Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI


PUSKESMAS BANDONGAN

HALAMAN JUDUL
SKRIPSI

WIDYASTUTI
17.0603.0001

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021

i
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PENGESAHAN

iii
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

iv
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

v
Universitas Muhammadiyah Magelang
MOTTO

Bagi (manusia), ada malaikat-malaikat yang selalu menjagamu bergiliran,


dari depan dan belakangnya. Mereka menjaga atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Al-Ra’d : 11)

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-
Baqarah : 153)

Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad),dan kamipun


telah menurunkan bebanmu darimu yang memberatkan punggungmu, dan
kami tinggikan sebutan (nama) mu bagimu. Sesungguhnya setelah kesulitan
ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan,
tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan kepada Tuhanmulah
engkau berharap. (Asy-Syarh : 1-8)

Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran. Nikmatnya


memperoleh kemenangan akan mengalahkan letihnya perjuangan.
Pengalaman akan membawa kita pada kegagalan dan keberhasilan,
keduanya bersama-sama akan memapah kita untuk terus berkembang dan
akhirnya mencapai kesuksesan. Saat manusia bangun di pagi hari, ada dua
pilhan baginya : kembali bermimpi (tidur) atau mewujudkan impianya.

vi
Universitas Muhammadiyah Magelang
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rizki, nikmat,
kesehatan, petunjuk dan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul : “Hubungan Dukungan Keluarga dan
Kebutuhan Spiritual terhadap Kualitas Hidup penderita Hipertensi di
Puskesmas Bandongan. Skripsi ini disusun dan dibuat sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penulis menyadari bahwa ini
bukanlah tujuan akhir dari proses belajar karena pembelajaran merupakan suatu
yang tidak ada batasnya.

Oleh karena itu penulis pada kesempatan kali ini ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Dr. Heni Setyowati E.R., S.Kp., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Ns. Sodiq Kamal, M.Sc., selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
3. Puguh Widiyanto, S.Kp., M.Kep selaku Dosen pembimbing I yang sealu
memotivasi, membimbing dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ns. Robiul Fitri Masithoh, M.Kep selaku Dosen pembimbing II yang selalu
memotivasi, membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang yang telah membantu memperlancar proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya Bapak Widodo dan Ibu Siti Asiah tercinta atas segala
bantuan, bimbingan, dorongan, kasih sayang, serta doa restu yang diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi.

vii
Universitas Muhammadiyah Magelang
7. kakak saya Faisal, Supriyati, Sodik, Tyas, dan adik saya Naufal, Samya, Akbar
yang selalu memberikan moitivasi, semangat, dan kasih sayang yang telah
diberikan selama penyusunan skripsi ini.
8. Saudara dan teman-teman penulis yang senantiasa memberikan semangat dan
doa yang tidak pernah putus untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2017 Universitas
Muhammadiyah Magelang.
10. Semua pihak yang membantu terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan .
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. oleh
karena itu penulis berharap atas saran dan kririk yang bersifat membangun dari
pembaca.
Magelang, Februari 2021

Penulis
Widyastuti

viii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama : Widyastuti
Program Studi : S-1 Ilmu Keperawatan
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual
Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi di Puskesmas
Bandongan

Abstrak
Latar belakang : Masalah kualitas hidup penderita hipertensi cenderung rendah
atau menurun. Biasanya berpengaruh pada kualitas hidup dimensi fisik karena
dapat menurunkan aktivitas sehari-hari. Menurunnya kualitas hidup dikarenakan
tergangunya aspek psikologis seperti memiliki sifat negatif, mudah emosi, sulit
untuk konsentrasi, aspek sosial seperti aktivitas sehari-hari terganggu, kurangnya
dukungan sosial. Kualitas hidup penderita hipertensi di pengaruhi oleh faktor
internal (fungsi fisik dan psikologis) dan kualitas hidup juga dipengaruhi oleh
faktor pendukung (dukungan sosial, dukungan spiritual, dukungan keluarga).
Keluarga merupakan sistem pendukung yang utama bagi individu dalam
mempertahankan kesehatannya, kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari tujuan hidup kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf dan kebutuhan untuk beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan : Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup
penderita hipertensi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain non
experimental dengan metode cross sectional. Penelitian cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada satu waktu, sampel sebanyak 111 responden.
Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian : Menunjukan
bahwa dukungan keluarga baik yaitu 105 responden (94,6%), kebutuhan spiritual
cukup penting 55 responden (49,5%), untuk kualitas hidup 67 responden (60,4%).
Hubungan yang bermakna adalah dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p =
0,002< 0,05), kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup (p = 0,000 < 0,05).
Kesimpulan : Dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual memilik hubungan
yang bermakna dengan kualitas hidup penderita hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Kualitas hidup penderita

ix
Universitas Muhammadiyah Magelang
Name : Widyastuti
Study Program : Bachelor Nursing Science
Title : The Correlations between Family Support and a Spiritual need
for the Quality of Life of Person with Hight Blood pressure in
the Puskesmas Bandongan
Abstract
Background : The problem that quality of life peoples with hypertension tends to
be low or decreased. Usually affects the quality of life of the physical dimension
because it can reduce daily activities. The decline in quality of life is due to the
disruption of psychological aspects such as having a negative nature, being easily
emotional, difficult to concentrate, social aspects such as disrupted daily
activities, lack of social support. Quality of life of people with hypertension is
influenced by internal factors (physical and psychological function) and quality of
life is also influenced by supporting factors (social support, spiritual support,
family support). Family is the main support system for individuals in maintaining
their health, spiritual needs are the need to find a purpose in life, the need to be
loved and to love, the need to give and receive forgiveness and the need to
worship God Almighty. Purpose : This study aims to determine the relationship
between family support and spiritual needs on the quality of life of people with
hypertension. Method : This reseach used non-experimental design with a cross
sectional method. Cross sectional research is a type of research that emphasizes
the measurement of data on the independent and dependent variables only once at
a time, 111 respondents samples. The instrument used was a questionnaire. Result
: Indicated that family support is good, namely 105 respondents (94.6%), spiritual
needs are quite important 55 respondents (49.5%), for quality of life 67
respondents (60.4%). The significant relationship was family support with quality
of life (p = 0.002 < 0.05), spiritual needs with quality of life (p = 0.000 < 0.05).
Conclusion : Family support and spiritual needs have a significant relationship
with the quality of life peoples with hypertension.

Keywords: Hypertension, Quality of life of patients

x
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN......................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
Abstrak....................................................................................................................ix
Abstract....................................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................5
1.6 Keaslian Penelitian....................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Kualitas Hidup...........................................................................................7
2.2 Hipertensi................................................................................................16
2.3 Dukungan Keluarga.................................................................................19
2.4 Kebutuhan Spiritual.................................................................................21
2.5 Kerangka Teori........................................................................................26
2.6 Hipotesis penelitian.................................................................................27
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................28
3.1 Rancangan penelitian..............................................................................28
3.2 Kerangka konsep penelitian....................................................................28
3.3 Definisi operasional.................................................................................29
3.4 Populasi dan Sampel...............................................................................31

xi
Universitas Muhammadiyah Magelang
3.5 Waktu dan tempat penelitian...................................................................34
3.6 Alat ukur dan metode pengumpulan data................................................34
3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data.....................................................38
3.8 Etika Penelitian........................................................................................40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................42
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................42
4.2 Pembahasan.............................................................................................46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
LAMPIRAN...........................................................................................................60

xii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...........................................................................5
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Nilai Tekanan Darah..............17
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................29
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Proporsional..................................................33
Tabel 3.3 kisi-kisi kuesioner kualitas hidup...................................................36
Tabel 3.4 coding.............................................................................................38
Tabel 3.5 metode analisa data.........................................................................40
Tabel 4.2.........................................................................................................42
Tabel 4.3.........................................................................................................43
Tabel 4.4 Dukungan keluarga dengan Kualitas Hidup Responden................45
Tabel 4.5 Kebutuhan Spiritual dengan Kualitas Hidup Responden...............45

xiii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka teori................................................................................. 26
Bagan 2. Kerangka konsep............................................................................. 28

xiv
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian............................................................................61
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden........................................................67
Lampiran 3. Kuesioner penelitian..........................................................................69
Lampiran 4. Output data spss.................................................................................76
Lampiran 5. Dokumentasi foto.............................................................................. 85

xv
Universitas Muhammadiyah Magelang
xvi
Universitas Muhammadiyah Magelang
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian atau sering disebut silent killer. Pada sebagian kasusnya tidak
diketahui penyebabnya, bahkan pada sebagian besar kasus tidak memberikan
gejala (Asistomatis). Berdasarkan dari hasil Riskesdas (2018) menjelaskan angka
kematian di indonesia cukup besar dan prevelensi setiap tahunnya meningkat,
mencapai angka 427.218 kematian. Prevelensi pada tahun 2018 yaitu 34,1 %,
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dengan angka prevalensi
25%. Jumlah Prevelensi di provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke empat
yaitu dengan presentase 37,57% (Kemenkes, 2019).

Jumlah kasus hipertensi yang cukup tinggi akan menyebabkan komplikasi seperti
stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal, dan kebutaan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang baik (Kemenkes, 2013). Merupakan
penyakit kronis yang lazim dan dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang
(Jufar et al, 2017).

Penyakit hipertensi telah menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup. Terdapat


beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup
pada penderita hipertensi, dan mayoritas hasilnya menemukan bahwa penderita
yang mengalami hipertensi mempunyai kualitas hidup yang buruk (Indahria,
2020). Penelitian yang dilakukan (Bhandari et al, 2016) mendapatkan hasil bahwa
pada penderita hipertensi akan berdampak buruk terhadap kualitas hidupnya
terutama dalam domain fisik dan psikologis.

Kualitas hidup merupakan salah satu alat ukur yang dapat membantu tenaga
kesehatan untuk mengetahui kondisi penderita penyakit kronis (Hamida et al,
2019). Kualitas hidup yang baik ditandai dengan bebas dari keluhan, memiliki
fungsi dan perasaan tubuh normal, mempunyai perasaan sehat dan bahagia, karir
dan pekerjaan yang memuaskan, hubungan interpersonal yang baik, dapat bekerja

1
Universitas Muhammadiyah Magelang
2

dengan baik, serta dapat mengatasi stress dalam kehidupannya (Wiyanty, 2012).
Masalah kualitas hidup pada penderita hipertensi harus mendapatkan perhatian
yang maksimal diharapkan untuk penatalaksanaan penyakit tidak hanya
menghilangkan gejala tetapi juga bisa meningkatkan kualitas hidup (Sakamekya
et al, 2020).

Kualitas hidup penyakit kronis cenderung rendah atau menurun. Biasanya


berpengaruh pada kualitas hidup dimensi fisik karena dapat menurunkan aktivitas
sehari-hari. Menurunnya kualitas hidup dikarenakan tergangunya aspek psikologis
seperti memiliki sifat negatif, mudah emosi, sulit untuk konsentrasi, aspek sosial
seperti aktivitas sehari-hari terganggu, kurangnya dukungan sosial (Yuniandita,
2019). Kualitas hidup penderita hipertensi di pengaruhi oleh faktor internal
(fungsi fisik dan psikologis) dan kualitas hidup juga dipengaruhi oleh faktor
pendukung (dukungan sosial, dukungan spiritual, dukungan keluarga). Pada
umunya penderita tinggal bersama keluarga, sehingga keluarga menjadi salah satu
sumber dukungan yang memberikan arti penting bagi kehidupannya, dukungan
keluarga dapat diberikan dalam empat bentuk yaitu dukungan emosional,
instrumental, informasional, dan penghargaan (Johnston, 2010).

Keluarga merupakan sistem pendukung yang utama bagi individu dalam


mempertahankan kesehatannya. Dukungan yang diberikan oleh keluarga
merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah.
Dukungan keluarga juga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk
menghadapi masalah dan meningkatkan kualitas hidup (Ningrum, 2017).
Dukungan yang dilakukan oleh keluarga sangat diperlukan dalam penatalaksanaan
spiritual pada penderita hipertensi. Adanya dukungan keluarga yang baik
diharapkan individu dapat membentuk spiritual yang baik pada penderita
hipertensi (Febriana et al, 2019).

Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungkan


penderita, perawat dan gaya hidup sebelum terjadi penyakit. Bagian dari
lingkungan pemberi perawatan penderita adalah kehadiran dari keluarga, sistem
pendukung dipercaya sering memberi sumber kepercayaan yang mempengaruhi

Universitas Muhammadiyah Magelang


3

jati diri spiritual penderita, keluarga menjadi sumber penting dalam melakukan
kebiasaan ritual keagamaan yang dianut oleh penderita (Amal, 2012).

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan hidup kebutuhan


untuk dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan
maaf dan kebutuhan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kebutuhan
spiritual tidak hanya dilakukan oleh perawat saja namun keluarga juga dapat
memberikan dukungan spiritual (Balboni, 2013). Keluarga mempunyai peran
penting dalam pemenuhan kebutuhan spiritual karena keluarga mempunyai suatu
ikatan emosional dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari (Hidayat, 2008).
Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk membantu aktivitasnya dan dapat
membantu permasalahan yang sedang terjadi pada dirinya pemenuhan spiritual
akan berdampak positif bagi pasien selama menghadapi proses sakit (Misgiyanto,
2014). Menurut Hidayat (2012) mengatakan faktor yang mempengaruhi
kebutuhan spiritual antara lain keluarga, latar belakang etnik dan budaya,
pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari ikatan
spiritual, isu moral terkait dengan terapi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Bandongan di dapatkan


populasi 7.425 penderita hipetensi pada tahun 2020. Saat dilakukan studi
pendahuluan dengan mengunakan kuesioner kualitas hidup dan wawancara.
Didapatkan dari 10 penderita hipertensi sebanyak 6 pendeita hipertensi memiliki
kualitas hidup dalam kategori rendah dan 4 orang dalam kategori baik. Sebagian
besar penderita tidak diperhatikan saat sakit keluarga tidak ada waktu untuk
mengantar berobat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang penderita
hipertensi di dapatkan 7 orang mengatakan bahwa keluarga mendukung dalam
kegiatan spiritual dan 3 orang mengatakan bahwa kelaurganya tidak terlalu
memperhatikan dalam kebutuhan spiritual. Maka peneliti tertarik untuk
mengidentifikasi apakah ada hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan
spiritual terhadap kualitas hidup pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandongan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


4

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah apakah ada
hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup
penderita hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap
kualitas hidup penderita hipertensi
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi kualitas hidup penderita hipertensi
1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga penderita hipertensi di wilayah
Kerja Puskesmas Bandongan
1.3.2.3 Untuk mengidentifikasi kebutuhan spiritual penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Bandongan
1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual
terhadap kualitas hidup penderita hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penderita hipertensi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan penderita hipertensi mendapatkan
dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual sehingga klien termotivasi untuk
merubah perilaku untuk menjalani hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan dukungan keluarga
dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi
1.4.3 Bagi Keluarga
Dengan adanya penelitian ini diharapkan keluarga dapat mengetahui perananya
sebagai dukungan keluarga dan spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup.

