Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS TIPE II

PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI


RUANGAN CEMARA RSU TORABELO SIGI

OLEH :
DELKA MARPIANO, S.Kep
NIM 2021032018

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut WHO yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah
keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama – sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Sedangkan menurut
beberapa ahli, diabetes mellitus diartikan sebagai berikut :
1. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat
2. Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis
3. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
4. Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron.
Dari berbagai definisi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa diabetes
mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal
(hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik.
National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health
mengklasifikasikan diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
atau tipe juvenile Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan
ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup.
Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan
terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta
pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung
mengalami komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
melitus)Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering
pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat
berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah
namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak
efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational
yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana
meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai
asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan
insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu
yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas,
obat – obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome
genetik tertentu. Umumnya obat – obatan yang mencetuskan terjadinya
hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik), dan thiazide,
glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat

B. Etiologi
Berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
1. DM Tipe I (IDDM)
a. Faktor genetik / herediter : Faktor herediter menyebabkan timbulnya
DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus
b. Faktor infeksi virus : Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen
yang merupakan pemicu yang menentukan proses autoimun pada
individu yang peka secara genetic
2. DM Tipe II (NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa dengan keadaan obesitas.
Obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target
insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD) : Terjadi karena
mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga
klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik
(Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)Karena
kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta
pancreas
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas.
b. Penyakit hormonal seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth
hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan
sel-sel ini hiperaktif dan rusak.
Secara umum ada 4 penyebab terjadinya diabetes melitus yaitu :
1. Faktor keturunan
Faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya DM karena pola familial
yang kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta
pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam
sekresi insulin maupun kerja insulin. Karena adanya kelainan fungsi atau
jumlah sel – sel betha pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan
secara autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta
mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang
yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi
karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium
dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme intraseluler.
Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan
menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino,
kalium dan fosfat.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang
digunakan oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin
yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena
insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan
meningkat pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara
berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah
reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi
glukosa dan hiperglikemia. Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas
dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan
kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4. Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur –
angsur akan menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang
mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya
keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan
berkurangnya pelepasan insulin dari sel–sel beta, lambatnya pelepasan
insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
1. Poliuri (banyak kencing)
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Poliphagi (banyak makan)
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
5. Mata kabur
6. Luka atau goresan akan lama sembuh
7. Kaki kesemutan dan mati rasa
8. Infeksi kulit
9. Lemas

D. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes
Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah. Akibatnya, glukosa dan Natrium yang diserap ginjal
menjadi berlebihan sehingga urine yang dihasilkan banyak dan membuat
penderita menjadi cepat pipis (Poliuri)
Proses filtrasi pada ginjal normal merupakan proses difusi yaitu
filtrasi zat dari tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Pada penderita
DM, glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan kepekatan glukosa
dalam pembuluh darah sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi
osmosis (filtrasi zat dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Akibatnya, air
yang ada di pembuluh darah terambil oleh ginjal sehingga pembuluh darah
menjadi kekurangan air (dehidrasi intaseluller) yang menyebabkan penderita
menjadi cepat haus (Polidipsi)
Pada penderita diabetes melitus kandungan gula darah akan
meningkat. Karena gula darah bersifat diuresis / menyerap air maka
konsentrasi darah akan mengental dan terjadi gangguan transportasi darah
ke pembuluh darah. Dengan terganggunya aliran darah maka pasokan
nutrisi yang ke sel – sel tubuh juga akan terganggu dan hal ini menyebabkan
kulit mengering, kerusakan sel darah putih dan kematian jaringan. Kulit
yang kering dan jaringan yang mati menyebabkan penderita diabetes mudah
terluka apabila terkena benda – benda tajam. Dan biasanya luka, tusukan,
nyeri dan sensasi panas tidak dirasakan oleh penderita diabetes, karena
hiperglikemia menjadikan gangguan pada sistem saraf tepi (perifer) yang
menyebabkan penderita mengalami mati rasa. Kemudian sehubungan
dengan terjadinya darah yang mengental maka akan terjadi kesulitan
pembekuan darah dan penutupan luka. Keadaan itu diperparah dengan
adanya bakteri saprofit . Pertumbuhan bakteri tersebut semakin merusak
pembuluh darah.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya
transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena
digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan
merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah
meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak
hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma
yang disebut koma diabetik. Dan kerusakan berbagai organ tubuh dapat
menimbulkan gangguan pada mata. Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas
polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi
insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.
E. Pathway
Faktor Genetik
Infeksi Virus
Kerusakan Imunologik

