KEWARGANEGARAAN
Disusun Oleh :
Fransisca Angelina (2162201027)
Meriyanti (2162201020)
Yessa (2162201003)
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
KONSTITUSI”.
Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna
dari Negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara dan
konstitusi, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... I
DAFTAR ISI...................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
2.1....................................................................................................................... Bangsa
Dan Negara.................................................................................................. 3
2.2....................................................................................................................... Syarat-
Syrat Suatu Negara....................................................................................... 4
2.3....................................................................................................................... Konsep
Dasar Konstitusi........................................................................................... 5
2.4....................................................................................................................... Materi
Muatan Konstitusi........................................................................................ 6
2.5....................................................................................................................... Konstit
usi-Konstitusi Yang Pernah Digunakan Di Indonesia................................. 7
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Pengertian Bangsa
Istilah bangsa atau nasion, natie dan nation muncul karena pada hakikatnya manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang menempatkan eksistensinya di dalam
kebersamaan.
Istilah bangsa mengandung dua pengertian, yaitu bangsa dalam konteks geneologis-
antropologis dan bangsa dalam dalam konteks politik.
Adapun bangsa dalam konteks politik merupakan sekelompok orang yang rasa dan ikatan
kesatuannya berdasarkan pada kesamaan cita-cita, tujuan, nasib sehingga mendorong mereka
untuk hidup bersama dalam wilayah tertentu demi kelangsungan hidup dan eksistensi mereka.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian bangsa adalah
kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta
berpemerintahan sendiri.
Unsur-Unsur Bangsa
Sekelompok masyarakat atau orang bisa dikatakan sebagai sebuah bangsa ketika memenuhi
unsur-unsur berikut ini.
- memiliki asal-usul dalam sejarah bersama dalam suatu bentuk ikatan atau sentimen kolektif
- memiliki bahasa, struktur sosial, dan sistem politik yang dikehendaki
- adanya wilayah sebagai ruang hidup tempat bermukim dan mencari nafkah bagi
kelangsungan hidup
- memiliki dan menunjukkan identitas kolektif yang menjadi atribut sebuah budaya sehingga
dapat membedakannya dengan bangsa lain
Pengertian Negara
Dalam kehidupan sosialnya, manusia membutuhkan suatu alat atau piranti dalam suatu bentuk
organisasi politik yang dapat mengatur pranata sosial politik dalam kehidupan manusia, yaitu
negara.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang memiliki legitimasi kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat serta menertibkan persoalan kekuasaan
dalam masyarakat.
Adapun pengertian negara pada zaman Yunani kuno mengacu pada istilah polis, yakni
lingkungan negara kota yang di dalamnya warganegara turut serta dalam permusyawaratan
negara.
Berikut ini pengertian negara menurut beberapa ahli agar detikers memahami perbedaan
bangsa dan Negara :
1) Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) negara memiliki dua pengertian. Pertama
negara diartikan sebagai organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyat.
Pengertian kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah
tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai
kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
2) Harold J Laski
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan
dari masyarakat.
3) MacIver
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam
suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah
yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
4) Weber
Negara adalah asosiasi suatu masyarakat yang memiliki monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Keterangan ini memperjelas perbedaan
bangsa dan negara.
Unsur-Unsur Negara
Sama halnya dengan sebuah bangsa, sesuatu bisa dikatakan negara jika memenuhi unsur-
unsur negara. Berikut ini yang termasuk unsur-unsur negara untuk mengetahui perbedaan
bangsa dan negara
- Adanya rakyat/jumlah penduduk
Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu negara maka pemerintahan tidak akan
berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
- Adanya wilayah
Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas
darat, laut, dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak
memerlukan wilayah lautan.
Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan
pemerintah akan melaksanakan fungsinya.
- Memiliki Pemerintahan
Definisi pemerintah secara luas dapat diartikan sebagai sekumpulan orang-orang yang
mengelola kewenangan dan kebijakan dalam mengambil keputusan serta melaksanakan
kepemimpinan & koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dan wilayahnya
yang membentuk sebuah lembaga dimana mereka ditempatkan.
Pemerintah tidak sama dengan negara dan tidak mewakili kepentingan negara dalam segala
bidang. Pemerintah inilah yang memperoleh kewenangan menata dan mengelola kehidupan
bersama dan berupaya menciptakan kesejahteraan, keamanan, dan ketertiban bagi warganya
Pemerintah dapat berganti -ganti tanpa diikuti pergantian hak dan kewajiban. Ia mendapat
kedudukan istimewa dalam negara melalui proses pemilu. Dalam negara yang kuat pemerintah
dapat berganti-ganti tanpa mengancam lembaga negara dan kehidupan bernegara.
Mereka ini didaulat untuk menjadi penguasa (Pemerintah). Pimpinan dari pemerintahan
tersebut disebut kepala pemerintahan dan di negara yang berbentuk republik ada kalanya
kepala pemerintahan merangkap sebagai kepala negara yang berdaulat. Dalam kedaulatan kita
mengenal teori kedaulatan sebagai berikut.
Teori ini menganggap kepala negara anak atau turunan Tuhan, oleh karenanya segala titahnya
harus ditaati karena suara Tuhan atau tidak bisa dibantah.
Teori ini menganggap segalanya demi pemerintahan karena negara menurut kodratnya
mempunyai kekuasaan mutlak.
Kedaulatan yang didasarkan pada hukum karena yang berdaulat adalah hukum, kekuasaan
diperoleh melalui hukum dan tunduk pada hukum. Berbeda dengan di atas, Herodotus
membagi kekuasaan pemerintahan tersebut (kedaulatan) terdiri dari berikut ini.
Pendapat Herodotus tersebut oleh Plato (427347 SM) dianggap menguasakan dalam baiknya
sedangkan dalam bentuk buruknya, yakni berikut ini.