Universitas Muhammadiyah Magelang


5

1.4.4 Bagi mahasiswa keperawatan


Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber acuan dan bacaan pada
pembelajaran keperawatan keperawatan medikal bedah komunitas tentang
hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup
penderita hipertensi.
1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melaksanakan
penelitian selanjutnya dalam memberikan pelayanan nyata tentang dukungan
keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Lingkup Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah hubungan dukungan keluarga dan
kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Bandongan
1.5.2 Lingkup Subyek
Subyek penelitian ini adalah penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Bandongan
1.5.3 Lingkup Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli – Agustus 2021. Tempat penelitian di
wilayah kerja Puskesmas Bandongan

1.6 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Pengarang Judul jurnal Metode Hasil Perbedaan
1 Ummah, Hubungan Metode Hasil uji Di penelitian
2016 Kebutuhan cross statistika (Ummah 2016)
Spiritual dengan sectional dengan uji chi hanya
Kualitas Hidup square menggunakan
pada Lansia di menunjukkan variabel
Panti Wredha bahwa terdapat kebutuhan
Kota Semarang hubungan yang spiritual saja
signifikan Sedangkan di
antara penelitian ini
kebutuhan menggunakan

Universitas Muhammadiyah Magelang


6

No Pengarang Judul jurnal Metode Hasil Perbedaan


spiritual dengan variabel
kualitas hidup dukungan
pada lansia di keluarga dan
panti wredha kebutuhan
kota Semarang spiritual
2 Radiani et al, Hubungan Metode terdapat Di penelitian
2018 Dukungan cross hubungan (Radiani et al.
Keluarga dengan sectional antara 2018) hanya
Kualitas Hidup dukungan menghubungkan
Lansia yang keluarga dukungan
Mengalami dengan kualitas keluarga dengan
Hipertensi di hidup lansia. kualitas hidup
Wilayah Kerja Di penelitian
Puskesmas yang akan
Mandalle dilakukan
Kabupaten menambahkan
Pangkep variabel
kebutuhan
spiritual

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Hidup


2.1.1 Definisi Kualitas Hidup
WHO mendefinisikan kualitas hidup merupakan konsep yang subjektif dan
menekankan persepsi individu mengenai kehidupannya saat ini, persepsi indivudu
tersebut dapat dipengaruhi oleh budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal,
dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar serta kepentingan mereka
(WHO QOL, 1998).

Kualitas hidup merupakan suatu persepsi seseorang terhadap kesehatan fisik,


sosial dan emosional dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang ditunjang
dengan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari (Ekasari, 2018).

Kualitas hidup baik yaitu ditandai dengan bebas dari keluhan, mempunyai fungsi
dan perasaan tubuh normal, perasaan sehat dan bahagia, karir pekerjaan yang
memuaskan, hubungan interpersonal baik, bekerja dengan baik, dapat menghadapi
stress dalam kehidupannya (Wiyanty, 2012). Berbanding terbalik dengan orang
yang mempunyai penyakit kronis penderita dengan penyakit kronis (DM dan
hipertensi) apabila penyakit kronis tidak ditangani secara baik maka akan
mengakibatkan beberapa komplikasi dan berakibat akan menurunkan kualitas
hidup (Hamida et al, 2019).

Dalam studi yang dilakukan oleh Poljičanin et al (2010) menyebutkan bahwa


individu dengan penyakit hipertensi bisa memberikan dampak yang buruk
terhadap kualitas hidup individu. Pada individu dengan penyakit hipertensi, terjadi
penurunan kualitas hidup hampir seluruh dimensi yang diukur berdasarkan
kuesioner WHO dan yang paling berpengaruh yaitu dimensi kesehatan fisik dan
hubungan sosial (Anbarasan, 2015). Dalam penelitian Xu et al (2016)
mengatakan bahwa orang dengan penderita hipertensi mempuyai kualitas hidup
yang buruk dari pada orang yang tidak mengalami hipertensi.

7
Universitas Muhammadiyah Magelang
8

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup


merupakan konsep subjektif dan menekankan persepsi individu mengenai
kehidupannya saat ini di pengaruhi oleh budaya dan sistem nilai dimana mereka
tinggal, kualitas hidup yang baik yaitu ditandai dengan bebas dari keluhan,
mempunyai fungsi dan perasaan sehat dan bahagia, karir pekerjaan yang
memuaskan, hubunga interpersonal yang baik, dan dapat menghadapi stress
berbanding terbalik dengan pasien yang menderita penyakit kronis apabila tidak
ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah yang serius dan
mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Terutama pada penderita hipertensi
yang dapat memberikan dampak buruk terhadap kualitas hidup.

2.1.2 Dimensi Kualitas Hidup


Menurut WHO QOL (1998) terdapat 4 dimensi yang dijadikan parameter untuk
mengetahui kualitas hidup. Menurut Suwardana (2010) penyakit hipertensi
mempunyai dampak terhadap dimensi kualitas hidup, yaitu dimensi fisik, dimensi
psikologi dan sosial.
1. Dimensi fisik
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persyarafan,
otot, dan tulang atau sendi domain fisik dibagi menjadi 3 bagian yaitu.
a. Nyeri dan ketidaknyamanan, aspek ini membahas sensai fisik yang tidak
menyenangkan yang dialami individu dan selanjutnya berubah menjadi
sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi kualitas hidup individu.
Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekauan, sakit, nyeri dengan
durasi lama atau pendek,
b. Penyakit kronis seperti DM dan Hipertensi sebenarnya tidak memberikan
pengaruh besar terhadap mobilitas dan kegiatan sehari-hari hanya saja
terdapat penderita yang mengeluhkan rasa nyeri dan cemas.
c. Tenaga dan lelah. Aspek ini membahas tenaga, antusiasme, dan keinginan
individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Kelelahan
membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk

Universitas Muhammadiyah Magelang


9

merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan yaitu akibat dari beberapa hal
seperti sakit, depresi atau pekerjaan yang berat. Pada penderita hipertensi
beberapa gejala dari hipertensi yaitu mudah lelah, cemas yang akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada berbagai dimensi terutama
dimensi fisik
d. Tidur dan istirahat. Aspek ini berfokus pada seberapa lama tidur dan istirahat.
Masalah tidur termasuk kesulitan tidur, bangun tengah malam, dan tidak
dapat kembali tidur sehingga mengakibatkan ketika bangun merasa kurang
segar.

2. Dimensi psikologis
Dimensi psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Aspek
psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu bisa melakukan
aktivitas dengan baik jika individu tersebut sehat secara mental. Dampak
secara psikologis penderita hipertensi yaitu penderita merasa hidupnya tidak
berarti akibat dari kelemahan dan proses penyakitnya yang merupakan long life
disease. Psikologis juga berpengaruh pada kualitas hidup seperti adanya
perubahan penampilan tubuh dari dirinya, tidak mampu mengingat dengan
jelas, takut kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan, takut menghadapi
kematian, dan depresi yang akan berpengaruh pada kualitas hidup (Susanti,
2017). Domain psikologis dibagi menjadi 5 bagian yaitu:
a. Perasaan positif, aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan
positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan,
harapan, kesenangan, dan kenikmatan dari hal-hal yang baik dari hidup.
b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsenterasi, aspek ini membahas pandangan
individu terhadap pemikiran, pebelajaran, berkonsenterasi dan
kemampuannya dalam membuat keputusan.
c. Harga diri, aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka
sendiri. Aspek dari harga diri focus dengan perasaan individu dari kekuatan
diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.

Universitas Muhammadiyah Magelang


10

d. Gambaran dan penampilan. Aspek ini menguji pandangan individu dengan


tubuhnya. Apakah penampilan tubuh terlihat positif atau negative. Hal ini
termasuk perluasan apabila terdapat bagian tubuh yang cacat akan bisa
dikoreksi misal dengan berdandan, berpakaian, menggunakan alat bantu
atau organ buatan.
e. Perasaan negative. Aspek ini berfokus pada sebarapa banyak pengalaman
perasaan buruk individu, termasuk patah semangat, keputusasaan,
kecemasan, kurang bahagia dalam hidup, perasaan negative akan berdampak
pada fungsi keseharian individu
Menurut penelitian Peltzer (2013) Pada penderita hipertensi kualitas
psikologisnya buruk dengan presentase 67,8%. Adanya proses patologis akan
dapat mengakibatkan penurunan kemampuan fisik pada penderita hipertensi,
yang dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak berenergi, pusing
sehingga berdampak ke aspek psikologis. Pasien hipertensi juga diharuskan
untuk mengkonsumsi obat seumur hidup untuk mencegah berbagai komplikasi
yang dapat timbul sehingga berdampak psikologis yang kurang baik bagi
penderita hipertensi (Fitria, 2015).

3. Dimensi hubungan sosial


Hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana tingkah
laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Dampak hubungan sosial penderita
hipertensi dapat mempengaruhi adanya peningkatan tekanan darah ke otak dan
menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak penderita dengan hipertensi
yang menyebabkan penderita sulit berkonsenterasi, mudah marah, merasa tidak
nyaman, dan berdampak pada aspek sosial dimana penderita tidak mau
bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman (Wulandhani,
2014).
Aspek dalam domain sosial dibagi menjadi 3 yaitu:

Universitas Muhammadiyah Magelang


11

a. Hubungan perorangan, aspek ini menguji tingkatan perasaan individu dalam


persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam
kehidupannya.
b. Dukungan sosial, menggambarkan adanya bantuan yang di dapatkan oleh
individu yang berasal dari orang lainyang ada disekitanya. Aspek ini focus
pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan
teman
c. Aktivitas seksual, merupakan gambaran kegiatan seksual yang dilakukan
individu. Aspek ini focus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan
dimana individu dapat mengekspresikan dan senang.
Hubungan sosial pada penderita hipertensi sangat penting karena hubungan
sosial yang diberikan dari orang lain akan berdampak positif bagi penderita
hipertensi untuk meningkatkan kesehatannya. Hubungan sosial penderita
hipertensi dapat berupa emosiaonal seperti mengingatkan penderita untuk
selalu meminum obat, mendapatkan kasih sayang serta kepedulian dari orang-
orang sekitar maka akan dapat menstabilkan tekanan darah sehingga akan
berpengaruh pada kualitas hidup yang baik (Utami, 2016).

4. Dimensi lingkungan
Dimensi domain lingkungan meliputi sumber pendapatan, kebebasan,
keamanan fisik, kebaikan lingkungan rumah, perawatan kesehatan bisa
mempengaruhi kualitas hidup (Jacob, 2018).
Penyakit yang diderita dapat menyebabkan beban finansial apalagi jika tidak
mempunyai jaminan kesehatan, hal ini akan menyebabkan beban dan secara
tidak langsung memepengaruhi kemampuan penderita hipertensi dalam dalam
pemenuhan kebutuhan yang lain. Kualitas lingkungan juga dipengaruhi oleh
ketersediaan informasi, sarana kesehatan dan lingkungan rumah yang bersih
dan memadai, ketersediaan informasi dapat diperoleh dari penyuluhan. Sarana
kesehatan dan akses yang mudah untuk dijangkau akan membuat penderita
dengan mudah untuk mengontrol penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
kualitas fisik dan psikologis.

Universitas Muhammadiyah Magelang


12

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup


Penderita hipertensi dalam masalah kualitas hidup mendapat perhatian yang
khusus karena dalam penatalaksanaan penyakit diharapkan tidak hanya
menghilangkan gejala tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya (Sari, 2017).
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu aktivitas fisik dimana seseorang
yang mengalami hipertensi dapat melakukan aktivitas fisik dengan rutin sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental. Selain aktivitas fisik
peningkatan kualitas hidup dapat diperoleh secara mental dengan mengurangi
stress, meningkatkan rasa antusias, percaya diri, mengurangi kecemasan dan
depresi yang dialami terkait dengan penyakit yang dideritanya. Untuk faktor
sosial yang juga memepengaruhi kualitas hidup yaitu dukungan sosial dan juga
kontak sosial dengan lingkungan (Alfian et al, 2018).

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup hipertensi dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, lama menderita penyakit
kronis, serta keteraturan berobat dan dukungan keluarga (Rudianto, 2015).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien hipertensi


sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Gender merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
(Moons et al, 2004). Berdasarkan penelitian Rudy (2020) mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup responden yang
menderita hipertensi. Selain itu Bain et al (2003) berdasarkan penelitiannya
menemukan bahwa adanya perbedaan antara kualitas hidup laki-laki dan
perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada
kualitas hidup perempuan. Selain itu antara perempuan dan laki-laki memiliki
respon yang berbeda dalam menghadapi masalah, laki-laki cenderung tidak
peduli dengan kesehatan sedangkan perempuan lebih peduli dengan
kesehatannya dan perempuan lebih sering melakukan pemeriksaan kesehatan
(Herlinah, 2013).

Universitas Muhammadiyah Magelang


13

b. Usia
Umur sangat penting danmempengaruhi tingkat kualitas hidup seseorang
kelompok usia yang lebih tua mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah.
Usia yang berisiko menderita penyakit hipertensi adalah usia diatas 40 tahun.
Faktor usia mempunyai hubungan dengan kualitas hidup yang signifikan
seseorang dengan umur 60-70 tahun kemungkinan memiliki kualitas hidup
yang baik dari pada dengan seseorang dengan usia 70 tahun lebih (Nugroho,
2012) .
Hal ini sejalan dengan penelitian Anand (2017) menunjukkan bahwa hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya
usia elastisitas pembuluh darah akan mengecil dan akan menyebabkan aliran
darah ke tubuh semakin sedikit sehingga jantung harus bekerja keras untuk
memenuhi aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi.
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak
pengalaman hidup yang dilalui, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi
masalah yang terjadi. Sedangkan yang memiliki pendidikan rendah memiliki
kejadian kualitas hidup yang kurang atau buruk (Wikananda, 2017).
Pendidikan sangat berpengaruh besar pada kesehatan, jika pendidikan
seseorang semakin tinggi maka seseorang tersebut akan memikirkan tentang
bagaimana pentingnya menjaga kesehatan, dan semakin rendah pendidikan
maka seseorang itu akan semakin acuh tentang kesehatan tubuhnya
(Rahmawati, 2017).
d. Status pernikahan
Status pernikahan dapat membedakan kualitas hidup individu yang tidak
menikah, individu bercerai maupun janda, dan individu yang menikah. Dalam
penelitian Empiris di Amerika mengatakan bahwa individu yang menikah
mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak
menikah, bercerai ataupun janda/duda yang ditinggal pasangannya meninggal.