Kerusakan sel beta

Produksi insulin tidak seimbang

Gula dan darah tidak dapat Dibawa masuk ke dalam sel

Glukosuria hiperglikemi Anabolisme protein

diuresis osmotik vikositas darah meningkat Kerusakan antibody

poliuri Aliran darah lambat Kekebalan tubuh menurun

inkomplit pengosongan Iskemia jaringan Neuropati sensori perifer


kandung kemih
Kehilangan respon nyeri
Ketidakefektifan
kehilangan elektrolit Gangguan
dalam sel Perfusi Jaringan Nekrosis Resiko infeksi
Eleminasi Perifer
dehidrasi Urine gangrene

kehilangan kalori Resiko Syok Kerusakan Integritas


sel kekurangan Jaringan

bahan metabolisme pembakaran protein dan lemak

merangsang hipotalamus bb menurun, kelemahan umum

pusat lapar dan haus


Intoleransi Aktivitas
polidipsia, polifag
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara
lain:
1. Pemeriksaan elektrolit
Elektrolit yang didapatkan pada penderita diabetes mellitus bisa kurang
maupun lebih dari kadar normal
2. Pemeriksaan hematologi
a. Laju endap darah (LED)
Normalnya LED pada pria antara 0 – 15 mm/jam dan pada wanita
antara 0 – 20 mm/jam. Namun pada penderita diabetes melitus
nilainya akan meningkat.
b. Hemoglobin
Normalnya Hb pada pria antara 13,0 – 16,0 dan pada wanita antara
12,0 – 14,0. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
menurun
c. Leukosit
Normalnya leukosit pada yang dihasilkan tubuh bernilai antara 5.000
– 10.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat
d. Trombosit
Normalnya trombosit yang dihasilkan tubuh bernilai antara 150.000 –
400.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat.
3. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan diabetes melitus kadar gula darahnya meningkat lebih dari
200 mg/dl.Pemeriksaan gula darah antara lain :
a. Gula Darah Puasa ( GDP ) : Pemeriksaan gula darah dimana pasien
sebelum melakukan pengambilan darah dipuasakan selama 8 – 12
jam. Semua pemberian obat dihentikan terlebih dahulu.
b. Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD 2PP)
Pemeriksaan gula darah yang tidak dapat distandarkankan karena
makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sulit diawasi
dalam jangka waktu 2 jam, sebelum pengambilan darah pasien perlu
duduk beristirahat tenang tidak melakukan kegiatan apapun dan tidak
merokok. Obat-obat hipoglikemi yang dianjurkan dokter harus tetap
dikonsumsi.
c. Gula Darah Sewaktu ( GDS) : Pemeriksaan gula darah yang dilakukan
tanpa memerhatikan kapan terakhir pasien makan.
4. Pemeriksaan Urine : Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan
pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada
periode waktu diantara pemeriksaan darah.
5. Pemeriksaan HbA1c : Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka
panjang, menggambarkan kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena
paruh waktu eritrosit 120 hari( Kee JL, 2003 ), karena mencerminkan
keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA1c
dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan. Peningkatan kadar HbA1c >8%
mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk
menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati, retinopati, atau
kardiopati, Penurunan 1% dari HbA1c akan menurunkan komplikasi
sebesar 35%. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara
rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan
glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya
merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
G. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Efek utamanya meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta
pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe
II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang beredar
dari kelompok ini adalah: glibenklamida (5mg/tablet),
glibenklamida micronized (5 mg/tablet), glikasida (80 mg/tablet),
dan glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer).
Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan
berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah
makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.
b. Insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan
Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi),
yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada
penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis.
Jenis Insulin : Insulin kerja cepat : regular insulin, cristalin zink, dan
semilente, Insulin kerja sedang : NPH (Netral Protamine Hagerdon),
Insulin kerja lambat : PZI (Protamine Zinc Insulin)
2. Keperawatan
a. Edukasi
Penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian pengetahuan dan
keterampilan bagi penderita DM, yang diperlukan untuk merawat diri
sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya agar dapat
menangani penyakitnya dengan baik.
b. Pengaturan diet.
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan
diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk
mecapai atau mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai, menghindari dan
menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
c. Latihan jasmani (Olahraga)
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan
berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien
DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan
melakukan olahraga yang berat – berat. Dianjurkan untuk latihan
jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance training).
H. Komplikasi
komplikasi diabetes mellitus terdiri dari :
1. Komplikasi Akut
a). Ketoasidosis Diabetikum
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa
sebagai energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat
penyimpangannya. Penghancuran lemak untuk melepas energi
menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini melewati hepar dan
membentuk satu kelompok senyawa kimia bernama benda keton, benda
keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria.
Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis.
Ketosis bisa meningkatkan keasamaam cairan tubuh dan jaringan
sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang
disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda keton yang meningkat
disebut ketoasidosis.
b). Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan
sering kali membahayakan hidup penderitanya serta ditandai kadar gula
darah yang melonjak turun di bawah 50-60 mg/dl
c). Infeksi
Pengidap diabetes cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama,
yaitu :
 Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
 Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena
diabetes
 Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan risiko infeksi.
Infeksi yang pada umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk
infeksi kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi,
tuberkulosis, dan beberapa jenis infeksi jamur
2. Komplikasi kronis
a) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukkan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki
karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak
nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah pada kaki sangat
kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada
jaringan
b) Kerusakan pada mata (Retinopati)
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau
seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik mengalami
gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.
c) Kerusakan pada ginjal (Nefropati)
Kerusakan ginjal akibat diabetes mellitus yang kronik sering dijumpai.
Di ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerulus,
walaupun arteriol dan nefron juga terkena akibat hipoksia yang
berkaitan dengan diabetes jangka panjang glomerulus seperti sebagian
besar kapiler lainnya menebal.
d). Kerusakan saraf (Neuropati)
Sistem saraf perifer termasuk komponen sensorik dan motorik divisi
somatik dan otonom, mengalami kerusakan pada DM kronik. Penyakit
saraf yang disebabkan oleh diabetes mellitus disebut neuropati diabetes.
Neuropati Diabetes disebabkan hipoksis kronik sel-sel saraf.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sestematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien
a. Identitas Pasien
Identitas pasien berisi nama pasien, tempat dan tanggal lahir, pendidikan
terakhir, agama, status perkawinan, tinggi badan, berat badan,
penampilan umum, ciri – ciri tubuh, alamat, orang terdekat yang mudah
dihubungi, hubungan dengan klien, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, dan nomer rekam medis.
b. Keluhan Utama : hal yang mendasari mengapa klien di bawah ke rumah
sakit. Biasanya karena ada luka yang tidak kunjung sembuh atau karena
lemas pada seluruh badan
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengkajian riwayat kesehatan
yang kaji dari awal klien mengalami sakit, selama sakit, sampai
pengkajian di rumah sakit. Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan
utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-
sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping
itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot,
gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
 Riwayat ISK berulang.
 Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
 Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : Biasanya pasien diabetes melitus
mengalami sakit diabetes melitus karena adanya riwayat anggota
keluarga yang menderita diabetes melitus juga.
f. Riwayat Lingkungan : Riwayat pengkajian lingkungan merupakan
pengkajian untuk mengkaji keadaan lingkungan tempat tinggal sekitar
yang bertujuan mengetahui apakah ada hal – hal yang dimungkinkan
menjadi penyebab terjadinya penyakit.
g. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
 Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien
ditemukan adanya masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot
menurun, kelemahan dan keletihan.
 Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam ). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu makan klien,
apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
 Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan
defekasi. Serta tanyakan adakah masalah dalam proses miksi dan
defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
 Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana
perasaan klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
 Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
klien dalam memahami sesuatu, tingkat anxietas klien berdasarkan
ekspresi wajah, nada bicara klien, dan identifikasi penyebab
kecemasan klien
 Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri ). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari-hari
dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping
klien ). Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat,
apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan dan tanyakan
apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
 Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya. Kemudian tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien,
apakah merasa cemas, depresi atau takut, apakah ada hal yang menjadi
pikirannya.
 Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya, kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause, apakah klien mengalami
kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
 Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
h. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Dari keadaan dapat di ketahui keadaan klien secara
umum, apabila klien sakit ringan, sedang, berat
 Kesadaran : Untuk mengetahui seberapa besar kesadaran klien saat
ini, apakah klien sedang sadar benar atau koma.
 Tanda – tanda vital : Untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau
penurunan system.
 Antropometri : Untuk mengetahui tinggi dan berat badan klien
 Kulit, rambut, dan kuku : Biasanya pada penderita diabetes akan
ditemukan kulit panas, kering dan kemerahan, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus
 Kepada dan leher : Meliputi pengkajian kepala, mata, telinga, hidung,
mulut, dan leher
 Toraks dan paru – paru : Meliputi Pengkajian keadaan torak dan
pengkajian keadaaan jantung. Biasanya pasien DM akan mengalami
takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK). pasien DM akan mengalami
takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk
dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam),
RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.