2) Adanya Wilayah
Syarat berikutnya yaitu wilayah. Dimaksudkan dengan wilayah adalah lokasi atau area tertentu
dengan segala kandungan potensi wilayah tersebut dan kekuatan-kekuatan yang dapat
dimanfaatkan mulai dari laut atau perairan, darat sampai dari udara, baik yang bersifat fisik
maupun nonfisik. Secara kompleks, muncul tata ruang dan segala sumber kekayaan alam yang
di dalamnya menjadi ruang hidup negara dari bangsa ini yang sangat penting maka keraplah
terjadi konflik antara negara menyangkut wilayah tersebut yang berujung pada perang.
Anda dapat mengkaji bagaimana bangsa Indonesia mempertahankan wilayahnya dalam perang
kemerdekaan. Bangsa Palestina dengan “Bom bunuh diri” untuk menuntut hak-hak wilayahnya.
Selesai perang dunia kedua wilayah Jerman dibagi dua, begitu juga Korea dan Uni Soviet yang
bercerai berai, Yugoslavia yang berkeping-keping karena konflik etnis dan agama, sampai
kepada Kuwait yang dalam sekejap hilang dilindas Irak pada tahun 1991 dan sekarang Irak
sendiri yang digempur AS, Inggris, dkk. Bahasan-bahasan tentang wilayah ini dapat Anda
bicarakan dalam Wasantara (wilayah geopolitik dan geostrategi).
Individu sebagai warga negara tidak hanya terikat dengan aturan bernegara tetapi juga
bermasyarakat. Keseluruhan kompleksitas hubungan manusia (individu) yang luas terpola dan
khas, kita namakan masyarakat. Jadi, masyarakat lebih banyak berkaitan dengan ikatan
sosiologis yang mendiami suatu daerah, sedangkan penduduk adalah mereka yang menjadi
penghuni atau mendiami suatu negara yang perlu didata (sensus penduduk) yang terdiri dari
warga negara dan bukan warga negara. Warga negara dapat tinggal di dalam negeri dan di luar
negeri. Menurut hukum internasional tiap-tiap negara berhak untuk menetapkan sendiri siapa
yang diakui sebagai warga negaranya, dan ketetapan tersebut biasanya diatur dalam undang-
undang.
Ada dua asas yang dipakai dalam penentuan Kewarganegaraan, yaitu asas Ius Soli dan asas
Ius Sanguinis.
- Mereka yang mempunyai Kewarganegaraan ganda atau bipatride karena negara asal
orang tua yang bersangkutan menganut asas ius sanguinis sedangkan yang
bersangkutan melahirkan anak, tinggal di negara yang menganut asas ius soli.
- Mereka yang sama sekali tidak mempunyai Kewarganegaraan (apatride) karena yang
bersangkutan dilahirkan di negara yang menganut asas ius sanguinis sedangkan negara
asal orang tua yang bersangkutan menganut asas ius soli. Di negara Indonesia untuk
menentukan apakah termasuk syarat WNA atau WNI kita merujuk pada Pasal 26 ayat
(2) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut. Yang menjadi warga negara ialah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa asing yang ditentukan atau
disahkan dengan undang-undang. Sebagai warga negara (ayat 1) syarat-syarat
mengenai Kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-undang (ayat 2). Berdasarkan
Pasal 26 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 maka dibuatlah Undang-undang No. 62
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia. Anda perlu mencari dan mengkaji
undang-undang tersebut.
- Naturalisasi (pewarganegaraan). Walaupun dalam menentukan pilihan dalam
Kewarganegaraan tidak dapat memenuhi prinsip lus anguinis atau lus soli orang dapat
memperoleh Kewarganegaraan dengan jalan “Pewarganegaraan” atau “Naturalisasi”.
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif dan ada yang pasif. Dalam
pewarganegaraan aktif seseorang dapat menggunakan “hak opsi” untuk memilih atau
mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara, sedangkan dalam
kewarganegaraan pasif, seseorang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara
maka yang bersangkutan dapat menggunakan “hak repudiasi”, yaitu hak untuk menolak
Kewarganegaraan tersebut.
4) Adanya Pengakuan
Syarat pengakuan eksistensi suatu pemerintahan negara oleh negara tetangga atau negara lain
sangat penting dan merupakan kerelaan negara tersebut untuk mengakui suatu negara
merdeka pemerintahan yang sah dan berdaulat.
Coba Anda ingat kembali, bagaimana agresi militer Belanda I tahun 1947 dan agresi militer
Belanda II tahun 1948 terjadi, padahal kita sudah memproklamasikan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Bagaimana negara Kuwait dalam sekejap hilang dilindas Irak karena Kuwait dianggap bagian
dari provinsi Irak.
Mungkin juga Anda dapat memberikan contoh seperti Palestina dan lainnya. Kendatipun
Belanda melakukan agresi militer I dan II, tetapi di sisi lain seperti negara India dan Australia
dan beberapa negara lainnya mengakui kedaulatan negara Indonesia sejak proklamasi 17
Agustus 1945 mulai dari Sabang sampai Merauke. Pengakuan terhadap suatu pemerintahan
negara yang berasal dari dalam juga penting.
Kalau tidak ada pengakuan tersebut maka akan menimbulkan konflik internal yang mengarah
kepada pemberontakan kudeta atau revolusi. Saya berharap Anda sudah dapat memahami
konsep negara, bangsa dan masyarakat. Namun, bagaimana dalam praktik kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Dalam praktik kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat esensinya adalah adanya kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak kita
sebagai warga negara, maupun warga bangsa (warga masyarakat bangsa).
Hal ini sudah diatur dalam falsafah/ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, undang-
undang, dan produk hukum lainnya. Akan tetapi, dalam kenyataannya Anda berasal dari salah
satu suku/daerah atau kelompok masyarakat di Indonesia maka untuk dapat memahaminya
Anda dapat melihat tabel berikut.