Universitas Muhammadiyah Magelang


14

e. Pekerjaan
Pekerjaan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pekerjaan dan
sejahtera maka akan mempunyai kualitas hidup yang baik. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Anbarasan (2015) menyebutkan bahwa salah satu
penyebab hipertensi adalah pekerjaan, beban kerja menimbulkan risiko
terjadinya hipertensi 7 kali lipat dari normalnya. Pekerjaan yang meningkat
akan membuat otot skeletal dan memerlukan banyak energy. Dan tingginya
pekerjaan akan membuat pasien mengalami stress yang akan mengakibatkan
terjadinya tekanan darah tinggi dan dapat menurunkan kualitas hidup.
f. Lama menderita penyakit kronis
Lamanya menderita penyakit akan berdampak dan membuat aktivitas
terganggu sehingga dapat menurunkan kualitas hidup.
Diabetes dan hipertensi adalah penyakit kronis yang sering menurunkan
kualitas hidup pasien, apabila tidak ditangani dengan baik maka kelompok
penyakit ini bisa mengakibatkan komplikasi lain. Dm dan hipertensi tidak
memberikan pengaruh/dampak yang besar terhadap mobilitas dan kegiatan
sehari-hari, tetapi hanya beberapa penderita merasa sakit dan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya. Dapat dikatakan bahwa kualitas hidup pada
penderita DM lebih baik daripada penderita hipetensi. Penyakit kronis dapat
memberikan dampak buruk untuk kesejahteraan penderita dan peran diri dalam
kehidupannya.
g. Keteraturan berobat
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup pada penderita hipertensi.
Menurut penelitian yang dilakukan Sari (2017), yakni terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan peyakit hipertensi jika pada penderita
hipertensi tidak minum obat atau melakukan pengontrolan tekanan darah
secara rutin maka akan menyebabkan komplikasi, dengan begitu mereka harus
mau mengontrolkan tekanan darah dengan kontrol rutin (1 kali/bulan).

Universitas Muhammadiyah Magelang


15

2.1.4 Pengukuran kualitas hidup


Pada tahun 1991 bagian kesehatan WHO memulai proyek organisasi kualitas
kehidupan dunia (WHO QOL). Tujuannya adalah untuk mengembangkan suatu
instrument penelitian kualitas hidup (QoL) yang dapat dipakai secara nasional dan
secara antar budaya. Instrument WHOQOL telah dikembangkan secara kolaborasi
dalam sejumlah pusat dunia. Instrument WHOQOL-BREF terdiri dari 26 item,
merupakan instrument kualitas kehidupan paling pendek, namun instrument ini
bisa mengakomodasi ukuran dan kualitas kehidupan seperti yang ditunjukkan
dalam sifat psikometrik dan hasil pemeriksaan internasional versi pendek ini lebih
sesuai. Praktis dan sedikit memakan waktu dibandingkan WHOQoL-100 atau
instrument yang lainnya.

WHOQol-BREF mencangkup 4 domain yaitu dari keempat domain menunjukkan


sebuah persepsi individu tentang kualitas kehidupan di domain tertentu. Domain
skor berskala kearah positif (yaitu skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas
hidup lebih tinggi). Cakupan indeks antara 0 (mati) dan 1 (kesehatan yang
sempurna). Semua skala dan faktor diukur dengan rentang skor 0-100. Nilai skala
yang tinggi mewakili tingkat respon yang lebih tinggi. Jadi nilai tinggi untuk
mewakili skala fungsional tinggi atau tingkat kesehatan yang lebih baik, nilai
yang tinggi untuk status kesehatan umum atau QoL yang tinggi, tetapi untuk nilai
tinggi untuk skala gejala menunjukkan tingginya simtomatologi atau masalah.
Dengan menggunakan teknik Tem Trade Off dimana 0 menunjukkan kematian
dan 100 menunjukkan lebih buruk dari mati. Rating scale (RS) mengukur QoL
dengan cara yang sangat mudah, RS menanyakan QoL secara langsung sebagai
sebuah titik dari 0 yang berhubungan dengan kematian dan kurang dari 100, yang
berhubungan dengan kesehatan yang sempurna (Nursalam, 2017).

2.1.5 Manfaat kualitas hidup


Taylor (1995) menyebutkan beberapa manfaat tentang kualitas hidup. Kualitas
hidup disini yang dimaksud adalah kualitas hidup pada penderita penyakit kronis
yaitu :

Universitas Muhammadiyah Magelang


16

1. Mengetahui sejauh mana penyakit dapat mempengaruhi kualitas hidup.


2. Membuktikan bagaimananpenyakit mempengaruhi kegiatan sosial,pribadi,
serta kegiatan umum sehari-hari, menyediakan dasar bukti penting bagi
intervensi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Membantu menemukan suatu masalah yang mungkin muncul untuk pasien
dengan penyakit tertentu. Informasi tersebut akan membenatu dalam
menentukan jenis intervensi yang mungkin diperlukan.
4. Untuk menilai dampak dari perlakuan terhadap kualitas hidup.
5. Pengambilan keputusan.
Kualitas hidup berguna untuk pengambilan keputusan dan menentukan
kebijakan pengobatan untuk memaksimalkan kelangsungan hidup jangka
panjang dengan kualitas hidup sebaik mungkin.

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian premature di dunia (Kemenkes, 2019). Hipertensi merupakan
suatu penyakit kronis yang sering tidak memunculkan gejala yang khas.
Kesehatan yang bekaitan dengan gaya hidup sering menjadi faktor bagi seseorang
pengidap penyakit hipertensi (jufar, 2017).

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang melebihi normal dan jika tidak
di tangani akan menimbulkan risiko penyakit kardiovaskuler. Tekanan darah yang
tergolong dalam hipertensi ketika sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg
(≥140 mmHg) dan tekanan darah diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg (≥90
mmHg) (Perhimpunan Dokter, 2019).

Hipertensi adalah salah satu penyakit kronis yang dapat mengakibatkan penurunan
kualitas hidup apabila tidak ditatalaksana dengan baik. Menurut Suwardana
(2010) penyakit hipertensi memiliki dampak terhadap dimensi kualitas hidup,
dalam dimensi fisik, dimensi psikologis dan dimensi sosial. Dampak hipertensi
secara fisik yaitu penyumbatan arteri koroner dan infark, hipertrofi ventrikel kiri,

Universitas Muhammadiyah Magelang


17

gagal jantung, memicu gangguan serebrovaskuler dan arteriosclerosis koroner,


dan dapat mengakibatkan kematian. Pada gangguan serebrovaskuler seperti
stroke, terjadi perubahan penglihatan, kemampuan bicara, pening, kelemahan,
jatuh mendadak atau himiplegi (Brunner, 2013).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Nilai Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah
KATEGORI
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥140 Dan < 90
terisolasi
Sumber: 2018 ESC/ESH Guidelines for The Management of Arterial Hypertension (2018)

2.2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi merupakan silent killer, dimana gejala dapat bervariasi dan hampir
sama dengan penyakit lain. Gejala yaitu sakit kepala/rasa berat di tengkuk,
pusing(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus) dan mimisan (Kemenkes, 2013).
Sering dikatakan bahwa gejala hipertensi yaitu meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam penelitian Sakamekya et al (2020) penderita hipertensi
mengalami kualitas hidup buruk pada domain nyeri hal tersebut bisa disebabkan
karena gejala hipertensi yang memberikan nyeri pada penderitanya khususnya
nyeri pada kepala dan mata dan komplikasi pada penderita hipertensi seperti
stroke, gagal ginjal dan penyakit jantung juga dapat mengakibatkan nyeri yang
dialami oleh penderita hipertensi.

2.2.4 Tatalaksana Hipertensi


Hipertensi merupakan penyakit kronis yang pengobatannya membutuhkan jangka
panjang. Pengobatan harus tetap diberikan dengan tujuan agar penderita bisa
mengontrol tekanan darah dalam batas normal. Jika tekanan darah tidak terkontrol

Universitas Muhammadiyah Magelang


18

maka akan memperparah terjadinya hipertensi dan dapat mengakibatkan penyakit


yang lebih berbahaya, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Pengobatan antihipertensi dalam jangka waktu yang panjang yang dijalani oleh
penderita juga akan memiliki kemungkinan akan timbulnya efek samping yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi (Alfian et al, 2018).
Berikut adalah penatalaksanaan hipertensi

1. Terapi farmakoligi
Terapi farmakologis pada penderita hipertensi biasanya dimulai pada hipertensi
derajat 1 yang tidak terjadi penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani
pola hidup sehat dan pada penderita dengan hipertensi derajat ≥ 2 (Soenarta at al,
2015). Berdasarkan teori dari Nafrialdi (2008) menyebutkan bahwa amlodipin
golongan CCB telah terbukti efektif menurunkan tekanan darah dan aman serta
dapat mengatasi hiprtensi darurat karena dosis awal yaitu 10 mg yang terbukti
dapat menurunkan tekanan darah dalam waktu yang singkat. Apabila tidak patuh
terhadap program pengobatan, maka kualitas hidup penderita semakin buruk,
penelitian yang dilakukan oleh Bailey et al (2010) membuktikan bahwa kepatuhan
penderita hipertensi dalam program terapi mampu meningkatkan kualitas hidup
dengan mengurangi resiko terjadinya stroke sebesar 8-9% serta dapat mengurangi
risiko terjadinya kematian sebesar 7% .

2. Terapi non farmakologis


Terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan pola
hidup sehat,pola hidup yang sehat akan berpengaruh pada peningkatan mutu gizi
perseorangan dalam masyarakat dan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang yaitu dengan cara melalui perbaikan
konsumsi pola makan, perbaikan dan perilaku sadar gizi (Kemenkes, 2013).
menurut hasil penelitian Sari (2017) ada tiga landasan dalam mengontrol
hipertensi yaitu dengan cara pola diet yang sehat, mengurangi asupan sodium dan
lemak pada tubuh. Sedangkan menurut hasil penelitian Anisah (2008)
menjelaksan bahwa pola makan yang sehat untuk penderita hipertensi yaitu tidak

Universitas Muhammadiyah Magelang


19

mengkonsumsi makanan berlemak, banyak mengandung garam, dan makanan


cepat saji, serta memperbayak makan buah dan sayur.

Orang yang mempunyai gaya hidup yang sehat yaitu orang yang rajin melakukan
olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic secara teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah
(Dalimartha, 2008). Selaras dengan penelitian Haskell et al (2007) yang
menyatakan bahwa Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur terbukti dapat
meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental pada penderita hipertensi.

2.3 Dukungan Keluarga


2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus disepanjang
kehidupan manusia. Dukunagan keluarga berfokus pada interaksi yang
berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh
indiviu. Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu ada untuk memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 2013).

2.3.2 Bentuk Dukungan Keluarga


Bentuk dukungan keluarga untuk pasien hipertensi (Perdana, 2017) :
1. Dukungan emosional
Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan juga dapat membantu penguasaan terhadap emosi.
Dukungan emosional yang diberikan keluarga meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk kasih sayang dan perhatian seperti merawat penderita
hipertensi dengan penuh kasih sayang, mendampingi dan menemani saat
menjalani perawatan, dan mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
pasien hipertensi. Dukungan emosional yang kuat dari keluarga secara langsung
memberikan efek bagi peningkatan kualitas hidup penderita hiertensi. Jika
masalah psikiologis (emosional) penderita hipertensi tertangani dengan baik maka
kualitas hidupnya akan baik pula.

Universitas Muhammadiyah Magelang


20

2. Dukungan informasional
Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,
dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran dan informasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Dukungan informasional yang
diberikan diwujudkan dalam bentuk memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan pada penderita hipertensi, menjelaskan hal-hal yang harus dihindari
penderita selama masih menderita hipertensi, mengingatkan untuk meminum obat,
olahraga ringan, istirahat, dan makan-makanan yang perlu dikonsumsi saat
mengalami hipertensi. Menurut penelitian Astuti (2017) keluarga yang
memberikan dukungan informasional dengan kualitas hidup penderita hipertensi
memberikan peluang 7.424 kali meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi
dibandingkan dengan yang kurang dalam memberikan dukungan informasi.
Sejalan dengan peneitian yang dilakukan oleh Rahman (2017) menemukan bahwa
terdapat hubungan dukungan informasi dari keluarga dengan kualitas hidup. Nilai
hubungan dukungan informasi keluarga adalah positif, yang berarti semakin
meningkat nilai dukungan informasi dari keluarga sebanyak 1 kali maka akan
meningkatkan kualitas hidup.

3. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya yaitu dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan
istirahat. Dukungan instrumental yang diberikan keluarga kepada penderita
hipertensi seperti menyediakan waktu dan fasilitas bagi penderita untuk keperluan
pengobatan, menyediakan makanan yang khusus bagi penderita hipertensi,
membayar biaya perawatan, serta membantu aktivitas sehari-hari. Sebagai bentuk
kecil yang dapat dilakukan oleh keluarga dengan mengantarkan penderita
hipertensi berobat ataupun memeriksakan kesehatannya secara berkala. Segala
bentuk perhatian kecil yang diberikan keluarga diharapkan dapat membentu
memotivasi untuk terus meningkatkan kualitas hidupnya.

Universitas Muhammadiyah Magelang


21

4. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu keluarga yang bertindak membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota
keluarga diantaranya memebrikan dukungan dan penghargaan. Bentuk dukungan
yang dapat diberikan seperti memberkan dukungan dan semangat terhadap
penderita hipertensi, memberikan pujian terhadap penderita hipertensi, melibatkan
dalam pengambilan keputusan dan memberikan respon positif terhadap pendapat
atau perasaan penderita hipertensi. Menurut teori Friedman (2013) mengatakan
bahwa dukungan penilaian/penghargaan juga merupakan fungsi efektif keluarga
yang dapat meningkatkan status psikososial pada kelaurga yang sakit. Melalui
dukungan ini penderita akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian
yang dimilikinya.

2.4 Kebutuhan Spiritual


2.4.1 Definisi Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, serta menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mencari arti tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta untuk
memberikan maaf (Ummah, 2016).
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
a. Keluarga, peran keluarga sangat penting dalam perkembangan spiritual
penderita, pemberian dukungan spiritual adalah salah satu peran keluarga
untuk memberikan pelayanan pada penderita hipertensi, keluarga harus
membantu untuk memenuhi kebutuhan spiritual penderita sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh penderita. Dukungan yang diberikan dari keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual akan meningkatkan spiritual penderita
dan kualitas hidup penderita hipertensi (Utama et al, 2017).