 Abdomen
 Genitalia
 Rectum dan anus
 Ekstremitas : Biasanya pada penderita diabetes akan terjadi gangguan
disalah satu atau kedua ektremitas karena adanya luka.
i. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan elektrolit pada penderita diabetes mellitus bisa kurang
maupun lebih dari kadar normal.
 Laju endap darah (LED) pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat.
 Hemoglobin pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
 Leukosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
 Trombosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat
(dehidrasi)
 Gula darah pada pasien diabetes melitus akan meningkat lebih dari
200 mg/dl.
 Pemeriksaan Urine pada pasien diabetes melitus biasanya terdapat
gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas meningkat.
 Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes ditemuka kadar HbA1c
dalam tubuh antara 6,1 – 8,00 %. Peningkatan kadar HbA1c >8%
mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk
menjadikan komplikasi jangka panjang
 Insulin darah menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin
 Pemeriksaan fungsi tiroid terdapat peningkatan aktivitas hormon tiroid
yang meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
 Kultur dan sensitivitas kemungkinan ditemukan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin
b. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis jaringan
( nekrosis luka gangrene )
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, proses infeksi
( diabetes melitus )
e. Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan
kandung kemih, poliuri
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengna ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan akan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrional status : Nutrition
nutrisi kurang dari - nutrion intake Manajemen
kebutuhan tubuh weight control  kaji adanya alergi
berhubungan dengan - food and fluid makanan
gangguan kriteria hasil  kaji kemampuan
keseimbangan  Adanya peningkatan pasien
insulin berat badan mendapatkan
 Mampu nutrisi yang
mengidentifikasikan dibutuhkan
kebutuhan nutrisi  kolaborasi ahli izi
 turgor kulit baik  yakinkan diet yang
 tidak ada tanda dikonsumsi
malnutrisi mengandung tinggi
 peningkatan fungsi serat
menelan Nutrition
 tidak terjadi penurunan Monitoring
berat badan yang berarti  monitor penurunan
berat badab
 monitor lingkungan
selama makan
 jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak saat
makan
 monitor turgor kulit
 monitor mula
muntah
 monitor kadar
albumin, hct, total
protein dan hb
Resiko syok Syok prevention Syok Prevention
berhubungan dengan Syok management  monitor status
ketidakmampuan Kriteria hasil sirkulasi HR, warna
elektrolit kedalam  Nadi, pernapasan, dalam kulit, suhu, nadi
sel tubuh batas yang diharapkan perifer dan CRT
 Irama jantung dalam  monitor tanda
batas normal inadekuat oksigenasi
 Laboratorium dalam  monitor suhu dan
batas normal (Na, K, Cl, pernapasan
Mg, PH, Hct)  monitor input dan
 Tidak ada tanda dehidrasi output
 pantai nilai
laboratorium
 monitor tanda asites
 monitor tanda awal
syok
 tempatkan pasien
dalam posisis supine
 pantau kepatenan
jalan napas
 berikan cairan IV
yang tepat
 ajarkan keluarga dan
pasien tanda awal
syok
 ajarkan keluarga dan
klien cara mengatasi
syok
syok management
 monitor fungsi
neurologis
 monitor fungis renal
 monitor tekanan nadi
 monitor status cairan
 catat gas darah arteri
dan oksigen
 monitor nilai
laboratorium
Kerusakan integritas Kriteria Hasil Pressure
kulit berhubungan 1. Integritas kulit Management
dengan nekrosis yangbaik bisa  Monitor kulit akan
jaringan ( nekrosis dipertahankan (sensasi, adanya kemerahan
luka gangrene ) elastisitas, temperatur,  Monitor aktivitas
hidrasi, pigmentasi) dan mobilisasi
2. Tidak ada luka/lesi pada pasien
kulit  Monitor status
3. Perfusi jaringan baik nutrisi pasien
4. Menunjukkan  Anjurkan pasien
pemahaman dalam untuk
proses perbaikan kulit menggunakan
dan mencegah pakaian yang
terjadinya cedera longgar
berulang  Hindari kerutan
5. Mampu melindungi padaa tempat tidur
kulit dan  Jaga kebersihan
mempertahankan kulit agar tetap
kelembaban kuli dan bersih dan kering
perawatan alami
 Mobilisasi pasien
(ubah posisi
pasien) setiap dua
jam sekali
 Oleskan lotion
atau minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
 Memandikan pasien
dengan sabun dan
air hangat

