Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI DAN PENJELASAN DESAIN PENELITIAN

“CROSS SECTIONAL, CASE CONTROL, COHORT”

Di susun oleh :
1. Bella pratika putri (17100042)
2. Cindy nolita (17100043)
3. Dea fasya syafitri (17100052)

Dosen pengampu : Hermain, SKM, MKM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Definisi
a. Cross Sectional
Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach).
Sebuah penelitian cross-sectional dedefinisikan sebagai jenis
penelitian observasional yang menganalisis data variabel yang
dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di populasi sampel. Populasi
atau subset yang telah ditentukan. Jenis penelitian ini juga dikenal
sebagai analisis cross-sectional, studi transversal atau studi prevalensi.
Data yang dikumpulkan dalam studi cross-sectional adalah dari orang-
orang yang serupa di semua variabel kecuali satu variabel yang sedang
diteliti. Variabel ini tetap konstan selama studi cross-sectional. Ini tidak
seperti studi longitudinal, dimana variabel dalam penelitian ini dapat
berubah selama penelitian.
Jenis penelitian Cross Sectional ada Deskriptif dan Analitik.
Dari sisi Deskriptif sebuha pengertian studi cross-sectional dapat
sepenuhnya menggunakan deskriptif dan digunakan untuk menilai
frekuensi dan distribusi topik studi dalam demografi tertentu. Misalnya,
bagaimana sampel acak Universitas-lebar dinilia untuk memeriksa
obesitas di antara wanita dan wanita. Sedangkan Analitik jenis
pengertian studi cross-sectional ini digunakan untuk menyelidiki
hubungan anatara dua parameter yang terkait atau tidak tertarik.
Metedologi ini tidak sepenuhnya digunakan bukti penuh karena adanya
faktor risiko dan hasil secara bersamaan dan studi mereka juga
stimultan. Misalnya, untuk memvalidasi jika pekerja batu bara di
tambang dapat mengembangkan bronkitis hanya dengan melihat faktor-
faktor di tambang. Apa yang tidak diperhitungkan adalah bahwa
bronkitis dapat melekat atau mungkin ada dari sebelumnya.
Ciri-ciri Cross-Sectional terbagi menjadi dua bagian yaitu :
 Studi cross-sectional dilakukan dengan serangkaian variabel yang
sama selama periode waktu tertentu. Studi ini dilakukan dalam
satu contoh, tidak seperti studi longitudinal, dimana variabel dapat
berubah selama periode penelitian yang luas.
 Studi cross-sectional memberikan peneliti fleksibilitas untuk
melihat beberapa variabel bersama sebagai konstan, dengan hanya
satu variabel yang menjadi fokus studi cross-sectional.

b. Case Control
Penelitian case control merupakan penelitian jenis analitik
observasional yang dilakuan dengan cara membandingkan
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol (Notoadmojo,
2010). Studi kasus kontrol dilakukan dengan
mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompo kontrol,
kemudian secara retrospektif diteliti faktor-faktor resiko
yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol
dapat terkena paparan atau tidak.
c. Cohort
Penelitian cohort sering juga disebut penelitian follow up atau
penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelomppk orang atau (cohort) yang
bebas dari penyakit, yang diklasifikasi ke dalam sub kelompok tertentu sesuai
dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau
outcome. Desain cohort dapat diartikan sebagai rancangan penelitian epidemiologi
analitik observasional yang mempelajari hubungan antar paparan dan penyakit,
dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar
berdasarkan suatu penyakit.
Penelitian cohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab
penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya
penyakit, jadi cirri umum penelitian cohort adalah :
1. dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan.
2. melakukan pencacatan terhadap perkembangan subyek dalam sekelompok studi
amatan.
3. Dimungkinkan perhitungan laju insidensi (id) dan masing-masing kelompok studi.
4. Peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak sengaja
mengalokasi kan paparan.

Oleh karna penelitian cohort diikuti dalam satu periode tertentu, maka
rancangan nya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan
terjadinya paparan pada saat peneliti memulai pen elitiannya. Rancangan cohort
retrospektif, jika paparan telah terjadi sbelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis
penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.
B. Kelebihan dan kekurangan
 Cross sectional
 Kelebihan dari studi cross-sectional
 Relatif cepat untuk dilakukan.
 Semua variabel dikumpulkan sekaligus .
 Berbagai hasil dapat diteliti sekaligus.
 Prevalensi untuk semua faktor dapat diukur.
 Baik untuk analisis desktriptif.
 Dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk penelitian lebih
lanjut.
 Kekurangan dari studi cross-sectional
 Tidak dapat digunakan untuk mendapatkan penelitian berbasis
waktu.
 Sulit menemukan orang termasuk dalam variabel yang sama persis.
Asosiasi sulit ditafsirkan ketika perasaan kuat terlibat, mungkin ada
kasus bias. Tidak membantu menentukan penyebab.
 Studi Cross-Sectional vs Longitudinal
Meskipun keduanyaa merupakan metode penelitian
kuantitatif, ada beberapa perbedaan antara studi cross-
sectional vs studi longitudinal.
 Case control
 Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control
 Studi kasus kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya
cara untuk meneliti kasus yang arang atau masa latennya panjang.
 Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
 Biaya yang diperlukan relatif murah.
 Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit.
 Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai faktor resiko
sekaligus dalam satu penelitian.

 Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control


 Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan
mengandalkan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini
menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami
efek cendrung lebin=h mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari
pada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder dalam hal
ini rekam medis seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak
begitu akurat.
 Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh.
 Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar
untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding
dalam berbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
 Tidak dapat memberikan incidence raters.
 Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu
variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit
atau efek.
 Cohort
 Kelebihan Cohort
 adanya kesesuaian dengan logika studi eksperimental dalam
membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan
menentukan faktor “penyebab” yang diikuti dengan akibat .
 peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hamper
tidak mungkin dilakukan pada studi kasus kontri, sehingga raju
insidensi (idr).
 sesuai meneliti dengan paparan yang langka.
 memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek secara serentak
dan sebuah paparan.
 Bias yang terjadi kecil.
 Tidak ada subyek yang sengaja dirugikan.
 Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan.
 Desain terbaik untuk menentukan insidens dan perjalanan penyakit.
 Menerangkan hubungan faktor resiko & outcome secara temporal
dengan baik.
 Pilihan terbaik untuk kasus yang fatal dan progresif.
 Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari faktor resiko tertentu.
 Pengamatan kontinu & longitudinal, kekuatan penelitian andal

 Kelemahan Cohort
 membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal.
 pada cohort restropektif, butuh data sekunder yang lengkap dan
handal.
 Tidak efesien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang
lagka : hlangnya subyek amatan selama penelitian.
 Tidak cocok menentukan, merumuskan hipotesis tentang faktor
etiologi lainnya untuk penyakit amatan.
 Resiko untuk hilangnya subyek selama penelitia, karena migrasi,
partisipasi rendah atau meninngal.

Anda mungkin juga menyukai