Universitas Muhammadiyah Magelang


22

b. Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh
latar belakang etnik dan sosial budaya. Dan pada umumnya seseorang akan
mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Dukungan spiritual dan
dukungan sosial sangat di butuhkan untuk meningkatkan kesehatan mental,
semangat hidup dan kualitas hidup penderita hipertensi, spiritual juga penting
di kembangkan untuk menjadi dasar tindakan dalam pelayanan kesehatan
(Utama et al, 2017).
c. Pengalaman hidup sebelumnya, pengalaman hidup yang positif ataupun
negative dapat mempengaruhi spiritual paien hipertensi dan dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya. Peristiwa dalam kehidupan seseorang
dianggap sebagai salah satu cobaan yang diberikan kepada manusia untuk
menguji keimanannya.
d. Krisis dan perubahan, krisis dan perubahan bisa mengutakan spiritual
seseorang krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan
dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman
spiritual yang bersifat fisik dan emosional, ketika menderita penyakit
hipertensi maka penderita akan merasakan nyeri dan seiring berjalannya
waktu nyeri yang dirasakan akan berakibat menurunkan kualitas hidupnya,
semakin menua seseorang maka akan berpengaruh pada fisik dan akan
menurunkan kualitas hidup, kehilangan akan mempengaruhi mental dan akan
berakibat penurunan pada kualitas hidup.
e. Terpisah dari ikatan spiritual, menderita penyakit terutama penyakit kronis
sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan
pribadi dari sistem dukungan sosial. Penelitian yang dilakuakan Coyle (2014)
mengindikasikan bahwa seseorang yang merasa dirinya sendiri, kesepian juga
bisa disebut dengan isolasi sosial akan berdampak pada penyakit hipertensi.
Seseorang yang tidak mampu berinteraksi baik kepada keluarga, anak,
pasangan, bahkan masyarakat sekitar akan meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi dan pada umumnya akan berpengaruh pada penurunan kualitas
hidup (Riyadina et al, 2019)

Universitas Muhammadiyah Magelang


23

f. Isu moral terkait dengan terapi, pada sebagian agama proses penyembuhan
merupakan sebagai cara tuhan untuk menunjukkan kebesarannya. Walaupun
terdapat beberapa agama yang menolak intervensi pengobatan (Ummah,
2016)
2.4.3 Karakteristik Spiritual
Menurut Young (2007) karakteristik spiritualitas yaitu:
1. Hubungan dengan diri sendiri
Yaitu kekuatan dari dalam diri sendiri, yang meliputi pengetahuan dan sikap
tentang diri. Pengetahuan diri merupakan jawaban dari pertanyaan tentang apa
dan siapa dirinya. Sikap terkait dengan kepercayaan pada diri sendiri, prcaya
pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran serta keselarasan dengan
diri sendiri kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari
makna dan tujuan hidupnya
a. Kepercayaan (Faith)
Kepercayaan bersifat universal, yaitu merupakan penerimaan individu untuk
kebenaran yang tidak dapat dibuktikan oleh pikiran yang logis. Kepercayaan
dapat memberikan arti dalam hidup dan kekuatan bagi individu ketika
mengalami komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat
memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
b. Harapan (Hope)
Harapan yaitu berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan
merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling
percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan, harapan akan sangat
penting bagi individu yang menderita penyakit kroonis seperti hipertensi
tanpa harapan banyak orang mengalami depresi dan cenderung akan
menurunkan kualitas hidupnya
c. Makna atau arti dalam hidup (meaning of live)
Perasaan untuk mengetahui makna hidup yaitu diidentikkan dengan
perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup suatu pengalaman yang
positif seperti halnya membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat

Universitas Muhammadiyah Magelang


24

hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, mencintai dan
dicintai oleh orang lain

2. Hubungan dengan orang lain


Karakteristik spiritual berhubungan dengan orang lain di dasari oleh
kepercayaan, harapan dan makna hidup yang terbangun dalam spiritualitas
pribadi. Hubungan ini dibedakan atas harmonis dan tidak harmonisnya
hubungan dengan orang lain. Harmonis yaitu meliputi pembagian waktu,
pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang
tua yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian, kondisi yang tidak
harmonis mencakup konflik dengan orang lain.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan, keadilan dan kebaikan,
menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian,
keinginan dihargai dan diperhatikan. Sifat yang berhubungan dengan orang lain
yang dapat dikembangkan antara lain yaitu memaafkan, mengembangkan kasih
sayang dan dukungan sosial. Dengan demikian jika seseorang mengalami
kekurangan atau kelemahan maka orang dapat memberi dukungan psikologis
dan sosial. Dimana penderita hipertensi mempunyai kualitas hidup yang
cenderung buruk maka penderita membutuhkan dukungan sosial maupun
psikologi dari keluarga, teman, untuk meningkatkan kualitas hidup, penderita
juga harus mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang hal tersebut akan
berdampak pada psikologis penderita hipertensi. Maka dari itu penderita
hipertensi membutuhkan dukungan sosial dan psikologi dari orang terdekat
untuk meningkatkan kualitas hidupnya
3. Hubungan dengan alam/lingkungan
Karakteristik hubungan dengan alam lebih menekankan pada keselarasan
dalam mengetahui dengan pengetahuan alam, kepercayaan tentang alam tanah,
air, udara, aroma, tanaman, satwa, akan menciptakan pola perilaku manusia
terhadap alam. Keadaan ini menimbulkan keselarasan dan rekreasi untuk
individu.

Universitas Muhammadiyah Magelang


25

Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan


keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih dengan alam
yang telah dianugrahkan oleh Tuhan. Maka akan tercapailah kedamaian
kehidupan dan merasa lebih tenang.

4. Hubungan dengan tuhan


Hubungan dengan tuhan tampak dari sikap dan perilaku agamis dan tidak
agamis. Keadaan ini membangun berbagai upaya ritual keagamaan seperti
bersyukur, sembahyang, puas atau berdoa, pada penderita hipertensi
melakukan tindakan solat mempeunyai efektivitas untuk menurunkan tekanan
darah, apabila tekanan darah menurun dan spiritual berjalan dengan baik maka
penderita hipertensi akan cenderung mempunyai kualitas hidup yang baik.

Universitas Muhammadiyah Magelang


26

2.5 Kerangka Teori

DUKUNGAN-DUKUNGAN
KUALITAS HIDUP
1. Aktivitas fisik
2. Dukungan keluarga
3. Dukungan sosial
4. Dukungan spiritual
5. Kebutuhan spiritual
(Waworuntu,2019),
(Ningrum, 2017), (Ummah
2016), (Sinaga 2019),
(Yulianti 2017)
baga

FAKTOR YANG KUALITAS HIDUP


MEMPENGARUHI
KUALITAS HIDUP 4 DIMENSI

1. Usia 1. Dimensi Fisik


2. Dimensi Baik
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan Psikologis
4. Status 3. Dimensi Sosial
pernikahan 4. Dimensi
5. Pekerjaan Lingkungan
6. Lama menderita (WHO QOL 1998)
penyakit kronis
7. Keteraturan Buruk
berobat
(Rudianto 2015)

Bagan 1. Kerangka teori


Sumber : (Waworuntu,2019), (Ningrum, 2017), (Ummah 2016), (Sinaga 2019),
(Yulianti 2017), (Rudianto 2015) ,(WHO QOL 1998)

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

Universitas Muhammadiyah Magelang


27

2.6 Hipotesis penelitian


Hipotesis penelitian adalah prediksi tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih variabel. Sebuah hipotesis sehingga menerjemahkan sebuah pertanyaan
penelitian kuantitatif ke dalam prediksi yang tepat hasil yang diharapkan. Sebuah
hipotesis, sebagian biasanya terlalu sedikit yang diketahui tentang topic tersebut
untuk membenarkan sebuah hipotesa dan sebagian karena peneliti kualitatif ingin
penyelidikan dipandu oleh sudut pandang dan bukan oleh mereka sendiri. (Polit,
2012)
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan Dukungan keluarga dan Kebutuhan spiritual terhadap kualitas
hidup penderita hipertensi di Puskesmas Bandongan
Ho : tidak ada hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual
terhadap kualitas hidup penderita hipertensi di Puskesmas Bandongan

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian survey analitik, yaitu penelitian yang
mencoba menggali mengapa dan bagaimana fenomena itu terjadi, kemudian
dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena/faktor resiko dengan faktor
efek. Faktor efek yaitu semua akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor
resiko yaitu suatu fenomena yang dapat mengakibatkan terjadinya efek atau
pengaruh (Notoatmodjo, 2010). Di dalam penelitian ini yang menjadi faktor risiko
yaitu hipertensi dan faktor efek yang diakibatkan dari faktor resiko yaitu kualitas
hidup.

Rancangan pada penelitian ini menggunakan desain non experimental dengan


metode cross sectional. Penelitian cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2014).

3.2 Kerangka konsep penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep atau terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Kerangka konsep penelitian yang dikembangkan di dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependent
(terikat)

Variabel bebas Dukungan


keluarga Variabel terikat
Kualitas hidup
Kebutuhan Spiritual

Bagan 2. Kerangka konsep

28
Universitas Muhammadiyah Magelang
29

3.1.1 Variabel independent (variabel bebas/intervensi)


Variabel bebas yaitu variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual
(Sugiyono, 2011).

3.1.2 Variabel dependent (variabel terikat)


Variabel dependent (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel independent (bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kualitas hidup (Sugiyono, 2011).

3.3 Definisi operasional


Definisi operasional merupakan suatu proses atau pemberian arti pada masing-
masing variabel yang terlibat dalam penelitian, definisi operasional bermanfaat
untuk kepentingan akurasi komunikasi dan replikasi agar memberikan gambaran
dan pemahaman yang sama kepada setiap orang tentang variabel-variabel yang
digunakan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011). Definisi operasional yang
digunakan sebagai parameter/ukuran dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Cara Skala
Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional pengukuran ukur
Variabel independen
Dukungan Dukungan Kuesioner Kuesioner Pengukuran Skala
keluarga yang yang berisi dengan 19 hasil penelitian ordinal
diberikan 19 item item secara umum
keluarga pertanyaan pertanyaan dikategorikan
merupakan dan terbagi dengan 2 sebagai
dukungan dalam 4 pilihan berikut :
yang domain yaitu jawaban : Baik (29-38)
diberikan oleh : Ya dan tidak Buruk (19-28)
keluarga Dukungan
terhadap emosional
penderita Dukungan
hipertensi informasion
yang meliputi al
dukungan Dukungan
instrumental, instrumental
emosional, Dukungan

Universitas Muhammadiyah Magelang


30

Definisi Cara Skala


Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional pengukuran ukur
infomasional, penghargaan
dan
penghargaan.
Kebutuhan Kebutuhan Kuesioner Kuesioner Pengukuran Skala
spiritual spiritual spiritual dengan 29 hasil penelitian ordinal
merupakan Needs pertanyaan, secara umum
kebutuhan Quesionaire dengan 4 dikategorikan
untuk (SpNQ) pilihan sebagai
mempertahan yang berisi jawaban: berikut :
kan atau 29 item 0 : tidak Sangat penting
mengembalika pertanyaan. penting dengan skor
n keyakinan Pertanyaan 1 : cukup (59-87)
dan kewajiban dalam 4 penting Cukup penting
beragama bagi domain: 2 : sangat (30-58)
penderita Religiousity penting Tidak penting
penyakit : (nomor 3 : amat (0-29)
kronis yang 3,17,18,19,2 sangat penting
meliputi 0,21,22)
hubungan Inner peace :
dengan diri (nomor
sendiri, 1,2,6,7,8,12,
sesama,lingku 23)
ngan, dan Existential :
tuhan. (nomor
4,5,9,10,11,1
5,16)
Actively
giving :
(nomor
13,14,24,25,
26,27,28,29)

Variabel dependent
Variabel Persepsi Kuesioner Kuesioner Pengukuran Skala
Dependen : individu yang WHOQOL- yang hasil penelitian Ordinal
kualitas hidup ditinjau dari BREFF yang berjumlah 26 secara umum
konteks berjumlah pertanyaan dikategorikan
budaya, 26 dengan 5 sebagai berikut:
sistem nilai pertanyaan pilihan Baik = 96-130
tempat dan terbagi jawaban: Sedang = 61-95
mereka dalam 4 SB : Sangat Buruk = 26-60
tinggal, indikator : buruk
hubungan Dimensi B : Buruk
kesenangan fisik BBS : Biasa-
dan perhatian (3,4,10,15,1 biasa saja
mereka yang 6,17,18) BK : Baik
mencakup Dimensi SB : Sangat
kesehatan psikologis baik

Universitas Muhammadiyah Magelang


31

Definisi Cara Skala


Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional pengukuran ukur
fisik, (5,6,7,11,19,
psikologis, 26)
hubungan Dimensi
sosial dan sosial
lingkungan. (20,21,22)
Dimensi
lingkungan
(8,9,12,13,1
4,23,24,25)

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam
penelitian ini yaitu penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandongan
dengan jumlah populasi 7.425 penderita.

3.4.2 Sampel Penelitian


Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2011). Sampel digunakan untuk mereduksi objek penelitian
yang didalamnya dilakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga bisa ditarik
kesimpulan umum, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik sampling
dan penentuan teknik ini sangat penting peranannya dalam suatu penelitian.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2011).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik
proportional random sampling. Proportional random sampling dipilih peneliti
karena peneliti akan melakukan pengambilan anggota sampel dengan cara
menghitung sesuai populasi pada tiap tingkat.
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti dalam mengurangi bias atau
hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau perancu)
yang ternyata dapat berpengaruh terhadap variabel yang diteliti. Maka dari itu

Universitas Muhammadiyah Magelang


32

kriteria sampel yang diharapkan adalah sampel yang memenuhi syarat inklusi
maupun ekslusi (Nursalam, 2011).
1) Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik dari subjek penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel yang diteliti. Kriteria insklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Penderita hipertensi
2) Tinggal di kecamatan bandongan
3) Bersedia mengikuti prosedur penelitian
b. Kriteria ekslusi
Kriteria adalah menghilangkan aspek penelitian karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
1) Mengalami gangguan komunikasi
2) Mengalami gangguan kognitif
3.4.3 Besar sampel penelitian
Rumus perhitungan besar sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan
menggunakan rumus Slovin:

= 99,9 atau 100


Jadi sampel yang diteliti yaitu 100 responden
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10%

Berdasarkan perhitungan rumus diatas dikoreksi besar sampel untuk antisipasi


drop out dengan perhitungan sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Magelang


33

nʹ = 111
Keterangan
n’ : jumlah sampel koreksi
n : besar sampel yang dihitung sebelumnya
f : perkiraan posi drop out (0,1)
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 111 responden,
pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling dan
telah dikoreksi besar sampel untuk antisipasi drop out.
Menurut Machfoedz (2008) cara menentukan besar sampel proporsional dalam
penelitian ini menggunakan rumus :

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Proporsional


No. Desa Perhitungan Sampel Jumlah
1. Sukodadi 11

= 11,25
2. Tonoboyo 15

= 14,54
3. Gandusari 21

= 20,70
4. Rejosari 33

= 33,32
5. Bandongan 31

= 31,16
Jumlah 111

Universitas Muhammadiyah Magelang


34

3.5 Waktu dan tempat penelitian


3.5.1 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Juli sampai bulan Agustus 2021. Dimulai
dari penyusunan proposal sampai pengolahan data dan pelaporan hasil penelitian.
Untuk penyusunan proposal bulan Oktober 2020- Juli 2021 untuk penyebaran
kuesioner Juli 2021 dan penyusunan hasil akhir dilaksanakan bulan Agustus 2021

3.5.2 Tempat penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Bandongan karena di Bandongan
kasus hipertensi mencapai angka 7425 penderita

3.6 Alat ukur dan metode pengumpulan data


3.6.1 Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner
merupakan suatu penelitian pengumpul data dengan formal untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti secara tertulis
Penelitian ini menggunakan 4 macam kuesioner yaitu :
1. Kuesioner 1 (kuesioner karakteristik responden)
Kuesioner ini terdiri atas hal-hal yang berkaitan dengan identitas responden
berupa data demografi. Data tersebut meliputi nama, umur responden, jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, lama menderita penyakit
kronis, keteraturan berobat.
2. Kuesioner 2 (kuesioner dukungan keluarga)
Alat ukur yang digunakan dalam dukungan keluarga adalah kuesioner berisi 19
item pertanyaan tentang dukungan keluarga yang meliputi dukungan emosional,
informasional, instrumental, dan dukungan penghargaan. Kuesioner ini diadopsi
dari skripsi (Radiani et al, 2018). dan telah di modifikasi dan diuji validitas
rebilitas oleh (Utari, 2017) diuji validitas dan reabilitas pada 19 responden di
wilayah kerja Puskesmas Mandalle.