Resiko infeksi Imune status Kontrol Infeksi


berhubungan dengan Knowledge : infekction  Batasi pengunjung
trauma jaringan, control  Terapkan kebiasaan
proses infeksi Risk kontrol cuci tangan bagi
( diabetes melitus ) Kriteria hasil : pengunjung
 Klien bebas dari tanda  Pertahankan
dan gejala infeksi lingkungan aseptik
 Medeskripsikan proses  Tingkatkan intake
penularan penyakit,
faktor yang nutrisi
mempengaruhi penularan  Monitor tanda
serta penatalaksanaanya infeksi
 Menunjukan kemampuan  Berikan terapi
untuk mencegah infeksi antibiotik
 Jumlah leukosit dalam  Pertahankan teknik
batas normal asepsis pada pasien
 Menunjukkan PHBS  Pertahankan teknik
isolasi bila perlu
 Ajarkan cara
menghindari
infeksi
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Gunakan sabun
antimikrobial untuk
cuci tangan
 Lakukan universal
precaution
 Gunakan sarung
tangan steril
 Lakukan teknik
perawatan luka
yang tepat

Gangguan eleminasi Urinary Elemination Urinary Retention


urine berhubungan Urinary Continuence Care
dengan inkomplit Kriteria Hasil :  lakukan penilaian
pengosongan  pasien dapat buang air kemih yang
kandung kemih, kecil teratur komprehensif
poliuri  bebas dari distensi berfokus pada
kandung kemih inkontinensia urine
 kandung kemih kosong ( output urine, pola
secara penuh atau tidak berkemih, masalah
ada residu urin > 100 – berkemih
200 cc praeksisten
 balance cairan seimbang  Kaji haluaran urine
dan system
kateter/drainase,
khususnya selama
irigasi kandung
kemih
 Bantu pasien
memilih posisi
normal untuk
berkemih (berdiri,
berjalan ke kamar
mandi) dengan
frekuensi sering
setelah kateter
dilepas
 Perhatikan waktu,
jumlah urine,
ukuran aliran
setelah kateter
dilepas.
 Beri tindakan
asupan oral 2000-
3000 ml/hari, jika
tidak ada
kontraindikasi
 Beri latihan
perineal (Kegel
traning) 15-20
kali/jam
 Pertahankan irigasi
kandung kemih
secara kontinyu
sesuai indikasi
pada periode
pascaoperasi dini
 Gunakan kekuatan
sugesti
 Sediakan waktu
yang cukup untuk
pengosongan
kandung kemih
jangan terburu buru
 Sediakan privasi

Ketidakefektifan Circulation status Peripheal sensation


perfusi jaringan Tissue perfusion : Management
perifer berhubungan serebral  Monitor adanya
dengan penurunan Kriteria hasil : daerah tertenu yang
sirkulasi darah ke 1. Mendemontrasikan hanya peka
perifer status sirkulasi yang terhadap sensasi