Semangat kebangsaan suatu bangsa tergantung pada kondisi, situasi dan tantangan yang
dihadapi oleh bangsa itu pada kurun waktu tertentu. Pada era menjelang kemerdekaan,
semangat kebangsaan bangsa Indonesia terfokus pada semangat anti kolonial. Sekarang
kondisi dan situasi telah berubah. Tantangan baru dalam mengisi kemerdekaan jauh berbeda
dengan tantangan pada waktu merebut kemerdekaan. Oleh karena itu, semangat baru harus
mengalir dalam denyut nadi seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan tantangan yang dihadapi
di masa kini.
Bangsa Indonesia sekarang ini sebagian besar terdiri dari generasi muda yang tidak mengalami
masa “perang kemerdekaan”. Rasa kebangsaan generasi muda bisa berbeda disebabkan
mereka tidak mengalami kekejaman kolonialisme masa lalu. Rasa kebangsaan mereka tumbuh
dari faktor pendukung lainnya yang dialami secara langsung dalam berbagai bidang kehidupan.
Tantangan yang kita hadapi dewasa ini adalah mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa yang
telah maju. Namun, paham kebangsaan Indonesia sebagai jati diri bangsa harus dibela secara
gigih, dipertahankan, diperjuangkan dan direalisasikan secara murni dan konsekuen oleh setiap
generasi bangsa dari waktu ke waktu.
Pengertian Konstitusi
Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis constituer yaitu sebagai suatu ungkapan yang
berarti membentuk. Menurut Jazim Hamidi, pemakaian kata konstitusi lebih dikenal untuk
maksud sebagai pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu negara. Dengan kata lain,
secara sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk dan
susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang
bersangkutan’’. Oleh karena itu ciri khas dari sebuah negara dapat dilihatdari konstitusi yang
digunakannya. Namun secara terminologi, konstitusi tidak hanya dipahami dengan arti yang
sesederhana itu.
Konstitusi dipahami secara lebih luas, selain dikarenakan oleh kompleksitasnya permasalahan
mendasar yang harus diatur oleh negara, juga dikarenakan oleh perkembangan pemikiran
terhadap keilmuan dalam memahami konstitusi sebagai hukum dasar (gronwet) dalam suatu
negara. Pemikiran Duguit banyak dipengaruhi oleh aliran sosiologi yang diprakarsai oleh
Auguste Comte, menurutnya hukum itu adalah penjelmaan de facto dari ikatan solidaritas sosial
yang nyata. Dia juga berpendapat bahwa yang berdaulat itu bukanlah hukum yang tercantum
dalam bunyi teks undang-undang, melainkan yang terjelma di dalam sociale solidariteit
(solidaritas sosial). Oleh karena itu, yang harus ditaati adalah sociale recht itu. Bukan undang-
undang yang hanya mencerminkan sekelompok orang yang kuat dan berkuasa.
Terlepas dari pendefinisian tentang konstitusi di atas, terdapat juga keanekaragaman dari para
ahli dalam memandang konstitusi. Konstitusi dalam pandangan Wheare tersebut di atas, selain
dipahami sebagai istilah untuk menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan suatu
negara, juga sebagai kumpulan aturan yang membentuk dan mengatur atau menentukan
pemerintahan negara yang bersangkutan. Sementara itu, Jimly Asshiddiqie, mendefinisikan
konstitusi sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Hal tersebut tidak terlepas karena tidak semua negara
memiliki konstitusi tertulis atau Undang-undang Dasar. Kerajaan Inggris misalnya, tidak memiliki
satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis, namun biasa disebut sebagai
negara konstitusional. Berangkat dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian konstitusi di
atas, menurut hemat penulis dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai batasan-batasan
pengertian konstitusi yang dirumuskan sebagai berikut :
Teori konstitusi menghendaki negara terbentuk atas dasar hukum dasar (basic norm) yang
demokrasi yang merupakan naluri masyarakat suatu bangsa, sehingga konstitusi yang dibentuk
adalah konstitusi demokrasi yang menghendaki the rule of law.Konstitusi juga disebut sebagai
ground wet atau dalam oxforddictionary of law, perkataan Constituion diartikan sebagai : …the
rule and practices that determine the composition and functions of the organs of the central and
local government in a state and regulate the relationship bet-ween individual and the state.
Artinya, yang diatur itu tidak saja berkenaan dengan organ negara beserta komposisi dan
fungsinya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat pemerintah daerah (local government), tetapi
juga mekanisme hubungan antara negara atau organ negara itu dengan warga Negara. Kata
‘Konstitusi’ berarti ‘pembentukan’, berasal dari kata kerja yaitu ‘constituer’ (Perancis) atau
membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna
awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda
menggunakan istilah ‘Grondwet’ yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond)
dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar.
Hakikat Konstitusi
Sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah negara
dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu, konstitusi yang
ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti segala
perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat. Konstitusi
tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang terkait dengan proses amandemen
Undang-Undang Dasar RI 1945 yang beberapa waktu terakhir menjadi isu sentral dalam
ketatanegaraan Indonesia. Perkataan ‘Konstitusi’ berarti membentuk ‘pembentukan’ berasal
dari kata kerja ‘coustituer’ (Prancis) yang berarti ‘membentuk’. Kini yang dibentuk adalah suatu
Negara, maka ‘Konstitusi’ mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
negara.7 Sendi-sendi itu tentunya harus kuat dan tidak akan mudah runtuh, agar bangunan
‘Negara’ tetap berdiri. Oleh karena itu, peraturan yang termuat dalam konstitusi harus tahan uji,
jangan sampai sendi-sendi itu memiliki celah-celah untuk disalah artikan atau bahkan diganti
oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan bangunan suatu negara itu kokoh. Dengan demikian
maka tidak ada seorang pun yang dengan serta-merta dapat menggantikan sendi-sendi itu
dengan tiang-tiang yang lain coraknya dan yang akan mengubah wajah negara.
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang merupakan hasil
pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya dikodifikasikan sebagai
dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-
prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi
nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hokum termasuk dalam
bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan Negara pada umumnya.8
Konstitusi umumnya merujuk padapenjaminan hak kepada masyarakatnya. Istilah konstitusi
dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisaikan fungsi pemerintahan Negara.