Universitas Muhammadiyah Magelang


35

Kuesioner ini mempunyai 4 domain yaitu emosional, informasional, instrumental,


dan penghargaan dengan menggunakan skala Guttman yaitu Ya diberi skor 2 dan
Tidak diberi skor 1 sehinga didapatkan skor terendah adalah 19 dan akor tertinggi
yaitu 38

3. Kuesioner 3 (kuesioner kebutuhan spiritual)


Kuesioner kebutuhan spiritual yaitu Spiriual Needs Questionnaire (SpNQ) yang
disusun oleh Prof Dr. med Arndt Bussing, University Witten/Herdecke, Germany.
Kuesioner ini terdiri dari 4 domain, yaitu Religiosity, inner peace, existential
needs dan actively giving. Terdapat 29 pertanyaan kategori religiosity terdapat
pada soal nomor 3,17,18,19,20,2122 inner peace pada nomor 1,2,6,78,,12,23,
existential needs nomor 4,5,9,10,11,15,16, actively giving terdapat pada soal
nomor 13,14,24,25,26,27,28,29.
Jawaban dari pertanyaan kuesioner kebutuhan spiritual adalah tidak penting (skor
0), cukup penting (skor 1), sangat penting (skor 2), dan amat sangat penting (skor
3). Tingkat kebutuhan spiritual dapat diketahui dengan menjumlahkan dari setiap
item pertanyaan dengan peringkat nilai 0-29 dikatakan tidak penting, 30-58
ikatakan cukup penting dan 59-87 dikatakan sangat penting

4. Kuesioner 4 (kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF)


Alat ukur variabel kualitas hidup berupa kuesioner yang dibuat oleh WHO yaitu
World Health Organization Quality Of Life-Bref (WHOQOL-BREF) merupakan
rangkuman dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-100 dan
terdiri dari 26 item pertanyaan, berisi tentang aspek-aspek kualitas hidup, yang
meliputi dimensi fisik,dimensi psikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi
lingkungan, alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasa, termasuk kedalam
bahasa Indonesia, WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang hasilnya valid dan
reliable dalam mengukur kualitas hidup.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yang berasal dari kualitas hidup secara
menyeluruh dan kesehatan secara umum. Semua pertanyaan berdasarkan pada
skala likert lima poin (1-5) dan terdapat empat macam pilihan jawaban yang focus
kedalam intensitas, kapasitas, frekuensi, dan evaluasi. Instrumen ini terdiri dari

Universitas Muhammadiyah Magelang


36

pertanyaan yang positif kecuali pada tiga pertanyaan yaitu nomor (3,4 dan 26)
yang bernilai negative. Skor pada tiap domain (raw score) ditransformasikan
dalam skala 0-100.
Terdiri dari 26 pertanyaan dan 5 jawaban yaitu Sangat Buruk, Buruk, Biasa-biasa
Saja, Baik, Sangat Baik. Pada pertanyaan positif , Pilihan jawaban Sangat Buruk
diberi skor 1, Buruk diberi skor 2, Biasa-biasa Saja diberi skor 3, Baik diberi skor
4, Sangat baik diberi skor 5. Sedangkan pada pertanyaan yang negative Sangat
Buruk diberi skor 5, Buruk diberi skor 4, Biasa-biasa Saja diberi skor 3, Baik
diberi skor 2, Sangat baik diberi skor 1. Total skor diklasifikasikan menjadi 3
kategori yaitu 1 Rendah = 25-60,2, Sedang = 61-95,3, Tinggi = 96-130.

Tabel 3.3 kisi-kisi kuesioner kualitas hidup


No. Indikator Item pertanyaan Jumlah item
pertanyaan
1 Dimensi fisik 1,2,3,4,10,15,16,17,18 9
2 Dimensi psikologis 5,6,7,11,19,26 6
3 Dimensi sosial 20,21,22 3
4 Dimensi lingkungan 8,9,12,13,14,23,24,25 8

3.6.2 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara menyebar kuesioner pada
responden yang telah dipilih yaitu penderita hipertensi di Wilayah Kecamatan
Bandongan prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu :
a. Tahap persiapan konsultasi pembimbing, studi pustaka, menyusun proposal
penelitian, dan melaksanakan seminar proposal.
b. Peneliti menyerahkan surat ijin ke Dinas kesehatan Kab.Magelang untuk
mendapatkan surat ijin untuk penelitian
c. Surat ijin diserahkan ke Puskesmas Bandongan
d. Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas
e. Peneliti melakukan koordinasi dengan asisten penelitian yang akan membantu
dalam pengambilan data
f. Peneliti menjelaskan secara langsung kepada asisten penelitian untuk cara
pengisian kuesioner dan penjelasan skor dalam pengambilan data.

Universitas Muhammadiyah Magelang


37

g. Kuesioner dibagikan oleh asisten penelitian di wilayah kerja Puskesmas


Bandongan
h. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka peneliti meneliti kembali apakah
kuesioner sudah diisi semua atau masih ada yang belum terisi
i. Setelah kuesioner sudah lengkap dan tidak ada yang kosong peneliti
mengolah data yang sudah didapat dengan menggunakan aplikasi spss.

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.3.1 Uji validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kavalidan atau kesahihan
suatu instrument. Pengujian validitas yaitu mengacu pada sejauh mana suatu
instrument dalam menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid jika instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,
2011).

Uji validitas kuesioner dukungan keluarga telah dlakukan oleh peneliti yang
sebelumnya (Radiani et al, 2018) yang hasilnya valid dengan nilai content vaidity
ratio (CVR) 1.00. uji validitas pada kuesioner WHoQOL yang dilakukan oleh
Sekarwiri (2008) menunjukkan bahwa semua pertanyaan valid (r=0,445-0,889).
Instrument dukungan keluarga menggunakan kuesioner SpNQ oleh Dr. Arndt
Buessing Bussing, University Witten/Herdecke, Germany.peneliti sudah
mengajukan ijin dan telah beliau sudah memeberi ijin dan peneliti mendapatkan
versi asli dengan 9 bahasa termasuk bahasa Indonesia. yang diterjemahkan oleh
Nur Laili Fithrianan dengan hasil uji validitas instrument 0,339-0,665

3.6.3.2 Uji Reabilitas


Reabilitas merupakan sebuah indeks alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator variabel atau konstruk. Suatu alat ukur dikatakn reliable jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah kosisten dan stabil dari waktu ke
waktu. Sedangkan uji reabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan
(konsisten) dan suatu instrument (Ghozali, 2009).

Universitas Muhammadiyah Magelang


38

Uji reabilitas instrument dukungan keluarga tidak dilakukan uji reabilitas karena
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari hasil penelitian (Radiani et al,
2018) yang menggunakan metode alpha cronbach’s dengan nilai 0,8 > 0,6 yang
berarti kuesioner ini reliabel untuk digunakan. Uji reabilitas pada instrument
WHoQOL dilakukan oleh Sekarwiri (2008) menunjukkan cronbach alpha sebesar
0,902 (>0,6) sehingga dapat disimpulkan bahwa WHoQOL merupakan alat ukur
yang reliable.

Uji reabilitas tidak dilakukan dalam penelitian ini karena kuesioner WHoQOL dan
SpNQ sudah baku, instrument SpNQ yang dikembangkan oleh Prof Dr. med
Arndt Bussing, University Witten/Herdecke, Germany.peneliti sudah mengajukan
ijin dan telah beliau sudah memberi ijin dan peneliti mendapatkan versi asli
dengan 9 bahasa termasuk bahasa Indonesia.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data


3.7.1 Metode Pengolahan
Metode pengolahan data dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan isi kuesioner, kejelasan pengisian
jawaban dalam kuesioner. Setelah melakukan pengecekan pengisian kuesioner
dan apabila jawaban ada yang tidak lengkap atau kurang jelas akan
diklarifikasi kepada responden.
b. Coding
Pengkodean (coding) merupakan suatu kegiatan penyederhanaan dengan
menggunakan simbo-simbol tertentu untuk masing-masing data untuk
memudahkan pengolahan data. Pemberian kode ini sangat penting jika
pengolahan dan analisis data menggunakan aplikasi computer. Coding dalam
penelitian ini yaitu :

Tabel 3.4 coding


Variabel Hasil penelitian Coding
Umur Usia pertengahan (45-59 tahun) 1

Universitas Muhammadiyah Magelang


39

Variabel Hasil penelitian Coding


Lanjut usia (60-74 tahun) 2
Lanjut usia tua (75-90 tahun) 3
Usia sangat tua (>90 tahun) 4
Jenis kelamin Laki-laki 1
Perempuan 2
Pendidikan SD 1
SMP 2
SMA 3
Perguruan tinggi 4
Tidak sekolah 5
Status pernikahan Menikah 1
Tidak menikah 2
Janda 3
Duda 4
Pekerjaan PNS 1
Swasta 2
Petani 3
Buruh/karyawan 4
Tidak bekerja 5
Lainnya 6
Lama menderita ≥ 1 tahun 1
penyakit kronis < 1 tahun 2
Keteraturan berobat Teratur 1
Tidak teratur 2
Dukungan keluarga Baik 2
Buruk 1
Kebutuhan spiritual Sangat penting 3
Cukup penting 2
Tidak penting 1
Kualitas hidup Buruk 1
Sedang 2
Baik 3

c. Tabulasi data
Tujuan dilakukan tabulasi data untuk menghitung data tertenu secara statistic.
Data-data penelitian yng didapatkan dimasukkan kedalam table sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
d. Entry data
Setelah data dikelompokkan pada kriteria, selanjutnya yaitu dilakukan
pemasukan data secara manual atau melalui pengolah data di computer

e. Cleaning

Universitas Muhammadiyah Magelang


40

Langkah ini peneliti lakukan pengecekan untuk mengetahui adanya kesalahan


atau kekurangan selama proses pengolahan data.

3.7.2 Analisa data


3.7.2.1 Analisa data Univariat
Analisa data univariat adalah analisis yang digunakan terhadap variabel dari
penelitian untuk melihat distribusi dengan melihat prosentase masing-masing
(Hastono, 2011). Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Data dalam penelitian ini berupa dalam table berdasarkan
kategori dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup
hipertensi di Puskesmas Bandongan
3.7.2.2 Analisa data Bivariat
Analisis ini digunakan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian
yaitu variabel independent dengan dependent. Hal ini berguna untuk
membuktikan atau menguji hipotesis yang telah dibuat (Sugiyono, 2007). Uji
yang digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan
spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi menggunakan uji statistic
korelasi spearman karena skala ukur pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan skala ordinal dan ordinal.
Tabel 3.5 metode analisa data
Variabel Skala ukur Cara uji
Variabel independent (dukungan keluarga & Ordinal Korelasi
kebutuhan spiritual ) spearman
Variabel dependent (kualitas hidup)

3.8 Etika Penelitian


Penelitian yaitu upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena kehidupan
manusia, baik yang menyagkut feomena alam maupun sosial, budaya, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, peneliti dalam menjalankan tugas penelitiannya
hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (secientific attitude) serta berpegang

Universitas Muhammadiyah Magelang


41

teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yang dilakukan tidak
merugikan atau membahayakan orang lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitinan juga
melindungi responden dengan memperhatikan aspek-aspek etik yaitu : (Nursalam,
2014)
3.8.1 Self determination
responden mempunyai hak memutuskan apakah bersedia menjadi responden atau
tidak tanpa dikenakan sanksi apapun.
3.8.2 Privacy
responden mempunyai hak bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk
itu tidak perlu adanya nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality)
3.8.3 Informed consent
merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian.
3.8.4 Beneficience (manfaat)
prinsip etika penelitian adalah memberikan manfaat semaksimal mungkin dengan
resiko seminimal mungkin. Prinsip ini juga mencakup tidak melakukan hal-hal
yang berbahaya bagi responden penelitian.
3.8.5 Nonmaleficience (keamanan)
Peneliti memperhatikan segala unsur yang dapat membahayakan dan hal-hal yang
dapat merugikan responden mulai dari awal penelitian.
3.8.6 Justice (keadilan)
Peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap responden tanpa membeda-
bedakan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian hubungan dukungan keluarga dan
kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi. Penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner di Puskesmas
Bandongan. Sampel penelitian ini yaitu penderita hipertensi di Puskesmas
Bandongan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan dijabarkan sebagai
berikut:

4.1.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan gambaran


karakteristik responden. Berikut adalah hasil analisis univariat pada penelitian ini:

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden

Karakteristik usia, jenis kelamin, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan adalah
data kategorik sehingga dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dalam
penyajianya. Hasil karasteristik disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status
Pekerjaan, dan Tingkat pendidikan Responden di Puskesmas Bandongan Kabupaten
Magelang

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


Usia Produktif 7 6,3
Usia Usia Pertengahan 45 40,5
Usia Lanjut 50 45
Usia Lanjut Tua 9 8,1
Jenis Kelamin Laki-laki 32 28,8
Perempuan 79 71,2
IRT 26 23,4
Pekerjaan Pedagang 19 17,1
Buruh 15 13,5
Tani 8 7,2
Guru 5 4,5
Tidak Bekerja 38 34,2
SD 58 52,3

42
Universitas Muhammadiyah Magelang
43

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


Tingkat SMP 23
20,7
Pendidikan
SMA 24 21,6
Perguruan Tinggi 6 5,4
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasrkan tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik berdasarkan usia responden


paling banyak berusia lanjut 50 responden, usia pertenganhan 45 responden, usia
lanjut tua 9 responden, dan usia produktif 7 responden. Jenis kelamin responden
laki-laki 32 dan perempuan 79, perempuan lebih mendominasi jenis kelamin
mahasiswa. Karakteristik status pekerjaan yaitu Ibu rumahh tangga 26 responden
(23,4%), pedagang 19 responden (17,1%), buruh 15 responden (13,5%), tani 8
responden (7,1%), guru 5 responden (4,5%), dan tidak bekerja sebanyak 38
responden (34,2%). Tingkat pendidikan responden yaitu paling banyak
berpendidikan sekolah dasar sebanyak 58 responden (52,3%), SMP 23 responden
(20,7%), SMA 24 responden (21,6%), dan perguruan tinggi 6 responden (5,4%).

