Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah AWT atas segala rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga saya dapat Resensi Novel yang berjudul “Daun yang jatuh
tak pernah membenci angin” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Resensi ini dibuat sebagai tugas mid Introduction to Literature dari Ibu Hasrida Ardin,
S.Hum, M.Hum.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasrida
Ardin, S.Hum, M.Hum. selaku guru Introduction to Literature. Mudah-mudahan Resensi Novel
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Namun saya
menyadari dalam penyusunan ini saya masih banyak kekurangan, karena dalam penyusunan
resensi ini saya masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca, guna menempuh kesempurnaan Resensi Novel ini.

Baubau, 20 November 2021

Nur Fadillah Jumadi


BAB I
PEMBAHASAN
1. Synopsis

Novel ini bercerita tentangdua pengamen kecil, mereka adik-kakak terlahir dari Rahim
yang sama yang putus sekolah selama tiga tahun dan merasakan kepahitan hidup pula.
Kepahitan hidup itu bermula ketika ayah mereka meninggal. Tania pada saat itu berumur
delapan tahun dan Dede berumur tiga tahun. Tania, Dede, dan Ibu sudat tidak bisa lagi
mengontrak rumah itu karena mreka sudah menunggak tiga bulan, tidak mampu
membayarnya. Mereka kebingungan harus tinggal dimana, mereka tak mempunyai keluarga.
Meskipun mereka memiliki keluarga di sana keluargnya pun pasti enggan walau hanya sekadar
menampung mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kardus
di bantaran sungai.