ditandai dengan panas, dingin, tajam
 Tekanan darah dalam dan tumpul
rentang yang  Monitor adanya
diharapkan paratese
 Tidak ada ortostatik  Instruksikan
hipertensi keluarga untuk
 Tidak ada peningkatan melihat kulitjika
tekanan intrakranial ada lesi atau
2. Mendemonstrasikan laserasi
kemampuan kignitif  Gunakan sarung
yang ditandai dengan tangan untuk
 Berkomunikasi proteksi
dengan jelas dan  Batasi gerakan pada
sesuai kemampuan kepala, leher dan
 Menunjukan orientasi, punggung
perhatian dan  Monitor
konsentrasi kemampuan BAB
 Memproses informasi  Kolaborasi
 Membuat keputusan pemberian
dengan benar antibiotik
3. Menunjukan fungsi  Monitor adanya
sensori motori cranial tromboplebitis
yang utuh : tingkat  Diskusikan
kesadaran baik, tidak mengenai penyebab
ada gerakan perubahan sensasi
involunter
Intoleransi aktivitas Energy conservation Activity therapy
berhubungan dengna Activity tolerance  Catat frekuensi
ketidakseimbangan Self care : ADL jantung, irama dan
suplai dan Kriteria Hasil : perubahan tekanan
kebutuhan akan  Berpartisipasi dalam darah sebelum,
oksigen aktivitas fisik tanpa selama dan sesudah
disertai peningkatan aktivitas.
tekanan darah, nadi dan  Bantu klien
RR mengidentifikasi
 Mampu melakukan aktivitas yang
aktivitas sehari hari mampu dilakukan
(ADLs) secara mandiri  Bantu untuk
 Nyeri berkurang memilih aktivitas
 Tidak mudah lelah konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologis dan
sosial
 Tingkatkan istirahat
/ batasi aktivitas.
 Berikan penguatan
positif ketika aktif
beraktivitas
 Monitor respon
fisik, emosi saat
beraktivitas
 Anjurkan klien
menghindarkan
peningkatan
tekanan abdomen.
 Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dan
tingkat aktivitasnya
 Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medik dalam
merencanakan
program terapi
DAFTAR PUSTAKA

___________, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan


Nanda Nic-Noc. Jilid 1. EGC. Jakarta
Kumar, Vinay, dkk.( 2007). Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2 ed. 7. Jakarta.
EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta. Salemba Medika
Nanda (2018), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2018-2020.
Edisi 11. EGC, Jakarta
Padila, (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
and Suddarth. Alih Bahasa : Agung Waluyo (et al). Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai