Anda di halaman 1dari 17

Nama :

Kelas :
Tanggal :

Kehidupan masyarakat pada Masa Islam

1. Amatilah gambar di atas!


Kemudian jelaskan masuknya Islam berdasarkan gambar di atas!
1. Islam Masuk ke Aceh Utara dan Malaka

Islam memang mulai masuk di pesisir Aceh Utara atau tepatnya di wilayah
Kerajaan Samudera Pasai sejak abad ke 7 Masehi. Akan tetapi, pengaruhnya
baru mulai dirasakan cukup besar setelah tahun 1285 setelah Samudera
Pasai menjadi sebuah pusat perdagangan di wilayah Semenanjung Asia
Tenggara.

Saat itu, Samudera Pasai bahkan telah menjadi sebuah kerajaan bercorak
Islam yang cukup besar. Selain Samudera Pasai, Pelabuhan Malaka juga
telah memperoleh pengaruh Islam setelah mulai dikunjungi oleh para
Pedagang Muslim.
2. Menyebar Ke Jawa, Sumatera, dan Kalimantan Barat

Dari Samudera Pasai dan Malaka, Islam kemudian menyebar ke beberapa


wilayah lain di Nusantara seiring jalur pelayaran dan perdagangan masa
silam. Sesuai dengan peta penyebaran Islam di Indonesia di atas, daerah-
daerah seperti Pesisir Utara Jawa, Pantai Timur Sumatera, dan Kalimantan
bagian Barat mulai menerima pengaruh Islam sejak abad ke 14 bersamaan
dengan memudarnya kekuasaan Majapahit yang berkuasa di Nusantara pada
masa itu.
Di Jawa, kota-kota pelabuhan seperti Gresik, Tuban, Surabaya, Jepara,
Demak, Banten, dan Cirebon berubah menjadi pusat-pusat pengembangan
Islam. Beberapa di antaranya bahkan beralih menjadi sebuah kerajaan Islam
yang cukup berpengaruh.

3. Menyebar Ke Pesisir Barat Sumatera

Seiring jatuhnya Malaka ke tangan Portugis di tahun 1511, para pedagang


yang awalnya selalu singgah di Malaka sebelum menuju Jawa lewat jalur
pantai Timur Sumatera, lantas mengalihkan jalur pelayarannya lewat jalur
Pantai Barat Sumatera, menyebrang Selat Sunda, sebelum akhirnya sampai
di pesisir Utara Jawa. Pada masa itu, Kota Padang dan Bengkulu lantas
mulai menerima pengaruh Islam, utamanya dari para pedagang Muslim
Persia.

4. Dari Jawa ke Kalimantan Selatan, Sulawesi, Maluku

Pengaruh Islam di Pesisir Utara Jawa mengalami kemajuan yang signifikan


di sekitar abad ke 15. Hal ini didukung oleh runtuhnya kerajaan Majapahit
dan berdirinya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di tanah
Jawa.

Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam pada masa itu. Banyak
orang dari Maluku (Ternate dan Tidore), Sulawesi (Makassar dan Gowa),
dan Kalimantan Selatan (Banjar) yang tertarik dengan ajaran Islam, mulai
menimba ilmu di pesantren-pesantren Demak. Pasca menyelesaikan
pendidikannya, orang-orang tersebut lantas kembali ke daerahnya masing-
masing untuk mengajarkan pemahaman Islam melalui dakwah-dakwah yang
masif.
5. Syiar Islam di Abad ke 16

Di abad ke 16, di Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan berdiri kerajaan-


kerajaan bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate-Tidore, Kesultanan
Gowa Tallo, Kesultanan Makassar, dan Kesultanan Banjar.

Kesultanan-kesultanan bercorak Islam tersebut juga membantu penyebaran


Islam di Nusantara. Kesultanan Ternate Tidore menyebarkan Islam ke
wilayah sekitar Maluku, Papua dan Sulawesi Utara, Kesultanan Makassar
dan Gowa Tallo menyebarkan Islam ke wilayah Nusa Tenggara dan
Kalimantan Timur, sementara kesultanan Banjar menebar pengaruh Islam
ke pedalaman Kalimantan.
Sejak abad ke 16 ini, pengaruh Islam sudah menyebar secara merata ke
seluruh wilayah Indonesia. Pengaruh ini berhasil mengubah agama dan
kepercayaan nenek moyang kita yang awalnya memeluk Hindu Budha ke
agama Islam. Adapun peta penyebaran Islam di Indonesia beserta jalur-
jalurnya yang dijelaskan di atas hingga kini bisa dibuktikan kebenarannya
lewat beberapa peninggalan bersejarah di kota-kota yang pernah menjadi
pusat penyebaran Islam.

2. Deskripsikan tiga pendapat masukknya Islam ke Indonesia!

1. Teori Gujarat

Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh
para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat
Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara
sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera
Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai,
Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini
dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.

2. Teori Persia

Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam


masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan
dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar
berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke
13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia.
Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia
dianggap sebagai salah satu penguat.

Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan


upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera
(Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).

3. Teori China

Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka


berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara
melalui perantara masyarakat muslim China.

Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton
ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula
masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya
bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan
gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan
bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan
di Nusantara.

4. Teori Mekkah

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh
para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam
ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah
perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama
Bandar Khalifah.

Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i.
Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang
terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai
seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat
dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold,
dan Buya Hamka.

3. Jelaskan cara penyebaran Islam di Indonesia !


1. Jalur Masuknya Islam ke Indonesia : Melalui Jalur Perdagangan

Di perkirakan pada abad ke 7 sampai dengan abad ke 11 Islam telah masuk


ke Indonesia melalui jalur perdagangan begitu juga dengan
perkembangannya. Oleh belaiu para saudagar dari luar maupun Indonesia
sendiri, Islam disebarkan di sepanjang jalur perdagangan pada pelabuhan
seperti Selat Malaka, Samudra, Palembang, disusul Demak, Cirebon,
Gresik, Tuban, Makasar serta Indonesia bagian timur.

2. Jalur Masuknya islam ke Indonesia: Melalui Jalur Pernikahan

Jalur pernikahan ditempuh oleh para ulama sekitar pada abad ke 11 sampai
ke 13 M. Para Saudagar muslim dari Gujurat, Arab Benggala dan yang
lainnya menikah dengan orang Indonesia. Umumnya saudagar yang
menikah adalah orang-orang kaya dan terpandang, sehingga para pejabat
serta putri-putri raja diperistri dengan syarat harus masuk Islam terlebih
dulu.
Ternyata melalui jalur pernikahan ini mempunyai pengaruh yang begitu
besar dalam persebaran Islam di tanah air tercinta.

3. Jalur Masuknya Islam ke Indonesia: Melalui Jalur Pendidikan

Selain dari jalur perdagangan dan pernikahan, jalur pendidikan termasuk


jalur yang sangat penting dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Jalur
pendidikan dibentuk oleh para DAI yang memang mengabdikan dirinya
untuk menyebarkan Islam ke wilayah baru.
Para DAI ini bukanlah padagang, melainkan mereka adalah para
pengembara yang hanya mengembara menuju wilayah baru yang belum
tersentuh Islam sama sekali dipandu oleh para pedagang hanya untuk
berrdakwah. Dari para DAI inilah gerak Islam di Indonesia semakin marak.

Kalau pada awalnya Islam hanya di pantai-pantai sepanjang jalar


perdagangan, berkah para DAI gerak dakwah Islam berkembang luas hingga
ke pulau-pulau di Indonesia bagian timur.

4. Jalur Masuknya Islam ke Indonesia: Melalui Jalur Akulturasi Budaya


Sekitar pada abad ke 12 sampai ke 14 M, melalui akulturasi budaya ini para
DAI memberikan kesan kepada masyarakat bahwa Islam sesuai dan tidak
bertentangan dengan budaya meraka sehingga tidak adanya keterpaksaan
dalam memeluk agama Islam. Misalnya seperti cara Walisongo dalam
mendakwahkan Islam melalui seni lagu-lagu, permainan dan wayang.
Sebelum masuiknya Islam, di Indonesia sudah ada akulturasi budaya antara
kebudayaan Indonesia dan Budaya Hindu. Namun setelah Islam masuk
bersmama nilai-nilai kebudayaan, maka terjadi lagi akulturasi kebudayaan
antara Budaya Indonesia dengan Budaya Islam. Sehingga lahirlah ragam
budaya baru dalam kebudayaan Indonesia.

4. Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia!

Masuknya kebudayaan Islam Pengaruh besar terhadap kehidupan


masyarakat Indonesia. Perpaduan kebudayaan lokal dan islam menghasilkan
akulturasi dalam berbagai bidang kehidupan di Indonesia. Pengaruh
kebudayaan islam pada masyarakat tercermin pada bidang, antar lain
sebagai berikut.

1.Bidang Agama

Bidang AgamaPada masa islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia


menganut agama islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat
yang menganut agama Hindhu, Budha, atau menganut

Bidang AgamaPada masa islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia


menganut agama islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat
yang menganut agama Hindhu, Budha, atau menganutkepercayaan terhadap
roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Indonesia
menganut agama islam.

2.Bidang Politk

Bidang PolitkDalam bidang politik masuknya budaya islam, kerajaan yang


bercorak Hindhu Budha mulai runtuh dan perananya mulai digantikan oleh
kerajaan kerajaan yang bercorak islam. Dalam sistem ini pemerintahan
rajanya bergelar Sultan atau Sunan. Nama raja juga disesuaikan dengan
nama islam. Dalam ajaran islam memyebutkan bahwa manusia merupakan
wakil tuhan didunia.
3.Bidang Sosial

Bidang SosialDalam ajaran islam tidak menerapkan sistem kasta seperti


agama Hindhu. Hal ini yang menyebabkan pengaruh islam berkembang
pesat dan mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama islam. Begitu
pula dengan sistem penanggalan pada awalnya masyarakat Indonesia
mengenal kalender saka yang merupakan kalender Hindhu. Dalam kalender
saka terdapat nama hari pasaran seperti Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan
Legi.

Bidang SosialDalam ajaran islam tidak menerapkan sistem kasta seperti


agama Hindhu. Hal ini yang menyebabkan pengaruh islam berkembang
pesat dan mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama islam. Begitu
pula dengan sistem penanggalan pada awalnya masyarakat Indonesia
mengenal kalender saka yang merupakan kalender Hindhu. Dalam kalender
saka terdapat nama hari pasaran seperti Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan
Legi.Seiring perkembangan islam, sultan Agung dari kerajaan Mataram
menciptakan kalender Jawa. Kalender tersebut menggunakan perhitungan
seperti Hijriah (islam). Sultan Agung mengganti nama seperti Muharram
menjadi Syuro, Ramadan menjadi Pasa.

4. Bidang Pendidikan

Bidang PendidikanPada awal awal masuk Islam di Indonesia, mulanya


pendidikan agama dilaksanakan di Masjid,langgar,atau Surau. Pelajaran
yang diberikan adalah membaca Al Quran, tata cara beribadah,akhlak dan
keimanan. Seiring berjalannya waktu, kemudian muncul pesantren yang
merupakan pengadopsian dari agama Hindhu. Pesantren dalam bahasa Jawa
memiliki makna seseorang yang mengikuti aktivitas gurunya.

5. Bidang Kebudayaan

Bidang KebudayaanAdat istiadat dan kebiasaan yang banyak berkembang


dari budaya islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran,
yasinan, dan lain lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik
seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat.
Kerajaan Islam Indonesia

1. Kasultanan Samudra Pasai

a. Letak…
Samudera Pasai terletak di pesisir utara Sumatera, lebih tepatnya di
Kota Lhokseumawe, Aceh.
b. Raja yang pernah memerintah….
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-
1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca.
1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-
1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524
c. Sumber sejarah
Dari catatan Ibnu Battutah, dapat dipastikan bahwa Kerajaan
Samudera Pasai berdiri lebih awal dibandingkan dinasti Usmani di
Turki, kira-kira pada tahun 1297. Perkiraan tersebut dikuatkan
dengan catatan Marcopolo, seorang saudagar dari Venesia, Italia,
yang singgah di Samudera Pasai pada 1292. Marcopolo
menerangkan bahwa telah melihat keberadaan kerajaan Islam yang
berkembang pada waktu itu, yakni Samudera Pasai dengan ibukota
Pasai. Selain dua catatan tersebut, sejarah Kerajaan Samudera Pasai
juga dapat dilacak dari Hikayat Raja Pasai. Kerajaan Samudera
Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudera dan
Pasai. Penggabungan tersebut dilakukan oleh Marah Silu, raja
pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh yang memimpin dari
tahun 1285-1297. Setelah Marah Silu wafat, digantikan oleh
putranya bernama Sultan Muhammad yang bergelar Malik Al Tahir
(1297-1326).
d. Perekonomian
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang
sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian
Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas
pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain.
Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan
Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu
Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada,
kapurbarus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah
dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan
Deureuham (dirham).

e. Keagamaan
Samudera Pasai adalah dua kerajaan kembar yakni Samudera
dan Pasai, kedua-duanya merupakan kerajaan yang berdekatan.
Saat Nazimuddin al-Kamil (laksamana asal Mesir) menetap di
Pasai, kedua kerajaan tersebut dipersatukan dan pemerintahan
diatur menggunakan nilai-nilai Islam. Kerajaan Samudera Pasai
adalah kerajaan pesisir sehingga pengaruhnya hanya berada di
bagian Timur Sumatera.

Samudera Pasai berjasa menyebarkan agama Islam ke seluruh


pelosok di Sumatera, bahkan menjadi pusat penyebaran agama.
Selain banyaknya orang Arab menetap dan banyak ditemui
persamaan dengan kebudayaan Arab, atas jasa-jasanya
menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara
wilayah itu dinamakan Serambi Mekah.

f. Kemunduran
beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Samudera
Pasai. Menjadi sasaran Kerajaan Majapahit yang berambisi
menyatukan nusantara. Munculnya pusat politik dan perdagangan
baru di Malaka yang letaknya lebih strategis. Lahirnya Kerajaan
Aceh Darussalam, yang kemudian mengambil alih penyebaran
agama Islam.

2. Kesultanan aceh Darusalam

a. Letak
Kutaraja Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh)

b. Didirikan oleh
Sultan Ali Mughayat Shah atau Raja Ibrahim

c. Mencapai puncak kejayaan pada masa


Sultan Iskandar Muda

3. Kerajaan Demak
a. Pendiri….
Raden Patah, putra Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit.

b. Perekonomian
Sistem ekonomi kerajaan tersebut bercorak agraris maritim sehingga
masyarakat banyak yang menjadi petani dan nelayan. Demak memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras. Selain itu, Demak juga menjadi kerajaan maritim karena
letaknya di jalur perdagangan antara malaka dan maluku.