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum dasar yang
tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum dasar yang tidak
tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Mengingat sulitnya mengubah
Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang memerlukan peraturan, maka dalam
penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan konvensi. Definisi konstitusi menurut E.C.
Wade dalam Miriam Budiardjo adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut. Dikalangan para ahli hukum, pada umumnya dipahami bahwa konstitusi mempunyai
tiga tujuan pokok, yaitu:
a. keadilan (justice),
c. kebergunaan (utility).
Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan (balance, mizan) dan kepatutan (equity), serta
kewajaran (proportionality). Sedangkan, kepastian hukum terkait dengan ketertiban (order) dan
ketenteraman. Sementara, kebergunaan diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai-nilai
tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama. Oleh karena konstitusi itu sendiri adalah
hukum yang dianggap paling tinggi tingkatannya, maka tujuan konstitusi sebagai hukum
tertinggi itu juga untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi.Tujuan yang dianggap
tertinggi itu adalah:
a. Keadilan,
b. Ketertiban, dan
c. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau
kemakmuran bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri
negara (the founding fathers and mothers). Misalnya, 4 (empat) tujuan bernegara Indonesia
adalah seperti yang termaktub dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
Sifat-sifat Konstitusi
Terdapat beberapa istilah konstitusi, begitu pula dapat diketahui sifatnya, salah satunya adalah
tertulis dan yang tidak tertulis. Konstitusi pada mulanya dibentuk penguasa yang memiliki
kekuasaan untuk membentuk konstitusi, tetapi perkembangan tampak bahwa konstitusi serta
kaitannya dengan tumbuhnya, teori kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, rakyatlah yang memiliki
kedaulatan untuk membentuk konstitusi.
Dilihat dari isi secara umum konstitusi merupakan aturan dasar yang memuat cita-cita politik
rakyat. Tetapi tidak semua cita-cita itu dapat dituangkan dalam sebuah naskah, melainkan
bagian yang pokok-pokok yang sifatnya fundamental. Dengan demikian konstitusi harus bersifat
fleksibel tidak ketinggalan zaman dan dapat mengikuti dinamika masyarakat. Dan harus bersifat
luwes tidak kaku, dapat mengikuti perubahan dan jika terjadi perubahan haruslah bersifat lentur,
selain dari sifatnya yang formil dan materiil. Itulah sifatsifat dari sebuah konstitusi.
Mengenai hal tersebut pada akhirnya yang menentukan perlu tidaknya Undang-Undang
Dasar itu diubah adalah faktor konfigurasi kekuatan politik yang berkuasa pada suatu
waktu. Betapapun kakunya atau sulitnya suatu naskah Undang-Undang Dasar diubah,
apabila konfigurasi kekuatan politik yang berkuasa berpendapat dan menghendaki atau
menentukan bahwa Undang-Undang Dasar itu harus diubah, maka konstitusi itu tentu
akan diubah. Sebaliknya walaupun Undang-Undang Dasar itu sangat mudah untuk
diubah, tetapi jika kekuatan politik yang berkuasa itu berpendapat tidak perlu diubah
atau tidak menghendaki adanya perubahan, tentu konstitusi itu tetap tidak akan
mengalami perubahan. Artinya tolok ukur fleksibilitas atau rigiditas tidaklah dapat
ditentukan dengan pasti hanya karena mudah tidaknya prosedur perubahan itu
dilakukan, karena pada pokoknya konstitusi itu merupakan produk politik, maka faktor
kekuatan politiklah yang justru sangat determinan pengaruhnya dalam menentukan
apakah konstitusi harus berubah atau tidak berubah
Menurut Prof. K.C. Wheare, dari sifatnya konstitusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
konstitusi tertulis dan tak tertulis. Dalam dunia modern, paham yang membedakan
tertulis atau tidak tertulisnya suatu konstitusi sudah hampir tidak ada, jika pun masih ada
konstitusi yang tidak tertulis, itu hanya terdapat di Inggris. Namun gambaran dari
konstitusi tersebut sudah tidak bisa dibuktikan secara pasti.
Dua macam konstitusi, yaitu ‘konstitusi tertulis’ (written constitution) dan ‘konstitusi tak-
tertulis’ (unwritten constitution) memiliki arti seperti halnya dengan ‘hukum tertulis’
(geschrevent recht) yang termuat dalam undangundang dan ‘hukum tak-tertulis’
(orgescheverent recht) yang berdasarkan atas adat-kebiasaan.
Di negara-negara dengan konstitusi tertulis ada dokumen tertentu, yang menentukan:
1) Adanya wewenang dan cara bekerja lembaga-lembaga kenegaraan,
2) Pengakuan dan perlindungan hak asasi para Warga Negara dilindungi.
Suatu konstitusi umumnya disebut tertulis jika merupakan satu naskah, sedangkan
konstitusi tak tertulis bukan merupakan satu naskah dan banyak dipengaruhi oleh tradisi
dan konvensi. Oleh karena itu, istilah lain untuk konstitusi tertulis adalah konstitusi
bernaskah (documentary constitution), sedangkan untuk konstitusi tak tertulis adalah
konstitusi tak bernaskah (nondocumentary constitution). Mengenai hal tersebut, Kanada
juga termasuk negara yang tidak mempunyai konstitusi tertulis, semua lembaga-
lembaga kenegaraan dan semua hak-hak asasi manusia tersebar tanpa ada suatu
dokumen yang dinamakan konstitusi. Hal-hal itulah yang tidak termuat dalam konstitusi,
dapat diketemukan dalam pelbagai undang-undang tersendiri dan dalam adat kebiasaan
di masyarakat dengan hidup kenegaraannya. Menurut Savornin Lohman ada tiga unsur
yang terdapat dalam tubuh konstitusi sekarang, yaitu:
1) Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial),
sehingga menurut pengertian ini, konstitusi-konstitusi yang ada adalah hasil atau
konklusi dari persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang
akan mengatur mereka.
2) Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia berarti
perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia dengan warga Negara yang sekaligus
penentuan batas-batas hak dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat
pemerintahannya.
3) Sebagai forma regimenis berarti sebagai kerangka bangunan pemerintahan, dengan
kata lain sebagai gambaran struktur pemerintahan negara.
d. Tujuan Konstitusi
Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagaikepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama
dari hukum tata negara adalah konstitusi atau UndangUndang Dasar, akan lebih jelas
dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.Tujuan konstitusi adalah juga tata tertib
terkait dengan:
1) berbagai lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya,
2) hubungan antar lembaga negara,
3) hubungan lembaga negara dengan warga Negara (rakyat) dan
4) adanya jaminan hak-hak asasi manusia serta
5) hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Tolak ukur tepat atau tidaknya tujuan konstitusi itu dapat dicapai tidak terletak pada
banyak atau sedikitnya jumlah pasal yang ada dalam konstitusi yang bersangkutan.
Banyak praktek di banyak negara bahwa di luar konstitusi tertulis timbul berbagai
lembaga-lembaga negara yang tidak kurang pentingnya dibanding yang tertera dalam
konstitusi dan bahkan hak asasi manusia yang tidak atau kurang diatur dalam konstitusi
justru mendapat perlindungan lebih baik dari yang telah termuat dalam konstitusi itu
sendiri. Dengan demikian banyak negara yang memiliki konstitusi tertulis terdapat
aturan-aturan di luar konstitusi yang sifat dan kekuatannya sama dengan pasal-pasal
dalam konstitusi.
Aturan-aturan di luar konstitusi seperti itu banyak termuat dalam satu dokumen dengan
yang lain tidak sama. Karenanya dilakukan pilihan pilihan di antara dokumen itu untuk
dimuat dalam konstitusi. Pilihan di Inggris tidak ada. Penulis Inggris yang akhirnya
memilih lembaga-lembaga mana dan hak asasi mana oleh mereka yang dianggap
‘constitutional.’ Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat
pendek.
Konstitusi fleksibel yaitu konstitusi yang mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain:
a. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah
b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-
undang.
Konstitusi dengan ciri-ciri seperti itu oleh Wheare disebut ‘Konstitusi sistem
pemerintahan parlementer’. Menurut Sri Soemantri, UUD 1945 tidak termasuk ke
dalam kedua konstitusi di atas. Hal ini karena di dalam UUD 1945 terdapat ciri
konstitusi pemerintahan presidensial, juga terdapat ciri konstitusi pemerintahan
parlementer. Pemerintahan Indonesia adalah sistem campuran.
Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap
sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga
atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara
beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Konstitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu
bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain serta mengatur
hubunganhubungan kekuasaan dalam negara. Selain sebagai pembatas kekuasaan,
konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin hakhak warga negara. Hak-
hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup
dan hak kebebasan.
Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struyken dalam bukunya
‘Het staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlander’ menyatakan, bahwa Undang-
Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan:
a) hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
b) tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
c) pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu
sekarang maupun waktu yang akan datang
d) Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.
Di samping itu kita melihat bahwa konstitusi itu mengatur juga pembagian
kekuasaan dalam negara seperti yang sudah dijelaskan di atas. Macam-macam
konstitusi tersebut adalah:
b) Konstitusi federalistis Jika kekuasaan dibagi antara pusat dan bagian pada suatu
negara, maka masing-masing bagian bebas dari campur tangan satu sama lain,
dan hubungannya sendiri-sendiri, begitu pula hubungan bagianbagian terhadap
pusat. Pemerintah pusat memiliki kekuasaan sendiri serta bebas dari
pengawasan pihak pemerintah negara bagian, begitu pula sebaliknya.
Kekuasaan-kekuasaan yang ada dan sederajat. Hanya untuk beberapa jenis
kekuasaan pemerintah pusat mempunyai kelebihan yaitu dalam bidang
pertahanan, urusan luar negeri, pos, dan sebagainya.
(3) Adanya suatu lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu
perselisihan antara negara federal dengan pemerintah negara-negara bagian.
Kedudukan dan fungsi konstitusi dalam negara berada dari zaman ke zaman. Pada
masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki dengan kekuasaan mutlak
penguasa ke negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan sebagai benteng
pemisah antara rakyat dan penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur
mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan
golongan penguasa. Sejak itu setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat.
Konstitusi bergeser kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan
kepentingan rakyat terhadap kezaliman golongan penguasa menjadi senjata
pamungkas rakyat untuk mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem
monarki dan oligarki serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar
landasan kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideologi
seperti individualisme, liberalisme, universalisme, demokrasi, dan sebagainya.
Seorang pemikir Romawi kuno yang bernama Cicero (106 – 43 SM) pernah
menyatakan “Ubi societas ibi ius”, yang berarti “di mana ada masyarakat di situ ada
hukum”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa di manapun dalam kehidupan
kelompok manusia senantiasa terdapat aturan yang mengikat warganya. Lebih-lebih
dalam kehidupan bernegara. Dalam negara terdapat kumpulan manusia yang
sedemikian banyak dan sedemikian luas permasalahannya. Namun demikian
kehidupan bernegara akan tertib jika ada aturan yang ditaati dan dijalankan oleh
segenap warganya. Aturan tertinggi dalam negara itu adalah konstitusi atau Undang-
Undang Dasar (UUD).
Dalam bab ini kalian akan mempelajari konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia. Setelah pembelajaran ini kalian diharapkan mampu untuk: menjelaskan
berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia; menganalisis penyimpangan-
penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di Indonesia; menunjukkan hasil-
hasil amandemen UUD 1945; dan menampilkan sikap positif terhadap pelaksanaan
UUD1945 hasil amandemen.
Menurut Kusnardi dan Ibrahim (1983), UUD merupakan konstitusi yang tertulis.
Selain konstitusi yang tertulis, terdapat pula konstitusi yang tidak tertulis atau disebut
konvensi. Konvensi adalah kebiasaan-kebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam
praktik ketatanegaraan. Meskipun tidak tertulis, konvensi mempunyai kekuatan
hukum yang kuat dalam ketatanegaraan. Dalam uraian bab ini, konstitusi yang
dimaksudkan adalah konstitusi yang tertulis atau Undang-Undang Dasar. Konstitusi
atau Undang-Undang Dasar berisi ketentuan yang mengatur hal-hal yang mendasar
dalam bernegara. Hal-hal yang mendasar itu misalnya tentang batas-batas
kekuasaan penyelenggara pemerintahan negara, hak-hak dan kewajiban warga
negara dan lain-lain.
• Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut (E.C.S.Wade dan G.Philips, 1970).
Menurut Sri Soemantri (1987), suatu konstitusi biasanya memuat atau mengatur hal-
hal pokok sebagai berikut.
Konstitusi yang memuat seperangkat ketentuan atau aturan dasar suatu negara
tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu negara. Mengapa?
Sebab, konstitusi menjadi pegangan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dengan kata lain, penyelenggaraan negara harus didasarkan pada konstitusi dan
tidak bertentangan dengan konstitusi negara itu. Dengan adanya pembatasan
kekuasaan yang diatur dalam konstitusi, maka pemerintah tidak boleh menggunakan
kekuasaannya secara sewenang-wenang.
Konstitusi atau UUD yang pernah berlaku dan masih berlaku di Indonesia sejak
tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang (tahun 2008), di negara Indonesia pernah
menggunakan tiga macam UUD yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUD
Sementara 1950. Dilihat dari periodesasi berlakunya ketiga UUD tersebut, dapat
diuraikan menjadi lima periode yaitu:
Mengenai bentuk negara diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
“negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sebagai
negara kesatuan, maka di negara Republik Indonesia hanya ada satu kekuasaan
pemerintahan negara, yakni di tangan pemerintah pusat. Di sini tidak ada
pemerintah negara bagian sebagaimana yang berlaku di negara yang berbentuk
negara serikat (federasi). Sebagai negara yang berbentuk republik, maka kepala
negara dijabat oleh Presiden. Presiden diangkat melalui suatu pemilihan, bukan
berdasar keturunan.
Mengenai kedaulatan diatur dalam Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan “kedaulatan
adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusywaratan
Rakyat”. Atas dasar itu, maka kedudukan Majelis Permusywaratan Rakyat (MPR)
adalah sebagai lembaga tertinggi negara. Kedudukan lembaga-lembaga tinggi
negara yang lain berada di bawah MPR.
Mengenai sistem pemerintahan negara diatur dalam Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang- Undang Dasar”. Pasal tesebut menunjukkan bahwa sistem pemerintahan
menganut sistem presidensial. Dalam sistem ini, Presiden selain sebagai kepala
negara juga sebagai kepala pemerintahan. Menteri-menteri sebagai pelaksana tugas
pemerintahan adalah pembantu Presiden yang bertanggung jawab kepada Presiden,
bukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Perlu kalian ketahui, lembaga
tertinggi dan lembagalembaga tinggi negara menurut UUD 1945 (sebelum
amandemen) adalah :
b. Presiden
Perjalanan negara baru Republik Indonesia tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha
memecahbelah bangsa Indonesia dengan cara membentuk negaranegara ”boneka”
seperti Negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan
Negara Jawa Timur di dalam negara RepubIik Indonesia. Bahkan, Belanda kemudia
melakukan agresi atau pendudukan terhadap ibu kota Jakarta, yang dikenal dengan
Agresi Militer I pada tahun 1947 dan Agresi Militer II atas kota Yogyakarta pada
tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RepubIik Indonesia,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan dengan menyelenggarakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus – 2
November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia,
BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka
yang dibentuk Belanda), dan Belanda serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia.
KMB tersebut menghasilkan tiga buah persetujuan pokok yaitu:
Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yang
berbunyi “ Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat adalah negara
hukum yang demokratis dan berbentuk federasi”. Dengan berubah menjadi negara
serikat (federasi), maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian. Masing-
masing memiliki kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-
negara bagian itu adalah : negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan,
Jawa timur, Madura, Sumatera Timur, dan Sumatera Selatan. Selain itu terdapat
pula satuan-satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu : Jawa Tengah, Bangka,
Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan
Tenggara, dan Kalimantan Timur.
Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap berlaku tetapi hanya untuk
negara bagian Republik Indonesia. Wilayah negara bagian itu meliputi Jawa dan
Sumatera dengan ibu kota di Yogyakarta. Sistem pemerintahan yang digunakan
pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah sistem parlementer. Hal itu
sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat 1 dan 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1)
ditegaskan bahwa ”Presiden tidak dapat diganggu-gugat”. Artinya, Presiden tidak
dapat dimintai pertanggungjawaban atas tugas-tugas pemerintahan. Sebab,
Presiden adalah kepala negara, tetapi bukan kepala pemerintahan. Kalau demikian,
siapakah yang menjalankan dan yang bertanggung jawab atas tugas pemerintahan?
Pada Pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa ”Menteri-menteri bertanggung jawab atas
seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun
masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Dengan demikian, yang
melaksanakan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas pemerintahan adalah
menterimenteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana
Menteri. Lalu, kepada siapakah pemerintah bertanggung jawab? Dalam sistem
pemerintahan parlementer, pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Perlu kalian ketahui bahwa lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS adalah
:
a. Presiden
b. Menteri-Menteri
c. Senat
e. Mahkamah Agung
Pada awal Mei 1950 terjadi penggabungan negaranegara bagian dalam negara RIS,
sehingga hanya tinggal tiga negara bagian yaitu negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur. Perkembangan berikutnya adalah
munculnya kesepakatan antara RIS yang mewakili Negara Indonesia Timur dan
Negara Sumatera Timur dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk negara
kesatuan. Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Piagam Persetujuan
tanggal 19 Mei 1950. Untuk mengubah negara serikat menjadi negara kesatuan
diperlukan suatu UUD negara kesatuan. UUD tersebut akan diperoleh dengan cara
memasukan isi UUD 1945 ditambah bagian-bagian yang baik dari Konstitusi RIS.
Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah Undang- Undang Federal No.7 tahun
1950 tentang Undang- Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak
tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian, sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS
1949 diganti dengan UUDS 1950, dan terbentuklah kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 terdiri atas Mukadimah
dan Batang Tubuh, yang meliputi 6 bab dan 146 pasal.
Mengenai dianutnya bentuk negara kesatuan dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1)
UUDS 1950 yang berbunyi “Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah
suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”. Sistem
pemerintahan yang dianut pada masa berlakunya UUDS 1950 adalah sistem
pemerintahan parlementer. Dalam pasal 83 ayat (1) UUDS 1950 ditegaskan bahwa
”Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu-gugat”. Kemudian pada ayat (2)
disebutkan bahwa ”Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri”. Hal ini berarti yang bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintahan adalah menteri-menteri. Menteri-menteri tersebut
bertanggung jawab kepada parlemen atau DPR. Perlu kalian keahui bahwa
lembaga-lembaga negara menurut UUDS 1950 adalah :
b. Menteri-Menteri
d. Mahkamah Agung
Sesuai dengan namanya, UUDS 1950 bersifat sementara. Sifat kesementaraan ini
nampak dalam rumusan pasal 134 yang menyatakan bahwa ”Konstituante
(Lembaga Pembuat UUD) bersama-sama dengan pemerintah selekaslekasnya
menetapkan UUD Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS ini”. Anggota
Konstituante dipilih melalui pemilihan umum bulan Desember 1955 dan diresmikan
tanggal 10 November 1956 di Bandung. Sekalipun konstituante telah bekerja kurang
lebih selama dua setengah tahun, namun lembaga ini masih belum berhasil
menyelesaikan sebuah UUD. Faktor penyebab ketidakberhasilan tersebut adalah
adanya pertentangan pendapat di antara partai-partai politik di badan konstituante
dan juga di DPR serta di badan-badan pemerintahan.
Pada pada tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat yang
berisi anjuran untuk kembali ke UUD 1945. Pada dasarnya, saran untuk kembali
kepada UUD 1945 tersebut dapat diterima oleh para anggota Konstituante tetapi
dengan pandangan yang berbeda-beda. Oleh karena tidak memperoleh kata
sepakat, maka diadakan pemungutan suara. Sekalipun sudah diadakan tiga kali
pemungutan suara, ternyata jumlah suara yang mendukung anjuran Presiden
tersebut belum memenuhi persyaratan yaitu 2/3 suara dari jumlah anggota yang
hadir. Atas dasar hal tersebut, demi untuk menyelamatkan bangsa dan negara, pada
tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit Presiden yang
isinya adalah:
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku
kembali sebagai landasan konstitusional dalam menyelenggarakan pemerintahan
Republik Indonesia.
Praktik penyelenggaraan negara pada masa berlakunya UUD 1945 sejak 5 Juli
1959- 19 Oktober 1999 ternyata mengalami berbagai pergeseran bahkan terjadinya
beberapa penyimpangan. Oleh karena itu, pelaksanaan UUD 1945 selama kurun
waktu tersebut dapat dipilah menjadi dua periode yaitu periode Orde Lama (1959-
1966), dan periode Orde Baru (1966-1999).
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintahan sering
terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang justru
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya, pelaksanaan UUD 1945
pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang Presiden dan
lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan
Presiden.
Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanan, dan kehidupan ekonomi semakin memburuk.
Puncak dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G-30-S/PKI yang
sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Mengingat keadaan
semakin membahayakan, Ir. Soekarno selaku Presiden RI memberikan perintah
kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) untuk
mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban,
dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar
tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Semboyan Orde Baru pada masa itu adalah melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Apakah tekad tersebut menjadi suatu
kenyataan? Ternyata tidak. Dilihat dari prinsip demokrasi, prinsip negara hukum, dan
keadilan sosial ternyata masih terdapat banyak hal yang jauh dari harapan. Hampir
sama dengan pada masa Orde Lama, sangat dominannya kekuasaan Presiden dan
lemahnya kontrol DPR terhadap kebijakan-kebijakan Presiden/pemerintah. Selain
itu, kelemahan tersebut terletak pada UUD 1945 itu sendiri, yang sifatnya singkat
dan luwes (fleksibel), sehingga memungkinkan munculnya berbagai penyimpangan.
Tuntutan untuk merubah atau menyempurnakan UUD 1945 tidak memperoleh
tanggapan, bahkan pemerintahan Orde Baru bertekat untuk mempertahankan dan
tidak merubah UUD 1945.
Pertanyaan kita sekarang, apakah UUD 1945 yang telah diubah tersebut telah
dijalankan sebagaimana mestinya? Tentu saja masih harus ditunggu
perkembangannya, karena masa berlakunya belum lama dan masih masa transisi.
Setidaknya, setelah perubahan UUD 1945, ada beberapa praktik ketatanegaraan
yang melibatkan rakyat secara langsung. Misalnya dalam hal pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden, dan pemilihan Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota).
Hal-hal tersebut tentu lebih mempertegas prinsip kedaulatan rakyat yang dianut
negara kita. Perlu kalian ketahui bahwa setelah melalui serangkaian perubahan
(amandemen), terdapat lembaga-lembaga negara baru yang dibentuk. Sebaliknya
terdapat lembaga negara yang dihapus, yaitu Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 sesudah amandemen adalah :
a. Presiden
f. Mahkamah Agung
g. Mahkamah Konstitusi
h. Komisi Yudisial
Dalam praktik ketatanegaraan kita sejak 1945 tidak jarang terjadi penyimpangan
terhadap konstitusi (UUD). Marilah kita bahas berbagai peyimpangan terhadap
konstitusi, yang kita fokuskan pada konstitusi yang kini berlaku, yakni UUD 1945.
2. Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama, antara lain:
d. Hak budget tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya
tahun anggaran yang bersangkutan;
e. Pada tanggal 5 Maret 1960, melalui Penetapan Presiden No.3 tahun 1960,
Presiden membubarkan anggota DPR hasil pemilihan umum 1955. Kemudian
melalui Penetapan Presiden No.4 tahun 1960 tanggal 24 Juni 1960 dibentuklah DPR
Gotong Royong (DPR-GR);
Setelah perubahan UUD 1945 yang keempat (terakhir) berjalan kurang lebih 6
tahun, pelaksanaan UUD 1945 belum banyak dipersoalkan. Lebih-lebih mengingat
agenda reformasi itu sendiri antara lain adalah perubahan (amandemen) UUD 1945.
Namun demikian, terdapat ketentuan UUD 1945 hasil perubahan (amandemen)
yang belum dapat dipenuhi oleh pemerintah, yaitu anggaran pendidikan dalam
APBN yang belum mencapai 20%. Hal itu ada yang menganggap bertentangan
dengan Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Anggaran pendidikan dalam APBN belum sesuai dengan Pasal 31 UUD 1945
a. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar pada Presiden yang
meliputi kekuasaan eksekutif dan legislatif, khususnya dalam membentuk
undangundang.
b. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes (fl eksibel) sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satutafsir (multitafsir).
d. penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam
pasal-pasal (batang tubuh)
Perubahan Pertama. Perubahan pertama terhadap UUD 1945 ditetapkan pada tgl.
19 Oktober 1999 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil
mematahkan semangat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945
sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan.
Perubahan Pertama terhadap UUD 1945 meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu :
pada tgl. 18 Agustus 2000, meliputi 27 pasal yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu:
• Bab II = MPR
Perubahan Keempat, ditetapkan 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas
31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam naskah perubahan keempat
ini ditetapkan bahwa:
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga,
dan keempat adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Bacalah hasil perubahan UUD 1945 yang berupa pengubahan atau penambahan
pasal-pasal ini! Yakni :
– pasal 2 ayat 1,
– pasal 6A ayat 4,
– pasal 8 ayat 3,
– pasal 11 ayat 1,
– pasal 16,
– pasal 23B,
– pasal 23D,
– pasal 24 ayat 3:
– bab XIII,
– pasal 31 ayat1-5,
– pasal 34 ayat1-4,
Dilihat dari jumlah bab, pasal, dan ayat, hasil perubahan UUD 1945 adalah sebagai
berikut.
Jumlah bab 16
Jumlah pasal 37
1. Jumlah bab 21
2. Jumlah pasal 73
6. Tanpa penjelasan
Adapun rangkaian dan hal-hal pokok perubahan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dapat digambarkan seperti di bawah ini (Sumber: Sekretariat Jenderal
MPR 2005).
Tuntutan Reformasi :
4. Otonomi daerah.
5. Kekebasan pers.
Kesepakatan Dasar :
• Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam
pasal-pasal.
Waktu Perubahan :
• Pasal-pasal multitafsir.
• Pengaturan lembaga negara oleh presiden melalui pengajuan UU.
Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan hasil-hasil perubahan UUD 1945, yang
ditetapkan dalam Sidang Umum MPR 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan UUD
1945 bukan hanya menyangkut perubahan jumlah bab, pasal, dan ayat tetapi juga
adanya perubahan sistem ketatanegaraan RI.
a. MPR yang semula sebagai lembaga tertinggi negara dan berada di atas lembaga
negara lain, berubah menjadi lembaga negara yang sejajar dengan lembaga negara
lainnya, seperti DPR, Presiden, BPK, MA, MK, DPD, dan Komisi Yudisial.
c. Presiden dan wakil Presiden yang semula dipilih oleh MPR berubah menjadi
dipilih oleh rakyat secara langsung dalam satu pasangan.
d. Periode masa jabatan Presiden dan wakil Presiden yang semula tidak dibatasi,
berubah menjadi maksimal dua kali masa jabatan.
f. Presiden dalam hal mengangkat dan menerima duta dari Negara lain harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
a. menghargai upaya yang dilakukan oleh para mahasiswa dan para politisi yang
dengan gigih memperjuangkan reformasi tatanan kehidupan bernegara yang diatur
dalam UUD 1945 sebelum perubahan,
d. mengkritisi penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan UUD 1945 hasil
perubahan,
Tanpa sikap positif warga negara terhadap pelaksanaan UUD 1945 hasil perubahan,
maka hasil perubahan UUD 1945 itu tidak akan banyak berarti bagi kebaikan hidup
bernegara. Tanpa kesadaran untuk mematuhi UUD 1945 hasil perubahan, maka
penyelenggaraan negara dan kehidupan bernegara tidak akan jauh berbeda dengan
sebelumnya. Itulah beberapa sikap dan perilaku yang hendaknya ditujukkan oleh
warga negara yang baik, tidak terkeculi kalian semua.
Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu agenda reformasi, untuk menciptakan
kehidupan bernegara yang lebih baik. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan
sebanyak empat kali melalui Sidang Umum MPR yaitu 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Setiap warga negara seharusnya menunjukkan sikap positif terhadap perubahan
UUD 1945 tersebut. Sikap positif tersebut terutama dengan sikap mematuhi dan
melaksanakan UUD 1945 hasil perubahan itu dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu agenda reformasi, untuk menciptakan
kehidupan bernegara yang lebih baik. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan
sebanyak empat kali melalui Sidang Umum MPR yaitu 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Zulfikar, F. (n.d.). Apa Perbedaan Bangsa dan negara? Ini Penjelasannya. detikedu. Retrieved
March 16, 2022, from https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5643148/apa-perbedaan-
bangsa-dan-negara-ini-penjelasannya
Saputra, I. H. (2020, February 15). Syarat Syarat Suatu Negara. Retrieved March 16, 2022, from
https://www.plengdut.com/2019/08/negara-syarat-suatu-syarat.html?m=1