Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah (PKI)


Modul II: Pengertian dan Jenis Ragam Bahasa

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Bahasa Program 03 07610009 Dr. Chairiawaty

Studi Bahasa Inggris S1

Abstract Kompetensi
Bab ini menjelaskan tentang Pengertian dan Jenis 1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa 2. Jenis Ragam Bahasa , yaitu
Ragam Bahasa Indonesia
dibagi menjadi 4 jenis yaitu
1. Ragam Bahasa
berdasarkan media
2. Ragam Bahasa
berdasarkan topik
pembicaraan.
3. Ragam Bahasa
berdasarkan cara
pandang penutur
4. Ragam Bahasa
berdasarkan wacana
5. Ciri-ciri dari setiap
jenis Ragam Bahasa
6. Karakteristik Bahasa
dalam Karya Tulis
Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman.1991.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.Jakarta : Balai Pustaka.

Gorys, Keraf.1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores : Nusa Indah.

Agung, Budi Purnomo. 2013.Fungsi Ragam Bahasa dan Ejaan. Bandung : Rineka Cipta.

PENDAHULUAN

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini
karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya.
Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya.

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang
sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami
perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya.
Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang
efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000)

Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 4 jenis yaitu

1.       berdasarkan media
2.       berdasarkan topik pembicaraan.
3. berdasarkan cara pandang penutur
4. berdasarkan wacana

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri

Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan
dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui,
misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan,
ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di
pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam
tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ragam lisan antara lain meliputi:

 Ragam bahasa cakapan;


 Ragam bahasa pidato;
 Ragam bahasa kuliah;
 Ragam bahasa panggung.

Ciri-ciri ragam lisan:

 Memerlukan orang kedua/teman bicara;


 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi dan bahasa
tubuh;
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah: ‘Sudah saya baca buku itu.’

Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis :


1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.

Contoh ragam tulis adalah: ’Saya sudah membaca buku itu.’

2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur


Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa
ragam diantara nya adalah :

Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.·        

Ragam terpelajar
Contoh :  ‘Saya sudah membaca buku itu.’

Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’

Ragam tak resmi


Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’

2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya
adalah :
1.       Ragam bahasa ilmiah
2.       Ragam hukum
3.       Ragam bisnis
4.       Ragam agama
5.       Ragam sosial
6.       Ragam kedokteran
7.       Ragam sastra

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)


Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah

Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut media pembicara.

Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.

Karakteristik bahasa tulisan menurut Goeller:


 Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.
 Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan
kata-kata mubazir.
  Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan
tafsir ganda.

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek,
ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.

a. Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek.

Dialek dibedakan menjadi 4 , yaitu sebagai berikut:


1.  Dialek regional,
yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan
bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang
lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa
Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.

2. Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai
tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal
yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
4.   Idiolek
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia,
kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau
pilihan dan kekayaan kata.

b. Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku.
 Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam
yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana
resmi, atau surat resmi.

Ciri Ragam Bahasa Baku :


1. Kemantapan dinamis;
2. Kecendekiaan;
3. Keseragaman kaidah.

Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :


1. Lengkap secara morfologis;
2. Lengkap secara struktur;
3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;
4. Penggunaan kalimat yang efektif;
5. Keparalelan/kesejajaran .

 Ragam tidak baku


Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Ragam bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar karena ragam tidak baku tidak digunakan dalam situasi yang formal.

c.  Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya.

Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah


a)       Cendekia
Bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis.
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara
fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah yang
kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.

  Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan
meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara
jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada
contoh A.

 Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Contoh
B : Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.

  Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka
dan bahwa pada contoh A termasuk mubazir.
Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis
yang tidak cermat tampak pada contoh A.

b) Lugas dan Jelas

Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu,
setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari kesalah-pahaman
dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringansehingga
kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.
Contoh B : Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan
berfikirnya menjadi menurun.
Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah dan
lakunya dalam sehari-hari.
Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan
yang disampaikan.

c)      Menghindari Kalimat Fragmentasi


Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena
adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari
kesatuan gagasan yang diungkapkan.

Contoh A : Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)


Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

d)     Bertolak dari Gagasan    


       
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis.
Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga
kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina
anak berbakat sangat penting.
Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak
berbakat sangat penting.
Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi pada gagasan.

e)      Formal dan Objektif


Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata
yang digunakan bernada fornal da kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.
      Contoh :   Kata Formal                            Kata Informal

 Membuat                            Bikin
 Hanya                                 Cuma
 Memberi                             Kasi

contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali
adanya masalah.
Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya
masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.
Penulisan  kalimat A berikut  perlu dihindari karena  barsifat subjektif/emosional.

f)       Ringkas dan Padat


Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat.
Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap  warga negara Indonesia.
Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi
pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara
Indonesia.
  
g)      Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali
sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan 
kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.

 Contoh : kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata


tugas bagimengantarkan objek.

Ciri Ragam Bahasa Ilmiah


1.        Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas.
2.        Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
3.        Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
4.        Cermat dalam menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat,
paragraf, wacana.
5.        Cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan,
deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan
dan saran.
6.        Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.
7.        Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan
bentuk persona dan ungkapan subjektif.
8.        Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, tujuan, penalaran,
istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil
analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.

Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)


Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah,
presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar.
Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun
penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan
diakhiri dengan penentuan kelulusan.
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Etika ilmiah:
 menggunakan ragam bahasa ilmiah,
 penalaran ilmiah,
 bersikap obejktif,
 menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,
 mematuhi aturan formal presentasi,
 mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang
ditentukan,
 mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,
 mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
 tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,
 dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep, data,
kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya,
  mencermati setiap respon pendengar (penguji).

b.Ketentuan lembaga (universitas), yaitu


 mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau universitas,
 mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,
 mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.

c. Kemampuan personal, yakni,


 bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),
 bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri
berlebiha,
  menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan lain-
lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman membuktikan ...,
uji coba menunjukkan, dan lain-lain,
  berpakaian sopan,
 menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.

d. Kemampuan teknis, yakni


 mengaplikasikan penggunaan pustaka,
 melengkapi pembuktian (sumber) teori,
 menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
 memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.

Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat
tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu,
beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya
kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan
unsur intonasi lainnya.

Contoh pidato presentasi skipsi:


Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,
Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang
Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana saham
terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007.
Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal,
ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan
topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007.
Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori.
Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data  di lapangan, yaitu
kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk
mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal  1 juli sampai dengan 31
Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui
website.  Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis
Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan  saham terhadap laba usaha
memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham berpengaruh
secara positif terhadap laba usaha.

Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik


Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah
berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus berusaha keras agar
bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan
jelas, mengindari kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif,
ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan
pada pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam
menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang
lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam
berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang
mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap
tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan
penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.

Teknik Mengatur Perwajahan Karangan


Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta aturan
penulisan unsur-unsur tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah.
Tata letak dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau disertasi harus diusahakan sabaik-
baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi tersebut tampak rapi dan menarik. Dalam
pembicaraan tentang perwajahan, dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola
ukuran dan penomoran.

1. Kertas Pola Ukuran

Supaya tiap halaman ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola
ukuran tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus
ditaati agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program
tertentu harus dikuasai terlebih dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.

Pada umumnya garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran sebagai
berikut:

a) Pias (margin) atas 4 cm,

b) Pias bawah 3 cm,


c) Pias kiri 4 cm, dan

d) Pias kanan 3 cm.

2. Penomoran

a) Angka yang digunakan

Angka untuk nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan
ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka
Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk
prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada).
Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan,
tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2,
3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab
pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik,
histogram, bagan, dan skema.

b) Letak Penomoran

Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan angka
Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).
Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan,
indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di
tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang
diletakkan pada bagian kanan atas.

c) Penomoran Subbab

Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir dalam
digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya). Dalam
hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1, 1.4.3,
1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c, kemudian
1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.[5]

Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi. Lebih-
lebih bila isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan
menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa
gambar ilustrasi.

Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan pensil,
ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar
pandangan pancungan, peta, denah, bagan dan diagram.[6]
Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah

Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.


Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam
suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:

1. Aspek Keterkaitan

Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori,
pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.

2. Aspek Urutan

Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail
dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai
penutup karangan ilmiah.

3. Aspek Argumentasi

Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir
sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut
perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus
memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.

4. Aspek Teknik Penyusunan

Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku
dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah
merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.

5. Aspek Bahasa

Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih
untuk karangan ilmiah akademis.

Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Dalam konteks
ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan tulisan.Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat Indonesia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pas
memerlukan orang lain. Mereka perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan ditempat
mereka berada. Bahasa menunjukkan perbedaan antara suatu penutur dengan penutur lainnya,
tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga
penuturnya dalam satu kesatuan sehingga bahasa memungkinkan tiap individu untuk
menyesuaikan dirinya dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa
juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan,
kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku seseorang.

Ragam bahasa secara garis besar terbagi atas ragam bahasa lisan dan tulisan. Keduanya
mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan
lafas atau pengucapan, intonasi, kosakata, dan penyusunan kalimat yang agak longgar.
Ragam tulisan sanagat terikat dengan tanda baca dan pemakaian kata baku.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar serta menggunakan ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD),
sedangkan ragam bahasa lisan diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan
memakai bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum dapat dikategorikan sebagai
bahasa jika tidak terkandung makna didalamnya. Di dalam suatu masyarakat bahasa
terhimpun bermacam-macam susunan bunyi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya
karena memiliki suatu makna tertentu.

Anda mungkin juga menyukai