Anda di halaman 1dari 2

DIKSI: PENGERTIAN, MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF, MAKNA KIAS DAN

MAKNA LUGAS, MAKNA UMUM DAN MAKNA KHUSUS, SINONIM, UNGKAPAN


IDIOMATIK
Oleh: Dr. Asep Nurjamin

Istilah “diksi” dalam bahasa Indonesia sering dipergunakan untuk merujuk pada dua
pengertian, yaitu (1) kata yang dipilih dan (2) proses pemilihan kata. Sebagai kata yang terpilih,
“diksi” dapat didefinisikan sebagai “kata atau kelompok kata” yang dipilih oleh seorang
pembicara atau penulis berdasarkan berbagai pertimbangan. “Diksi” sebagai proses dapat
didefinisikan sebagai kegiatan memilih dan menentukan “kata” atau “pilihan kata” yang
dianggap tepat dari segi makna dan implikasi makna yang ditimbukannya.
Mengapa kita harus memilih kata? Bolehkah kita memilih kata sekehendak sendiri tanpa
mempertimbangkan pengaruh kata-kata yang kita pilih itu terhadap lawan bicara kita?
Keengganan dan ketidakmampuan kita untuk memilih kata, akan berpengaruh terhadap
kesuksesan kita dalam bergaul. Orang yang sering memilih kata yang tidak tepat cenderung akan
tidak disukai orang lain karena dianggap tidak sopan, kasar, serta tidak menghargai orang lain.

Pilihan Kata Berdasarkan Makna


Pertimbangan untuk memilih kata dapat dilakukan dengan memperhatikan makna denotatif dan
konotatif, makna kias dan makna lugas, makna umum dan makna khusus, sinonim dan ungkapan
idiomatik yang dimiliki sebuah kata atau kelompok kata.
Pada saat berkomunikasi, pembicara harus berusaha untuk memperlihatkan sopan santun
dan penghargaan terhadap lawan bicara. Sopan santun dan penghargaan itu harus ditunjukkan
dengan sikap, bahasa tubuh, posisi tubuh, pandangan mata, serta hal lain yang berhubungan
dengan sikap. Di samping itu, bahasa dan kata-kata yang dipergunakan untuk berkomunikasi pun
harus diperhatikan. Kata-kata yang kita komunikasikan harus memperlihatkan sikap sopan santun
dan menghargai lawan bicara. Kita tidak boleh sembarangan memilih kata. Oleh karena itu,
setiap pembicara harus memiliki kemampuan yang cukup untuk memilih kata yang sesuai dengan
ragam bahasa dan tujuan berkomunikasi.
Pada setiap ragam bahasa, pada setiap kesempatan berkomunikasi, diperlukan
keterampilan untuk memilih kata yang tepat. Sebuah kata dapat dipilih karena kebakuannya,
pertimbangan terhadap tingkat keterpamahaman oleh lawan bicara, implikasi maknanya, sopan
santun, dan sebagainya. Kata-kata yang diperkirakan tidak akan dipahami maknanya oleh lawan
bicara, tentu tidak akan kita pilih. Kata-kata yang tidak baku kita hindari penggunaannya pada
saat kita berkomunikasi dalam situasi resmi. Demikian juga sebaliknya, kata-kata yang baku
tidak kita pilih pada saat berkomunikasi dalam situasi komunikasi yang akrab dan santai.
Kata dalam makna denotasi dan makna konotasi. Pada saat komunikasi resmi kita
berusaha untuk memilih kata-kata dalam makna denotasi. Kita berusaha untuk tidak terlalu
banyak menggunakan kata dalam makna “konotasi” karena dikhawatirkan akan menimbulkan
salah pengertian. Kata dalam makna “denotasi” biasanya lebih mudah dipahami karena itulah
makna kata yang lazim sebagaimana makna dasar seperti yang tertulis di dalam kamus.
Sebaliknya, kata yang mengandung makna konotasi adalah kata-kata yang menimbulkan
perasaan atau emosi tertentu pada diri pendengar atau pembaca. Bisa juga dikatakan bahwa
“makna konotasi” adalah muatan perasaan atau emosi yang mengiringi sebuah kata. Cermati kata
bercetak tebal pada dua kalimat berikut ini!
“Badannya terlihat kurus”.
“Badannya terlihat langsing”
Perhatikan bahwa kata kurus dan langsing pada kedua kalimat tersebut mengandung makna
konotasi.
Contoh lain. “Orang itu telah memperlakukan pasiennya denga cara yang tidak sopan”.
“Orang itu telah memperlakukan pasiennya denga cara yang kurang sopan”.
Menurut Anda, adakah perbedaan “nilai rasa” di antara kata “tidak” dan kata “kurang” pada dua
kalimat tersebut?

Kata dalam makna lugas dan makna kias. Makna lugas adalah kata yang
dipergunakan dalam makna lazimnya, makna kata yang sesungguhnya. Makna kias adalah
makna baru yang merupakan hasil dari penempatan kata pada rangkaian kalimat yang tidak biasa.
Hal ini dilakukan karena dianggap memiliki kesamaan. Perhatikanlah kata bercetak tebal pada
dua kalimat berikut ini!
“Mahasiswa itu mengambil semua uang simpanannya untuk membayar uang kuliah”.
“Anak itu berusaha mengambil hati ibunya”.
Menurut Anda kata “mengambil” yang manakah yang merupakan kata dalam makna lugas?
Contoh lain.
“Perawat itu menunggu pasien yang sedang diperiksa di laboratorium”.
“Lelah rasanya aku menunggu dipenuhinya semua janji yang pernah kauucapkan”
Contoh lain.
“Dengan sikap hati-hati, perawat itu membuka pintu kamar ruang pasien”.
“Aku akan berusaha membuka pintu hatimu yang sudah lama terkunci”.

Kata dalam makna umum dan makna khusus. Sebuah kata bisa disebut kata “umum”
apabila cakupan maknanya lebih lebih luas dengan kata lain yang cakupan maknanya lebih
sempit. Misalnya, dapat kita lihat pada kalimat berikut ini.
“Pasien itu merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perutnya”. Bandingkan dengan
kalimat:
“Pasien itu merasakan sakit yang luar biasa pada lambungnya”.
Menurut Anda, pada kedua kalimat itu, kata apa yang lebih umum pengertiannya dan
kata apa yang lebih khusus pengertiannya.
Dua kata atau lebih yang bersisonim. Untuk menghindari penggunaan kata yang
dianggap kasar, kurang hormat, dan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara, atau agar
terasa lebih indah, kita dapat memilih kata lain yang maknanya bersinonim. Perhatikan kata
bercetak tebal pada dua kalimat di bawah ini.
“Dari puncak bukit itu saya dapat menikmati keindahan kota Garut waktu malam”.
“Dari puncak bukit itu saya dapat menikmati keindahan kota Intan waktu malam”.

Kata dalam bentuk ungkapan dan makna idiomatik. Hampir dalam setiap peristiwa
komunikasi sering dipilih kata-kata dalam makna idiomatik. Kata-kata bermakna idiomatik
adalah kata atau kelompok kata yang maknanya tidak berhubungan makna dalam kata asalnya.
Perhatikan kata “kambing hitam” pada dua kalimat di bawah ini.
“Pada perayaan Idhul Adha tahun ini dia menyembelih kambing hitam yang dibelinya
dari teatangganya”.
“Pedagang kaki lima yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan peristiwa kerusuhan
itu, telah dijadikan kambing hitam”.

@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati

Anda mungkin juga menyukai