Anda di halaman 1dari 5

AGAMA DAN PERADABAN

A. Pengertian Agama
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi"
atau "A" berarti tidak; "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak
kacau. Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai
kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Dilihat dari sudut pandang
kebudayaan, agama dapat berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata
lain agama diciptakan oleh manusia dengan akal budinya serta dengan adanya
kemajuan dan perkembangan budaya tersebut serta peradabanya. Bentuk
penyembahan Tuhan terhadap umatnya seperti pujian, tarian, mantra, nyanyian
dan yang lainya, itu termasuk unsur kebudayaan. . Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Agama merupakan ajaran tentang philosophy and way life.Pandangan
filosofis adalah gambaran menyeluruh prinsip dasar atau word view
(weltanchoung) tentang kehidupan yang dijadikan pedoman atau pegangan oleh
pribadi dan masyarakat dalam menjalani hidup dan kehidupan mereka.
Agama diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan religion. Agama adalah
kepercayaan kepada adanya kekuasaan supranatural sehingga ia perlu disembah
dalam bentuk ritual yang merupakan keinginan untuk mendapatkan kepuasan
spritual. Agama juga mengajarkan adanya benda sakral.
Berikut pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli terhadapa agama:
1. Edward Burentt Tylor (1832-1917)
Tylor seorang Inggris yang ahli folklor, sastra dan peradaban Yunani dan
Romawi klasik. Ia akhirnya tertarik kepada ilmu arkeologi dan tulisan etnografi
karena ikut berkelana dengan keluarganya ke Afrika dan Asia. Dari kajian tentang
religi dan agama manusia, ia memandang asal mula agama adalah sebagai
kepercayaan kepada wujud spiritual (a belief in spiritual being). Agama sebagai
kepercayaan kepada wujud spritual dapat juga dipakaikan kepada agama besar
dunia seperti islam, kristen, hindu, dan budha, disamping agama primitif, apabila
wujud spritual juga diartikan mencakup kekuatan gaib.
2. Lucien Levy-Brul (1857-1945)
Levy-Bruhl seorang ahli sejarah dan filsafat perancis terkenal karena karya
karyanya mengenai mentalitas primitif. Ia membantah teori jiwa yang dikemukana
oleh tylor karena menurutnya tidak mungkin manusia primitif berpikir abstrak .
agama adalah pandangan dan jalan hidup masyarakat primif. Agama sebagaimana
halnya magi, menurut Levy-Bruhl, tidak logis dan tidak rasional, sehingga tidak
akan pernah mampu mengantarkan kehidupan kepada kemajuan.
3. James George Frazer (1854-1941)
Frazer seorang pengagum atau murid taylor berasal dari skotlandia, ia
tidak mengemukakan definisi agama secara spesifik, akan tetapi dia tidak
membedakan antara religi dan magi yang sama sama cocok bagi masyarakat yang
masih befikir pralogis. Magi dikembangkan dengan harapan dapat mempengaruhi
proses alam sehingga menguntungkan manusia. Sedangkan agama menekankan
bahwa gejala dikuasai oleh kekuatan kekuasaan supernatural. Karena itu, pilaku
orang beragama adalah berdoa, memohon belas kasihan, berharap dengan sepenuh
hati, kepada kekuatan supernatural.
4. Radchiffe-Brown (1881-1955)
Redcliffe-Brown dilahirkan dan dibesarkan di Inggris. Ia belajar filsafat
yang banyak membahas psikologi ekspresimental dan ekonomi di Trinity College
dengan guru yang ahlipsikologi, etnologi dan filsafat. Kemudian ia belajar
antropologi. Agama adalah ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran
terhadap ketergantungan kepada sesuatu kekuatan diluar diri kita yang dapat
dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral.
5. Mircea Eliade (1907-1986)
Eliade anak seorang pegawai dalam angkatan darat Rumania. Ia
berpengetahuan luas, banyak pengalaman ilmiah luar negeri, dan juga penulis
fiksi. Eliade juga memulai menjelaskan agama dengan membedakan antara
kehidupan sakral dan kehidupan profan. Yang sakal itu aktifitas kehidupan yang
disengaja, yang supernatural, mengesankan, yang subtansial dan penting; yang
teratur, sempurna, tempat bersama leluhur, para ahlawan dan paradewa.
6. Edward E.E Evans-Pritchard (1902-1973)
E.E. Evans-Pritchard (1902-1973), seorang ahli antropologi
berkebangsaan Inggris. Ia adalah anak pendeta. Dalam menjelaskan agama,
Evans-Pritchard mengungkap bagaimana pandangannya tentang magi
(witchcraft). Menurutnya, magi adalah kepercayaan bahwa beberapa aspek
kehidupan dapat dikontrol atau direkayasa dengan kekuatan mistik atau kekuatan
supranatural.
7. Chifford Geertz (Lahir 1926)
Ahli antropologi brkebangsaan Amerika ini dikenal banyak mengetahui
tentang Islam di Indonesia. Ia dan kawan-kawannya mengadakan penelitian di
Mojokuto, nama samaran dari kota Pare dekat Kediri antara tahun 1952-1954.
Kemudian meneliti agama di Bali. Tahun 1964, 1965 sampai 1967 meneliti Islm
di Maroko dan di Afrika. Dari penelitian terakhir ini terbit pula bukunya Islam
Observed(1965) yang mengungkap perbandingan Islam di Jawa dan Islam di
Maroko (Koentjaraningrat 2000 II: 268-269).
Agama merumuskan konsep tentang tatanan kehidupan yang umum,
meberi suatu arti yang mutlak, suatu tujuan pesanan yang besar pada dunia. Oleh
karena itu, dalam agama, pada suatu sisi berdiri konsepsi tentang dunia, dan pada
sisi lain berdiri serangkaian suasana hati dan motovasi yang dibimbing oleh ide-
ide moral. Ritual keagamaan bukanlah sekadar pertunjukan, tetapi ritualyang
harus dirasakan dan diperankan (Pals 2001:416-419; Schraf 1973:33).
B. Pengertian Peradaban
Peradaban adalah suatu entitas budaya. desa-desa, daerah-daerah,
kelompok-kelompok keagamaan, semuanya mempunyai budaya yang berbeda-
beda pula. Suatu peradaban adalah pengelompokan tertinggi dari orang-orang dan
tingkat identitas budaya yang paling luas yang dimiliki orang sehingga
mmbedakannya dari spesies lain.
Peradaban bisa mencakup sejumlah besar orang atau masyarakat, misalnya
Cina (suatu peradaban yang menganggap menjadi Negara, seperti dikatakan
Lucian Pye), atau sejumlah kecil orang masyarakat, seperti orang-orang Caribia
Anglopohe. Suatu peradaban bisa mencakup sejumlah Negara bangsa , seperti
peradaban Barat, Latin Amerika dan Arab,a tau hanya satu misalnya Jepang.
Peradaban-peradaban jelas bercampur aduk dan tumpang tindih, dan bisa
mencakup sub-peradaban: Arab, Turki, dan Melayu. Peradaban merupakan entitas
yang jelas dan kalaupun garis-garis pemisah antara peradaban-peradaban itu
biasanya tidak tajam, tetapi nyata. Peradaban- peradaban itu dinamis, mengalami
pasang dan surut, bisa terpilah-pilah dan memancar.
C. Hubungan Agama dengan Peradaban
Edward Norbeck misalnya, mengungkapkan asumsi dasar dari bukunya
Religion in Human Life bahwa agama adalah bagian dari kehidupan manusia yang
dikategorikan sebagai supranaturalisme atau agama. “... is man and everywhere
much alike. As a creation of man, religion is an element of culture, a man-made
part of the human universe...”. (Supernaturalisme atau agama adalan buatan
manusia dan dimana-mana banyak kesamaannya. Sebab suatu ciptaanmanusia,
agama adalah bagian dari budaya, bagian ciptaan manusia secara universal.
Hilman Hadikusuma mengungkapkan ada istilah agama, ada agama
budaya, ada kebudayaan agama. Agama adalah ajaran yang diturunkan oleh tuhan
untuk petunjuk bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Sedangkan
agama budaya adalah petunjuk hidup yang berasal dari pemikiran dan kebudayaan
manusia. Ada pula kebudayaan agama yaitu hasil kreasi manusia beragama,
seperti tafsir Al-Qur’an, kaligrafi, dan lainnya.
Agama (wahyu) sebagai ajaran datu tuhan bukanlah kebudayaan karena
bukan hasil cipta, rasa, dan krasa manusia. akan tetapi ajaran agama bukan
semuanya yang mrupakan wahyu tuhan. Banyak pula yang merupakan interpretasi
dan pendapat pemuka agam terhadap wahtu tuhan itu, sehingga merupakan
kebudayaan. Namun demikian, ada juga agama yang memang merupakan
kebudayaan manusia, yaitu hanya berasal dari tradisi turun temurun dan tidak
jelas siapa pembawanya, kapan, dan dimana turunnya. Ilmu perbandingan
menanamkan ajaran yang terkahir ini sebagai agam budaya.
Namun, mansia atau penganut agama melaknasakan, meyakini, dan
menghayati ajaran wahyu atau agama yang berasal dari yang gaib itu.
Berdasarakan definisi kebudyaan mereka melaksanakan oleh manusia atau
masyarakat yang menganut agama tersebut. Namun, kebudyaan yang mereka
suguhkan bukanlah sembarang kebuayaan, tetapi kebudayaan yang dikembangkan
dari ajaran agama yang bersangkutan, Ayat tentang wajib shalat misalnya
bukanlah kebudayaan tetapi shalat di tegakan umat islam adalah kebudayaan
islam. Ajaran agama ada yang budaya, yaitu yang dipahami dan diijtihadkan oleh
pemuka agama, dan ada yang bukan budaya, yaitu yang langsung di ungkap dari
ayat-ayat tuhan. Akan tetapi, melaksanakan ajaran agama atau beragama adalah
berbudaya agama.
Gazaiba berpendapat bahwa melakanakan ajaran agama yang dinyatakan
dengan jelas dan tegas oleh wahyu (qath’iy) seperti shalat, puasa, zakat bukanlah
kebudayaan. Akan tetapi, menafsirkan ajaran agama dan melaksanakan tafsiran
atau hasil ijtihad, seperti shalat dengan jahar basmalah, qunut atau tanpa demikian
adalah kebudayaan. Jika asal usulnya bukan dari manusia atau masyarakat
bukanlah kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai