Abstract Kompetensi
Bab ini menjelaskan tentang Pengertian dan Jenis 1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa 2. Jenis Ragam Bahasa , yaitu
Ragam Bahasa Indonesia
dibagi menjadi 4 jenis yaitu
1. Ragam Bahasa
berdasarkan media
2. Ragam Bahasa
berdasarkan topik
pembicaraan.
3. Ragam Bahasa
berdasarkan cara
pandang penutur
4. Ragam Bahasa
berdasarkan wacana
5. Ciri-ciri dari setiap
jenis Ragam Bahasa
6. Karakteristik Bahasa
dalam Karya Tulis
Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Gorys, Keraf.1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores : Nusa Indah.
Agung, Budi Purnomo. 2013.Fungsi Ragam Bahasa dan Ejaan. Bandung : Rineka Cipta.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini
karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya.
Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang
sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami
perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya.
Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang
efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000)
1. berdasarkan media
2. berdasarkan topik pembicaraan.
3. berdasarkan cara pandang penutur
4. berdasarkan wacana
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan
dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui,
misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan,
ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di
pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam
tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.·
Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya
adalah :
1. Ragam bahasa ilmiah
2. Ragam hukum
3. Ragam bisnis
4. Ragam agama
5. Ragam sosial
6. Ragam kedokteran
7. Ragam sastra
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut media pembicara.
Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek,
ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.
2. Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai
tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal
yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
4. Idiolek
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia,
kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau
pilihan dan kekayaan kata.
b. Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku.
Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam
yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana
resmi, atau surat resmi.
Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara
fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah yang
kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.
Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan
meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara
jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada
contoh A.
Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Contoh
B : Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka
dan bahwa pada contoh A termasuk mubazir.
Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis
yang tidak cermat tampak pada contoh A.
Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu,
setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari kesalah-pahaman
dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringansehingga
kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.
Contoh B : Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan
berfikirnya menjadi menurun.
Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah dan
lakunya dalam sehari-hari.
Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan
yang disampaikan.
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali
adanya masalah.
Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya
masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.
Penulisan kalimat A berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat
tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu,
beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya
kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan
unsur intonasi lainnya.
Supaya tiap halaman ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola
ukuran tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus
ditaati agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program
tertentu harus dikuasai terlebih dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.
Pada umumnya garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran sebagai
berikut:
2. Penomoran
Angka untuk nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan
ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka
Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk
prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada).
Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan,
tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2,
3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab
pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik,
histogram, bagan, dan skema.
b) Letak Penomoran
Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan angka
Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).
Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan,
indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di
tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang
diletakkan pada bagian kanan atas.
c) Penomoran Subbab
Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir dalam
digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya). Dalam
hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1, 1.4.3,
1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c, kemudian
1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.[5]
Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi. Lebih-
lebih bila isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan
menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa
gambar ilustrasi.
Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan pensil,
ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar
pandangan pancungan, peta, denah, bagan dan diagram.[6]
Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah
1. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori,
pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail
dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai
penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir
sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut
perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus
memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku
dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah
merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih
untuk karangan ilmiah akademis.
Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Dalam konteks
ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan tulisan.Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat Indonesia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pas
memerlukan orang lain. Mereka perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan ditempat
mereka berada. Bahasa menunjukkan perbedaan antara suatu penutur dengan penutur lainnya,
tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga
penuturnya dalam satu kesatuan sehingga bahasa memungkinkan tiap individu untuk
menyesuaikan dirinya dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa
juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan,
kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku seseorang.
Ragam bahasa secara garis besar terbagi atas ragam bahasa lisan dan tulisan. Keduanya
mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan
lafas atau pengucapan, intonasi, kosakata, dan penyusunan kalimat yang agak longgar.
Ragam tulisan sanagat terikat dengan tanda baca dan pemakaian kata baku.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar serta menggunakan ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD),
sedangkan ragam bahasa lisan diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan
memakai bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum dapat dikategorikan sebagai
bahasa jika tidak terkandung makna didalamnya. Di dalam suatu masyarakat bahasa
terhimpun bermacam-macam susunan bunyi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya
karena memiliki suatu makna tertentu.