Dengan demikian, perekonomian kerajaan Demak berbasis agraris dan


maritim dengan komoditas utama perdagangan beras dan menjadi
bandar transit perdagangan rempah-rempah dari Maluku.

c. Keagamaan
Lahirnya Kerajaan Demak didorong oleh latar belakang untuk
mengembangkan dakwah Islam. Sehingga Demak selalu
memperjuangkan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
asing. Berkat dukungan Wali Songo, Demak berhasil menjadi kerajaan
Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh yang cukup luas.
Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun
Masjid Agung Demak sebagai pusatnya.
d. Mencapai kejayaan pada jaman  
Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan
Trenggana (1521 - 1546).

e. Kemunduran
Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan
Kerajaan Demak diperebutkan. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran
Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan
Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata lalu membunuh
Surowiyoto dan menduduki kekuasaan.

Kejadian tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap


kekuasaan Sunan Prawata. Ia lalu memindahkan pusat kekuasaan
Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia hanya
berkuasa selama satu tahun karena dibunuh Arya Penangsang, putra
Surowiyoto pada 1547.

Arya Penangsang menduduki takhta Kerajaan Demak setelah


membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri
atau Pangeran Kalinyamat, penguasa Jepara karena dianggap
berbahaya bagi kekuasaannya.

4. Kerajaaan Banten

a. Sejarah kesultanan banten…


Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam
kekuasaan Pajajaran. Pada awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud
menjalin kerjasama dengan Portugis untuk membantunya dalam
menghadapi orang Islam di Jawa Tengah yang telah mengambil alih
kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit. Namun, sebelum
Portugis sempat mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan
pos perdagangan, pelabuhan Banten telah diduduki oleh orang-orang
Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada 1525-1526
M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi
Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari
nusantara. Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera
mengambil alih pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai
raja. Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan
menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana
Hasanuddin. Sejak saat itu, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat
sebagai raja pertama Kerajaan Banten.

b. Mencapai kejayaan pada masa…


Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

c. Kemunduran …
Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC mendorong
Belanda melakukan politik adu domba. Politik adu domba ditujukan
kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji, yang kala
itu sedang terlibat konflik. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji
mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan
ayahnya. Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara
sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya.
Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya
kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau
Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi pengangkatan tersebut disertai
beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat
itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan
rakyat semakin berat. Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila
masa pemerintahan Sultan Haji dan sultan-sultan setelahnya terus
diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala
bidang. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga
awal abad ke-19. Untuk mengatasi hal itu, pada 1809 Gubernur Jenderal
Daendels menghapus Kesultanan Banten.
5. Kesultanan Makasar
a. Letak..
di daerah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

b. Mencapai kejayaan pada masa


Sultan Hasanuddin

c. Perang makasar adalah…


Perang Makassar/Perang Mengkasar adalah perang besar yang terjadi d
wilayah Makassar sekarang antara kesultanan Makassar(Gowa-Tallo)
dan sekutu melawan VOC beserta Bone dan sekutu-sekutunya.
Perang Makassar terjadi sebagai eskalasi konflik VOC dan Gowa di
Indonesia timur yang sudah dimulai beberapa dekade sebelum 1660
ketika zaman Sultan Allaudin di mana VOC berhasil mendapatkan hak
monopoli di Maluku dari Ternate dan Makassar yang berekspansi ke
timur bergesakan dengan VOC sehingga terjadi perang demi perang. 

6. Kasultanan Mataram

a. Pendiri …
Pendiri Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau
Panembahan Senopati.
b. Puncak kejayaan pada masa
Pemerintahan Sultan Agung