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden

Frekuensi jawaban responden tentang, kualitas hidup, dukungan keluarga, dan


kebutuhan spiritual adalah data kategorik sehingga dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi dalam penyajianya. Hasil disajikan pada tabel 4.3

Tabel 4.3
Distribusi Berdasarkan Kualitas Hidup, Dukungan Keluarga, dan Kebutuhan
Spiritual Responden di Puskesmas Bandongan Kabupaten Magelang

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


Sangat Buruk 0 0
Buruk 0 0
Kualitas Hidup Kurang baik 44 39,6
Baik 67 60,4
Sangat Baik 0 0
Total 111 100
Dukungan Buruk 6 5,4
Keluarga
Baik 105 94,6
Total 111 100
Tidak 18 16,2

Universitas Muhammadiyah Magelang


44

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


Kebutuhan Cukup Penting 55
Spiritual 46,8
Penting 26 23,4
Sangat Penting 15 13,5
Total 111 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan data tabel 4.3 diketahui bahwa data univariat dari variabel kulaitas
hidup adalah paling banyak berkualitas hidup baik dengan 67 responden (60,4%),
dan berkulaitas hidup kurang baik yaitu 44 responden (39,6%). Sedangkan untuk
variabel dukungan keluarga kebanyakan memiliki dukungan yang baik dengan
105 responden (94,6%), dan yang memiliki dukungan yang buruk atau kurang
dukungan dari keluarga hanya 6 responden (5,4%). Kebutuhan spiritual
kebanyakan responden cukup penting membutuhkan dengan 55 responden
(46,8%), sangat membutuhkan 26 responden (23,4%), tidak membutuhkan
spiritual 18 responden (16,2%), dan 15 responden (13,5%) amat sangat
membutuhkan spiritual.

4.1.2 Analisa Bivariat

Pada bagian analisa bivariat dijelaskan ada dan tidaknya hubungan yang
signifikan antara variabel independen (variabel bebeas) dan variabel dependen
(variabel terikat). Variabel independen meliputi variabel dukungan keluarga,
kebutuhan spiritual. Dan variabel dependen adalah kualitas hidup. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan analisis bivariat uji statistic Spearman Rank
pada taraf signifikan <0,05.

4.1.2.1 Dukungan keluarga terhadap kualitas hidup responden

Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup responden dapat


dilihat pada tabel berikut :

Universitas Muhammadiyah Magelang


45

Tabel 4.4 Dukungan keluarga dengan Kualitas Hidup Responden


Variabel N Nilai R P-Value
Dukungan 111 0,499 0,002
keluarga
Kualitas hidup 111
Sumber : Spearman Rank, 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p-
value<0,05) antara dukungan keluarga (p-value=0,002) dengan kualitas hidup
responden. Nilai R 0,499>0,195 menunjukan ada korelasi yang cukup kuat dan
hubungan yang positif antara dua variabel, yaitu semakin tinggi dukungan
keluarga maka akan semakin baik kualitas hidup penderita hipertensi.

4.1.2.2 Kebutuhan Spiritual terhadap Kualitas Hidup Responden

Hubungan antara kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup responden dapat


dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Kebutuhan Spiritual dengan Kualitas Hidup Responden


Variabel N Nilai R P-Value

Kebutuhan Spiritual 111 0,247 0,000

Kualitas Hidup 111

Sumber : Spearman Rank, 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p-
value<0,05) antara kebutuhan spiritual (p-value=0,000) dengan kualitas hidup
responden. Nilai R 0,247 >0,195 menunjukan ada korelasi yang cukup kuat dan
memiliki hubungan yang positif antara dua variabel, yaitu semakin tinggi
kebutuhan spiritual maka semakin baik kualitas hidup penderita hipertensi.

Universitas Muhammadiyah Magelang


46

4.1.2.3 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual dengan


Kualitas Hidup Penderita Hipertensi

Variabel Kategori Kualitas Hidup


Biasa Saja (%) Baik (%) Total P-Value Nilai R
Dukungan Buruk 3 (2,7) 3 (2,7) 6
Keluarga
Baik 41 (37) 64 (57,6) 105 0,002 0,499
Total 44 (39,6) 69 (62,2) 111
Tidak 19 (17,1) 33 (29,7) 52
Agak 6 (5,4) 20 (18) 26
Kebutuhan Sangat 4 (3,6) 11 (9,9) 15
Spiritual
Amat 15 (13,5) 3 (2,7) 18 0,000 0,247
Sangat
Total 44 (39,6) 67 (60,3) 111
Sumber : data primer diolah dengan, Spss Crosstab, 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui tabulasi silang antara variabel dukungan keluarga
dan kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup penderita hipertensi. Keduanya
memiliki hubungan yang positif dan mempunyai korelasi yang sedang dan cukup
kuat ditunjukan dengan nilai r yang lebih besar dari r-tabel.

4.2 Pembahasan
Pada bab ini peneliti menyajikan mengenai pembahasan kesenjangan antara hasil
penelitian dengan teori ataupun kesamaan peneltian dan dibandingkan dengan
beberapa penelitian baik penelitian yang hasilnya sejalan maupun tidak.
4.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian menurut usia responden diketahui usia responden paling
banyak usia lanjut 50 responden (45%), dan yang paling sedikit berusia produktif
7 responden (6,3%). Anggraini et al., (2011) menjelaskan bahwa terdapat tahap

Universitas Muhammadiyah Magelang


47

perkembangan manusia yang mempengaruhi status spiritual seseorang. Pada


kelompok usia pertengahan dan lansia memiliki lenih banyak waktu untuk
melakukan kegiatan keagamaan dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda. Berdasarkan hasil penelitian Sutikno dalam Mira
Afnesta Yuzefo, Febriana Sabrian, (2016) didapatkan faktor usia berhubungan
dengan kualitas hidup, lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan
untuk berkualitas hidup baik lebih besar daripada lansia dengan usia 70 tahun
lebih. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan akibat proses menua, terdapat
perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikososial yang mengarah pada
kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan berpengaruh
terhadap kualitas hidup lansia.

Berdasarkan penelitian menurut jenis kelamin responden laki-laki 32 dan


perempuan 79, perempuan lebih mendominasi jenis kelamin responden. Hal ini
dikarenakan responden perempuan lebih banyak dijumpai daripada responden lakilaki,
sehingga kesempatan responden perempuan untuk dilakukan penelitian lebih banyak
dibandingkan responden laki-laki. Dari hasil observasi peneliti, responden laki-laki
sulit dijumpai karena pada saat penelitian mereka sedang bekerja. Menurut
Tesfaye dalam Wulandhani, (2014) prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih
besar dari pada pria (24%). Hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Wood dalam Lestari, W, Sri, A.W, Sofiana,
(2014) mengatakan wanita lebih cenderung terjadi hipertensi setelah menopause
karena pengaruh hormon estrogen. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause.
Karakteristik status pekerjaan yaitu Ibu rumahh tangga 26 responden (23,4%),
pedagang 19 responden (17,1%), buruh 15 responden (13,5%), tani 8 responden
(7,1%), guru 5 responden (4,5%), dan tidak bekerja sebanyak 38 responden
(34,2%). Tingkat pendidikan responden yaitu belum paling banyak

Universitas Muhammadiyah Magelang


48

berpendidikan sekolah dasar sebanyak 58 responden (52,3%), SMP 23 responden


(20,7%), SMA 24 responden (21,6%), dan perguruan tinggi 6 responden (5,4%).
Hal ini sesuai dengan KNLU dalam Anggraini et al., (2011) yang mengatakan
penduduk lansia yang tamat SD hanya sebesar 45%. Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan bahwa kebanyakan responden sulit mendapatkan pendidikan karena
faktor ekonomi dan keamanan negara pada saat itu (masa perjuangan
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan). Menurut Riskesdas (2018),
mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam menerima informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku
yang baik atau buruk sehingga berdampak terhadap status kesehatannya.

Berdasarkan penelitian menurut lama menderita penyakit responden yaitu lebih


dari satu tahun sebanyak 59 responden (53,2%), dan kurang dari satu tahun 52
responden (46,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2018), hasil
penelitian tentang lama sakit responden di dapatkan kelompok intervensi dengan
lama sakit lebih dari 3 tahun 71,4% dan kelompok kontrol 52,4%. Semakin lama
menderita hipertensi akan meningkatkan terjadinya komplikasi yaitu pada ginjal
berupa nefrosklerosis yang merupakan akibat langsung iskemi karena
penyempitan pembuluh darah intrarenal.

4.2.2 Gambaran Kualitas Hidup

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa data univariat dari variabel kulaitas
hidup adalah paling banyak berkualitas hidup baik dengan 67 responden (60,4%),
dan berkulaitas hidup biasa-biasa aja yaitu 44 responden (39,6%). Hal ini
didukung oleh penelitian Radiani et al. (2018) yang mendapatkan frekuensi
kualitas hidup lansia penderita hipertensi tergolong baik yaitu sebesar 52%.
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu aktivitas fisik dimana seseorang
yang mengalami hipertensi dapat melakukan aktivitas fisik dengan rutin sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental. Selain aktivitas fisik
peningkatan kualitas hidup dapat diperoleh secara mental dengan mengurangi
stress, meningkatkan rasa antusias, percaya diri, mengurangi kecemasan dan
depresi yang dialami terkait dengan penyakit yang dideritanya. Untuk faktor

Universitas Muhammadiyah Magelang


49

sosial yang juga memepengaruhi kualitas hidup yaitu dukungan sosial dan juga
kontak sosial dengan lingkungan (Alfian et al, 2018).

4.2.3 Gambaran Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel dukungan keluarga kebanyakan


memiliki dukungan yang baik dengan 105 responden (94,6%), dan yang memiliki
dukungan yang buruk atau kurang dukungan dari keluarga hanya 6 responden
(5,4%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rati et al., (2016) yang
menunjukan hasil jumlah responden paling banyak memiliki dukungan keluarga
dalam kategori baik. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan
perhatian, bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran,
memberikan pengetahuan dan sebagainya. Dukungan keluarga berkaitan dengan
pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis. Anggota keluarga
yang memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dari hasil penelitian ini didapatkan
bahwa responden mendapatkan dukungan instrumental yang tinggi dari keluarga.

4.2.4 Gambaran Kebutuhan Spiritual

Berdasarkan penelitian untuk variabel kebutuhan spiritual kebanyakan responden


agak membutuhkan dengan 55 responden (46,8%), sangat membutuhkan 26
responden (23,4%), tidak membutuhkan spiritual 18 responden (16,2%), dan 15
responden (13,5%) amat sangat membutuhkan spiritual. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ummah (2016), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup lansia di panti
jompo Semarang (p value = 0,001; p value < 0,05). Hal ini sejalan dengan
penelitian Destarina, (2015), Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki spiritualitas tinggi yaitu sebanyak 23 orang (59,0%) dan
sebagian kecil yang memiliki spiritualitas rendah sebanyak 16 orang (41,0%).
Spiritual pada seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara seseorang

Universitas Muhammadiyah Magelang


50

menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis Destarina,


(2015).Spiritual juga penting dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan
untuk memberi dan mendapatkan maaf.

4.2.2 Hubungan dukungan keluarga dengan Kualitas hidup responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup responden yang ditunjukan dari nilai
Asymp. Sig 0,002 < 0,05 dan nilai Correlation Coefficient 0,499>0,195 r-tabel..
Dapat diartikan pada penelitian ini rasa mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kualitas hidup responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Rati et al.,
(2016) yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup lansia dengan hipertensi dengan nilai p= 0,000 <
0,05. sehingga dengan nilai p<0,05 ada pengaruh dukungan keluarga terhadap
kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, jika salah satu dari anggota
keluarga bermasalah terhadap kesehatannya pasti akan mempengaruhi fungsi dari
keluarga, maka sangat penting anggota keluarga untuk memberikan dukungan.
Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus disepanjang
kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung
dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh indiviu.
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu ada untuk memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 2013).

Dalam studi yang dilakukan oleh Poljičanin et al (2010) menyebutkan bahwa


individu dengan penyakit hipertensi bisa memberikan dampak yang buruk
terhadap kualitas hidup individu. Pada individu dengan penyakit hipertensi, terjadi
penurunan kualitas hidup hampir seluruh dimensi yang diukur berdasarkan

Universitas Muhammadiyah Magelang


51

kuesioner WHO dan yang paling berpengaruh yaitu dimensi kesehatan fisik dan
hubungan sosial Anbarasan, (2015). Dalam penelitian Xu et al (2016)
mengatakan bahwa orang dengan penderita hipertensi mempuyai kualitas hidup
yang buruk dari pada orang yang tidak mengalami hipertensi. Dapat disimpulkan
bahwa kualitas hidup merupakan konsep subjektif dan menekankan persepsi
individu mengenai kehidupannya saat ini di pengaruhi oleh budaya dan sistem
nilai dimana mereka tinggal, kualitas hidup yang baik yaitu ditandai dengan bebas
dari keluhan, mempunyai fungsi dan perasaan sehat dan bahagia, karir pekerjaan
yang memuaskan, hubunga interpersonal yang baik, dan dapat menghadapi stress
berbanding terbalik dengan pasien yang menderita penyakit kronis apabila tidak
ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah yang serius dan
mengakibatkan penurunan kualitas hidup.

4.2.3 Hubungan kebutuhan spiritual dengan Kualitas hidup responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara
kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup responden yang ditunjukan dari nilai
Correlation Coefficient 0,247 > 0,195 R-tabel dan Asymp. Sig 0,000 < 0,05.
Dapat diartikan pada penelitian ini rasa mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kualitas hidup responden. Hal sejalan dengan peneilian Yuzefo, (2016)
yang menunjukan hasil uji statistik diperoleh p value (0,034) < alpha (0,05)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status spiritual dengan
kualitas hidup pada lansia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Konopack & McAuley, (2012) dengan judul
“Efficacy-mediated effects of spirituality and physical activity on quality of life: A
path analysis” kepada 215 responden yang berusia 50 tahun ke atas. Penelitian ini
menyatakan bahwa pengaruh spiritualitas terhadap kualitas hidup dapat dilihat
dari kesehatan mental, dan pengaruh aktivitas fisik terhadap kualitas hidup dapat
dilihat dari kesehatan fisik responden.
Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


52

untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, serta menjalin hubungan


penuh rasa percaya dengan tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mencari arti tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta untuk
memberikan maaf (Ummah, 2016). Agama dan spiritual adalah sumber koping
bagi lansia ketika ia mengalami sedih, kesepian dan kehilangan. Hasil studi
menunjukkan bahwa pada lansia yang mencapai usia 70 tahun, maka lansia
tersebut berada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam
penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan
yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan
serta kenyamanan pada tahap awal iman. Hal ini memberikan pandangan baru
bagi lansia terhadap kehidupan yang berhubungan dengan orang lain dan
penerimaan yang positif terhadap kematian. (Hefner dalam Yuzefo, 2016)

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berdasarkan dari hasil penelitian
dan pembahasan yang telah dilaksanakan dan merupakan jawaban dari tujuan
penelitian.

5.1 Kesimpulan
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Gambaran kualitas hidup responden paling banyak berkualitas hidup yang


baik, yaitu 67 responden (60,4%).
2. Gambaran dukungan keluarga responden paling banyak memiliki dukungan
yang baik dari keluarganya 105 responden (94,6%).
3. Gambaran kebutuhan spiritual responden paling banyak responden
membutuhkan spiritual yaitu cukup penting 55 responden (46,8%).
4. Dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hidup penderita hipertensi dengan kekuatan hubungan
sedang dan berpola positif, dilihat dari nilai r 0,499 > 0,195. Semakin baik
dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual maka semakin baik kualitas
hidupnya.

5.2 Saran
Adapun saran adalah sebagai berikut :

1. Bagi responden
Bagi responden disarankan lebih rileks dan mencari solusi untuk
mengatasi hipertensi.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat memberikan edukasi tentang pentingnya peran
dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup
penderita hipertensi
3. Bagi Profesi Perawat

53
Universitas Muhammadiyah Magelang
54

Bagi profesi perawat dapat menerapkan strategi untuk mengatasi kasus


seperti hipertensi pada responden / masyarakat diwilayah tugas Puskesmas
masing-masing.
4. Bagi Keluarga
Bagi keluarga hasil penelitian ini diharapkan keluarga dapat mengetahui
perananya sebagai dukungan keluarga dan spiritual untuk meningkatkan
kualitas hidup.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi.
b. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pada usia muda tentang
pengertian hipertensi.
c. Bagi penelitian selanjutnya, dapat mencakup semua keyakinan
responden sehingga lebih bervariasi status agamanya.

Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Riza et al. 2018. “Profil Kualitas Hidup Dan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Rawat Jalan Di RSUD Ulin Banjarmasin.” Jurnal Ilmiah
Manuntung 4(2): 106–13.
Amal, Ahmad Ikhlasul, and Elvi Khofsoh. 2012. “Potret Kebutuhan Spiritual
Pasien HIV / AIDS Description Of Spiritual Need Among Hiv Aids Patient.”
: 70–74.
Anand, Enu, and Jayakant Singh. 2017. “Hypertension Stages and Their
Associated Risk Factors among Adult Women in India.” Journal of
Population and Social Studies 25(1): 43–54.
Anbarasan, Sri. 2015. “Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27 Februari Sampai 14
Maret 2015.” Intisari Sains Medis 4(1): 113.
Anggraini, Ida, Reni Zulfitri, and Riri Novayelinda. 2011. “Hubungan Antara
Status Spiritual Lansia Dengan Gaya Hidup Lansia.”
Anisah C, dan Umdatus Soleha U. 2008. “Gambaran Pola Makan Pada Penderita
Hipertensi Yang Menjalani Rawat Inap Di Irna F Rsud Syarifah Ambami
Rato Ebu Kabupaten Bangkalan.”
Astuti. 2017. “Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa.” 1(2): 89–99.
Bailey JE, Wan JY, Tang J, Ghani MA, Cushman WC. 2010. “Antihypertensive
Medication Adherence, Ambulatory Visit, and Risk of Stroke and Death.”
journal of General Interna Medicine.
Bain, G., H., Lemmon, H., Teunisse, S., Starr, John M., Fox, H., C., Whallley, L.,
J. 2003. “Quality of Life Healthy Old Age: Relationship with Childhood IQ,
Minor Psycological Symptoms and Optimism. Social Psychiatric
Epidemiology.” (August).
Balboni, T., Balboni, M., Enzinger, A.Gallivan, k., eLIZABETH, P.,&Wright, A.
2013. “Provision of Spiritual Support to Patient with Advanced Cancer by
Religious Communities and Associations With Medical Care at the End of
Life.” Indonesian Journal of Pharmacy 30(4): 309–15.
Bhandari, Nisha, Babu Ram, K C Takma, and Isabel Lawot. 2016. “International
Journal of Nursing Sciences Quality of Life of Patient with Hypertension in
Kathmandu.” International Journal of Nursing Sciences 3(4): 379–84.
Brunner, Suddarth &. 2013. 2 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Coyle, C. 2014. “The Effects Of Loneliness and Social Isolation on Hypertension
in Later Life: Including Risk, Diagnosis and Management of the Chronic
Condition.” university of Massachusetts Boston.
Dalimartha, S.Purnama, B.T Sutarina, N.Mahendra, B.& darmawan, R. 2008.
“Care Your Self Hipertensi.”
Destarina, Vera. 2015. “Gambaran Spiritualitas Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.” Ramanujan Journal: 1–8.
Dokter, Perhimpunan. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi.
Dokter, Perhimpunan, Spesialis Kardiovaskular, and Edisi Pertama. 2015.
“Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.”

55
Universitas Muhammadiyah Magelang
56

Ekasari M.F., N.I.Riasmini, T.Hartini. 2018. “Meningkatkan Kualitas Hidup


Lansia Konsep Dan Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media.”
Febriana, Yesi, Sulistyo Andarmoyo, Sri Susanti, and Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. 2019. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Lansia.” Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo: 156–61.
Fitria, A. 2015. “Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Werdha.”
Friedman. 2013. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamida, Nur et al. 2019. “Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Di Puskesmas Menggunakan
Instrumen EQ-5D-5L.” Majalah Farmaseutik 15(2): 67.
Haskell, William L. et al. 2007. “Physical Activity and Public Health: Updated
Recommendation for Adults from the American College of Sports Medicine
and the American Heart Association.” Circulation 116(9): 1081–93.
Hastono, S.P. 2011. Analisa Data Kesehatan: Basic Data Analysis for Health
Research Training. Depok: University of Indonesia.
Herlinah, L., W. Wiarsih, and E. Rekawati. 2013. “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi.” Jurnal
Keperawatan Komunitas 1(2): 104172.
Hidayat, A. 2012. “Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.” Tarumanagara Medical
Journal 1(2): 395–402.
Hidayat, A.A. 2008. “Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba.”
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan: 1–13.
Indahria, Sulistyarini. 2020. “Efektifitas Pelatihan Kebersyukuran Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi.” Jurnal Intervensi
Psikologi 12(1): 1–12.
Jacob, Delwien Esther, and Sandjaya. 2018. “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi
Papua.” Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) 1(69): 1–16.
Jafar, Tazeen H. et al. 2017. “Multicomponent Intervention versus Usual Care for
Management of Hypertension in Rural Bangladesh, Pakistan and Sri Lanka:
Study Protocol for a Cluster Randomized Controlled Trial.” Trials 18(1): 1–
12.
Johnston, S., dkk. 2010. “Chronic Disease Self-Management. The Champlain
Local Health Integration Network. A Literature Review.” Journal of Islamic
Nursing 3(2): 36.
jufar, A. H., Nuguse, F. G., & Misgna, H. G. 2017. “Assessment of Health
Related Quality of Life and Associated Factors among Hypertensive Patients
on Treatment at Public Hospitals in Mekelle, North Ethiopia.” Journal of
Hypertension: Open Access 06(01): 1–7.
Kemenkes. 2013. “Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi.”
———. 2019. “Hipertensi Si Pembunuh Senyap.” P2PTM Kementrian Kesehatan
RI: 1–5.

Universitas Muhammadiyah Magelang


57

Konopack, James F., and Edward McAuley. 2012. “Efficacy-Mediated Effects of


Spirituality and Physical Activity on Quality of Life: A Path Analysis.”
Health and Quality of Life Outcomes 10: 1–6.
Lestari, W, Sri, A.W, Sofiana, N. 2014. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Motivasi Lansia Hipertensi Dalam Memeriksa Tekanan Darahnya. JOM
PSIK VOL 1 NO. 2.” (2006): 1–10.
Machfoedz. 2008. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,
Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.
Misgiyanto, Susilawati. 2014. “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif.” 5(Anggrek I): 1–15.
Moons, Philip, Kristel Marquet, Werner Budts, and Sabina De Geest. 2004.
“Validity, Reliability and Responsiveness of the ‘Schedule for the Evaluation
of Individual Quality of Life - Direct Weighting’ (SEIQoL-DW) in
Congenital Heart Disease.” Health and Quality of Life Outcomes 2: 1–8.
Nafrialdi. 2008. “Antihipertens. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5.”
Ningrum, T.P., Okatiranti, & Wati, D.K. 2017. “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Lansia ( Studi Kasus : Kelurahan Sukamiskin
Bandung ).” Jurnal Keperawatan BSI V(2): 6.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Nugroho. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatri. 3rd ed. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
———. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. 4th
ed. Jakarta: Salemba Medika.
Peltzer, Karl, and Nancy Phaswana-Mafuya. 2013. “Depression and Associated
Factors in Older Adults in South Africa.” Global Health Action 6(1).
Perdana, M.A. 2017. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit
Hipertensi Pada Lansia Di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta.”
Polit, Denise F. 2012. Nursing Research. China: The Point.
Poljičanin, Tamara et al. 2010. “Diabetes Mellitus and Hypertension Have
Comparable Adverse Effects on Health-Related Quality of Life.” BMC
Public Health 10.
Radiani, Zakia Fitri et al. 2018. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas
Hidup Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandalle KabuRadiani, Zakia Fitri et Al. 2018. “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di
Wilayah Kerja.” Isbn 4(1): 121–38.
Rahman, Fatwa Sari T.D, Ismail, S. 2017. “Dukungan Keluarga Dan Kualitas
Hidup Penderita Stroke Pada Fase Pasca Akut Di Wonogiri.” : 383–90.
Rahmawati, Budi Novi. 2017. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Manajemen Stres
Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi.” 1(1): 31–39.
Rati, Nari, Lia Endriyani, and Brune Indah Yulitasari. 2016. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sedayu 2.” Naskah Publikasi. http://elibrary.almaata.ac.id.

Universitas Muhammadiyah Magelang


58

Riskesdas, Kemenkes. 2018. “Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (Riskesdas).”


Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical 44(8): 1–200.
Riyadina, Woro, Evi Martha, and Athena Anwar. 2019. “Perilaku Pencegahan
Dan Pengendalian Hipertensi : Studi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (Psp) Dan
Kesehatan Lingkungan Pada Wanita Pasca Menopause Di Kota Bogor.”
Jurnal Ekologi Kesehatan 17(3): 182–96.
Rudianto, N.D. 2015. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
Universitas Muhammadiyah Semarang.” Jurnal Ilmiah Pendidikan
Lingkungan dan Pembangunan 17(01): 34–41.
Rudy Chendra, Misnaniarti, Mohammad Zulkarnain. 2020. “Kualitas Hidup
Lansia Prolanis Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten
Laut.” 5(2).
Sakamekya, I Putu et al. 2020. “Gambaran Kualitas Hidup Peserta Pos Binaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular ( POSBINDU PTM ) Dengan Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Puskesmas
Abang I , Karangasem , Bali , Indonesia.” 11(1): 198–204.
Sari, Andriana, Lolita, and Fauzia. 2017. “Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
Menggunakan Europan Quality of Life 5 Dimensions ( EQ5D )
Questionnaire Dan Visual Analog Scale ( VAS ).” Jurnal Ilmiah Ibnu Sina
2(1): 1–12.
Sari, Devi Triana. 2017. “Hubungan Indeks Makanan Sehat Dengan Kualitas
Hidup Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Dadapayam
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.”
Sekarwiri. 2008. “Hubungan Antara Kualitas Hidup Dengan Sense of Community
Pada Warga Dki Jakarta Yang Tinggal Di Daerah Rawan Banjir.”
Sinaga, Endang Jois Quartin. 2019. “Hubungan Dukungan Spiritual Dengan
Simarmata Kabupaten Samosir Tahun 2019 Simarmata Kabupaten Samosir.”
STIKes Santa Elisabeth Medan.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
———. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryani, and Rahmawati. 2018. “Efektivitas Konseling Keluarga Terhadap
Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi.” Jurnal STIKES An Nur
Purwodadi 3(1): 1–10.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/article/view/
80/88.
Susanti, Mila, T. 2017. “Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werda Budi Lukur Dan Lansia Di Kelurahan Paal V Kota Jambi.” Iniversitas
Batanghari Jambi 17(2): 178–83.
Suwardana, I. W, Saraswati, N.L. G. I, Wiratni, M. 2010. “Dukungan Keluarga
Dan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi.” Health Quality V(Hipertensi): 1–9.
Taylor, Bryne R. 1995. “Quality Of Life, Nutritional Status, and Gastrointestinal
Homone Profile Folloeing the Whipple Procedure.” 169(1).
Ummah, Athurrita Choirru. 2016. X Hubungan Kebutuhan Spiritual Dengan
Kualitas Hidup Pada Lansia Di Panti Wredha Kota Semarang.
Utama, Tuti Anggriani, Livi Rahma, and Dana Yanti. 2017. “Dukungan Keluarga

Universitas Muhammadiyah Magelang


59

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Ruang ICU RSUD Dr.


M.YUNUS Bengkulu.”
Utami, Rahayu Sri, and Raudatussalamah. 2016. “Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Tualang Relationship Between Family Social Support With Medical
Treatment Adherence Of Hypertension Sufferers In Puskesmas Tualang.”
Jurnal Psikologi 12(1): 91–98.
Utari. 2017. “Dukungan Keluarga Tentang Kepatuhan Diet Hipertensi Pada
Lansia Di Puskesmas Pembantu Kelurahan Persiakan Tebing Tinggi.”
Waworuntu, Pramatia, Afnal Asrifuddin, and Angela Kalesaran. 2019.
“Hubungan Aktivitas Fisik Dan Penyakit Hipertensi Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Desa Tondegesan Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa.”
Jurnal KESMAS 8(7): 242–50.
WHO QOL. 1998. “WHO Quality of Life Scale (WHOQOL).” Psuchological
Medicine 28(3): 551–58.
Wikananda, Gede. 2017. “Hubungan Kualitas Hidup Dan Faktor Resiko Pada
Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring 1 Kabupaten
Gianyar Bali 2015.” Intisari Sains Medis 8(1): 1–12.
Wiyanty. 2012. “Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun Skripsi.”
Wulandhani, Sri Ayu, Sofiana Nurchayati, and Widia Lestari. 2014. “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lansia Hipertensi Dalam
Memeriksakan Tekanan Darahnya.” : 1–10.
Xu, Xianglong et al. 2016. “Hypertension Impact on Health-Related Quality of
Life: A Cross-Sectional Survey among Middle-Aged Adults in Chongqing,
China.” International Journal of Hypertension 2016.
Young, Koopen &. 2007. Spiritualitas, Kesehatan Dan Penyembuhan. Medan:
Bina Medika Perintis.
Yulianti, Ika septia. 2017. “Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Dan Kualitas
Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.”
Skripsi.
Yuniandita. 2019. “Gambaran Kualitas Hidup Pada Aspek Fisik Penderita
Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Pajang Surakarta.”
Yuzefo, M.a. 2016. “HUBUNGAN STATUS SPIRITUAL DENGAN
KUALITAS HIDUP PADA LANSIA Mira.” 2(2): Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Muhammadiyah Magelang


LAMPIRAN

60
Universitas Muhammadiyah Magelang
61

Lampiran 1. Surat ijin penelitian


a. Surat ijin penelitian DPMPTSP

Universitas Muhammadiyah Magelang


62

b. Surat ijin penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

Universitas Muhammadiyah Magelang


63

c. Surat ijin penelitian Puskesmas Bandongan

Universitas Muhammadiyah Magelang


64

d. Surat ijin penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan UNIMMA

Universitas Muhammadiyah Magelang


65

e. Lembar uji etik

Universitas Muhammadiyah Magelang


66

f. Surat ijin Kesbangpol

Universitas Muhammadiyah Magelang


67

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
Saya widyastuti mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Magelang akan melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual terhadap Kualitas Hidup
Penderita Hipertensi di Puskesmas Bandongan”. Penelitian ini dilakukan sebagai
salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan
kebutuhan spiritual terhadap kualitas hidup penderita hipertensi di Puskesmas
Bandongan. Demi keperluan tersebut,saya mengharapkan ketersediaan Bapak/Ibu
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan
memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia, maka
selanjutnya saya mohon ketersediaan Bapak/Ibu mengisi Kuesioner dengan jujur
dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini
sebagai bentuk kesukarelaan Bapak/Ibu.
Identitas pribadi Bapak/Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua
informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu berhak
mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun.
Saya yang tersebut di bawah ini :
Nama pasien (Inisial) : …………………………………………
Nama keluarga : …………………………………………
No. Hp keluarga : ……………………………………………
Alamat lengkap keluarga : …………………………………………
Bandongan, 2021
Responden

( )

IDENTITAS RESPONDEN

Universitas Muhammadiyah Magelang


68

Nama responden (Inisial) :


Usia : tahun
Jenis kelamin : L/P
Status : Menikah Tidak menikah
Janda/duda
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah SD
SMP SMA
PT

Pekerjaan (jika bekerja) :


Penghasilan/ bulan (jika bekerja) :
Lama menderita penyakit kronis :
Keluhan saat ini (3 bulan terakhir) :
Keteraturan berobat :

Universitas Muhammadiyah Magelang


69

Lampiran 3. Kuesioner penelitian


KUESIONER
KUALITAS HIDUP
Pertanyaa berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,
kesehatan dan hal – hal lain dalam hidup anda. Pilihlah jawaban yang menurut
anda paling sesuai. jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda
berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada
benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik

Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti


Pilih jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan kondisi anda empat minggu
terahir dengan cara memberi tanda cek ( √ ) pada kolom yang tersedia di setiap
pertanyaan.
Sangat
Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja Baik
baik

1. Bagaimana menurut anda


1 2 3 4 5
kualitas hidup anda?

Sangat
Sangat tdk Tdk Memuas-
Biasa-biasa saja memuas-
memuaskan memuaskan kan
kan

2. Seberapa puas anda terhadap


kesehatan anda? 1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah


mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.
Tdk sama Dlm jumlah Sangat Dlm jumlah
Sedikit
sekali sedang sering berlebihan

3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda


mencegah anda dalam beraktivitas 5 4 3 2 1
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda membutuhkan
terapi medis untuk dpt berfungsi dlm 5 4 3 2 1
kehidupan sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda menikmati hidup anda? 1 2 3 4 5
6. Seberapa jauh anda merasa hidup
anda berarti? 1 2 3 4 5

7. Seberapa jauh anda mampu berkonsentrasi? 1 2 3 4 5


8. Secara umum, seberapa aman anda
1 2 3 4 5
rasakan dlm kehidupan anda sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan dimana anda
1 2 3 4 5
tinggal (berkaitan dgn sarana dan
prasarana)

Universitas Muhammadiyah Magelang


70

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-
hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir?
Tdk sama Sepenuhnya
Sedikit Sedang Seringkali
sekali dialami
10. Apakah anda memiliki vitalitas
1 2 3 4 5
yg cukup untuk beraktivitas
sehari2?
11. Apakah anda dapat
1 2 3 4 5
menerima penampilan tubuh
anda?
12. Apakah anda memiliki cukup
1 2 3 4 5
uang utk memenuhi kebutuhan
anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi kehidupan anda 1 2 3 4 5
dari hari ke hari?
14. Seberapa sering anda
memiliki kesempatan untuk 1 2 3 4 5
bersenang- senang /rekreasi?

Biasa-biasa
Sangat buruk Buruk saja Baik Sangat baik

15. Seberapa baik kemampuan


1 2 3 4 5
anda dalam bergaul?

Sangat tdk Tdk Biasa-biasa Sangat


Memuaskan memuaskan saja Memuaskan memuaskan
16. Seberapa puaskah anda dg
1 2 3 4 5
tidur anda?
17. Seberapa puaskah anda dg
kemampuan anda untuk
1 2 3 4 5
menampilkan aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
kemampuan anda untuk
bekerja?
19. Seberapa puaskah anda
1 2 3 4 5
terhadap diri anda?
20. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
hubungan personal / sosial
anda?
21. Seberapa puaskah anda
1 2 3 4 5
dengan kehidupan seksual
anda?
22. Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yg anda 1 2 3 4 5
peroleh dr teman anda?
23. Seberapa puaskah anda dengan
kondisi tempat anda tinggal 1 2 3 4 5
saat ini?
24. Seberapa puaskah anda dgn
1 2 3 4 5
akses anda pd layanan

Universitas Muhammadiyah Magelang


71

kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda
1 2 3 4 5
dengan transportasi yg hrs
anda jalani?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir

Tdk pernah Jarang Cukup sering Sangat sering Selalu

26. Seberapa sering anda memiliki


perasaan negatif seperti ‘feeling
5 4 3 2 1
blue’ (kesepian), putus asa, cemas
dan depresi?

Universitas Muhammadiyah Magelang


72

Kuesioner Dukungan Keluarga

Petunjuk pengisian :
a. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
dialami
b. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

No. Pernyataan Tidak Ya


Keluarga merawat bapak/ibu dengan penuh kasih
1
sayang
Keluarga memberikan kedekatan dan kehangatan
2 sehingga membuat bapak/ibu merasa dicintai dan
disayangi
Keluarga memberikan perhatian yang lebih pada
3
bapak/ibu saat mengalami hipertensi
Keluarga mendengarkan keluhan yang dirasakan oleh
4
bapak/ibu
Keluarga mendampingi bapak/ibu dalam menjalani
5
perawatan hipertensi
Keluarga menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan
6
pengobatan hipertensi yang bapak/ibu jalani
Keluarga mengingatkan agar bapak/ibu tidak
7 mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak
dan garam
Keluarga menjelaskan pada bapak/ibu tentang
8
pentingmya makan buah dan sayur bagi kesehatan
Keluarga mengingatkan bapak/ibu untuk meminum
9
obat secara teratur
Keluarga mejelaskan kepada bapak/ibu tentang
10
pentingnya melakukan olahraga ringan secara teratur
Keluarga menyediakan makanan khusus untuk
11
bapak/ibu yang mendukung perawatan hiertensi
Keluarga membantu bapak/ibu dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian,
12
menyuapi makan, bangun dan beranjak dari tempat
tidur, jika bapak/ibu tidak bisa melakukannya sendiri
Keluarga mendukung kegiatan atau hobi yang
13 bapak/ibu senangi dengan menyediakan sarana atau
faslitas yagbapak/ibu perlukan
Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk biaya
14
berobat atau memeriksakan kesehatan bapak/ibu
15 Keluarga melibatkan bapak/ibu dalam pengambilan

Universitas Muhammadiyah Magelang


73

No. Pernyataan Tidak Ya


keputusan mengenai pengobatan/perawatan yang
akan bapak/ibu jalani
Keluarga memberikan pujiaan kepada bapak/ibu
16 apabila patuh dalam menjalani perawatan hipertensi
seperti minum obat secara teratur
Keluarga memberikan dukungan dan semangat
17 kepada bapak/ibu dalam menjalani perawtan
hipertensi
Keluarga meminta pendapat/saran dari bapak/ibu
18
terkait hal-hal yang menyangkut masalah keluarga
Keluarga menerima pendapat/saran yang bapak/ibu
19
berikan

Universitas Muhammadiyah Magelang


74

Kuesioner Kebutuhan Spiritual

Kuesioner Spiritual
Setiap orang memiliki sudut pandang sendiri dan unik. Pernyataan berikut
disebutkan oleh beberapa pasien lain, dan belum tentu hal tersebut sesuai dengan
anda. Bacalah pernyataan berikut dengan cermat, tandailah seberapa benar
masing-masing pernyataan itu sesuai dengan diri anda, dan sesuai dengan keadaan
anda saat ini dengan melingkari nomor di setiap barisnya.
Lakukan dengan jujur dan benar: tidak ada jawaban “salah” ataupun “benar”

Jika YA,
Selama beberapa waktu ini, Persetujuan Seberapa besar
apakan anda mempunyai kebutuhan itu?
kebutuhan untuk …….. Tidak Ya Agak Sangat Amat
sangat
Lebih disayang dari orang lain?   1 2 3
Berbicara dengan orang lain 1 2 3
mengenai ketakutan dan  
kekhawatiran anda?
Bahwa seseorang dalam 1 2 3
lingkungan kita (seperti pemuka  
agama) peduli dengan anda?
Merenungkan kembali hidup 1 2 3
 
anda sebelumnya?
Menghilangkan aspek 1 2 3
keterbukaan dalam hidup anda?
 
(menjadi orang yang lebih
tertutup)
Menyatu (menikmati) dengan 1 2 3
 
keindahan alam?
Tinggal di tempat yang tenang 1 2 3
 
dan damai?
Menemukan kedamaian batin?   1 2 3
Menemukan makna dalam sakit 1 2 3
 
dan atau penderitaan?
Berbicara dengan orang lain 1 2 3
 
tentang makna akan kehidupan?
Berbicara dengan orang lain 1 2 3
tentang kemungkinan kehidupan  
setelah meninggal?
Beralih menjadi orang yang 1 2 3
 
penuh cinta kasih?

Universitas Muhammadiyah Magelang


75

Memberikan sesuatu untuk diri 1 2 3


 
anda sendiri?
Menjadi pelipur lara orang lain?   1 2 3
Memaafkan seseorang dari waktu 1 2 3
 
yang berbeda dari hidup anda?
Dimaafkan?   1 2 3
Berdoa dengan orang lain?   1 2 3
Bahwa seseorang berdo’a untuk 1 2 3
 
anda?
Berdo’a untuk diri anda sendiri?   1 2 3
Berpartisipasi dalam upacara 1 2 3
 
keagamaan?
Membaca buku spiritual atau 1 2 3
 
buku keagamaan?
Beralih dan mendekat dalam 1 2 3
keagungan akan kehadiran yang
 
lebih tinggi (keesaan, Tuhan,
malaikat)?
Merasa lengkap dan aman?   1 2 3
Merasakan terhubung (dekat) 1 2 3
 
dengan keluarga?
Berbagi pengalaman hidup 1 2 3
 
kepada yang lain?
Diyakinkan bahwa hidup anda 1 2 3
 
bermakna dan punya arti?
Dilibatkan kembali oleh keluarga 1 2 3
 
anda dalam berbagai urusan?
Mendapat dukungan yang lebih 1 2 3
 
dari keluarga?
Berunding dengan anak atau 1 2 3
 
cucu?

Universitas Muhammadiyah Magelang


76

Lampiran 4. Output data spss

Jenis kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki-laki 32 28.8 28.8 28.8

Perempuan 79 71.2 71.2 100.0

Total 111 100.0 100.0

Pendidikan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 58 52.3 52.3 52.3

SMP 23 20.7 20.7 73.0

SMA 24 21.6 21.6 94.6

PT 6 5.4 5.4 100.0

Total 111 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid IRT 26 23.4 23.4 23.4
pedangang 19 17.1 17.1 40.5
buruh 15 13.5 13.5 54.1
Tani 8 7.2 7.2 61.3
Guru 5 4.5 4.5 65.8
Tidak bekerja 38 34.2 34.2 100.0
Total 111 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Magelang


77

Statistics
usia
N Valid 111
Missing 0
Mean 59.86
Mode 70
Std. Deviation 11.015
Minimum 32
Maximum 88

usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 32 1 .9 .9 .9
37 1 .9 .9 1.8
41 2 1.8 1.8 3.6
42 2 1.8 1.8 5.4
43 1 .9 .9 6.3
45 1 .9 .9 7.2
46 5 4.5 4.5 11.7
47 1 .9 .9 12.6
49 8 7.2 7.2 19.8
50 6 5.4 5.4 25.2
52 4 3.6 3.6 28.8
53 3 2.7 2.7 31.5
54 5 4.5 4.5 36.0
55 2 1.8 1.8 37.8
56 3 2.7 2.7 40.5
57 3 2.7 2.7 43.2

Universitas Muhammadiyah Magelang


78

58 3 2.7 2.7 45.9


59 1 .9 .9 46.8
60 6 5.4 5.4 52.3
61 2 1.8 1.8 54.1
62 4 3.6 3.6 57.7
63 4 3.6 3.6 61.3
64 1 .9 .9 62.2
65 6 5.4 5.4 67.6
66 3 2.7 2.7 70.3
67 4 3.6 3.6 73.9
68 4 3.6 3.6 77.5
70 10 9.0 9.0 86.5
71 2 1.8 1.8 88.3
73 3 2.7 2.7 91.0
74 1 .9 .9 91.9
75 2 1.8 1.8 93.7
76 1 .9 .9 94.6
80 2 1.8 1.8 96.4
81 1 .9 .9 97.3
83 1 .9 .9 98.2
87 1 .9 .9 99.1
88 1 .9 .9 100.0
Total 111 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Magelang


79

Correlations
dukungan kebutuhan kualitas
keluarga spiritual hidup
Spearman's rho dukungan keluarga Correlation
1.000 .042 .499
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .662 .002
N 111 111 111
kebutuhan spiritual Correlation
.042 1.000 .247
Coefficient
Sig. (2-tailed) .662 . .000
N 111 111 111
kualitas hidup Correlation
.499 .247 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .002 .000 .
N 111 111 111

Kualitas hidup

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid biasa saja 44 39.6 39.6 39.6

baik 67 60.4 60.4 100.0

Total 111 100.0 100.0

Dukungan keluarga

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak 6 5.4 5.4 5.4

ya 105 94.6 94.6 100.0

Total 111 100.0 100.0

Kebutuhan spiritual

Universitas Muhammadiyah Magelang


80

Kualitas hidup

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid biasa saja 44 39.6 39.6 39.6

baik 67 60.4 60.4 100.0

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak 18 16.2 16.2 16.2
agak 52 46.8 46.8 63.1
sangat 26 23.4 23.4 86.5
amat sangat 15 13.5 13.5 100.0
Total 111 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Magelang


81

Universitas Muhammadiyah Magelang


82

Universitas Muhammadiyah Magelang


83

Crosstab
Count
Kualitas hidup
biasa saja baik Total
Kebutuhan tidak 19 33 52
spiritual agak 6 20 26
sangat 4 11 15
amat sangat 15 3 18
Total 44 67 111

Universitas Muhammadiyah Magelang


84

Crosstab
Count
Kualitas hidup
biasa saja baik Total
Dukungan tidak 3 3 6
keluarga ya 41 64 105
Total 44 67 111

uisa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid usia produktif 7 6.3 6.3 6.3
usia pertengahan 45 40.5 40.5 46.8
lanjut usia 50 45.0 45.0 91.9
lanjut usia tua 9 8.1 8.1 100.0
Total 111 100.0 100.0

lama menderita penyakit


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid lebih dari setahun 59 53.2 53.2 53.2
kurang dari 52 46.8 46.8 100.0
setahun
Total 111 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Magelang


85

Lampiran 5. Dokumentasi foto


Foto pembagian kuesioner di desa Gandusari

Foto pembagian kuesioner di desa Rejosari

Universitas Muhammadiyah Magelang


86

Foto pembagian kuesioner di desa Tonoboyo

Universitas Muhammadiyah Magelang

Anda mungkin juga menyukai