Kehidupan pun terasa menyesakkan. Ibu harus mencari uang untuk bertahan hidup
bersama Tania dan Dede. Tania dan Dede pun harus mengamen sepanjang jalan, dan menatap
iri ketika melihat anak-anak seumuran mereka berlalulalang memakai seragam sekolah untuk
pergi sekolah.
Pada suatu malam, pada saat mengamen, disaat lelahnya di bus kota tiba-tiba kaki Tania
tertancap paku. Wajar saja kaki Tania tertancap paku, Tania dan Dede tidak memakai alas kaki,
maka dengan mudahnya kaki mereka akan mudah tertancap paku. Pada peristiwa dan malam
itulah mereka bertemu, tiba-tiba seorang pria dengan wajah menyenangkan bernama Danar
menolong Tania yang sedang meringis kesakitan. Membantu mencabut paku yang masih
menancap pada kaki Tania, kemudian membersihkan darah yang bercucuran dengan sapu
tangan berwarna putih yang dikeluarkan dari saku celananya dan dibalutkan pada luka kaki
Tania. Kemudian Danar memberikan beberapa uang sepuluh ribuan kepada Tania dan Dede
menyarankan untuk membeli obat merah.
Ke esokkan harinya, Tania dan Dede pergi mengamen kembali, dengan luka yang masih
terasa perih pada kaki Tania. Mengamen dengan kaki yang pincang, menahan perih pada
kakinya yang tertusuk paku semalam. Pada saat mengamen itu, Tania dan Dede bertemu
kembali dengan Danar. Dan Danar memberikan hadiah kepada Tania dan Dede yaitu sepasang
sepatu dan kaos kaki, agar Tania tidak tertancap paku kembali. Dede saat itu seketika langsung
menerimanya dengan bahagia dan memakainya, sedangkan Tania malu-malu menerimanya.
Malam itu mereka terlihat lucu, dengan pakaian yang kontor memakai kaos kaki putih dan
sepatu yang bagus. Malam itu mereka berbincang-bincang, saling berkenalan. Terihat sangat
akrab. Dan Danar pun mengantarkan Tania dan Dede pulang ke rumah kardusnya, mereka pun
sampai lupa kepada kewajibannya mengamen untuk mencari uang membantu Ibu. Tania pun
mengenalkan Danar pada Ibu. Danar dan Ibu pun berbincang-bincang tentang segala hal.
Ke esokkan harinya Ibu memberitahukan kabar baik kepada Tania dan Dede, dan salah
satu kabar bahagia itu adalah Tania dan Dede akan kembali sekolah, semua itu berkat
dukungan Danar, dan Danar pula yang akan membiayai mereka. Saat itu Tania benar-benar
bahagia dan berterimkasih kepada Danar. Meskipun Tania dan Dede sudah kembali sekolah,
namun mereka tetap mengamen seperti biasanya seusai pulang sekolah sampai sebelum
magrib tiba. Mereka mengamen hanya untuk semata-mata membantu Ibu, karena Ibu sering
sakit-sakitan jadi tidak bisa mencari uang sepenuhnya. Dan Tania pun selalu belajar dengan
kerja keras mengejar tiga tahun ketertinggalannya, begitu pun dengan Dede. Dede pun
menghapal seharian abjad dan Dede mampu mengahapalnya hanya dalam satu hari pertama
Dede masuk sekolah.
Kemudian akhir-akhir itu kesehatan Ibu mulai membaik. Sembuh begitu saja tanpa
diobati. Seminggu kemudian Ibu kembali bekerja emnjadi tukang cuci. Dari penghasilan sebagai
tukang cuci, hasil Tania dan Dede mengamen, juga tambahan bantuan dari Danar, akhirnya Ibu
memutuskan untuk mengontrak sebuah kamar sederhana berdinding tembok. Kehidupan
mereka pun semakin membaik, setelah selama tiga tahun merasakan kepahitan dan kemiskinan
yang tiada tara. Ibu pun membuat usaha kue, dan usahanya pun sangat maju, ibu sering
mendapatkan pesanan, dan Ibu selalu sibuk. Bahkan Ibu memanggil dua orang tetangga untuk
membantu usaha kue nya itu, karena Ibu sangat kerepotan melakukannya sendirian. Dan Usaha
kue itu modalnya dari Danar, meskipun Ibu telah menolaknya namun Danr tetap memberikan
uang untuk modal Ibu usaha kue.
Danar pun selalu mengunjungi, menengok mereka di rumah kontrakkan itu.
Memberikan beberapa makanan dan juga hadiah, tidak terlepas memberikan bantuan
beberapa kebutuhan untuk mereka. Atas kebersamaan itulah tumbuh benih-benih rasa di hati
Tania yang sama sekali Tania tidak mengerti akan rasa yang Tania rasakan kepada Danar.
Namun, pada suatu hari Danar mebawa istrinya yang bernama Ratna. Semenjak hari itu Ratna
merebut semua posisi Tania, dan Tania pun merasa kesal dan tersisihkan atas kehadiran
Ratna.  Tania sangat cemburu. Ratna selalu hadir dan ikut kemana pun Danar pergi, bahkan
ketika mereka pergi ke Dufan sebagai hadiah untuk Dede karena telah menyelesaikan legonya,
Ratna pun ikut.
Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Ibu tak sadarkan diri sakit parah dan dibawa ke
