankan tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena
pengalaman belajar. Menurut teori behavioristik, seseorang akan dianggap
telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan perilaku setelah
mengalami proses pembelajaran. Jadi, belajar dapat diartikan sebagai
stimulus dan respon. Input merupakan stimulus dan output adalah respon
yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan.
2) Teori Kognitif
Teori belajar kognitif dikembangkan oleh seorang psikolog asal Swiss
bernama Jean Piaget. Teori kognitif membahas tentang manusia
membangun kemampuan kognitifnya dengan motivasi yang dilakukan
oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Inti dari konsep teori kognitif ini
adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya schemata (skema atau
rencana manusia dalam mempersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-
tahapan perkembangan manusia atau saat seseorang mendapatkan cara
baru dalam memaknai informasi secara mental. Jika merujuk pada teori
belajar kognitif, belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses perubahan
persepsi dan pemahaman.

3) Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
membangun tata hidup yang berbudaya modern. Landasan dari teori
belajar konstruktivisme adalah pembelajaran kontekstual. manusia
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya disebarkan
melalui konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan.

6
Dalam teori ini ditekankan bahwa seseorang yang belajar memiliki tujuan
untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi, dan
lain-lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya.

4) Teori Humanistik

Teori belajar ini lebih cenderung melihat perkembangan pengetahuan dari


sisi kepribadian manusia. Hal ini disebabkan karena humanistik itu sendiri
merupakan ilmu yang melihat segala sesuatu dari sisi kepribadian
manusia. Teori belajar humanistik juga memiliki tujuan untuk membangun
kepribadian dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Teori
belajar humanistik menekankan pada pembentukan kepribadian,
perubahan sikap, menganalisis fenomena sosial, dan hati nurani yang
diterapkan melalui materi-materi pelajaran.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor tersebut, dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni :


1. Faktor internal (faktor dari dalam diri anak), yakni keadaan jasmani dan rohani,
faktor ini dibagi menjadi dua yaitu :

1)     Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah. Kondisi jasmani
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ khusus pada anak, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan yang disajikan.

2)     Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah. Pada umumnya
faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut :
a.       Kecerdasan/Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan
cara yang tepat. Pada umumnya tidak semua anak memiliki intelegensi yang sama
dalam mempelajari suatu mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan yang lainnya,
untuk menolong terjadinya ketidakadilan yang terjadi antara anak yang memiliki
intelegensi yang tinggi dan anak yang berintelegensi dibawah rata-rata perlu

7
adanya perhatian khusus dari seorang guru yang profesional, sehingga anak itu
tetap merasa adil dan tidak merasa bosan ataupun tertinggal.
b.      Sikap
Sikap (attitude) adalah gejala internal yang berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap anak dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
c.       Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-
bidang studi tertentu. Oleh karena itu, sebagai orangtua hendaknya
menyekolahkan anak pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh
anak tersebut, karena apabila orang tua terlalu memaksakan kehendak pada
akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau hasil prestasi
belajar anak.
d.      Minat
Secara sederhana minat (interest) diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan
kecerdasan, sikap dan bakat, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar,
anak akan menjadi tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat anak agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajarinya.
e.       Motivasi
Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal dalam
bidang tertentu sehingga pada akhirnya orang tersebut dapat menjadi seorang
spesialis dalam bidang yang telah dipilihnya tersebut. Motivasi diberikan kepada
anak oleh guru atau orang tua, dimana motivasi ini ditujukan supaya dalam diri
anak tersebut muncul suatu dorongan atau hasrat untuk belajar, sehingga anak
tersebut dapat menyadari apa guna belajar dan tujuan yang hendak dicapai apabila
diberi perangsang dan motivasi yang baik dan sesuai.

8
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri anak), faktor eksternal terdiri atas dua
macam yakni :

1)      Faktor Lingkungan Sosial


Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a.      Lingkungan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam  mau tidak mau turut
serta dalam menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan
dicapai oleh anak-anak.
b.      Lingkungan sekolah
Keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar anak. Para guru atau staf administrasi yang
menunjukkan sikap dan perilaku yang memperlihatkan suri tauladan yang baik
dalam hal belajar akan menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar
anak.
c.       Lingkungan masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak juga dapat mempengaruhi
tingkat belajarnya. Misalnya, kondisi lingkungan masyarakat yang kumuh akan
sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kesulitan yang akan dihadapi anak
tersebut antara lain adalah kesulitan untuk mencari teman belajar atau berdiskusi.

2)     Faktor Lingkungan non Sosial


Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah sebagai
berikut :
a.      Lingkungan alamiah
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk
dan tenang merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Apabila lingkungan alamiah mendukung proses belajar anak akan
berlangsung dengan nyaman. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar anak akan terhambat.
b.      Faktor instrumental
Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti

9
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan sebagainya.
Ketersediaan serta kelengkapan dari kedua perangkat belajar tersebut akan
mempengaruhi aktivitas belajar anak.
c.       Faktor materi pelajaran
Faktor materi pelajaran (materi yang diajarkan) ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan anak begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak.

2.4 Jenis-Jenis Belajar

Para ahli umumnya mendefiniskan delapan jenis belajar (Saodih & Surya, 1971;
Syah 1995; Effendi & Praja, 1993) yaitu sebagai berikut :

1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)

Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan suatu cara-cara
berpikir abstrak. Tujuannya yaitu untuk memperoleh suatu pemahaman serta
pemecahan yang tidak nyata. Dalam mempelajari suatu hal-hal yang abstrak
peranan akal atau rasio sangatlah penting. Begitu pula dengan penguasaan atas
suatu prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Termasuk dalam jenis ini, contohnya,
belajar tauhid, astronomi, kosmografi, kimia, dan matematika.

2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)

Belajar keterampilan yaitu suatu proses belajar yang bertujuan untuk memperoleh
sebuah keterampilan tertentu dengan menggunakan suatu gerakan-gerakan
motorik. Dalam belajar jenis ini, proses pelatihan yang intensif dan teratur sangat
diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini, yaitu misalkan belajar cabang-
cabang olahraga, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik. Bentuk belajar
keterampilan ini disebut juga dengan latihan atau training.

3. Belajar Sosial (Social Learning)

Belajar sosial ialah belajar yang bertujuan untuk memperoleh sebuah keterampilan
dan pemahaman terhadap suatu masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap
nilai-nilai sosial dan sebagainya. Contoh dalam belajar jenis ini yaitu belajar
memahami suatu masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antar etnis atau
antar kelompok, dan suatu masalah-masalah lain yang bersifat sosial.

4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya yaitu belajar untuk memperoleh


sebuah keterampilan atau kemampuan untuk memecahkan berbagai suatu masalah
secara logis dan rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh suatu kemampuan
atau kecakapan kognitif guna untuk memecahkan masalah secara tuntas. Untuk

10
itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prinsip, serta
generalisasi, amat sangat diperlukan.

5. Belajar Rasional (Rational Learning)

Belajar rasional yaitu belajar dengan menggunakan suatu kemampuan berpikir


secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya yaitu untuk memperoleh
beragam kecakapan yang menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis
belajar ini berkaitan erat dengan belajar dalam pemecahan masalah. Dengan
belajar rasional, individu diharapkan mempunyai suatu kemampuan rational
problem solving, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan sebuah pertimbangan dan strategi akan sehat, logis, dan sistematis.

6. Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)

Belajar kebiasaan yaitu suatu proses pembentukan kebiasaan baru untuk perbaikan
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan sebuah perintah,
keteladanan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hukum dan ganjaran.
Tujuannya agar individu mendapatkan sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang
lebih tepat dan lebih positif, dalam arti selaras dengan sebuah kebutuhan ruang
dan waktu atau yang sifatnya kontekstual.

7. Belajar Apresiasi (Appreciation Learning)

Belajar apresiasi pada dasarnya ialah belajar untuk mempertimbangkan nilai atau
arti penting suatu objek. Tujuannya agar individu mendapatkan dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills), dalam hal ini
kemampuan dalam menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu, misalnya
yaitu apresiasi sastra, apresiasi musik, dan apresiasi seni lukis.

8. Belajar Pengetahuan (Study)

Belajar pengetahuan dimaksudkan yaitu sebagai belajar untuk mendapatkan


sejumlah pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan
juga bisa diartikan sebagai suatu program belajar terencana untuk menguasai
suatu materi pelajaran dengan melibatkan suatu kegiatan investigasi atau
penelitian dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan yaitu agar individu
mendapatkan atau menambah suatu informasi dan pemahaman terhadap suatu
pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus
dalam mempelajarinya, misalnya yaitu dengan menggunakan sebuah alat-alat
laboratorium dan penelitian lapangan.

2.5 Prinsip Belajar Efektif


Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B (1961)
adalah:

11
1)      Prinsip kesiapan (Readiness)

Proses belajar itu dipengaruhi oleh kesiapan siswa yaitu dalam arti kondisi
kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan diberikan.

2)      Prinsip motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk proses yang terarah. Motivasi belajar
adalah suatu kondisi belajar untuk memprakarsai kegiatan belajar, mengatur arah
kegiatan untuk memelihara kesungguhan dalam belajar.

3)      Prinsip persepsi

Sesorang cenderung percaya dengan bagaimana dia memahami situasi. Persepsi


adalah suatu interpertasi tentang suatu yang hidup, setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu.

4)      Prinsip tujuan

Tujuan adalah sasaran khusus yang harus ditempuh oleh seseorang, tujuan harus
tergambar jelas oleh fikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses
terjadinya sebuah pengetahuan yang baru dia dapatkan.

5)      Prinsip perbedaan individual

Proses pengajaran yang semestinya memperhatikan perbedaaan individual peserta


didik di dalam kelas, sehungga semua itu dapat mempermudah dalam pencapaian
tujuan belajar yang setinggi-tingginya.pengajaran yang hanya memperhatikan satu
tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik.

6)      Prinsip belajar kognitif

Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif


mencangkup asosiasi antar unsur pembentukan konsep penemuan masalah dan
keterapilan dalam memecahkan suatu masalah, yang selanjutnya membentuk
perilaku baru, berfikir, bernalar, dan berimajinasi

7)      Prinsip belajar evaluasi

Pada dasarnya evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya pelaksanaan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dan pencapain tujuan

Secara umum prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan:

 Perhatian dan motivasi


 Keaktifan

12
 Keterlibatan langsung dan pengalaman
 Pengulangan
 Tantangan
 Balikan dan penguatan
 Perbedaan individual

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal adalah usaha
menyelesaikan program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan
bimbingan guru atau dosen. Sedangkan belajar secara otodidak atau disebut
juga selfstudy atau belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan di luar program
pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai
hasil dari belajar tersebut dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

3.2 Saran
Jika saran ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, kami dari kelompok
10 meminta maaf kepada pembaca makalah ini untuk kesempurnaan makalah ini
kami minta sarannya terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Prawira,PurwaAtmaja.2013.Psikologi Pendidikan dalam Perspektif


Baru.Jojakarta:Ar-Ruzz Media.
http://santoson111.blogspot.com/2018/12/makalah-konsep-belajar-makalah.html?
m=1
https://www.google.com/search?
q=teori+teori+belajar&oq=&aqs=chrome.3.35i39i362l8.1966897957j0j15&sourc
eid=chrome&ie=UTF-8#

15

Anda mungkin juga menyukai