c. Kemunduran …
Keruntuhan Mataram dimulai setelah Sultan Agung wafat dan takhta
kerajaan jatuh ke tangan Amangkurat I. Amangkurat I memiliki sifat yang
bertolak belakang dengan sang ayah, bahkan disebut sebagai raja yang
bengis. Setelah tragedi demi tragedi terjadi, rakyat mulai takut dan terbentuk
sikap antipati. Akibatnya, rakyat bersatu menyerang kerajaan di bawah
pimpinan Pangeran Trunojoyo dari Madura. Dalam serangan itu,
Amangkurat I wafat dan putra mahkota meminta dukungan VOC untuk
membubarkan pasukan Trunojoyo. Dengan bantuan VOC, putra mahkota
pun berhasil menyingkirkan Trunojoyo. Putra mahkota kemudian naik
takhta dengan gelar Amangkurat II dan memindahkan ibu kota Mataram ke
Kartasura. Pada masa pemerintahan raja-raja berikutnya, Kesultanan
Mataram terus mengalami pergolakan besar. Pergolakan di kerajaan
kemudian resmi diakhiri melalui Perjanjian Giyanti yang ditandatangani
pada 13 Februari 1755. Dalam kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram
dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan
Nagari Kasunanan Surakarta. Kasultanan Ngayogyakarta diserahkan kepada
Hamengku Buwono I, sementara Kasunanan Surakarta dipimpin oleh
Pakubuwono III.

7. Ternate dan Tidore


a. Sejarah ….
Kerajaan Ternate
Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat
kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau
disebut Momole. Empat kampung tersebut kemudian sepakat
membentuk kerajaan, tetapi kala itu raja dan rakyatnya belum diketahui
agamanya. Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal sebagai penghasil
rempah-rempah, sehingga penduduknya telah berhubungan dengan para
pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China. Seiring ramainya aktivitas
perdagangan, ancaman dari para perompak pun semakin meresahkan.
Setelah dilakukan musyawarah, para Momole sepakat menunjuk
Momole Ciko sebagai kolano atau raja mereka. Sejak 1257 M, Momole
Ciko resmi menjadi raja pertama Kerajaan Ternate dengan gelar Baab
Mashur Malamo. Kerajaan ini terletak di Pulau Ternate, Provinsi
Maluku Utara.

Kerajaan Tidore
Sejak awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja
keempat, agama dan letak pusat kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat
dipastikan. Barulah pada periode pemerintahan Kolano Balibunga,
sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai sedikit menguak lokasinya. Pada
1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan
Ciriliati atau Sultan Djamaluddin sebagai rajanya. Sultan Ciriliati, yang
masuk Islam berkat dakwah seorang ulama dari Arab, diketahui sebagai
raja atau kolano pertama yang memakai gelar sultan. Dengan masuknya
Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh.
Sepeninggal Sultan Ciriliati, singgasana diwariskan ke Sultan Al
Mansur (1512-1526 M), yang kemudian memindahkan ibu kota kerajaan
ke Tidore Utara, lebih dekat dengan Kerajaan Ternate. Dalam
sejarahnya, Kerajaan Tidore memang mengalami beberapa kali
pemindahan pusat pemerintahan karena berbagai sebab. Letak ibu
kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore, yang kemudian berganti
nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.

b. Kemunduran…
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate mulai mengalami kemunduran setelah Sultan
Baabullah wafat pada 1583 M. Tidak lama kemudian, Spanyol berani
melakukan serangan dan berhasil merebut Benteng Gamulamu pada
1606 M. Kehidupan politik Kerajaan Ternate pun semakin kacau saat
VOC datang dan memenangkan persaingan melawan bangsa barat
lainnya. Sejak saat itu, VOC memegang hak atas monopoli perdagangan
dan mulai mendirikan benteng di Ternate. Menjelang akhir abad ke-17,
Kerajaan Ternate sepenuhnya berada di bawah kendali VOC. Hal inilah
yang disebut-sebut sebagai penyebab runtuhnya Kerajaan Ternate,
meskipun kerajaan ini tidak benar-benar hancur.

Kerajaan Tidore
Setelah Sultan Nuku wafat pada 1805, Belanda kembali mengincar
Tidore karena kekayaannya. Keadaan tersebut didukung dengan kondisi
di Kerajaan Tidore yang terus mengalami konflik internal. Pada
akhirnya, Kerajaan Tidore jatuh ke tangan Belanda dan kemudian
bergabung dengan NKRI ketika Indonesia merdeka.

Anda mungkin juga menyukai