rumah sakit. Tania dan Dede sangat kaget dan merasakan takut. Beruntung Danar selalu siap
siaga menjaga mereka. Dan tidak pernah disangka, bagai petir di siang bolong. Ibu meninggal,
usaha kuenya terhenti. Kini dua anak kecil pengamen itu menjadi yatim-piatu. Dan Danar pun
mengurus Tania dan Dede. Menyekolahkan mereka, hidup bersama, tinggal bersama Danar.
Setelah kepergian Ibu, Danar memutuskan untuk membeli sepetak tanah untuk tempat
tinggal Danar, Tania, dan Dede. Kemudian Tania pun lulus sekolah SD, dan Tania mendapatkan
ASEAN Scholarship beasiswa SMP di Singapura. Dan Tania harus hidup mandiri di sana,
meninggalkan Dede, Danar, dan pusara Ibu. Namun, mereka tetap berkomunikasi dengan baik
lewat e-mail/chatting. Tania sangat merindukan Danar dibandingkan merindukan Dede.
Dan tidak terasa setelah tiga tahun Tania berjuang mati-matian belajar, akhirnya Tania
lulus SMP dengan nilai terbaik kedua. Dan Tania pun kembali mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan sekolah SMAnya, meski Tania telah mati-matian memohon agar Tania melanjutkan
sekolah SMA nya di Jakarta kepada Danar, Danar tetap memerintahkan Tania untuk
meneruskan sekolahnya di Singapura. Meski Tania merajuk tak menentu, akhirnya Tania
menurut saja. Karena Tania sudah berjanji bahwa Tania akan mengikuti semua kata-kata dan
perintah Danar. Saat sweet seventeen Tania, Danar dan Dede memutuskan untuk pergi ke
Singapura untuk merayakan sweet seventeen Tania di sana. Dan Tania pun sangat bahagia, ini
kejutan baginya dan akan menjadi hal yang sangat indah.  Dan ketika Danar dan Dede pulang
kembali ke Jakarta, tiba-tiba Danar memberikan sebuah liontin T untuk Tania. Yang mungkin
bisa  berarti, Tersayang, Tercinta, Tercantik, dan bisa juga Teman. Liontin itu sangat berarti
banyak bagi Tania.
Dan setelah berjuang dengan habis-habisan pula akhirnya Tania lulus SMA dengan hasil
ujian terbaik melampaui 0,1 digit nomor satu orang yang selalu membuatnya menjadi nomor
dua. Tania mendapatkan pengahargaan Kristal pohonlime, dan Tania pun mendapatkan
tawaran dari kepala sekolahnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di NUS dengan
beasiswa hingga lulus dan bebas memilih jurusan apa pun sesuai dengan apa yang Tania
inginkan. Sedangkan Dede kini melanjutkan pendidikannya kuliah di dekat tempat tinggal
mereka. Dan Danar kini sudah menjadi GM di perusahaan marketingnya. Tania pun tumbuh
sesuai dengan apa yang diharapkan Danar, dan perasaan yang ada pada hati Tania pun semakin
tumbuh dan semakin menyesakkan karena tak mampu untuk megungkapkannya. Perbedaan
umur yang terlampau sangat jauh, itu salah satu kendalanya.  Semua kabar bahagia itu terasa
lenyap begitu saja, karena Ratna dan Danar memberitahukan bahwa mereka akan menikah tiga
bulan lagi. Seketika hati Tania hancur berkeping-keping, Tania kaget mendengar kabar itu.
Malaikat yang Tania cintai akan menikah dengan wanita lain yang telah merebut semua posisi
Tania. Tania sangat merasakan cemburu yang amat mendalam, meskipun banyak sekali cowok-
cowok yang mendekati dan naksir kepada Tania seperti Adi, Jhony Chan, karyawan toko buku,
dan wajah-wajah bertampang Indo-melayu lainnya, hati Tania tetap berpihak kepada Danar.
Hari-hari menyakitkan pun sangat dirasakan oleh Tania, dan ketika liburan NUS Tania
memutuskan untuk tidak pulang. Pernikahan Danar dan Ratna tinggal tiga minggu lagi, Tania
memutuskan untuk tidak pulang. Tepatnya Tania tidak ingin menyaksikan pernikahan mereka,
menyaksikan malaikat yang dicintanya itu mengucapkan ijab qobul untuk Ratna. Pulang atau
tidaknya Tania itu pasti akan memberikan pengaruh yang besar. Danar, Dede, dan Ratna pun
berkali-kali meminta Tania untuk pulang, tapi Tania tetap memutuskan untuk tidak pulang. Dan
keputusan itu pun membuat Danar berubah, membuat Dede menjadi bingung, membuat Ratna
calon istrinya menjadi takut. Dan ratna pun memutuskan untuk pergi ke Singapura menemui
Tania membujuknya untuk pulang agar semua hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Namun semua itu sia-sia, Tania tetap tidak akan pulang dengan sejuta alasan. Pulang atau
tidaknya Tania, pernikahan itu tetap berlanjut.
Setelah pernikahan mereka terjadi, mereka pun pergi sesuai rencana pergi berbulan
madu sesuai dengan yang Dede ceritakan. Kehidupan Tania mejadi berubah. Tania tidak
menjadi dirinya sendiri, mencari kesibukan yang tidak ia lakukan dengan hati, wajah yang
menyenangkan dimiliki Tania pun memudar, perangai yang membuat Anne sahabatnya menjadi
ikut prihatin, Tania menjadi egois dan keras kepala, semua itu Tania lakukan hanya semata-
mata untuk melampiaskan rasa sakitnya. Kehidupan harus tetap berlanjut meskipun
bagaimanapun kondisinya.
Tania masih berkomunikasi baik dengan Dede dan Ratna, kecuali dengan Danar. Tania
sudah lama tak berkomunikasi dengan Danar, namun Danar selalu menanyakan kabarnya
melalui Dede. Semua perasaan itu semakin kalut tak menentu. Bahkan saat ulangtahun Tania
yang berikutnya tidak ada lagi perayaan seperti waktu sweet seventeen bersama Danar dan
Dede. Dan Dede pun berlibur sendirian ke Singapura bersama Tania. Setelah beberapa bulan,
akhirnya Tania memutuskan untuk pulang tanpa memberitahu Danar dan Ratna. Tania kangen
kota yang memberikannya sejuta kesan dan perasaan yang selalu tumbuh. Delapan tahun atas
kepergian Ibu, Tania ingin mengunjungi pusara Ibu. Tania pun pulang bersama Adi yang
menyukainya. Setelah tiba disana, tiba-tiba Danar ke rumah dan melihat ada Tania di sana,
Danar memeluk Tania dengan kaku, tatapan muka yang kaku pula. Keesokan harinya, Tania,
Dede, Danar, Ratna, dan Adi pergi ke pusara Ibu. Mengadu dan mendoakan Ibu. Danar dan
Ratna saat itu terlihat sangat mesra. Hati Tania pun semakin kalut.
Setelah beberapa hari, Tania pun kembali ke Singapura tanpa Adi. Tak asa kejadian
penting selama enam bulan. Tania lulus dengan kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik.
Tania benar-benar sendirian saat kelulusan itu. Namanya terpahat di plakat depan kampus,
lulusan terbaik, tercepat, tertinggi GPA-nya. Anak pengamen yang kumuh, dekil, dan bau, kini
namanya terpahat dan dikenal oleh semua orang. Ibu pasti akan bangga.
Tiba-tiba pada suatu waktu Tania mendapatkan e-mail yang menyakitkan dari Ratna,
Tania sampai berdarah-darah  membacanya. Membuat Tania menjadi tidak mengerti. Ratna
menceritakan keadaan rumah tangganya kepada Tania, menceritakan perangai Danar yang
berubah, membuat Tania kaget tidak menyangka. Bagaimana mungkin malaikat yang
dicintainya yang dimatanya begitu sempurna, tak akan mungkin membiarkan siapun menangis
kini membiarkan istriya sendiri menangis karenanya. Tania pun akhirnya memutuskan untuk
pulang, membantu dan mencari tahu masalah yang sebenarnya dengan bantuan Dede. Dan
tidak disangka akhirnya teka-teki itu mulai bermunculan, Danar benar-benar berubah tidak ada
lagi wajah yang menyenangkan itu, selalu pulang larut malam, dan sikapnya menjadi dingin.
Tania pun tahu dari Dede bahwa Danar pun mempunyai perasaan yang sama seperti Tania.
Seperti liontin yang pernah Tania dapatkan dari Danar ternyata itu benar-benar special, meski
Dede dan Ibu juga mendapatkannya. Namun ternyata jika liontin Danar dan Tania disatukan,
akan sempurna membentuk daun berbentuk hati. Terdapat gambar bunga dan dua daun
Linden. Semuanya terasa menyesakkan, Tania bertanya-tanya dalam hati. Mengapa kalau Danar
mengetahui tentang perasaan Tania kepadanya Danar malah menikah dengan Ratna, dan kalau
memang Danar memiliki rasa yang sama seperti Tania mengapa Danar tak mengungkapkannya.
Semua ini hanyalah pertanyaan yang tak pernah terjawabkan. Dan Dede pun memberitahu
Tania soal novel yang dibuat Danar, yang tidak sengaja Dede copy paste dari laptop Danar.
Novel itu berjudul Cinta dari Pohon Linden. Cerita yang tak akan pernah usai. Ternyata novel itu
menceritakan tentang mereka. Tania pun segera akan menemui Danar dan mempertanyakan
tentang semua ini, dan Danar sedang duduk terpekur di bawah pohon linden depan rumah
kardus tempat tiga tahun Tania merasakan kemiskinan dan kehidupan yang menyesakkan.
Tania pun menemui Danar dan mempertanyakan semuanya, Tania menangis dan
membicarakannya dengan suara tersendat. Danar hanya diam dan seolah-olah tak mengerti.
Tania mengungkapkan semuanya. Namun semuanya sudah terlambat, cinta itu sangat
membuat mereka menyesakkan. Kini Ratna tengah hamil empat bulan dan Danar harus
mempertanggung jawabkan pernikahannya itu. Tania pun telah menerima semua keadaannya
itu, mencoba memahaminya. Cinta tak harus memiliki. Tania akan kembali lagi ke Singapura,
dan tidak akan kembali lagi. Meninggalkan Dede, Danar, Ratna, toko buku, semua kenangan,
dan pusara Ibunya.

2. Unsur intrinsik

a. Tema : Perasaan yang terpendam dengan semua gejolak permasalahan kehidupan.


b. Alur : Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju
mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
 Pengenalan/Awal cerita
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan Tania yang berlokasi di sebuah toko
buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir.
Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama,
yang kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
 Konflik/awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa
perasaan yang mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan
bersama ke Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi
ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
 Klimaks/puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni
ketika Tania bertemu dengan Om Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan
mengenai kejujuran yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam
selama ini.
 Anti klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan
perasaannya sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di
benaknya.

 Resolusi/ penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke
Singapura.

c. Latar
1) Latar Tempat:
 Rumah kardus Tania:
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)
 Toko buku favorit Danar:
“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur
berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)
 Kontrakan Danar:
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm.
67)
 Kelas mendongeng milik Danar:
“..melainkan karena setiap hari Minggu dia membuka kelas mendongeng di
rumahnya..” (hlm. 37)
 Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan
luar negeri.” (hlm. 78)

 Kelas mendongeng yang didirikan Tania:


“esok paginya saat hari Minggu, setengah hari dihabiskan di kelas mendongeng.
Kami (aku dan Anne) menggunakan salah satu gudang di bangunan flat.
Menyingkirkan semua barang yang tidak perlu menyulapnya menjadi kelas
mendongeng yang nyaman.” (hlm. 176)

2) Latar waktu
 Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu
dicuci.” (hlm. 24)
 Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
 Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih
lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
 Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)

d. Tokoh
Ada beberapa tokoh dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah Membenci Angin ini,
yaitu:
1) Tania (Tokoh ‘Aku’)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab,
menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania
juga seorang yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela
mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang
untuk kelangsungan hidup mereka.
 Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil
melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan
peringkat terbaik.” (hlm. 127)
 Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang.
Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini:
“mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..””  (hlm. 15)

 Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu
membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)

2) Om Danar
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang,
dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya
laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
 Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya
tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-
temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)
 Baik
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli
obat merah.” (hlm.24)
 Menyukai anak-anak
“...kak Ratna nggak akan pernah suka sama anak-anak. lihat, emang pernah Kak
Ratna datang di kelas mendongeng? Kak Ratna juga nggak suka berdiri di lantai
dua toko buku itu. Itu kan ritual wajib Oom Danar.” (hlm. 138)

3) Dede
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki
nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan
mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia
memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar
sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama Oom
Danar di kelas mendongeng.
 Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.”
(hlm.44)

 Pandai bercerita
“kau pandai sekali bercerita. Dua kali lebih pandai dibandingkan Tania.”
(hlm.177)
 Tampan
“you’re really handsome baby. So i think, all the girls wouldn’t mind seeing you
around the flat.” Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku.”
(hlm.174)

4) Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu
menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar
simpan diam-diam.
 Pengertian, mau mendengarkan, sabar
“Matang, pengertian, mau mendengarkan, dan penyabar. Aku menelan ludah.
Dalam beberapa hal, sifat baik itu ada pada kak Ratna, bukan padaku.” (hlm. 206)
 Cantik, berperawakan seperti artis
“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-
artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali.” (hlm.39)
 Penyabar
“Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia lebih
banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami
hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum
tidur. Sisanya kosong.” (hlm. 211)

5) Ibu
Ibu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan menyayangi keluarganya.
Beliau seorang pekerja keras yang rela membanting tulang untuk bekerja serabutan
agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari kata cukup. Ibu
pengertian, serta sangat sabar dan tabah dalam menhadapi kehidupan. Beliau juga
seorang pencemas yang mengkhawatirkan anak-anaknya.

 Pencemas
“kata ibu,”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti  setiap barang yang
rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...” (hlm.17)
 Pekerja keras
“seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry
mahasiswa.” (hlm.35)
 Pengertian
“tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. “Oom Danar lagi
capek!” itu pesan Ibu.” (hlm.47)

6) Miranti
 Ringan tangan
Miranti adalah sosok perempuan yang baik hati dan ringan tangan, Miranti
dengan sukarela membantu Ibu dalam membuat kue dan juga membesarkan usaha
kue tersebut ketika Ibu sudah meninggal. “Miranti yang dulu membantu Ibu
membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti senang
mendengar kabar ini di surga” (Hal. 99)
Dan miranti bukan tipe perempuan “kacang lupa kulitnya”. Meskipun semua
usaha kue itu telah diambil alih semuanya oleh Miranti, tapi Miranti tetap
menggunakan nama Ibu untuk memberinama toko kuenya itu bahkan dengan
sangat baiknya Miranti, dia menyisihkan uang hasil kue usahanya itu diberikan
untuk Dede. “Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan nama
Ibu di sana “WH Bakery”, meskipun 100% kepemilikan toko tersebut sudah
ditangannya. Miranti bahkan masih menyisihkan sebagian besar uang untuk
Dede” (Hal. 183).
7) Anne
 Sahabat yang baik
Anne adalah sosok seorang sahabat yang baik, dia selalu siap mendengarkan
keluh kesah sahabatnya Tania. Apa pun ceritanya, kapan pun, dan di mana pun,
Anne selalu ada untuk Tania. Ketika Tania mencurahkan hatinya tentang Danar
kepada Anne, Anne selalu mendengarkan Tania dan memberikan saran yang
terbaik untuk sahabatnya itu, dan Anne tidak pernah bosan untuk melakukan itu
 Setia kawan
Anne adalah sosok seorang yang setia kawan, Anne selalu ada untuk Tania.
“Anne juga sedang di sana (Anne selalu menemaniku di hari-hari buruk itu; dia
memang teman yang bisa diandalkan” (Hal. 147)

8) Adi
 Baik
Adi adalah sosok pria yang baik, Adi tidak pernah menolak atau berprasangka
buruk meskipun usahanya untuk mendekati Tania selalu saja dianggap remeh,
seperti tak ada di mata Tania, dan selalu dimanfaatkan. Adi selalu dengan ikhlas
melakukan apa pun yang diinginkan Tania.
 Setia
Adi setia kepada Tania, meski pun Tania tak pernah menjawab tentang perasaaan
yang tumbuh dihatinya.
 Sabar
Adi adalah sosok seorang pria yang pantang sabar untuk mendekati Tania, meski
Tania bersikap dingin terhadapnya. Sabar untuk menunggu Tania bisa membuka
hatinya untuk Adi.
 Berani
Adi adalah sosok seorang pria yang cukup berani, Adi mengungkapkan
perasaannya kepada Tania dihadapan banyak orang tanpa memperdulikan
risikonya akan diterima atau tidak.

9) Jhony chan
 Pantang menyerah
Jhony Chan adalah sosok seorang pria yang pantang menyerah untuk mendekati
Tania, meski Tania bersikap acuh kepadanya. “Si Jhony Chan itu juga semakin
menyebalkan. Dia beberapa kali terang-terangan mengajakku jalan bareng” (Hal.
108)

10) Ibu-ibu gendut (Mrs. G)


 Tegas
Ibu-ibu gendut adalah sosok seorang yang tegas, taat akan aturan dan disiplin.
“Ibu-ibu gendut, orangnya jauh dari asyik. Terlalu banyak mengatur. Spk disiplin
dan pecinta aturan” (Hal. 72)

11) Penjaga toko buku


 Ramah
Penjaga toko buku adalah sosok seorang yang ramah, dia selalu menyapa kepada
Tania. Mungkin juga penjaga toko itu menyukai Tania, mencari-cari perhatian
Tania. “Karyawan cowok yang tadi menegurku di lantai dua berdiri menunggu
angkutan umum” (Hal. 161)

e. Amanat :

Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah
menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita
inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Karena yang terbaik menurut
kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif,
hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu
datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih
kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih,
sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti
yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup
dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.
Karena cinta tidak harus memiliki

f. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita
ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin
dalam kutipan berikut ini:

“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)

“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)

“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup sekali.”
(hlm.237).

g. Gaya Bahasa
1) Allerogi : Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162)
2) Allerogi : Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190)
3) Simile : seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...
(hal.128)
4) Asosiasi : mobil beringsut seperti keong. (hal. 65)
5) Hiperbola : seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini
dengan dirinya. (hal.129)
6) Hiperbola : Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah. (hal. 228)
7) Personifikasi : Angin malam memainkan anak rambut. (hal.236)
8) Personifikasi : Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. (hal. 63)
9) Personifikasi: Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
10) Sinisme : “cantik apanya? Rambut panjang, kuku panjang, untung kak Tania
nggak punya lubang di belakang.” (hal.45)
BAB II

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin” ini dapat disimpulkan
hasil analisis tema, cerita, plot, penokohan, pelataran, penyudut pandangan, bahasa, dan
moral yang benar-benar terstruktur dalam novel ini pun tersirat beberapa nilai-nilai yang
patut dicontoh dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut
Setelah dilakukannya analisis novel ini tentunya memiliki kelebihan seperti yang telah terurai
sehingga membuat para pembacanya semakin tertarik untuk membacanya, selain itu tentu
saja novel ini memiliki kekurangan tersendiri yaitu dalam segi ceritanya.

Anda mungkin juga menyukai